1. Kehidupan dan Karier
Ken Wilber lahir di Oklahoma City pada tahun 1949 dan menunjukkan minat awal pada psikologi dan spiritualitas Timur, yang membawanya untuk mengembangkan kerangka teori integralnya yang komprehensif. Perjalanan hidupnya ditandai oleh publikasi-publikasi penting, pendirian lembaga-lembaga integral, dan perjuangan pribadi yang memengaruhi karyanya.
1.1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Ken Wilber lahir pada tanggal 31 Januari 1949 di Oklahoma City, Oklahoma, Amerika Serikat. Karena ayahnya bertugas di Angkatan Udara Amerika Serikat, masa kecilnya dihabiskan dengan sering berpindah-pindah tempat, termasuk ke Bermuda, El Paso, Texas, Idaho, Great Falls, dan Montana. Pengalaman ini, meskipun menyakitkan, mengajarkannya sikap non-keterikatan terhadap hal-hal duniawi. Sejak usia dini, Wilber menunjukkan prestasi akademik yang sangat baik, memenangkan berbagai penghargaan, dan dikenal sebagai pribadi yang sangat sosial, aktif dalam olahraga dan kegiatan ekstrakurikuler.
Setelah menyelesaikan sekolah menengah di Lincoln, Nebraska, Wilber masuk Duke University pada tahun 1968 sebagai mahasiswa pra-kedokteran. Namun, tak lama setelah masuk, ia menemukan Daodejing karya Laozi, yang memicu krisis spiritual mendalam dan mengguncang fondasi ilmiah pandangan dunianya. Ia meninggalkan Duke dan mendaftar kembali di University of Nebraska-Lincoln, mempelajari biokimia. Selama periode ini, ia juga secara intensif membaca karya-karya filsafat Timur dan Barat, serta mendalami praktik Zen dari Jepang dan Buddhisme Tibet. Meskipun hampir menyelesaikan gelar pascasarjana dalam biokimia, Wilber memutuskan untuk keluar dari universitas dan mendedikasikan dirinya pada pemikiran filosofis dan praktik spiritual. Untuk menopang hidupnya, ia bekerja serabutan, termasuk sebagai tutor dan pencuci piring, sambil fokus pada perenungan, praktik, dan penulisan. Pada tahun 1972, ia menikah dengan Amy Wagner, salah satu murid lesnya, meskipun pernikahan ini berakhir pada tahun 1981. Untuk mengasah kemampuan menulisnya, Wilber bahkan menyalin seluruh karya Alan Watts, seorang cendekiawan Zen terkemuka, ke dalam buku catatannya.
1.2. Karier Awal dan Perkembangan Teori
Proses penulisan Ken Wilber biasanya dimulai dengan sekitar 10 bulan penelitian dan membaca materi. Ia menggambarkan bahwa suatu pagi ia akan "terbangun" dengan karya yang sudah terbentuk sepenuhnya dalam benaknya, lalu beberapa bulan berikutnya dihabiskan untuk menuangkannya ke dalam tulisan. Proses kreatif yang produktif ini telah menjadi ciri khasnya sejak awal karier.
Pada tahun 1973, Wilber menyelesaikan buku pertamanya, The Spectrum of Consciousness, sebuah karya yang berusaha mengintegrasikan pengetahuan dari berbagai bidang. Setelah ditolak oleh lebih dari 20 penerbit, buku ini akhirnya diterima dan diterbitkan oleh Quest Books pada tahun 1977. Buku tersebut mendapat pujian luas, dan Wilber dengan cepat diakui sebagai pelopor baru dalam studi kesadaran. Kesuksesan ini membawanya menerima banyak undangan mengajar. Meskipun menikmati kegiatan mengajar, Wilber memutuskan untuk kembali fokus sepenuhnya pada penulisan. Ia menjelaskan keputusannya sebagai pilihan antara menjelaskan karya yang sudah ada atau menciptakan sesuatu yang baru.
Pada tahun 1978, Wilber membantu meluncurkan jurnal ReVision bersama Jack Crittenden. Setahun kemudian, pada tahun 1979, ia menerbitkan No Boundary: Eastern and Western Approaches to Personal Growth, yang merupakan ringkasan dari The Spectrum of Consciousness. Beberapa tahun setelahnya, ia menandai fase baru dalam pengembangan teorinya dengan menerbitkan The Atman Project: A Transpersonal View of Human Development pada tahun 1980, yang menempatkan idenya tentang spektrum kesadaran dalam konteks perkembangan manusia. Kemudian, pada tahun 1981, ia menerbitkan Up from Eden: A Transpersonal View of Human Evolution, yang membahas evolusi manusia dari perspektif transpersonal. Sekitar waktu ini, ia pindah ke Cambridge, Massachusetts, untuk lebih fokus pada pekerjaan editorial ReVision.
1.3. Publikasi Utama dan Karya
Pada tahun 1982, New Science Library menerbitkan antologi Wilber, The Holographic Paradigm and Other Paradoxes, yang merupakan kumpulan esai dan wawancara, termasuk satu oleh David Bohm. Esai-esai tersebut, termasuk salah satu karyanya sendiri, membahas bagaimana holografi dan paradigma holografik berkaitan dengan bidang kesadaran, mistisisme, dan ilmu pengetahuan.
Setelah periode fokus pada perawatan istrinya, pada tahun 1993, Wilber menyelesaikan karya teoritis pertamanya dalam satu dekade, yang diterbitkan pada tahun 1995 sebagai Sex, Ecology, Spirituality: The Spirit of Evolution. Karya ini dianggap sebagai "karya matang pertama" oleh Wilber sendiri dan merupakan volume pertama dari Trilogi Kosmos yang direncanakannya. Dalam buku ini, ia menyajikan "teori segalanya" melalui kerangka empat kuadran yang merangkum bacaannya dalam psikologi serta filsafat Timur dan Barat.
Sebagai ringkasan populer dari Sex, Ecology, Spirituality, ia menerbitkan A Brief History of Everything pada tahun 1996 dalam format wawancara. Pada tahun 1997, The Eye of Spirit: An Integral Vision for a World Gone Slightly Mad diterbitkan, berisi kompilasi artikel yang ia tulis untuk jurnal ReVision mengenai hubungan antara sains dan agama, serta sebagai tanggapan terhadap kritik atas Sex, Ecology, Spirituality. Sepanjang tahun 1997, ia juga menulis jurnal pengalaman pribadinya, yang kemudian diterbitkan pada tahun 1999 sebagai One Taste, sebuah istilah untuk kesadaran kesatuan. Karya ini menyoroti sisi praktis Wilber selain perannya sebagai teoritikus.
Selama dua tahun berikutnya, penerbitnya, Shambhala Publications, merilis delapan volume karyanya yang telah diedit ulang dalam seri Collected Works. Pada tahun 1999, ia menyelesaikan Integral Psychology: Consciousness, Spirit, Psychology, Therapy, dan pada tahun 2000, ia menulis A Theory of Everything: An Integral Vision for Business, Politics, Science and Spirituality. Dalam A Theory of Everything, Wilber berupaya menjembatani bisnis, politik, sains, dan spiritualitas, serta menunjukkan bagaimana semua itu terintegrasi dengan teori psikologi perkembangan, seperti Spiral Dynamics. Novelnya, Boomeritis: A Novel That Will Set You Free (2002), mencoba mengungkap apa yang ia anggap sebagai egoisme generasi baby boomer. Periode akhir 1990-an hingga awal 2000-an ini dianggap oleh Wilber sebagai masa paling produktif dalam karier penulisannya.
1.4. Pendirian Organisasi dan Kepemimpinan
Pada tahun 1987, Ken Wilber pindah ke Boulder, Colorado, di mana ia mulai mengerjakan Trilogi Kosmos dan mengawasi pekerjaan serta fungsi Integral Institute. Ia merupakan pendiri dan pemimpin Integral Institute, sebuah organisasi riset yang berfokus pada pemikiran integral. Pada tahun 2005, ia juga mendirikan Integral University dan saat ini menjabat sebagai presidennya, memainkan peran sentral dalam operasional lembaga tersebut.
Selain itu, Wilber juga aktif dalam berbagai inisiatif global. Pada tahun 2012, ia bergabung dengan dewan penasihat International Simultaneous Policy Organization, sebuah organisasi yang berupaya mengatasi kebuntuan dalam menangani isu-isu global melalui kebijakan simultan internasional. Ia juga menjadi anggota dewan penasihat AQAL Capital GmbH milik Mariana Bozesan, sebuah perusahaan yang berbasis di Munich yang mengkhususkan diri dalam investasi dampak integral menggunakan model yang didasarkan pada Teori Integral Wilber. Setelah periode tertentu, ia pindah ke Denver, Colorado, melanjutkan kegiatan menulis dan mengelola Integral Institute serta Integral University.
2. Teori Integral
Teori integral Ken Wilber adalah kerangka kerja komprehensif yang berupaya mengintegrasikan semua pengetahuan dan pengalaman manusia, didasarkan pada model AQAL yang mempertimbangkan berbagai dimensi realitas, serta didukung oleh konsep-konsep filosofis kunci dan evolusi pemikirannya.
2.1. Kerangka AQAL (Semua Kuadran, Semua Tingkat)
Teori Integral Ken Wilber berpusat pada kerangka kerja dasar yang disebut AQAL (All Quadrants All LevelsBahasa Inggris, diucapkan "ah-qwul"), yang bertujuan untuk mengintegrasikan seluruh pengetahuan dan pengalaman manusia. Model ini memetakan realitas menggunakan kisi empat kuadran, yang dibentuk oleh sumbu "interior-eksterior" dan "individual-kolektif". Menurut Wilber, AQAL adalah pendekatan komprehensif terhadap realitas, sebuah metateori yang menjelaskan bagaimana berbagai disiplin akademik dan setiap bentuk pengetahuan serta pengalaman dapat saling terkait secara koheren.
AQAL didasarkan pada empat konsep fundamental ditambah satu kategori sisa:
- Empat Kuadran: Ini adalah empat perspektif dasar yang secara inheren dimiliki manusia dan diperlukan untuk memahami semua fenomena di dunia secara komprehensif.
- Kuadran Kiri Atas (UL) - "Saya" (Interior Individual): Domain batin individu, yang menghargai kebenaran subjektif keberadaan individu. Di sini, individu dipandang sebagai entitas otonom yang bertindak berdasarkan niat internalnya. Standar kebenarannya adalah 'kejujuran' (truthfulnessBahasa Inggris), yang berfokus pada seberapa akurat individu menafsirkan dan mengungkapkan perasaan internalnya. Contoh tokoh yang berfokus pada domain ini adalah Sigmund Freud.
- Kuadran Kanan Atas (UR) - "Itu" (Exterior Individual): Domain luar individu, yang menekankan fenomena yang dapat diamati secara objektif. Di sini, fakta universal yang tidak terpengaruh oleh elemen subjektif dikejar. Standar kebenarannya adalah 'kebenaran' (truthBahasa Inggris), yang berfokus pada bagaimana mengekstraksi kebenaran objektif dan universal yang tidak terpengaruh oleh 'distorsi' subjektif. Contoh tokoh yang berfokus pada domain ini adalah B. F. Skinner.
- Kuadran Kiri Bawah (LL) - "Kita" (Interior Kolektif): Domain batin kolektif, yang menekankan pemahaman dan rasa hormat timbal balik di antara individu dengan batin yang otonom. Di sini, kolektif (komunitas) dipertahankan oleh empati di antara individu yang berbagi budaya, norma, dan nilai. Standar kebenarannya adalah 'keadilan' (justnessBahasa Inggris), yang berfokus pada bagaimana anggota kolektif membangun ruang budaya yang kohesif melalui pemahaman dan rasa hormat timbal balik. Contoh tokoh yang berfokus pada domain ini adalah Hans-Georg Gadamer.
- Kuadran Kanan Bawah (LR) - "Itu" (Jamak) (Exterior Kolektif): Domain luar kolektif, yang menghargai integritas organisasi kolektif. Di sini, individu dipandang semata-mata sebagai komponen kolektif. Standar kebenarannya adalah 'kesesuaian fungsional' (functional fitBahasa Inggris), yang berfokus pada seberapa baik suatu entitas (individu, organisasi) sesuai dengan kondisi eksternal lingkungannya. Contoh tokoh yang berfokus pada domain ini adalah Karl Marx.
Kuadran Kiri Atas (UL)
"Saya"
Interior Individual
Intensional
(Contoh: Sigmund Freud)Kuadran Kanan Atas (UR)
"Itu"
Exterior Individual
Perilaku
(Contoh: B. F. Skinner)Kuadran Kiri Bawah (LL)
"Kita"
Interior Kolektif
Kultural
(Contoh: Hans-Georg Gadamer)Kuadran Kanan Bawah (LR)
"Itu (Jamak)"
Exterior Kolektif
Sosial
(Contoh: Karl Marx)- Tingkat (Levels): Merujuk pada tahapan perkembangan, mulai dari pra-personal, personal, hingga transpersonal. Ini adalah hierarki vertikal dari kesadaran.
- Garis (Lines): Berbagai domain perkembangan yang mungkin berprogres secara tidak merata melalui tahapan yang berbeda. Contohnya termasuk garis perkembangan kognitif, moral, dan spiritual.
- Keadaan (States): Keadaan kesadaran yang bersifat sementara, seperti keadaan sadar, mimpi, tidur nyenyak, atau keadaan mistis. Menurut Wilber, seseorang dapat mengalami pengalaman sementara dari tahap perkembangan yang lebih tinggi.
- Tipe (Types): Kategori sisa untuk fenomena yang tidak sesuai dengan empat konsep lainnya, seperti tipe kepribadian atau tipe gender.
Wilber berpendapat bahwa agar suatu penjelasan tentang Kosmos menjadi lengkap, ia harus mencakup kelima kategori ini. Baginya, hanya penjelasan semacam itu yang dapat secara akurat disebut "integral." Dalam esainya, "Excerpt C: The Ways We Are in This Together," Wilber menjelaskan AQAL sebagai "salah satu arsitektur Kosmos yang disarankan." Puncak model ini adalah kesadaran tanpa bentuk, "perasaan sederhana akan keberadaan" (the simple feeling of beingBahasa Inggris), yang disamakan dengan berbagai "kemutlakan" dari berbagai tradisi Timur. Kesadaran tanpa bentuk ini melampaui dunia fenomenal, yang pada akhirnya hanyalah penampakan dari realitas transendental. Menurut Wilber, kategori-kategori AQAL-kuadran, garis, tingkat, keadaan, dan tipe-menggambarkan kebenaran relatif dari doktrin dua kebenban dalam Buddhisme. Tidak ada satu pun dari kategori ini yang benar dalam pengertian absolut; hanya kesadaran tanpa bentuk, "perasaan sederhana akan keberadaan," yang ada secara absolut.
2.2. Konsep Filosofis Kunci
Pemikiran Ken Wilber mencakup berbagai konsep filosofis yang mendalam, seperti filsafat perenial, teori kebenaran, pandangannya tentang sains, dan identifikasi kesalahan pra/trans, yang semuanya membentuk landasan kerangka integralnya.
2.2.1. Filsafat Perenial dan Rantai Keberadaan Agung
Salah satu minat utama Ken Wilber adalah memetakan apa yang ia sebut "filsafat neo-perenial," yaitu integrasi pandangan mistisisme seperti yang dicontohkan dalam buku The Perennial Philosophy karya Aldous Huxley dengan penjelasan tentang evolusi kosmik yang mirip dengan pemikiran mistik India, Sri Aurobindo. Ia meyakini bahwa semua agama dan tradisi spiritual berbagi struktur mendalam dalam doktrin dan pengalaman, dan bahwa alam semesta dipenuhi energi yang terbentang dari dimensi halus ke dimensi kasar, menciptakan medan hierarkis multidimensional.
Berbeda dengan sebagian besar Perenialisme tradisional yang melihat sejarah sebagai kemunduran dari zaman atau yuga sebelumnya, Wilber menolak pandangan anti-evolusioner tersebut. Sebaliknya, ia menganut gagasan Barat yang lebih tradisional tentang "rantai keberadaan agung" (great chain of beingBahasa Inggris). Seperti dalam karya Jean Gebser, rantai agung ini-atau "sarang agung" (great nestBahasa Inggris)-selalu hadir dan secara relatif terungkap di seluruh manifestasi material. Bagi Wilber, "Sarang Agung" sebenarnya hanyalah "medan morfogenetik" (morphogenetic fieldBahasa Inggris) potensi yang luas. Sejalan dengan Buddhisme Mahayana dan Advaita Vedanta, ia percaya bahwa realitas pada akhirnya adalah kesatuan non-dual antara kekosongan (ŚūnyatāBahasa Sanskerta) dan bentuk, dengan bentuk yang secara inheren tunduk pada perkembangan seiring waktu. Ia berpendapat bahwa potensi religiusitas ada dalam setiap individu, dan perkembangan menuju kesadaran transpersonal adalah bagian dari evolusi ini, dengan tujuan akhir mencapai kesadaran terpadu dalam Atman atau Teisme.
2.2.2. Teori Kebenaran
Ken Wilber berpendapat bahwa tradisi mistisisme dunia menyediakan akses dan pengetahuan tentang realitas transendental yang bersifat perenial, konsisten sepanjang waktu dan budaya. Proposisi ini menjadi dasar seluruh bangunan konseptualnya, dan merupakan asumsi yang tidak dipertanyakan baginya. Meskipun posisi perenial ini "sebagian besar diabaikan oleh para cendekiawan" di akademia arus utama yang lebih menyukai pendekatan konstruktivis, Wilber menolak konstruktivisme sebagai relativisme yang berbahaya. Ia membandingkan pandangan ini dengan materialisme ilmiah yang ia anggap sebagai paradigma utama sains konvensional.
Wilber mempertanyakan apakah para mistikus dan orang bijak itu gila karena mereka semua menceritakan variasi dari kisah yang sama: tentang terbangun suatu pagi dan menemukan diri bersatu dengan Yang Maha Esa, dalam mode yang tak terbatas, abadi, dan tak lekang oleh waktu. Ia berpendapat bahwa urutan evolusi mungkin memang dari materi ke tubuh, ke pikiran, ke jiwa, ke roh, masing-masing melampaui dan mencakup, masing-masing dengan kedalaman dan kesadaran yang lebih besar serta jangkauan yang lebih luas. Di puncak evolusi, kesadaran individu mungkin memang menyentuh tak terbatas-sebuah pelukan total terhadap seluruh Kosmos-kesadaran Kosmik yang merupakan Roh yang terbangun pada sifat sejatinya. Wilber menganggap kisah ini setidaknya masuk akal, dan mempertanyakan apakah itu lebih gila daripada kisah materialisme ilmiah yang menyatakan bahwa seluruh urutan adalah "kisah yang diceritakan oleh orang idiot, penuh suara dan amarah, yang sama sekali tidak berarti apa-apa."
Dalam karya-karya selanjutnya, Wilber berargumen bahwa realitas yang termanifestasi terdiri dari empat domain, dan setiap domain, atau "kuadran," memiliki standar kebenarannya sendiri, atau uji validitasnya:
Interior | Exterior | |
---|---|---|
Individual | Standar: Kejujuran (Perspektif orang pertama) (ketulusan, integritas, kepercayaan) | Standar: Kebenaran (Perspektif orang ketiga) (korespondensi, representasi, proposisional) |
Kolektif | Standar: Keadilan (Perspektif orang kedua) (kesesuaian budaya, pemahaman bersama) | Standar: Kesesuaian Fungsional (Perspektif orang ketiga) (Teori sistem jaring, fungsionalisme struktural, jaringan sistem sosial) |
- Interior individual/orang pertama: Dunia subjektif, ranah subjektif individu. Standarnya adalah 'kejujuran' (truthfulnessBahasa Inggris), yang mencakup ketulusan, integritas, dan kepercayaan.
- Interior kolektif/orang kedua: Ruang intersubjektif, latar belakang budaya. Standarnya adalah 'keadilan' (justnessBahasa Inggris), yang mencakup kesesuaian budaya, kebenaran, dan pemahaman bersama.
- Exterior individual/orang ketiga: Keadaan objektif. Standarnya adalah 'kebenaran' (truthBahasa Inggris), yang mencakup korespondensi, representasi, dan proposisional.
- Exterior kolektif/orang ketiga: Kesesuaian fungsional, "bagaimana entitas saling cocok dalam suatu sistem." Standarnya adalah 'kesesuaian fungsional' (functional fitBahasa Inggris), yang mencakup jaringan teori sistem, fungsionalisme struktural, dan jalinan sistem sosial.
2.2.3. Kesalahan Pra/Trans
Ken Wilber mengidentifikasi sebuah kesalahan umum dalam klaim tentang keadaan kesadaran non-rasional yang ia sebut sebagai Kesalahan pra/trans (pre/trans fallacyBahasa Inggris). Menurut Wilber, tahapan kesadaran non-rasional-yang ia bedakan menjadi tahapan "pra-rasional" dan "trans-rasional"-dapat dengan mudah disalahpahami satu sama lain. Dalam pandangannya, seseorang dapat mereduksi realisasi spiritual trans-rasional menjadi regresi pra-rasional, atau sebaliknya, mengangkat keadaan pra-rasional ke domain trans-rasional.
Sebagai contoh, Wilber mengklaim bahwa Sigmund Freud dan Carl Jung melakukan kesalahan ini. Freud menganggap realisasi mistis sebagai regresi ke keadaan infantil "samudra" (oceanic stateBahasa Inggris), sehingga Wilber menuduh Freud melakukan kesalahan reduksi. Sebaliknya, Jung, menurut Wilber, melakukan bentuk kesalahan yang berlawanan dengan menganggap mitos pra-rasional sebagai refleksi realisasi ilahi. Demikian pula, keadaan pra-rasional dapat disalahartikan sebagai keadaan pasca-rasional. Wilber sendiri mengakui bahwa ia pernah menjadi korban kesalahan pra/trans dalam karya-karya awalnya, khususnya dalam The Spectrum of Consciousness.
Wilber menjelaskan bahwa kesalahan ini sering kali muncul dari kebingungan antara dua jenis "kejatuhan" (the fallBahasa Inggris): "kejatuhan metafisik" (metaphysical fallBahasa Inggris) dan "kejatuhan psikologis" (psychological fallBahasa Inggris). Kejatuhan metafisik adalah hilangnya identitas sadar dengan Roh, yang menyebabkan individu terjerumus ke dalam dunia "dosa" seperti keterasingan, pemisahan, dualitas, dan keterbatasan. Sementara itu, kejatuhan psikologis adalah pengakuan introspektif bahwa diri berada dalam keadaan jatuh tersebut.
Menurut Wilber, Roh adalah fondasi dunia fenomenal, dan setiap keberadaan selalu terhubung sempurna dengan Roh. Jadi, masalah manusia bukanlah bagaimana membangun koneksi dengan Roh, melainkan bagaimana mengenali bahwa koneksi itu sudah ada. Ketika kemampuan introspektif matang, manusia menyadari bahwa mereka hidup dalam dunia "dosa," yang menyebabkan penderitaan mental. Penderitaan ini, jika dihadapi, dapat mendorong upaya aktif menuju keselamatan. Wilber menyebut transisi ini sebagai "Busur Ke Dalam" (Inward ArcBahasa Inggris) dari "Busur Ke Luar" (Outward ArcBahasa Inggris), yang merupakan langkah penting bagi pertumbuhan kepribadian menuju tahapan transpersonal yang lebih tinggi.
Manusia mengalami "kejatuhan metafisik" sejak lahir, yang berarti semua manusia terlahir dalam "Neraka." Namun, untuk mengenali "Neraka" ini, diperlukan kemampuan introspektif. Tanpa itu, seseorang hidup dalam "Neraka Bawah Sadar." Meskipun tampak damai, keadaan ini tetap dicirikan oleh "dosa." Keselamatan sejati membutuhkan pengakuan akan kebutuhan akan keselamatan, bergerak dari "Neraka Bawah Sadar" ke "Neraka Sadar." Pertumbuhan ini memungkinkan kemungkinan untuk mencapai "Surga Sadar."
Kesalahan pra/trans sering menghasilkan dua kebingungan:
- Reduksionisme: Salah memahami tahap perkembangan yang lebih tinggi (misalnya, tahap transpersonal) sebagai tahap yang lebih rendah (misalnya, tahap pra-personal). Contohnya adalah menginterpretasikan pengalaman religius yang mendalam sebagai regresi patologis.
- Elevasionisme: Salah memahami tahap perkembangan yang lebih rendah (misalnya, tahap pra-personal) sebagai tahap yang lebih tinggi (misalnya, tahap transpersonal). Contohnya adalah menginterpretasikan pengalaman infantil sebagai pengalaman religius tingkat tinggi.
Wilber menekankan bahwa kebingungan teoretis ini dapat menyebabkan kekacauan praktis, terutama dalam pengaturan klinis, di mana intervensi yang tidak tepat (misalnya, pemberian obat untuk pengalaman religius yang disalahartikan sebagai patologi) atau penerapan metode yang salah (misalnya, meditasi untuk pengalaman patologis yang disalahartikan sebagai pengalaman spiritual tinggi) dapat menimbulkan "luka" serius pada klien.
2.2.4. Wilber tentang Sains
Ken Wilber mengkritik bahwa sains "keras" (hard scienceBahasa Inggris) saat ini terbatas pada apa yang ia sebut "sains sempit" (narrow scienceBahasa Inggris). Sains sempit hanya mengakui bukti dari ranah kesadaran terendah, yaitu sensorimotor (lima indra dan perluasannya). Namun, Wilber melihat ilmu pengetahuan dalam arti luas dicirikan oleh tiga langkah: menentukan eksperimen, melakukan eksperimen dan mengamati hasilnya, serta memeriksa hasil dengan orang lain yang telah melakukan eksperimen yang sama secara kompeten. Ia menyajikan ini sebagai "tiga untaian pengetahuan yang valid" dalam Bagian III bukunya, The Marriage of Sense and Soul: Integrating Science and Religion.
Apa yang Wilber sebut "sains luas" (broad scienceBahasa Inggris) akan mencakup bukti dari logika, matematika, dan dari ranah simbolis, hermeneutika, serta ranah kesadaran lainnya. Pada akhirnya dan secara ideal, sains luas akan mencakup kesaksian para meditator dan praktisi spiritual. Konsepsi Wilber tentang sains mencakup sains sempit dan sains luas, misalnya, menggunakan mesin elektroensefalogram dan teknologi lain untuk menguji pengalaman para meditator dan praktisi spiritual lainnya, menciptakan apa yang Wilber sebut "sains integral."
Menurut teori Wilber, sains sempit mengungguli agama sempit, tetapi sains luas mengungguli sains sempit. Artinya, ilmu alam memberikan penjelasan realitas yang lebih inklusif dan akurat daripada tradisi agama eksoteris tertentu. Namun, pendekatan integral yang menggunakan intersubjektivitas untuk mengevaluasi klaim agama dan klaim ilmiah akan memberikan penjelasan realitas yang lebih lengkap daripada sains sempit.
Wilber merujuk pada Stuart Kauffman, Ilya Prigogine, Alfred North Whitehead, dan lainnya yang juga mengartikulasikan pemahamannya tentang realitas yang vitalistik dan teleologis, yang sangat bertentangan dengan sintesis evolusioner modern. Ia berpendapat bahwa kebetulan dan seleksi alam saja tidak cukup untuk menjelaskan kemunculan yang terlihat dalam evolusi. Banyak filsuf sains setuju bahwa kemunculan bentuk-bentuk yang sangat kompleks dalam alam tidak dapat sepenuhnya dijelaskan hanya oleh kebetulan dan seleksi. Alam semesta sedikit condong ke arah proses pengorganisasian diri, dan proses-proses ini-seperti yang pertama kali dijelaskan oleh Prigogine-menghindari kekacauan tingkat saat ini dengan melompat ke tingkat pengorganisasian diri yang lebih tinggi. Wilber melihat "tekanan" ini beroperasi di seluruh fisiosfer, biosfer, dan noosfer, yang secara metaforis ia gunakan untuk menunjukkan kehebatan peningkatan kemunculan, seperti contoh sayap atau mata.
2.2.5. Karya Selanjutnya
Pada tahun 2005, dalam peluncuran Integral Spiritual Center, sebuah cabang dari Integral Institute, Ken Wilber menyajikan ringkasan draf kasar setebal 118 halaman dari dua bukunya yang akan datang. Esai tersebut berjudul "Apa itu Spiritual Integral?" (What is Integral Spirituality?Bahasa Inggris), dan berisi beberapa ide baru, termasuk post-metafisika integral dan kisi Wilber-Combs. Pada tahun 2006, ia menerbitkan Integral Spirituality, di mana ia menguraikan ide-ide ini, serta konsep-konsep lain seperti Pluralisme Metodologis Integral dan sabuk konveyor perkembangan agama.
"Post-metafisika integral" adalah istilah yang diberikan Wilber untuk upayanya merekonstruksi tradisi spiritual-religius dunia dengan cara yang mempertimbangkan kritik modernisme dan pasca-modernisme terhadap tradisi-tradisi tersebut. Sementara itu, kisi Wilber-Combs (Wilber-Combs LatticeBahasa Inggris) adalah model konseptual kesadaran yang dikembangkan oleh Wilber dan Allan Combs. Model ini berupa kisi dengan keadaan kesadaran sekuensial pada sumbu-x (dari kiri ke kanan) dan struktur perkembangan, atau tingkat, kesadaran pada sumbu-y (dari bawah ke atas). Kisi ini mengilustrasikan bagaimana setiap struktur kesadaran menafsirkan pengalaman dari keadaan kesadaran yang berbeda, termasuk keadaan mistis, dengan cara yang berbeda-beda.
2.3. Evolusi Pemikiran Wilber
Pemikiran Ken Wilber mengalami evolusi signifikan yang ia sendiri kategorikan menjadi empat fase utama (Wilber I hingga Wilber IV), masing-masing ditandai oleh penekanan dan pengembangan teori yang berbeda, dari fokus awal pada spektrum kesadaran hingga kerangka AQAL yang komprehensif.
Wilber I: Spektrum Kesadaran
Fase ini ditandai oleh publikasi buku pertamanya, The Spectrum of Consciousness. Gagasan fundamental yang mendasari pemikiran Wilber adalah bahwa setiap perspektif di dunia secara inheren mengandung kebenaran. Oleh karena itu, yang dibutuhkan bukanlah memilih perspektif mana yang paling benar, melainkan mengenali dan menghormati kebenatan yang melekat pada setiap perspektif, lalu memahami bagaimana semua itu saling berhubungan. Wilber berpendapat bahwa kesadaran manusia terdiri dari berbagai hierarki atau tingkatan, dan pertumbuhan manusia terjadi melalui tahapan-tahapan ini. Proses pertumbuhan bertahap ini dapat dipahami sebagai upaya mengatasi egosentrisme bawaan. Berbagai metode penjelajahan diri, baik dari tradisi Timur maupun Barat, berfungsi sebagai katalis untuk mengatasi masalah yang dihadapi pada setiap tahapan pertumbuhan.
Secara umum, tahapan pertumbuhan ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga (atau empat) kategori:
- Pra-personal: Tahap di mana logika perilaku didasarkan pada pemenuhan dorongan fisik sebagai fondasi biologis. Individu membangun pengenalan diri dasar untuk bertahan hidup, memandang diri terpisah dari dunia dan rentan terhadap ancaman. Terapi kognitif-perilaku efektif untuk membangun struktur dasar kepribadian pada tahap ini.
- Personal Awal: Tahap di mana individu membangun diri sebagai anggota komunitas dengan menginternalisasi bahasa dan norma-norma kolektif. Mengatasi dominasi dorongan fisik melalui internalisasi norma universal adalah tugas penting. Terapinya, seperti psikoanalisis, bertujuan mengatasi distorsi internal dari proses internalisasi ini.
- Personal Lanjut: Tahap di mana individu mengobjektifikasi norma dan keyakinan komunitas yang terinternalisasi, lalu merekonstruksinya berdasarkan sistem nilai uniknya sendiri. Individu dapat bertindak secara otonom berdasarkan tanggung jawabnya, setelah mempertimbangkan dari perspektif yang lebih komprehensif (pandangan dunia). Terapi eksistensial membantu mengembangkan kemampuan untuk membangun dan mempraktikkan "pemikiran" untuk memperkaya hidup dalam batasan struktural keberadaan individu.
- Transpersonal (atau Pasca-personal): Tahap di mana indra diri (self-senseBahasa Inggris) meluas dari ranah individual ke ranah spiritual. Basis keberadaan individu bergeser dari keberadaan di ruang-waktu menjadi "saksi" (Soul/SpiritBahasa Inggris) yang meliputi ruang-waktu. Metode transformasi kesadaran dari agama-agama Timur, seperti meditasi, efektif pada tahap ini, bertujuan menggeser basis identitas ke latar belakang yang memungkinkan keberadaan diri individu.
Wilber menekankan bahwa klasifikasi ini bersifat fleksibel, seperti spektrum pelangi, dan jumlah lapisannya dapat bervariasi. Ia juga mencatat bahwa tahapan pertumbuhan ini sangat fluid, dan "pusat gravitasi" (Center of GravityBahasa Inggris) individu terus berfluktuasi. Penting untuk melihat tidak hanya "tahapan" tetapi juga "keadaan" (statesBahasa Inggris), "garis" (linesBahasa Inggris), dan "tipe" (typesBahasa Inggris) kesadaran. Dorongan integratif yang melingkupi pemikiran Wilber berakar pada pengakuan bahwa kemampuan kognitif manusia secara struktural memiliki titik buta, dan ia berusaha mengatasinya semaksimal mungkin.
Wilber II: Kesalahan Pra/Trans
Fase ini ditandai oleh perenungan Wilber mengenai "Kesalahan pra/trans" (Pre/Post FallacyBahasa Inggris), yang ia identifikasi saat menulis The Atman Project dan Up from Eden. Ia menyadari bahwa model "Spektrum Kesadaran" awalnya mengandung kebingungan antara dua jenis "kejatuhan": kejatuhan metafisik (hilangnya identitas sadar dengan Roh) dan kejatuhan psikologis (pengakuan introspektif akan keadaan jatuh). Wilber menekankan bahwa Roh adalah fondasi dunia fenomenal, dan masalah manusia adalah mengenali koneksi yang sudah ada dengan Roh, bukan menciptakannya. Kesalahan pra/trans dapat menyebabkan reduksionisme (mereduksi pengalaman spiritual tinggi menjadi regresi patologis) atau elevasi (mengangkat pengalaman pra-rasional ke tingkat spiritual tinggi). Pemahaman ini menjadi krusial untuk menghindari intervensi yang tidak tepat dalam praktik klinis dan spiritual.
Wilber III: Garis Perkembangan
Pada fase ini, Wilber menyadari bahwa perkembangan kepribadian manusia tidaklah bersifat tunggal, melainkan multi-garis (multi-line developmentBahasa Inggris) yang terdiri dari berbagai domain perkembangan. Karya representatif dari periode ini adalah Transformations of Consciousness, yang ditulis bersama. Ide ini sejalan dengan Teori Multiple Intelligence Howard Gardner, yang mengakui berbagai kecerdasan seperti linguistik, musikal, logis-matistematis, spasial, kinestetik-tubuh, personal (intrapersonal dan interpersonal), naturalis, dan eksistensial.
Setiap domain perkembangan ini memiliki otonomi relatif dan membutuhkan "intervensi" (dukungan dan tantangan) unik untuk tumbuh. Wilber menekankan pentingnya "kapasitas integratif psike" (integrative capacity of the psycheBahasa Inggris), yaitu fungsi kesadaran yang menyatukan berbagai domain perkembangan ini menjadi satu kepribadian yang koheren. Kapasitas ini, yang juga disebut "indra diri proksimal" (proximate self-senseBahasa Inggris), adalah kemampuan kognitif yang mendasari pengalaman sadar manusia. Wilber berpendapat bahwa tingkat perkembangan kemampuan kognitif ini sangat penting karena menetapkan potensi pertumbuhan di domain perkembangan lainnya, seperti etika dan iman.
Dalam fase ini, Wilber juga membahas evolusi spesies manusia, melihatnya sebagai proses yang mencakup evolusi "individu" dan "kolektif" secara komplementer. Ia mengidentifikasi tiga kekuatan yang mempertanyakan validitas konsep evolusi manusia:
- Tradisionalis: Menganggap "evolusi" modern sebagai "kejatuhan" dari pandangan dunia tradisional.
- Romantis-Retro: Melihat sejarah manusia sebagai "sejarah dosa" yang dimulai dari "pengusiran" dari "Eden" kuno, dan mencari kembali ke "surga" masa lalu.
- Rasionalis: Percaya bahwa peradaban modern telah mencapai puncak evolusi, dan tidak ada struktur kognitif yang secara kualitatif lebih tinggi akan muncul.
Untuk mengembalikan konsep evolusi manusia, Wilber mengemukakan beberapa hukum penting:
- Ambiguitas Evolusi: Evolusi selalu membawa kemungkinan dan bahaya baru, karena penyelesaian masalah pada satu tahap dapat menciptakan masalah baru pada tahap yang lebih tinggi.
- Diferensiasi dan Disosiasi: Diferensiasi adalah proses penting dalam evolusi, tetapi jika berlebihan dapat menyebabkan disosiasi, seperti disosiasi fisik individu yang berujung pada kerusakan lingkungan global.
- Transendensi dan Represi: Struktur yang lebih tinggi melampaui dan mencakup struktur yang lebih rendah, tetapi kemampuan untuk memanipulasi hierarki yang lebih rendah dapat disalahgunakan, menyebabkan patologi seperti represi atau distorsi.
- Hierarki Alami dan Hierarki Patologis: Hierarki adalah hukum organisasi alami Kosmos, tetapi dalam aktivitas manusia, hierarki dapat berubah menjadi patologis jika tidak didasarkan pada "pelukan" (embraceBahasa Inggris) yang sehat.
- Potensi Tahap yang Lebih Tinggi Dikendalikan oleh Impuls yang Lebih Rendah: Teknologi canggih yang diciptakan oleh struktur yang lebih tinggi dapat disalahgunakan oleh impuls yang lebih rendah, seperti senjata pemusnah massal yang digunakan berdasarkan dorongan tribalisme.
Wilber IV: Visi Integral
Fase ini ditandai oleh publikasi Sex, Ecology, Spirituality pada tahun 1995, di mana Wilber berhasil mengintegrasikan domain "individu" dan "kolektif" ke dalam kerangka teoritis komprehensif yang dikenal sebagai AQAL (All Quadrants, All LevelsBahasa Inggris). Visi integral ini didasarkan pada kesadaran bahwa kemampuan kognitif manusia secara struktural memiliki titik buta, dan bertujuan untuk secara konstruktif memanfaatkan kondisi terbatas ini. Ini membantu individu kembali ke ruang kesadaran sebagai latar belakang pengalaman, memungkinkan penggunaan berbagai perspektif secara fleksibel tanpa terpaku pada satu pandangan.
AQAL mengembangkan hierarki vertikal kesadaran menjadi domain horizontal "I", "WE", "IT", dan "ITS", yang dianggap sebagai perspektif bawaan dan universal yang diperlukan untuk memahami semua fenomena. Wilber mengkritik fenomena "Flatland" (FlatlandBahasa Inggris), di mana masyarakat modern cenderung mengabsolutkan domain eksterior dan mengabaikan nilai interioritas, yang menyebabkan dangkalnya nilai-nilai dan penolakan terhadap pentingnya batin manusia. Pendekatan integral menekankan pentingnya mengintegrasikan teori dan praktik, serta mendorong penyelidikan tindakan (Action InquiryBahasa Inggris) untuk transformasi individu dan kolektif. Ini adalah filsafat praktis yang menekankan transformasi diri untuk membangun pandangan komprehensif yang diperlukan dalam menghadapi tantangan global, seperti krisis lingkungan dan konflik antar komunitas, yang membutuhkan tanggung jawab sejati.
3. Pengaruh
Pandangan Ken Wilber sangat dipengaruhi oleh berbagai tradisi spiritual dan filosofis, terutama dari Timur. Ia mendalami Buddhisme Madhyamaka, khususnya filsafat Nagarjuna, dan telah mempraktikkan berbagai bentuk meditasi Buddhisme di bawah bimbingan guru-guru seperti Dainin Katagiri, Taizan Maezumi, Chogyam Trungpa Rinpoche, Kalu Rinpoche, Alan Watts, Penor Rinpoche, dan Chagdud Tulku Rinpoche. Selain itu, Advaita Vedanta, Shaivisme Trika Kashmir, Buddhisme Tibet, Buddhisme Zen, Ramana Maharshi, dan Andrew Cohen juga merupakan pengaruh penting dalam pemikirannya. Meskipun banyak mempraktikkan metode meditasi Buddhisme, Wilber tidak mengidentifikasi dirinya sebagai seorang Buddhis.
Wilber juga beberapa kali memuji karya Adi Da dengan sangat tinggi, meskipun ia memiliki keberatan terhadap Adi Da sebagai seorang guru. Dalam bukunya Sex, Ecology, Spirituality, Wilber banyak merujuk pada filsafat Plotinus, yang ia pandang sebagai non-dual.
Di antara pemikir Barat, Frank Visser mencatat bahwa konsep empat kuadran atau dimensi keberadaan Wilber sangat mirip dengan konsep empat bidang pengetahuan E. F. Schumacher. Visser juga menemukan bahwa konsep tingkat perkembangan Wilber, serta kritiknya terhadap sains sebagai sesuatu yang satu dimensi, sangat mirip dengan yang ada dalam buku Forgotten Truth karya Huston Smith. Aspek-aspek esoteris dari teori Wilber juga didasarkan pada filsafat Sri Aurobindo dan teoritikus lain termasuk Adi Da.
Pemikiran Wilber dicirikan oleh liberalisme yang terbuka. Ia tidak memaksakan idenya, melainkan menyajikannya dengan sikap bahwa "ini juga merupakan cara berpikir," dan puncak pemikirannya adalah keadaan "kekosongan" (空kūBahasa Jepang) yang lembut.
4. Kehidupan Pribadi
Kehidupan pribadi Ken Wilber, termasuk pernikahannya dengan Treya Killam dan perjuangannya melawan penyakit kronis, telah secara signifikan membentuk dan memengaruhi karya-karyanya, terutama dalam eksplorasi spiritualitas dan penyembuhan.
Pernikahan pertamanya adalah dengan Amy Wagner pada tahun 1972, yang berakhir dengan perceraian pada tahun 1981.
Pada tahun 1983, Wilber menikah dengan Terry "Treya" Killam. Namun, hanya beberapa hari setelah pernikahan, Treya didiagnosis menderita kanker payudara. Dari tahun 1984 hingga 1987, Wilber hampir sepenuhnya menghentikan kegiatan menulisnya untuk merawat sang istri. Selama periode yang sulit ini, Wilber kemudian melaporkan bahwa ia sempat meninggalkan praktik meditasi dan menjadi bergantung pada alkohol. Pada tahun 1985, saat berkunjung ke Lake Tahoe, Nevada, untuk pemulihan Treya, Wilber sendiri tertular penyakit (kemungkinan defisiensi enzim RNase) akibat kebocoran polutan, sebuah penyakit kronis yang masih ia lawan hingga kini. Treya Killam meninggal dunia pada Januari 1989. Pengalaman bersama mereka, termasuk perjuangan Treya melawan penyakitnya, dicatat dalam buku Grace and Grit: Spirituality and Healing in the Life of Treya Killam Wilber yang diterbitkan pada tahun 1991, yang juga mengintegrasikan jurnal pribadi Treya.
Setelah beberapa tahun berkabung, pada tahun 1997, Wilber menjalin hubungan dengan Marci Walters, seorang mahasiswa pascasarjana di Naropa Institute di Boulder. Mereka menikah pada tahun 2001 dan bercerai pada tahun 2002.
5. Penerimaan dan Kritik
Karya Ken Wilber telah menerima pujian luas atas upaya integratifnya yang ambisius, namun juga menghadapi berbagai kritik terkait metodologi, gaya penulisan, dan asosiasinya dengan tokoh kontroversial, yang menunjukkan kompleksitas penerimaan pemikirannya di berbagai kalangan.
5.1. Pujian dan Pengakuan
Ken Wilber telah dikategorikan sebagai pemikir New Age karena penekanannya pada pandangan transpersonal, namun dalam beberapa tahun terakhir ia juga diakui sebagai seorang filsuf. Majalah Publishers Weekly menjulukinya sebagai "Hegel spiritualitas Timur."
Wilber dipuji karena berhasil memperluas daya tarik "filsafat perenial" kepada khalayak yang jauh lebih luas. Dalam serangkaian esai dan karya yang dimulai dengan The Spectrum of Consciousness (1977), ia menciptakan model konseptual yang didukung oleh pengetahuan yang luas dan mendalam, serta memiliki aplikasi yang luas, memberikan pengaruh besar pada psikologi transpersonal akademis modern dan konstruksi teori awal psikologi transpersonal. Hirofumi Tsushiro menilai model Wilber bermanfaat dalam studi agama, menyatakan bahwa model tersebut "tidak tertutup, tetapi terbuka untuk pengembangan dan revisi oleh orang lain. Bagaimanapun, visi integral Wilber berguna untuk memastikan luasnya jangkauan penelitian agama."
Berbagai tokoh budaya dan politik terkemuka, seperti Bill Clinton, Al Gore, Deepak Chopra, Richard Rohr, dan musisi Billy Corgan, telah menyebutkan pengaruh Wilber dalam pemikiran mereka. Paul M. Helfrich memujinya atas "pemahaman dini bahwa pengalaman transendental tidak semata-mata patologis, dan jika dikembangkan dengan benar dapat sangat mempengaruhi perkembangan manusia." Psikiater Stanislav Grof memuji pengetahuan dan karya Wilber dengan sangat tinggi, menyatakan bahwa Wilber telah menghasilkan "karya sintesis yang luar biasa kreatif dari data yang diambil dari berbagai bidang dan disiplin ilmu... Pengetahuannya tentang literatur benar-benar ensiklopedis, pikiran analitisnya sistematis dan tajam, dan kejelasan logikanya luar biasa. Cakupan yang mengesankan, sifat komprehensif, dan ketelitian intelektual dari karya Ken telah membantu menjadikannya teori psikologi transpersonal yang diakui secara luas dan sangat berpengaruh."
5.2. Kritik dan Kontroversi
Meskipun Ken Wilber adalah tokoh terkemuka dalam psikologi transpersonal, penerimaan terhadap karyanya sangat beragam, mencakup pujian dan kritik.
Beberapa kritik utama terhadap pendekatan Wilber meliputi:
- Kategorisasi dan Objektifikasi Berlebihan: Pendekatannya dituduh terlalu banyak mengategorikan dan mengobjektifikasi, membuatnya terkesan dangkal dan kurang mendalam.
- Bias dan Reduksionisme: Ia dikritik sebagai "maskulinis" (masculinistBahasa Inggris) dan patriarkal, serta dituduh mengkomersialkan spiritualitas dan merendahkan emosi. Beberapa kritikus, termasuk feminis dan ekologi transpersonal, melihat pendekatannya sebagai bias maskulinis. Ada juga kritik bahwa model perkembangan transpersonalnya terlalu bias terhadap pemikiran Timur, khususnya Hinduisme dan Buddhisme, dan gagal menjelaskan pengalaman religius monoteistik secara memadai. Steve McIntosh berpendapat bahwa Wilber gagal membedakan antara "filsafat" dan "agama" Vedantik serta Buddhisme-nya sendiri, yang mendasari pemikirannya pada asumsi bahwa ajaran Vedanta dan Buddhisme adalah "kebenaran."
- Masalah Metodologi dan Interpretasi: Kritikus dari berbagai bidang menyoroti masalah dalam interpretasi Wilber dan kutipan yang tidak akurat dari sumber-sumbernya yang luas.
- Gaya Penulisan: Gaya penulisannya dikritik karena pengulangan yang tidak perlu, panjangnya buku yang berlebihan, dan hiperbola. Christopher Bache menyebut gaya penulisan Wilber "lancar bicara" (glibBahasa Inggris), sementara Stanislav Grof menggambarkan tulisan Wilber memiliki "gaya polemik yang sering agresif, termasuk serangan ad hominem yang keras, dan tidak kondusif untuk dialog pribadi."
- Pengabaian: Grof mengkritik Wilber karena mengabaikan domain pra-kelahiran dan peri-kelahiran dari spektrum kesadarannya, serta mengabaikan pentingnya psikologis dari kelahiran dan kematian biologis. Wilber menanggapi bahwa tradisi agama dunia tidak mendukung pentingnya domain perinatal yang diberikan Grof.
Dukungan terhadap Wilber, bahkan di kalangan transpersonal, dilaporkan telah berkurang pada awal 1990-an. Edward J. Sullivan, dalam ulasannya tentang buku panduan Visser Ken Wilber: Thought as Passion, berpendapat bahwa Wilber "seharusnya lebih banyak berpikir dan lebih sedikit menerbitkan."
Kontroversi Marc Gafni:
Wilber menarik banyak kontroversi dari tahun 2011 hingga saat ini karena dukungannya terhadap Marc Gafni, seorang tokoh yang dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Dukungan Wilber ini diungkapkan di blognya, yang memicu petisi dari sekelompok rabi yang menyerukan agar Wilber secara terbuka menjauhkan diri dari Gafni. Kontroversi ini menyoroti dampak negatif dari asosiasi Wilber terhadap isu-isu hak asasi manusia dan kemajuan sosial.
6. Karya
Ken Wilber adalah seorang penulis yang sangat produktif, dengan daftar karya yang mencakup puluhan buku, esai, rekaman audio, dan adaptasi visual, yang semuanya mencerminkan jangkauan luas kontribusinya dalam teori integral dan psikologi transpersonal.
6.1. Buku dan Publikasi
Ken Wilber telah menerbitkan banyak buku dan publikasi yang mencakup berbagai aspek dari teori integral, psikologi transpersonal, filsafat, dan spiritualitas. Berikut adalah daftar karya utamanya:
- The Spectrum of Consciousness (1977, edisi ulang 1993)
- No Boundary: Eastern and Western Approaches to Personal Growth (1979, edisi cetak ulang 2001)
- The Atman Project: A Transpersonal View of Human Development (1980, edisi ke-2)
- Up from Eden: A Transpersonal View of Human Evolution (1981, edisi baru 1996)
- The Holographic Paradigm and Other Paradoxes: Exploring the Leading Edge of Science (editor, 1982)
- A Sociable God: A Brief Introduction to a Transcendental Sociology (1983, edisi baru 2005 dengan judul Toward a New Understanding of Religion)
- Eye to Eye: The Quest for the New Paradigm (1984, edisi revisi ke-3 2001)
- Quantum Questions: Mystical Writings of the World's Great Physicists (editor, 1984, edisi revisi 2001)
- Transformations of Consciousness: Conventional and Contemplative Perspectives on Development (penulis bersama Jack Engler, Daniel Brown, 1986)
- Spiritual Choices: The Problem of Recognizing Authentic Paths to Inner Transformation (penulis bersama Dick Anthony, Bruce Ecker, 1987)
- Grace and Grit: Spirituality and Healing in the Life of Treya Killam Wilber (1991, edisi ke-2 2001)
- Sex, Ecology, Spirituality: The Spirit of Evolution (edisi ke-1 1995, edisi revisi ke-2 2001)
- A Brief History of Everything (edisi ke-1 1996, edisi ke-2 2001)
- The Eye of Spirit: An Integral Vision for a World Gone Slightly Mad (1997, edisi ke-3 2001)
- The Essential Ken Wilber: An Introductory Reader (1998)
- The Marriage of Sense and Soul: Integrating Science and Religion (1998, edisi cetak ulang 1999)
- One Taste: The Journals of Ken Wilber (1999, edisi revisi 2000)
- Integral Psychology: Consciousness, Spirit, Psychology, Therapy (2000)
- A Theory of Everything: An Integral Vision for Business, Politics, Science and Spirituality (2000)
- Boomeritis: A Novel That Will Set You Free (2002)
- The Simple Feeling of Being: Visionary, Spiritual, and Poetic Writings (2004, dipilih dari karya-karya sebelumnya)
- The Integral Operating System (primer 69 halaman tentang AQAL dengan DVD dan 2 CD audio, 2005)
- Integral Spirituality: A Startling New Role for Religion in the Modern and Postmodern World (2006)
- The One Two Three of God (3 CD audio - wawancara, CD ke-4 - meditasi terbimbing; pendamping Integral Spirituality, 2006)
- Integral Life Practice Starter Kit (lima DVD, dua CD, tiga buklet, 2006)
- The Integral Vision: A Very Short Introduction to the Revolutionary Integral Approach to Life, God, the Universe, and Everything (2007)
- Integral Life Practice: A 21st-Century Blueprint for Physical Health, Emotional Balance, Mental Clarity, and Spiritual Awakening (2008)
- The Pocket Ken Wilber (2008)
- The Integral Approach: A Short Introduction by Ken Wilber (eBook, 2013)
- The Fourth Turning: Imagining the Evolution of an Integral Buddhism (eBook, 2014)
- Wicked & Wise: How to Solve the World's Toughest Problems (bersama Alan Watkins, 2015)
- Integral Meditation: Mindfulness as a Way to Grow Up, Wake Up, and Show Up in Your Life (2016)
- The Religion of Tomorrow: A Vision For The Future of the Great Traditions (2017)
- Trump and a Post-Truth World (2017)
- Integral Buddhism: And the Future of Spirituality (2018)
- Integral Politics: Its Essential Ingredients (eBook, 2018)
- Grace and Grit (2020, edisi baru Shambhala)
- Finding Radical Wholeness: The Integral Path to Unity, Growth, and Delight (2024, Shambhala)
- A Post-Truth World: Politics, Polarization, and a Vision for Transcending the Chaos (2024, Shambhala)
6.2. Media Lainnya
Selain buku-buku, Ken Wilber juga telah berkontribusi pada berbagai format media lain:
- Wawancara Audio:
- Speaking of Everything (wawancara audio 2 jam dalam CD, 2001)
- Kosmic Consciousness (wawancara audio 12,5 jam dalam sepuluh CD, 2003)
- Kontribusi Film/DVD:
- Bersama Cornel West, ia memberikan komentar tentang film The Matrix, The Matrix Reloaded, dan The Matrix Revolutions. Ia juga muncul dalam Return To Source: Philosophy & The Matrix di The Roots Of The Matrix, keduanya termasuk dalam The Ultimate Matrix Collection (2004).
- Ia menjabat sebagai produser eksekutif untuk DVD Stuart Davis berjudul Between the Music: Volume 1 dan Volume 2.
- Buku Audio:
- A Brief History of Everything (Shambhala Audio, 2008)
- Kosmic Consciousness (Sounds True Incorporated, 2003)
- Adaptasi Film:
- Kisah Wilber tentang penyakit dan kematian istrinya, Treya, yang ditulis dalam buku Grace and Grit: Spirituality and Healing in the Life of Treya Killam Wilber (1991), diadaptasi menjadi film layar lebar yang dibintangi Mena Suvari dan Stuart Townsend pada tahun 2021.