1. Overview
Isaac "Bougie" Herzog (יצחק "בוז׳י" הרצוגBahasa Ibrani; lahir 22 September 1960) adalah seorang politikus dan pengacara Israel yang kini menjabat sebagai Presiden Israel ke-11 sejak tahun 2021. Sebagai seorang pemimpin yang berasal dari keluarga dengan latar belakang politik dan keagamaan yang mendalam, Herzog telah berupaya mendorong persatuan nasional di tengah masyarakat Israel yang terpecah-belah, memperkuat hubungan diplomatik di kawasan Timur Tengah, dan menghadapi tantangan global.
Herzog memulai kariernya sebagai seorang pengacara di firma hukum yang didirikan oleh ayahnya. Sebelum menjabat sebagai presiden, ia memiliki perjalanan politik yang luas, termasuk sebagai sekretaris pemerintah, anggota Knesset, dan memegang berbagai posisi menteri seperti Menteri Perumahan dan Konstruksi, Menteri Pariwisata, serta Menteri Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial. Ia juga pernah menjabat sebagai ketua Partai Buruh dan Pemimpin Oposisi, di mana ia memperjuangkan solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina. Peran penting lainnya adalah sebagai Ketua Jewish Agency for Israel, di mana ia berupaya menjembatani hubungan antara Yahudi diaspora dan Negara Israel, serta mengadvokasi isu-isu sosial dan melawan anti-Semitisme.
Sebagai presiden, Herzog telah berfokus pada upaya menyatukan masyarakat Israel yang terpecah-belah, membangun jembatan diplomatik di kawasan Timur Tengah, dan mengatasi tantangan global seperti krisis iklim. Namun, masa jabatannya juga ditandai oleh kontroversi, terutama terkait pernyataan mengenai konflik di Jalur Gaza dan isu-isu hukum internasional, yang mencerminkan kompleksitas politik dan sosial di wilayah tersebut.
2. Early Life
Masa awal kehidupan Isaac Herzog mencakup latar belakang keluarganya yang terkemuka, pendidikan di dalam dan luar negeri, dinas militer di unit intelijen elit, hingga awal kariernya sebagai seorang pengacara sebelum ia terjun ke dunia politik.
2.1. Family Background
Isaac Herzog adalah putra dari Chaim Herzog, seorang Mayor Jenderal yang menjabat sebagai Presiden Israel Keenam dari tahun 1983 hingga 1993, dan Aura Ambache, yang dikenal sebagai pendiri Dewan Israel Indah. Ayah Herzog lahir dan besar di Irlandia, sementara ibunya lahir di Mesir. Keluarga mereka memiliki keturunan Yahudi Ashkenazi dari Eropa Timur, khususnya dari Polandia, Rusia, dan Lituania. Ia memiliki dua saudara laki-laki dan satu saudara perempuan.
Kakek pihak ayah Herzog, Yitzhak HaLevi Herzog, adalah Kepala Rabbi pertama Irlandia, menjabat dari tahun 1922 hingga 1935. Setelah itu, ia menjabat sebagai Kepala Rabbi Ashkenazi Israel dari tahun 1936 hingga 1959. Selain itu, Abba Eban, Menteri Luar Negeri Israel ketiga, adalah pamannya, menunjukkan silsilah keluarga yang mendalam dalam sejarah politik dan keagamaan Israel.
2.2. Education and Military Service
Ketika ayahnya menjabat sebagai Perwakilan Permanen Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa selama tiga tahun, Herzog tinggal di New York City dan bersekolah di Ramaz School. Pada tahun-tahun berikutnya, sambil juga belajar di sekolah menengah, Herzog melanjutkan pendidikan akademis lanjutan di Cornell University dan New York University, serta menghabiskan musim panas di Camp Ramah. Ia juga pernah mendampingi ayahnya mengunjungi Lubavitcher Rebbe di Brooklyn.
Pada akhir tahun 1978, setelah kembali ke Israel, Herzog mendaftar di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan menjabat sebagai perwira mayor di Unit 8200 dari Korps Intelijen Israel. Setelah dinas militer, Herzog menempuh pendidikan hukum di Universitas Tel Aviv.
2.3. Legal Career
Setelah lulus dari fakultas hukum, Isaac Herzog memulai karier hukumnya di firma hukum Herzog, Fox & Ne'eman, sebuah firma yang didirikan oleh ayahnya sendiri.
Meskipun tidak memenangkan kursi dalam pemilihan legislatif Israel 1999, Herzog tetap berperan dalam pemerintahan. Ia menjabat sebagai sekretaris pemerintah dalam kabinet Ehud Barak dari tahun 1999 hingga 2001, ketika Barak dikalahkan oleh Ariel Sharon dalam pemilihan khusus perdana menteri. Pada tahun 1999, ia juga diselidiki dalam skandal "Amutot Barak," yang melibatkan dugaan pelanggaran hukum pendanaan partai. Namun, Jaksa Agung memutuskan untuk menutup kasusnya karena kurangnya bukti. Dari tahun 2000 hingga 2003, ia menjabat sebagai ketua Otoritas Anti-Narkoba Israel.
3. Political Career
Karier politik Isaac Herzog dimulai secara resmi ketika ia terpilih sebagai anggota Knesset pada tahun 2003, setelah sebelumnya menjabat posisi non-legislatif. Perjalanannya mencakup berbagai jabatan menteri, peran kepemimpinan dalam partai, dan upaya diplomatik yang signifikan, yang semuanya berkontribusi pada profilnya sebagai tokoh sentral dalam politik Israel.
3.1. Knesset Member and Ministerial Posts
Herzog memenangkan kursi di pemilihan legislatif Israel 2003 sebagai anggota Partai Buruh. Pada 10 Januari 2005, ia diangkat sebagai Menteri Perumahan dan Konstruksi atas permintaannya ketika Partai Buruh bergabung dengan pemerintahan koalisi Ariel Sharon. Namun, ia mengundurkan diri dari jabatannya pada 23 November 2005, bersama anggota partai lainnya setelah Partai Buruh memutuskan untuk meninggalkan koalisi.
Sebelum pemilihan legislatif Israel 2006, Herzog menempati posisi kedua dalam daftar Partai Buruh pada pemilihan pendahuluan partai. Ia awalnya diangkat sebagai Menteri Pariwisata dalam koalisi yang dipimpin Kadima di bawah Ehud Olmert. Namun, pada Maret 2007, ia dipindahkan ke Kementerian Sosial setelah Yisrael Beiteinu dianugerahi Kementerian Pariwisata menyusul masuknya mereka ke dalam koalisi pemerintahan. Pada saat yang sama, ia juga diangkat sebagai Menteri Diaspora, Masyarakat, dan Perlawanan Terhadap Anti-Semitisme.
Pada pemilihan legislatif Israel 2009, ia kembali menempati posisi kedua dalam daftar partai. Setelah pemilihan, ia diangkat sebagai Menteri Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial serta Menteri Diaspora. Pada Januari 2009, ia ditunjuk oleh Perdana Menteri Ehud Olmert sebagai Koordinator Pemerintah Israel untuk penyediaan bantuan kemanusiaan kepada penduduk Jalur Gaza. Ia kemudian mengundurkan diri dari kabinet pada Januari 2011 setelah Ehud Barak meninggalkan Partai Buruh untuk mendirikan partai Independence. Pada tahun yang sama, Herzog sempat mencalonkan diri sebagai ketua Partai Buruh, namun gagal dan menempati posisi ketiga setelah Shelly Yachimovich dan Amir Peretz.
3.2. Leader of Opposition and Labor Party Chairman

Pada 22 November 2013, Herzog terpilih sebagai ketua Partai Buruh dalam pemilihan kepemimpinan Partai Buruh Israel 2013, mengalahkan petahana Shelly Yachimovich dengan 58,5% berbanding 41,5% suara. Dengan demikian, ia menjadi Pemimpin Oposisi. Berbeda dengan Yachimovich yang lebih fokus pada isu-isu sosial-ekonomi, Herzog memprioritaskan isu keamanan dan penyelesaian Konflik Israel-Palestina. Sepuluh hari setelah pemilihannya, Herzog bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk menyatakan dukungannya terhadap Solusi dua negara.
Herzog juga dilaporkan berusaha menjalin kerja sama yang lebih erat antara faksi oposisi, termasuk dengan pemimpin Shas, Aryeh Deri. Pada Juni 2014, Herzog mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena dianggap gagal melibatkan komunitas internasional, gagal mengajukan proposal perdamaian dengan Palestina, dan gagal bekerja secara efektif dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Herzog menyatakan bahwa "kebencian dan permusuhan Netanyahu terhadap Barack Obama" adalah salah satu kegagalan terbesarnya, karena hal itu membahayakan keamanan Israel.
Ketika koalisi pemerintahan bubar dan pemilihan baru diperkirakan pada Maret 2015, Herzog menyerukan partai Hatnua dan Kadima untuk bergabung dengan Partai Buruh dalam membentuk koalisi baru. Ia menyatakan, "Saya mampu menggantikan Netanyahu. Saya akan melakukan segalanya untuk membentuk blok sebelum pemilihan." Tak lama kemudian, Herzog dan Tzipi Livni, yang saat itu menjabat sebagai menteri kehakiman dan kepala faksi tengah, mengumumkan akan berkampanye dalam daftar gabungan pada pemilihan yang akan datang untuk mencegah Netanyahu, pemimpin partai Likud, mengamankan masa jabatan keempat sebagai perdana menteri. Daftar gabungan tersebut dinamai Zionist Union, yang berhasil meraih 24 kursi berbanding 30 kursi milik Likud dalam pemilihan legislatif Israel 2015, menjadikannya faksi oposisi terbesar.
Pada Juli 2017, Herzog tersingkir di putaran pertama pemilihan kepemimpinan Partai Buruh Israel 2017. Avi Gabbay kemudian memenangkan pemilihan kepemimpinan, namun Herzog tetap menjadi pemimpin oposisi resmi di Knesset karena Gabbay bukan seorang anggota Knesset yang terpilih. Setelah terpilih sebagai ketua Jewish Agency for Israel, Herzog mengundurkan diri sebagai Pemimpin Oposisi dan dari Knesset. Ia kemudian digantikan oleh Tzipi Livni sebagai Pemimpin Oposisi, sementara Robert Tiviaev menggantikannya di Knesset.
3.3. Chairman of the Jewish Agency

Pada Juni 2018, Isaac Herzog terpilih secara bulat sebagai ketua Jewish Agency for Israel. Salah satu tujuan utamanya adalah menjembatani kesenjangan antara orang-orang Yahudi di seluruh dunia dan Negara Israel. Dalam sebuah wawancara dengan Ynet news, Herzog menyatakan bahwa ia memandang kawin campur antara Yahudi dan non-Yahudi sebagai "wabah" yang harus dicarikan solusinya.
Pada 24 Oktober 2018, Herzog memimpin resolusi untuk menegaskan kembali komitmen Dewan Gubernur Jewish Agency terhadap prinsip-prinsip Israel yang demokratis, sebagaimana yang tercantum dalam Deklarasi Kemerdekaan. Resolusi ini dapat dilihat sebagai kritik tidak langsung terhadap kebijakan Benjamin Netanyahu.
Setelah penembakan sinagoga Pittsburgh, Herzog menyatakan keprihatinannya terhadap meningkatnya anti-Semitisme di seluruh dunia. Dalam upacara Hari Peringatan Holocaust Internasional di Parlemen Eropa di Brussels, ia mendesak para pemimpin negara-negara Eropa untuk melawan anti-Semitisme dan mengadopsi definisi anti-Semitisme dari International Holocaust Remembrance Alliance.
Pada Maret 2019, Jewish Agency menjadi lembaga publik pertama di Israel yang membantu karyawan membiayai layanan surrogacy di luar negeri agar mereka dapat menjadi orang tua, termasuk bagi orang tua gay dan lajang. Ini menunjukkan komitmen Herzog terhadap keberagaman dan dukungan sosial.
4. Presidency of Israel
Masa jabatan Isaac Herzog sebagai Presiden Israel ke-11 dimulai pada tahun 2021, menandai babak baru dalam karier politiknya. Sebagai presiden, Herzog telah memfokuskan diri pada isu-isu persatuan internal, diplomasi regional, dan tantangan global seperti krisis iklim.
4.1. Election and Inauguration
Pada 19 Mei 2021, Isaac Herzog secara resmi mengumumkan pencalonannya dalam pemilihan presiden Israel 2021. Pada 2 Juni 2021, ia terpilih sebagai presiden oleh Knesset, memenangkan lebih banyak suara dibandingkan kandidat presiden mana pun dalam sejarah Israel, dengan perolehan 87 suara berbanding 26 suara untuk lawannya, Miriam Peretz. Ia dilantik pada 7 Juli 2021, menjadikannya putra pertama dari mantan presiden Israel yang juga menjadi presiden. Ia juga merupakan presiden pertama yang lahir di Israel setelah Deklarasi Kemerdekaan.
Dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden Negara Israel pada 7 Juli 2021, Herzog menyerukan penyembuhan keretakan dalam masyarakat Israel dan pembangunan jembatan, baik di dalam Israel maupun antara Israel dengan Diaspora Yahudi. Herzog menegaskan, "Kita harus ingat bahwa kebencian tanpa dasar yang menyebabkan kehancuran Bait Pertama dan Kedua. Kebencian tanpa dasar yang sama, perpecahan dan polarisasi yang sama yang menuntut harga yang begitu mahal dari kita-saat ini, dan setiap hari. Harga termahal dari semuanya adalah erosi ketahanan nasional kita." Selain itu, Herzog juga menekankan pentingnya menghadapi krisis iklim.
4.2. Key Activities and Policies

Sejak menjabat sebagai Presiden Israel, Herzog telah melakukan sejumlah kunjungan kenegaraan penting. Pada 30 Januari 2022, ia melakukan kunjungan bersejarah ke Uni Emirat Arab. Pada Maret 2022, Herzog memulai tur regional ke negara-negara tetangga di Mediterania, termasuk Yunani, Siprus, dan kunjungan kenegaraan ke Turki bersama Ibu Negara Michal Herzog, sebagai tamu Presiden Recep Tayyip Erdoğan dan istrinya Emine Erdoğan. Pertemuan puncak di Kompleks Kepresidenan (Turki) di Ankara ini melambangkan keinginan kedua negara untuk melangkah maju dari periode hubungan yang tegang. Selama kunjungan, Herzog membahas "beban masa lalu" yang menurutnya "tidak pernah hilang dengan sendirinya" dan menegaskan bahwa hubungan Israel-Turki akan ditentukan oleh tindakan kedua negara. Sebagai bagian dari kebijakan yang lebih luas untuk memperkuat hubungan dengan Diaspora Yahudi selama kunjungan ke luar negeri, Herzog dan istrinya juga mengunjungi komunitas Yahudi di Istanbul di Sinagoge Neve Shalom, yang pernah menjadi sasaran berbagai serangan teror.


Pada 29 Maret 2022, Herzog melakukan kunjungan publik bersejarah pertama oleh seorang pemimpin Israel ke Amman, Yordania. Di sana, ia bertemu dengan Raja Abdullah II untuk membahas peningkatan hubungan Hubungan Israel-Yordania, menjaga stabilitas regional, dan memperkuat perdamaian serta normalisasi.
Sebagai bagian dari tujuannya untuk memulai perjalanan di dalam masyarakat Israel dan kunjungannya ke berbagai komunitas, pada 29 Oktober 2021, Herzog berpartisipasi dalam peringatan untuk para korban pembantaian Kafr Qasim 1956 dan meminta maaf atas nama Negara Israel. Hal ini menjadikannya pejabat Israel pertama yang secara resmi meminta maaf dalam upacara resmi di Kafr Qasim. Dalam pidatonya, Herzog menyatakan: "Pembunuhan dan cedera terhadap orang-orang tak bersalah sangat dilarang. Mereka harus tetap berada di luar semua argumen politik."
Pada Oktober 2021, Herzog mengumumkan pembentukan Forum Iklim Israel di bawah naungan Kantor Kepresidenan, menunjuk mantan anggota Knesset Dov Khenin sebagai ketua forum. Forum ini mengawasi sejumlah kelompok kerja yang berfokus pada berbagai isu dan menyatukan pejabat publik serta warga sipil untuk mengoordinasikan upaya memerangi krisis iklim. Dalam pidatonya "Timur Tengah Terbarukan" yang disampaikan di Forum Perubahan Iklim Haaretz, Herzog memaparkan visinya tentang bagaimana krisis iklim menghadirkan peluang untuk kerja sama regional di seluruh Timur Tengah dan Cekungan Mediterania.
Pada 28 November 2021, Herzog menyalakan lilin untuk malam pertama Hanukkah di Gua Leluhur di Hebron, sebuah tindakan yang menarik kritik dari kelompok sayap kiri. Mengunjungi Hebron, Herzog menyatakan bahwa pengakuan atas ikatan sejarah bangsa Yahudi dengan Hebron "harus melampaui semua kontroversi."
Pada Desember 2021, Herzog meluncurkan kampanye "Think Good" dengan tujuan memerangi perundungan siber. Kampanye ini, bekerja sama dengan Meta, mempromosikan diskusi daring yang penuh rasa hormat dan inklusif.
4.3. Controversies and Notable Statements

Masa jabatan Presiden Isaac Herzog telah diwarnai oleh beberapa kontroversi dan pernyataan penting, terutama terkait konflik di wilayah tersebut. Pada Oktober 2023, setelah Serangan Hamas ke Israel 2023, Herzog dituduh menyalahkan penduduk Jalur Gaza secara tanggung jawab kolektif atas serangan Hamas, dengan menyatakan bahwa "tidak ada warga sipil yang tidak bersalah di Gaza." Ini adalah pernyataan yang menimbulkan keprihatinan luas mengenai perlindungan warga sipil dalam konflik.
Pada 17 Oktober 2023, Herzog menyatakan bahwa tuduhan Israel menyebabkan ledakan Rumah Sakit Arab al-Ahli adalah "fitnah darah abad ke-21," membantah keras keterlibatan Israel. Pada 22 Oktober, ia mengklaim kepada Sky News bahwa pejuang Hamas yang ditangkap oleh Israel membawa instruksi dari al-Qaeda tentang cara membuat senjata kimia, termasuk bom kimia, dengan menyatakan "kita sedang berurusan dengan ISIS, al-Qaeda, dan Hamas." Klaim ini bertujuan untuk menyoroti tingkat ancaman yang dihadapi Israel, meskipun keakuratan klaim tersebut masih menjadi subjek perdebatan.
Pada 1 Desember 2023, Herzog menghadiri KTT Iklim COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, di mana ia bertemu dengan Emir Qatar, Tamim bin Hamad Al Thani, dalam pertemuan publik pertama antara pemimpin kedua negara.
Pada Januari 2024, selama kunjungan Herzog ke Forum Ekonomi Dunia di Swiss, Kantor Kejaksaan Federal Swiss mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki pengaduan kriminal terhadapnya. Sifat pengaduan tersebut tidak diungkapkan, tetapi diyakini terkait dengan Perang Israel-Hamas 2023. Insiden ini menyoroti meningkatnya tekanan hukum internasional terkait konflik tersebut.
Herzog menyebut kasus Afrika Selatan atas tuduhan genosida terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) sebagai "fitnah darah" terhadap Yahudi. Pada 28 Maret 2024, Herzog menyatakan bahwa ia menganggap Presiden AS Joe Biden sebagai "sahabat baik Israel," menekankan hubungan dekat antara kedua negara. Herzog juga membantah keterlibatan Israel dalam ledakan pager Lebanon 2024.
Pada 12 November 2024, Herzog tiba di Washington, D.C. untuk kunjungan kenegaraan dan bertemu dengan Presiden AS Joe Biden. Ia mengatakan kepada Biden: "Dalam Alkitab, dikatakan bahwa Yusuf akan menguatkan Israel. Dan jelas, Tuan Presiden, Anda telah melakukannya."

Pada 21 November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang didukung PBB mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant. Herzog mengutuk keputusan ICC, dengan menyatakan, "Ini mengabaikan penggunaan sinis Hamas terhadap rakyatnya sendiri sebagai perisai manusia. Ini mengabaikan fakta dasar bahwa Israel diserang secara barbar dan memiliki tugas serta hak untuk membela rakyatnya. Ini mengabaikan fakta bahwa Israel adalah demokrasi yang bersemangat, bertindak di bawah hukum humaniter internasional, dan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan penduduk sipil." Ia tidak menyebutkan dakwaan ICC terhadap tiga pemimpin Hamas, yang semuanya telah tewas akibat serangan Israel.
Pada tahun 2025, inisiatif "Voice of the People" Herzog, yang bertujuan mengumpulkan berbagai suara Yahudi dari seluruh dunia untuk membahas isu-isu dan tantangan yang memengaruhi orang-orang Yahudi dan mengubah dialog ini menjadi strategi yang dapat ditindaklanjuti, dilaksanakan.
5. Personal Life

Isaac Herzog menikah dengan Michal Herzog, seorang pengacara, dan dikaruniai tiga putra. Ia diketahui tinggal di rumah masa kecilnya yang terletak di lingkungan Tzahala di Tel Aviv. Kehidupan pribadinya yang relatif tenang mencerminkan fokusnya pada pelayanan publik dan keluarga.
6. Assessment and Legacy
Evaluasi terhadap kehidupan dan karier Isaac Herzog mencakup pencapaian positifnya dalam menyatukan masyarakat Israel dan perannya dalam diplomasi, namun juga menghadapi kritik terkait pernyataan kontroversial dan kebijakan yang berkaitan dengan konflik.
6.1. Positive Assessment
Isaac Herzog diakui atas upayanya dalam mendorong persatuan internal di Israel. Sejak menjabat sebagai presiden, ia secara konsisten menyerukan penyembuhan keretakan dalam masyarakat Israel dan pembangunan jembatan, baik di dalam Israel maupun antara Israel dengan Diaspora Yahudi. Pidato pelantikannya yang menekankan bahaya "kebencian tanpa dasar" dan polarisasi menunjukkan komitmennya terhadap kohesi sosial.
Dalam bidang diplomasi, Herzog telah memperkuat posisi Israel di kancah internasional melalui berbagai kunjungan kenegaraan, termasuk ke Uni Emirat Arab, Turki, dan Yordania. Kunjungan-kunjungan ini bertujuan untuk memulihkan hubungan yang tegang dan mempromosikan perdamaian serta normalisasi di kawasan. Pendekatannya yang proaktif dalam berinteraksi dengan para pemimpin regional berkontribusi pada stabilitas dan kerja sama.
Herzog juga menunjukkan kepemimpinan dalam isu-isu sosial dan lingkungan. Permintaan maafnya atas nama Negara Israel terkait pembantaian Kafr Qasim 1956 merupakan langkah signifikan menuju rekonsiliasi dan pengakuan kesalahan historis. Selain itu, inisiatifnya dalam membentuk Forum Iklim Israel dan kampanye "Think Good" untuk memerangi perundungan siber menunjukkan perhatiannya terhadap tantangan modern dan kesejahteraan masyarakat. Perannya di Jewish Agency juga diakui, terutama dalam mendukung keberagaman, seperti membantu karyawan (termasuk gay dan lajang) membiayai surrogacy, serta mengadvokasi perjuangan melawan anti-Semitisme global.
6.2. Criticism and Controversy

Meskipun memiliki banyak pencapaian, Isaac Herzog juga menghadapi berbagai kritik dan kontroversi. Salah satu pernyataan yang paling banyak dikritik terjadi pada Oktober 2023, ketika ia dituduh menyalahkan seluruh penduduk Jalur Gaza atas serangan Hamas, dengan menyatakan bahwa "tidak ada warga sipil yang tidak bersalah di Gaza." Pernyataan ini menuai kecaman luas dari organisasi hak asasi manusia dan komunitas internasional karena dianggap mengabaikan prinsip pembedaan antara kombatan dan non-kombatan serta mempromosikan tanggung jawab kolektif.
Selain itu, Herzog menghadapi kritik terkait kunjungannya pada November 2021 ke Gua Leluhur di Hebron dan menyalakan lilin Hanukkah di sana. Tindakan ini dianggap kontroversial oleh kelompok sayap kiri karena Hebron adalah kota yang menjadi titik konflik antara Israel dan Palestina, dan kunjungan tersebut dilihat sebagai penegasan klaim atas wilayah yang disengketakan.
Dalam konteks hukum internasional, Herzog juga menjadi subjek pengaduan kriminal di Swiss pada Januari 2024, terkait dengan Perang Israel-Hamas 2023, yang menambah sorotan terhadap implikasi tindakan Israel di panggung global. Kecaman kerasnya terhadap keputusan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin Israel, serta penyebutan kasus genosida Afrika Selatan di Mahkamah Internasional (ICJ) sebagai "fitnah darah," mencerminkan pandangan politiknya yang kuat namun juga menimbulkan perdebatan tentang peran Israel di bawah hukum internasional.
Pernyataannya pada tahun 2018 di Jewish Agency yang menganggap perkawinan campur antara Yahudi dan non-Yahudi sebagai "wabah" juga memicu kritik, terutama dari komunitas Yahudi liberal di luar Israel yang mendukung pluralisme. Ini menyoroti ketegangan antara pandangan tradisional dan modern dalam identitas Yahudi.
Secara keseluruhan, sementara Herzog dipuji atas upaya persatuan dan diplomasi, ia juga sering kali menjadi sasaran kritik karena pernyataan dan tindakan yang dianggap mendukung kebijakan garis keras atau mengabaikan dampak konflik terhadap warga sipil, terutama dalam konteks konflik Israel-Palestina.