1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
José Graziano da Silva memiliki latar belakang multinasional dari kelahirannya di Amerika Serikat dari orang tua Brasil keturunan Italia, dan menempuh pendidikan tinggi di Brasil serta pasca-doktoral di Amerika Serikat dan Inggris.
1.1. Kelahiran dan Latar Belakang
Graziano lahir di Urbana, Illinois, Amerika Serikat. Orang tuanya adalah warga Brasil keturunan Italia (dari wilayah Calabria), yang membuat da Silva memenuhi syarat untuk tiga kewarganegaraan: Amerika (berdasarkan jus soli), Brasil, dan Italia (berdasarkan jus sanguinis).
1.2. Pendidikan
Graziano lulus sebagai ahli agronomi pada tahun 1972, setelah menempuh pendidikan di Escola Superior de Agricultura Luiz de Queiroz di Universitas São Paulo. Ia memperoleh gelar MBA dari institusi yang sama pada tahun 1974, setelah mempresentasikan disertasi tentang distribusi kekayaan di Brasil. Ia menerima gelar doktornya dari Universitas Negeri Campinas pada tahun 1980, dan kemudian menjadi profesor Ekonomi Pertanian di institusi yang sama. Ia juga kemudian menerima gelar pasca-doktoral dari Universitas California, Berkeley dan Institute of Latin American Studies di Universitas London.
2. Karier Akademik
Graziano da Silva memiliki karier akademik yang panjang dan terkemuka sejak tahun 1978 hingga saat ini. Ia menjabat sebagai profesor penuh di Universitas Negeri Campinas (UNICAMP) dan Ketua Program Magister dan Doktoral dalam Pembangunan Ekonomi, Ruang, dan Lingkungan di Institut Ekonomi UNICAMP. Sebagai seorang profesor, Dr. Graziano da Silva telah diakui atas kontribusinya yang berharga dalam melatih dan mempersiapkan generasi baru profesional muda Amerika Latin yang berdedikasi pada pembangunan pedesaan dan ketahanan pangan.
3. Karier Politik di Brasil
José Graziano da Silva memainkan peran penting dalam pemerintahan Brasil, khususnya dalam merancang dan mengimplementasikan kebijakan pangan dan pengentasan kemiskinan yang inovatif.
3.1. Menteri Luar Biasa Keamanan Pangan
Pada tahun 2001, Graziano mengoordinasikan perumusan program "Fome Zero", salah satu poin utama kampanye Luiz Inácio Lula da Silva untuk kepresidenan Brasil. Pada akhir tahun 2002, setelah Lula da Silva terpilih sebagai Presiden, Graziano ditunjuk olehnya sebagai Menteri Luar Biasa Keamanan Pangan. Dari 1 Januari 2003 hingga 23 Januari 2004, ia menjabat sebagai kepala badan tersebut, bertanggung jawab atas implementasi program "Fome Zero". Program ini berhasil mengangkat 28 juta orang keluar dari garis kemiskinan nasional selama delapan tahun pemerintahan Lula. Pada Januari 2004, Lula membentuk Kementerian Pembangunan Sosial dan Pemberantasan Kelaparan untuk menyerap fungsi Kementerian Luar Biasa tersebut, menunjuk Patrus Ananias sebagai kepala Kementerian yang baru dibentuk. Setelah itu, Graziano menjadi penasihat khusus bagi Kepresidenan Republik.
3.2. Program "Fome Zero" (Nol Kelaparan)
Program "Fome Zero" tidak hanya menjadi prioritas utama Presiden Lula da Silva, tetapi juga merupakan inovasi signifikan dalam perumusan kebijakan publik untuk memerangi kemiskinan ekstrem. Aspek-aspek yang sangat relevan dari program ini adalah pendekatan holistiknya, keterbukaannya terhadap partisipasi masyarakat sipil dalam perencanaan kebijakan dan alokasi sumber daya serta pemantauannya, dan fokus pada gender yang tercermin dalam transfer tunai kepada perempuan di rumah tangga, sebagai sarana pemberdayaan dan memastikan penggunaan sumber daya yang lebih efektif.
4. Karier Internasional di FAO
Karier internasional José Graziano da Silva di Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) ditandai oleh komitmennya yang kuat terhadap ketahanan pangan global dan pembangunan pertanian berkelanjutan.
4.1. Perwakilan Regional untuk Amerika Latin dan Karibia
Pada Maret 2006, Graziano menjadi Asisten Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), dan menjabat sebagai perwakilan regional FAO untuk Amerika Latin dan Karibia. Selama masa jabatannya, Graziano memperoleh komitmen dari negara-negara Amerika Latin untuk memberantas kelaparan pada tahun 2025. Ia juga mempromosikan program tentang isu-isu pedesaan, yang membela penguatan institusi dan kebijakan publik yang bertujuan untuk mencapai pembangunan komprehensif dan inklusif di daerah pedesaan. Ia secara aktif bekerja untuk mengimplementasikan reformasi internal di FAO, dengan penekanan khusus pada proses desentralisasi lembaga, meningkatkan peran badan-badan nasional, dan mengakui peran penting pemerintah dalam penentuan prioritas. Sama pentingnya adalah keterbukaan terhadap masyarakat sipil melalui keterlibatan berbagai entitas politik, sosial, profesional, dan tenaga kerja dalam kegiatan FAO.
4.2. Direktur Jenderal FAO
Pada tahun 2011, Graziano meluncurkan pencalonannya untuk posisi Direktur Jenderal FAO. Ia terpilih pada 26 Juni 2011, oleh konferensi ke-37 badan tersebut di Roma, menggantikan Jacques Diouf, yang masa jabatannya selama 18 tahun mendorong perubahan dalam aturan badan tersebut untuk menetapkan batas masa jabatan. Graziano menerima 92 dari 180 suara pada pemungutan suara kedua, mengalahkan mantan Menteri Luar Negeri Spanyol, Miguel Ángel Moratinos. Kandidat lain pada pemungutan suara pertama adalah Franz Fischler (Austria), Indroyono Soesilo (Indonesia), Mohammad Saeid Noori Naeini (Iran), dan Latif Rashid (Irak).
Oxfam menyambut kemenangan Graziano, mengatakan bahwa ia memiliki keahlian dan komitmen untuk "mengubah sistem pangan kita yang rusak dan beralih menuju masa depan pertanian yang baru". Amerika Serikat juga menyambut pemilihan Graziano, menekankan perlunya reformasi berkelanjutan dan dorongan untuk pembangunan pertanian berkelanjutan, akses yang lebih besar ke tanaman nutrisi, dan lebih banyak kesempatan bagi perempuan dan petani skala kecil.
4.2.1. Periode Pertama (2012-2015)
Masa jabatan Graziano sebagai Direktur Jenderal FAO dimulai pada 1 Januari 2012 dan berakhir pada Juli 2015. Selama masa jabatannya, ia secara aktif terlibat dalam mempromosikan inisiatif bersama dengan lembaga-lembaga lain Perserikatan Bangsa-Bangsa, termasuk ECLAC, WFP, UNDP, dan ILO, serta lembaga-lembaga internasional seperti IICA dan OIE, selain mendukung inisiatif kerja sama Selatan-Selatan.
4.2.2. Periode Kedua (2015-2019)
Graziano da Silva adalah satu-satunya kandidat dalam pemilihan untuk posisi kepemimpinan tertinggi FAO pada tahun 2015. Ia terpilih kembali untuk masa jabatan kedua (dari 1 Agustus 2015 hingga 31 Juli 2019) dengan 177 suara dari total 182 suara yang diberikan. Masa jabatannya di periode kedua ditandai oleh beberapa kontroversi.
Dalam pekerjaannya untuk FAO, Graziano da Silva telah berupaya memperkuat pertanian keluarga dan pembangunan pedesaan sebagai jalur untuk meningkatkan ketahanan pangan. Penting juga perannya dalam mendorong "Inisiatif Amerika Latin dan Karibia Bebas Kelaparan", yang telah menjadikan wilayah tersebut yang pertama di dunia yang berkomitmen untuk memberantas kelaparan pada tahun 2025. Graziano da Silva juga mempromosikan agenda substantif yang terhubung dengan isu-isu pedesaan, menganjurkan penguatan institusi sektor tersebut dan kebijakan publik untuk memastikan pembangunan yang penuh dan inklusif di pedesaan, dengan penekanan khusus pada masalah ketenagakerjaan pedesaan.

5. Pemikiran dan Pendekatan
José Graziano da Silva menganut filosofi inti yang berpusat pada ketahanan pangan, pembangunan pedesaan, kesetaraan sosial, hak asasi manusia, dan tata kelola pemerintahan yang demokratis. Ia sangat berkomitmen pada pertumbuhan inklusif dan pemberdayaan komunitas yang terpinggirkan. Pendekatannya menekankan bahwa pemberantasan kelaparan dan kemiskinan tidak hanya merupakan masalah teknis atau ekonomi, tetapi juga masalah keadilan sosial dan hak asasi manusia. Ia percaya pada pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, dan organisasi internasional, untuk mencapai pembangunan yang komprehensif dan berkelanjutan di daerah pedesaan. Baginya, memperkuat pertanian keluarga dan memberikan dukungan kepada petani skala kecil adalah kunci untuk mencapai ketahanan pangan global dan mengurangi kesenjangan sosial.
6. Karya Tulis dan Publikasi
Graziano adalah penulis publikasi penting tentang pembangunan pedesaan, ketahanan pangan, dan ekonomi agraria. Ia telah menerbitkan 25 buku, termasuk De boias frias an empregados rurais (Dari Pekerja Harian menjadi Pekerja Pedesaan) dan karyanya yang paling terkenal, O que é a questão agrária? (What is the Agrarian Question?Apa itu Pertanyaan Agraria?Bahasa Inggris), yang awalnya diterbitkan oleh penerbit Brasiliense pada tahun 1980.
7. Kehidupan Pribadi
Graziano menikah dengan jurnalis dan pengacara Paola Ligasacchi. Ia memiliki dua anak dan lima cucu.
8. Evaluasi dan Kontroversi
Karier José Graziano da Silva telah menerima apresiasi luas atas kontribusinya yang signifikan, namun juga diwarnai oleh beberapa kritik dan kontroversi.
8.1. Evaluasi Positif
José Graziano da Silva telah diakui secara luas atas kontribusinya yang signifikan dalam bidang ketahanan pangan dan pembangunan pedesaan. Program "Fome Zero" di Brasil, yang diimplementasikannya, berhasil mengangkat 28 juta orang keluar dari garis kemiskinan, menunjukkan efektivitas pendekatan holistiknya yang melibatkan partisipasi masyarakat sipil dan fokus pada pemberdayaan perempuan melalui transfer tunai. Sebagai Direktur Jenderal FAO, ia memimpin "Inisiatif Amerika Latin dan Karibia Bebas Kelaparan", menjadikan wilayah tersebut yang pertama di dunia yang berkomitmen untuk memberantas kelaparan pada tahun 2025. Ia juga memperkuat pertanian keluarga dan pembangunan pedesaan sebagai jalur utama menuju ketahanan pangan, yang disambut baik oleh organisasi seperti Oxfam dan pemerintah Amerika Serikat yang memuji komitmennya terhadap pembangunan pertanian berkelanjutan dan peningkatan akses nutrisi bagi petani skala kecil.
8.2. Kritik dan Kontroversi
Kontroversi yang melibatkan Graziano da Silva termasuk pengakuannya terhadap Presiden Venezuela, Nicolás Maduro, atas "pengurangan kelaparan" pada tahun 2013 dan 2015, padahal Venezuela saat itu justru mengalami kekurangan pangan akut. Tindakan ini menimbulkan kritik karena dianggap tidak sesuai dengan realitas krisis pangan di negara tersebut.
Selain itu, ia juga menghadapi kritik karena berupaya merekrut mantan Ibu Negara Peru, Nadine Heredia, ke posisi senior di FAO pada saat ia sedang diselidiki di Peru terkait tuduhan korupsi. Penunjukan PBB tersebut berpotensi memberikan kekebalan diplomatik kepada mantan Ibu Negara terhadap kejahatan korupsi, yang memicu kemarahan di Peru.
9. Penghargaan dan Pengakuan
Graziano telah menerima banyak penghargaan dan kehormatan, seperti Orde Rio Branco, yang dianugerahkan oleh presiden Brasil; Medali Paulista untuk Merit Ilmiah dan Teknologi, yang diberikan oleh pemerintah Negara Bagian São Paulo; dan Penghargaan Masyarakat Ekonomi Pedesaan, Administrasi, dan Sosiologi Brasil (Prêmio SOBER).
Pada April 2013, Graziano dianugerahi gelar kepala suku Samoa saat mengambil bagian dalam pertemuan regional FAO untuk Pasifik Selatan. Ia dianugerahi gelar Tagaloaletoaolemalaeoletoto (Tagaloa sang pejuang di medan pertempuran darah). Pada 4 November 2013, ia dianugerahi gelar 'Grand Officier de l'Ordre National du Benin' oleh Kanselir Agung Orde Nasional Benin, Ms. Koubourath Anjorin Osseni, sebagai pengakuan atas kontribusi penting FAO dalam menghilangkan kelaparan dan malnutrisi di Benin. Namun, program "Zero Hunger" (yang merujuk pada upaya global, bukan hanya Fome Zero Brasil) kini secara luas dipandang memiliki tingkat kematian malnutrisi sebesar 3,99%.
Penghargaan lainnya termasuk Medali Republik Oriental Uruguay (2019), Medali Dr. Alvarado Barcellos Fagundes (2019), Orde Merit di Bidang Diplomatik dan Internasional dari Slovenia (2019), Ordre national du Lion Commandeur (2019), Medali Merit Kewarganegaraan Kelas Satu dari Tanjung Verde (2018), Order of the Two Niles dari Pemerintah Sudan (2018), Officier de l'Ordre National du Burkina Faso (2018), Commandeur de l'Ordre National de la Republique de Madagascar (2016), Cavaliere di Gran Croce della Repubblica Italiana (2015), Anggota Dewan Pengawas Khalifa International Date Palm Award (2014).
10. Warisan
Warisan José Graziano da Silva sangat signifikan dalam bidang ketahanan pangan, pembangunan pedesaan, dan keadilan sosial. Melalui perannya dalam program "Fome Zero" di Brasil, ia menunjukkan bahwa pemberantasan kemiskinan ekstrem dan kelaparan adalah tujuan yang dapat dicapai dengan kebijakan yang terencana dan partisipatif. Pendekatan holistiknya, yang menekankan transfer tunai, pemberdayaan perempuan, dan keterlibatan masyarakat sipil, telah menjadi model bagi program kesejahteraan sosial di seluruh dunia.
Sebagai Direktur Jenderal FAO, ia mendorong inisiatif global seperti "Inisiatif Amerika Latin dan Karibia Bebas Kelaparan", yang menginspirasi komitmen regional untuk memberantas kelaparan. Fokusnya pada penguatan pertanian keluarga dan pembangunan pedesaan berkelanjutan telah meningkatkan kesadaran akan pentingnya sektor ini dalam mencapai ketahanan pangan global dan mengurangi ketidaksetaraan. Warisannya mencerminkan komitmen seumur hidupnya untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan setara, di mana setiap orang memiliki akses terhadap pangan yang cukup dan bergizi.