1. Biografi
Klopstock menjalani kehidupan yang didedikasikan untuk sastra dan pemikiran, yang ditandai dengan pencapaian besar dalam puisi epik dan lirik, serta pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan sastra Jerman.
1.1. Masa Kecil dan Pendidikan

Friedrich Gottlieb Klopstock lahir di Quedlinburg sebagai putra sulung seorang pengacara. Ia menghabiskan masa kecil yang bahagia di kota kelahirannya dan di perkebunan Friedeburg di tepi Saale, yang kemudian disewa oleh ayahnya. Pada masa kecilnya, ia menerima lebih banyak perhatian pada perkembangan fisiknya daripada mentalnya, sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan sehat serta dikenal sebagai penunggang kuda yang ulung.
Pada usia tiga belas tahun, Klopstock kembali ke Quedlinburg untuk melanjutkan pendidikan di gimnasium setempat. Pada tahun 1739, ia melanjutkan pendidikannya di sekolah klasik terkenal, Schulpforta. Di sana, ia dengan cepat menguasai seni membuat syair dalam bahasa Yunani dan Latin, dan menulis sejumlah idyll dan ode yang patut dihargai dalam bahasa Jerman.
Niat awalnya adalah menjadikan Heinrich sang Pemburu Burung sebagai pahlawan dalam sebuah puisi epik. Namun, di bawah pengaruh Paradise Lost karya John Milton, yang dikenalnya melalui terjemahan Johann Jakob Bodmer, ia mengubah niatnya menjadi penulisan epik religius. Saat masih di sekolah, ia sudah merancang garis besar Der Messias, sebuah karya yang kemudian menjadi dasar sebagian besar ketenarannya.
Pada tanggal 21 September 1745, saat meninggalkan sekolah, ia menyampaikan pidato perpisahan yang luar biasa mengenai puisi epik, berjudul Abschiedsrede über die epische Poesie, kultur- und literargeschichtlich erläutert. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke Universitas Jena sebagai mahasiswa teologi, di mana ia menyusun tiga kantata pertama Der Messias dalam bentuk prosa. Karena merasa tidak cocok dengan kehidupan di universitas tersebut, pada musim semi 1746, ia pindah ke Universitas Leipzig. Di Leipzig, ia bergabung dengan sebuah lingkaran sastrawan muda yang berkontribusi pada majalah Bremer Beiträge. Melalui majalah inilah, tiga kantata pertama Der Messias diterbitkan secara anonim dalam heksameter pada tahun 1748.
1.2. Masa Muda dan Aktivitas Awal
Setelah penerbitan anonim Der Messias, era baru dalam sastra Jerman dimulai, dan identitas pengarangnya segera diketahui. Selama di Leipzig, Klopstock juga menulis sejumlah ode, yang paling terkenal adalah An meine Freunde (1747), yang kemudian diubah menjadi Wingolf (1767).
Pada tahun 1748, ia meninggalkan universitas dan menjadi guru privat di keluarga kerabatnya di Langensalza. Namun, ia mengalami kegelisahan batin akibat cinta tak berbalas kepada seorang sepupu, yang kemudian dikenal sebagai "Fanny" dalam ode-odenya. Oleh karena itu, ia dengan senang hati menerima undangan dari Johann Jakob Bodmer, penerjemah Paradise Lost, untuk mengunjunginya di Zürich pada tahun 1750. Awalnya, Klopstock diterima dengan segala kebaikan dan rasa hormat, dan semangatnya pulih dengan cepat. Namun, Bodmer kecewa karena mendapati bahwa penyair muda Messias ini adalah seorang pria dengan minat duniawi yang kuat, sehingga hubungan mereka pun menjadi dingin.
1.3. Periode Denmark dan Hamburg

Pada saat yang kritis ini, Klopstock menerima undangan dari Frederick V dari Denmark, atas rekomendasi menterinya Johann Hartwig Ernst, Count von Bernstorff, untuk menetap di Kopenhagen dengan anuitas sebesar 400 thaler. Harapannya, Klopstock dapat menyelesaikan Der Messias di sana. Ia menerima tawaran tersebut.
Dalam perjalanannya menuju ibu kota Denmark, Klopstock bertemu dengan Margareta Moller, yang dikenal sebagai "Cidli" dalam ode-odenya, di Hamburg. Margareta adalah putri seorang pedagang dari Hamburg dan pengagum berat puisinya. Mereka kemudian menikah pada tahun 1754. Namun, kebahagiaan Klopstock tidak berlangsung lama, karena Margareta meninggal saat melahirkan pada tahun 1758, meninggalkannya dalam kesedihan mendalam. Kesedihan atas kehilangannya ini diungkapkan dengan penuh perasaan dalam kantata kelima belas Messias.
Setelah kematian istrinya, Klopstock menerbitkan tulisan-tulisan Margareta yang berjudul Hinterlassene Werke von Margareta Klopstock (1759), yang menunjukkan semangat yang lembut, sensitif, dan sangat religius. Karya ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai Memoirs of Frederick and Margaret Klopstock (London, 1808) oleh Elizabeth Smith dan korespondensinya dengan Samuel Richardson diterbitkan pada tahun 1818.
Klopstock kemudian kembali mengalami melankolia; ia kehilangan ide-ide baru, dan puisinya menjadi lebih introspektif. Meskipun demikian, ia terus tinggal dan berkarya di Kopenhagen. Selanjutnya, mengikuti Heinrich Wilhelm von Gerstenberg, ia mengalihkan perhatiannya pada mitologi Nordik, yang menurutnya harus menggantikan subjek-subjek klasik dalam aliran baru puisi Jerman.
Pada tahun 1770, ketika Raja Christian VII memberhentikan Count Bernstorff dari jabatannya, Klopstock pensiun bersama Bernstorff ke Hamburg. Ia tetap mempertahankan pensiunnya, beserta gelar anggota dewan legasi.
Pada tahun 1773, lima kantata terakhir Messias diterbitkan. Pada tahun berikutnya, ia menerbitkan sebuah rancangan untuk pembaharuan sastra Jerman, berjudul Die Gelehrtenrepublik (1774). Pada tahun 1775, ia melakukan perjalanan ke selatan dan, dalam perjalanannya, bertemu dengan Johann Wolfgang von Goethe. Ia menghabiskan satu tahun di istana Markgraf Baden di Karlsruhe. Dari sana, pada tahun 1776, dengan gelar Hofrath dan pensiun dari Markgraf (yang ia pertahankan bersama dengan pensiun dari raja Denmark), ia kembali ke Hamburg, tempat ia menghabiskan sisa hidupnya.
1.4. Tahun-tahun Akhir
Tahun-tahun terakhir Klopstock dihabiskan dalam pengasingan, sesuai dengan kecenderungannya. Sesekali ia bersosialisasi dengan teman-teman terdekatnya, sibuk dengan studi filologis, dan kurang tertarik pada perkembangan baru dalam sastra Jerman. Namun, ia menunjukkan antusiasme yang besar terhadap Revolusi Kemerdekaan Amerika Serikat dan Revolusi Prancis.
Pada awalnya, Klopstock sangat antusias dengan Revolusi Prancis, bahkan menulis sebuah ode yang menyatakan pemanggilan Estates-General sebagai "peristiwa terpenting abad ini". Republik Prancis menganugerahinya diploma kewarganegaraan kehormatan. Namun, karena ngeri melihat adegan-adegan mengerikan yang terjadi atas nama kebebasan selama revolusi, ia mengembalikan diploma tersebut. Peristiwa ini mencerminkan transisi dalam pandangannya, dari dukungan awal terhadap cita-cita revolusioner menjadi kekecewaan terhadap kekerasan yang mengikis nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi.
Pada usia 67 tahun, ia menikah untuk kedua kalinya dengan Johanna Elisabeth von Winthem, seorang janda dan keponakan dari mendiang istri pertamanya, yang selama bertahun-tahun telah menjadi salah satu teman terdekatnya.
2. Karya Utama
Friedrich Gottlieb Klopstock adalah seorang penyair yang prolifik, dengan karya-karya utamanya yang mencakup puisi epik, ode, drama, dan tulisan-tulisan prosa yang memberikan kontribusi signifikan terhadap sastra Jerman.
2.1. Puisi Epik "Der Messias"

Der Messias adalah hasil dari aspirasi Klopstock untuk menjadi penyair epik sejak usia mudanya. Karya ini, yang mengambil tema utama Penebusan dalam perspektif epik, memanfaatkan mitologi Kristen untuk menggambarkan subjeknya dalam kerangka dogma gereja.
Messias terinspirasi oleh Paradise Lost karya John Milton sebagai salah satu model dalam pembentukan puisinya. Proses penyelesaian puisi ini memakan waktu dua puluh lima tahun. Ketika dimulai, karya ini membangkitkan antusiasme publik yang intens. Der Messias telah diterjemahkan ke dalam tujuh belas bahasa dan memicu banyak imitasi. Meskipun demikian, beberapa kritikus berpendapat bahwa hanya tiga kantata pertamanya yang berhasil sepenuhnya sebagai puisi epik, sementara bagian selanjutnya kurang memiliki kekuatan epik yang sama.
2.2. Ode dan Drama
Dalam ode-odenya, Klopstock menemukan ruang lingkup yang lebih besar untuk bakat khasnya. Beberapa ode terinspirasi oleh mitologi Nordik, sementara yang lain menekankan tema-tema religius. Di antara ode yang paling terkenal dan banyak diterjemahkan adalah An Fanny, Der Zürchersee, Die tote Klarissa, An Cidli, Die beiden Musen, Der Rheinwein, Die frühen Gräber, dan Mein Vaterland. Ode-ode religiusnya sebagian besar berbentuk himne, yang paling indah di antaranya adalah Die Frühlingsfeier. Sebuah himne lain, Der am Kreuz ist meine Liebe, dengan bentuk yang disingkat dan direvisi, menjadi bagian dari buku nyanyian gereja Katolik Gotteslob pada tahun 2013. Klopstock juga mengabadikan kunjungan tahun 1750-annya ke semenanjung Au di Swiss dalam ode-nya Ode an den Zürichsee (Ode untuk Danau Zurich).
Dalam beberapa dramanya, terutama Hermanns Schlacht (1769) dan Hermann und die Fürsten (1784), Klopstock merayakan tindakan pahlawan Jerman kuno Arminius. Dalam drama lainnya, seperti Der Tod Adams (1757) dan Salomo (1764), ia mengambil materi dari Perjanjian Lama. Karya-karya ini juga merupakan bagian penting dari warisan karyanya. Komposer Sigrid Henriette Wienecke menggunakan tulisan-tulisan Klopstock sebagai teks untuk drama musikalnya Fader Vor. Meskipun ia menulis enam drama lainnya, namun tidak ada yang dianggap sangat menonjol.
Himne Klopstock, Die Auferstehung, disebut-sebut telah memberikan inspirasi kepada Gustav Mahler untuk gerakan final Simfoni Keduanya. Mahler menggabungkan himne tersebut dengan bait-bait tambahan yang ditulisnya sendiri untuk memberikan resolusi pribadi pada karya tersebut. Inspirasi ini muncul saat pemakaman Hans von Bülow pada tahun 1894.
2.3. Karya Prosa dan Filologi
Selain Die Gelehrtenrepublik, Klopstock juga merupakan penulis Fragmente über Sprache dan Dichtkunst (1779) dan Grammatische Gespräche (1794). Karya-karya ini merupakan kontribusi pentingnya terhadap filologi dan sejarah puisi Jerman.
2.4. Korespondensi dan Koleksi Karya
Seperti yang umum pada masa itu, Klopstock melakukan korespondensi yang berlimpah dengan teman-teman, kolega, dan orang-orang sezamannya. Surat-menyurat ini kemudian diterbitkan dalam berbagai koleksi. Beberapa di antaranya meliputi:
- K. Schmidt, Klopstock und seine Freunde (1810), yang menjadi dasar untuk Klopstock and his friends. A series of familiar letters, written between the years 1750 and 1803, diterjemahkan dan diperkenalkan oleh Elizabeth Benger (London, 1814).
- Christian August Heinrich Clodius, Klopstocks Nachlass (1821).
- Johann Martin Lappenberg, Briefe von dan an Klopstock (1867).
Karya-karya lengkap Klopstock, Werke, pertama kali muncul dalam tujuh volume kuarto (1798-1809). Pada saat yang sama, edisi yang lebih lengkap dalam dua belas volume oktavo diterbitkan (1798-1817), ditambah enam volume tambahan pada tahun 1830. Edisi-edisi abad ke-19 lainnya diterbitkan pada 1844-1845, 1854-1855, 1879 (disunting oleh R. Boxberger), 1884 (disunting oleh R. Hamel), dan 1893 (pilihan disunting oleh F. Muncker). Edisi kritis Odes diterbitkan oleh Franz Muncker dan J. Pawel pada tahun 1889; sebuah komentar tentang ode-ode ini oleh Johann Heinrich Joseph Düntzer (1860; edisi ke-2, 1878). Sebuah edisi historis-kritis dari Werke und Briefe (Karya dan Surat) mulai diterbitkan di Berlin oleh De Gruyter pada tahun 1974.
3. Pemikiran dan Perspektif
Pemikiran Klopstock sangat dipengaruhi oleh keyakinan religiusnya yang mendalam, yang menjadi inti dari banyak karyanya, terutama Der Messias. Namun, ia juga memiliki pandangan politik yang berkembang seiring waktu, mencerminkan pergolakan sosial pada masanya.
Pada awalnya, Klopstock menunjukkan antusiasme yang besar terhadap Revolusi Kemerdekaan Amerika Serikat dan Revolusi Prancis. Sebelum pecahnya Revolusi Prancis, ketika raja memanggil kembali Estates-General, Klopstock menulis sebuah ode yang menyatakan tindakan tersebut sebagai "peristiwa terpenting abad ini," menunjukkan harapannya akan perubahan dan kemajuan. Antusiasme ini membuatnya dianugerahi diploma kewarganegaraan kehormatan oleh Republik Prancis.
Namun, Klopstock kemudian sangat terkejut dan ngeri melihat adegan-adegan kekerasan dan teror yang terjadi atas nama kebebasan selama revolusi tersebut. Kekejaman yang tidak terkendali ini membuatnya merasa sangat kecewa, sehingga ia memutuskan untuk mengembalikan diploma kewarganegaraan kehormatan tersebut. Perubahan sikap ini menunjukkan bahwa meskipun ia mendukung cita-cita kebebasan dan kemajuan, ia menentang metode radikal dan kekerasan yang mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Kekecewaannya mencerminkan pandangan kritis terhadap ekstremisme politik, yang sejalan dengan perspektif yang mengutamakan hak asasi manusia dan prinsip-prinsip demokrasi di atas segala bentuk tirani, bahkan yang dilakukan atas nama kebebasan.
4. Kehidupan Pribadi
Klopstock dikenal karena kepribadiannya yang serius dan bermartabat, namun juga mampu bersosialisasi dengan teman-teman dekat. Kehidupan pernikahannya memberikan pengaruh signifikan pada emosi dan karyanya.
Pernikahan pertamanya dengan Margareta Moller pada tahun 1754 membawa kebahagiaan besar baginya, yang terlihat dari sebutan "Cidli" dalam ode-odenya. Margareta adalah seorang pengagum setia puisi Klopstock. Namun, kebahagiaan ini berumur pendek ketika Margareta meninggal saat melahirkan pada tahun 1758. Peristiwa ini meninggalkan duka mendalam pada Klopstock, yang secara puitis ia ekspresikan dalam kantata kelima belas Messias. Ia bahkan menerbitkan tulisan-tulisan istrinya setelah kematiannya, yang menunjukkan semangat lembut, sensitif, dan sangat religius Margareta.
Pada usia 67 tahun, Klopstock menikah lagi dengan Johanna Elisabeth von Winthem, seorang janda yang juga merupakan keponakan dari mendiang istri pertamanya. Johanna telah menjadi salah satu teman terdekatnya selama bertahun-tahun sebelum pernikahan mereka. Ia menghabiskan tahun-tahun terakhirnya dalam pengasingan, sesekali bersosialisasi dengan teman-teman paling intimnya, dan sibuk dengan studi filologi.
Johann Wolfgang von Goethe dalam autobiografinya, Dichtung dan Wahrheit, mencatat kesan pribadinya tentang Klopstock. Goethe menggambarkan Klopstock sebagai pria bertubuh kecil tetapi berpostur baik. Sikapnya serius dan sopan, tetapi bebas dari sifat sok tahu. Pembawaannya cerdas dan menyenangkan. Secara keseluruhan, Goethe berpendapat bahwa Klopstock mungkin disangka seorang diplomat. Ia membawa dirinya dengan martabat yang sadar diri sebagai seseorang yang memiliki misi moral besar untuk dipenuhi. Klopstock dapat berbicara dengan mudah tentang berbagai subjek, tetapi ia cenderung menghindari pembicaraan mengenai puisi dan masalah sastra.
5. Kematian
Friedrich Gottlieb Klopstock meninggal dunia di Hamburg pada tanggal 14 Maret 1803. Kematiannya menyisakan duka yang mendalam di seluruh Jerman. Ia dimakamkan dengan upacara yang megah di samping istri pertamanya, Margareta Moller, di pemakaman desa Ottensen.
6. Penilaian dan Pengaruh
Klopstock diakui secara luas atas kontribusinya yang signifikan terhadap perkembangan sastra dan budaya Jerman, membebaskan puisi dari konvensi yang sudah ada dan menginspirasi generasi penyair dan musisi berikutnya.
6.1. Pengaruh pada Sastra Jerman
Klopstock memberikan layanan besar kepada para penyair yang segera mengikutinya dengan memperkaya kosakata puitis dan perhatiannya terhadap prosodi. Ia berhasil membebaskan puisi Jerman dari ketergantungan eksklusifnya pada syair Aleksandrin, sehingga ia dianggap sebagai pendiri era baru dalam sastra Jerman. Berkat pengaruh artistiknya, para penyair seperti Friedrich Schiller dan Johann Wolfgang von Goethe memiliki hutang budi kepadanya. Selain itu, Klopstock juga memberikan pengaruh yang signifikan pada penyair-penyair besar lainnya seperti Hölderlin dan Rilke.
6.2. Pengaruh Budaya
Dampak Klopstock juga meluas ke bidang musik dan seni. Himne Klopstock yang berjudul Die Auferstehung disebut-sebut telah memberikan inspirasi kepada Gustav Mahler untuk gerakan final Simfoni Keduanya, yang juga dikenal sebagai "Simfoni Kebangkitan". Mahler menggabungkan himne tersebut dengan bait-bait tambahan yang ditulisnya sendiri untuk membawa resolusi pribadi pada karyanya. Inspirasi ini muncul saat pemakaman Hans von Bülow pada tahun 1894.
7. Peringatan dan Penghormatan
Sebagai bentuk peringatan dan penghormatan terhadap Friedrich Gottlieb Klopstock, sebuah pohon ek berusia 800 tahun di Denmark, tempat Klopstock pernah menghabiskan waktu, dinamai menurut namanya.