1. Early life and education
Mariam binti Abdul Aziz lahir pada 29 Januari 1956 di Brunei Town (sekarang Bandar Seri Begawan). Ia memiliki nama lahir Mariam BellMariam BellBahasa Inggris. Ia adalah anak keempat dalam keluarganya. Ayahnya, Jimmy Bell, adalah seorang pegawai pemerintah di Brunei yang memiliki keturunan Skotlandia dan Jepang. Setelah menikah dengan ibunya, Rashidah Saleh yang berdarah Brunei, Jimmy Bell masuk Islam dan mengambil nama Abdul Aziz. Dengan demikian, Mariam memiliki latar belakang campuran: setengah Brunei, seperempat Inggris, dan seperempat Jepang.
Ia menempuh pendidikan di Sultan Omar Ali Saifuddien College di Brunei Town. Selama masa sekolahnya, ia dilaporkan bersimpati terhadap Parti Rakyat Brunei (PRB), sebuah partai yang saat itu dilarang. Mariam juga merupakan saudara perempuan dari Pehin Dato Mohd Jaafar dan Dato Mohd Samid. Dari silsilah keluarganya, diketahui bahwa ibunya adalah Pengiran Rashida (Putri Rashida), dan kakek neneknya termasuk Pengiran Muhammad Salleh, Nursiah Muhammad Jaafar, Pengiran Munab, Pengiran Kalsum, Muhammad Jaafar Muhammad Saad, dan Sitirafeah Laut.
1.1. Early career
Sebelum pernikahannya dengan Sultan, Mariam binti Abdul Aziz bekerja sebagai pramugari untuk Royal Brunei Airlines. Pada tahun 1980, ia bertemu dengan Sultan Hassanal Bolkiah. Sultan tertarik padanya karena penampilannya yang dianggap eksotis dan unik. Pertemuan ini menjadi awal dari hubungan mereka yang kemudian berujung pada pernikahan.
2. Marriage and Royal Life
Mariam binti Abdul Aziz menjadi istri kedua Sultan Hassanal Bolkiah dalam sebuah upacara rahasia yang dilangsungkan pada 28 Oktober 1981. Pernikahannya dengan Sultan pada awalnya tidak disetujui oleh ayah Sultan, Sultan Omar Ali Saifuddien III, terutama karena Mariam adalah rakyat biasa dengan latar belakang campuran dan bukan keturunan Melayu murni. Namun, pada Maret-April 1987, Sultan Omar Ali akhirnya berdamai dan mulai menerimanya sebagai menantunya.
Keluarganya tinggal di Istana Nurul Izzah di Kampong Jerudong, sebuah istana yang dibangun khusus untuknya oleh Sultan dengan biaya sekitar 120.00 M USD. Meskipun secara resmi ia menempati peringkat kedua setelah Raja Isteri Saleha, Mariam sering kali dianggap lebih berpengaruh di dalam istana. Sultan menghabiskan sebagian besar waktunya bersamanya, baik di dalam negeri maupun selama perjalanan resmi dan tidak resmi ke luar negeri. Beredar pula rumor bahwa ia memanfaatkan statusnya untuk mempromosikan putranya, Abdul Azim, sebagai pewaris takhta. Mariam juga menjabat sebagai Kolonel Kepala Kompeni Askar Wanita (Women's Company) dari Resimen Melayu Diraja Brunei (RBMR), yang didirikan pada tahun 1981.
2.1. Children
Dari pernikahannya dengan Sultan Hassanal Bolkiah, Mariam binti Abdul Aziz dikaruniai empat orang anak:
- Pangeran Abdul Azim (lahir 29 Juli 1982 - meninggal 24 Oktober 2020)
- Putri Azemah Ni'matul Bolkiah (lahir 26 September 1984)
- Putri Fadzilah Lubabul Bolkiah (lahir 23 Agustus 1985)
- Pangeran Abdul Mateen (lahir 10 Agustus 1991)
Selain keempat anak kandungnya, Mariam juga memiliki seorang putri angkat bernama Afifa Abdullah.
3. Divorce and Legal Proceedings
Setelah bertemu pada tahun 1980, Mariam dan Sultan Hassanal Bolkiah bercerai pada Februari 2003. Pengumuman resmi perceraian mereka disampaikan oleh Pangeran Sufri Bolkiah, saudara laki-laki Sultan, melalui siaran televisi resmi pada 2 Februari 2003. Perceraian ini dilakukan sesuai dengan hukum Syariah Islam yang berlaku di Brunei. Segera setelah pengumuman tersebut, beberapa gambar mantan istri Sultan yang sebelumnya dipajang di berbagai kantor pemerintahan dan perusahaan, bersama dengan foto-foto Sultan dan istri pertamanya, dengan cepat diturunkan. Meskipun Sultan memiliki waktu 100 hari untuk mengubah keputusannya tanpa memerlukan sumpah pernikahan baru, tidak ada penjelasan resmi yang diberikan mengenai alasan perceraian tersebut. Setelah perceraian, Mariam dilaporkan merasa tidak bahagia dan berjuang untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang lebih mandiri, dengan seorang hakim menggambarkannya sebagai sosok yang "murah hati dan percaya, namun digantikan oleh kesepian dan kerinduan akan persahabatan."
3.1. Jewellery lawsuit
Setelah perceraiannya, Mariam binti Abdul Aziz terlibat dalam dua gugatan hukum di London terkait tuduhan pencurian perhiasan. Ia menuduh Fatimah Kumin Lim telah mencuri perhiasannya. Hakim memutuskan bahwa Fatimah Kumin Lim secara ilegal telah menjual dua berlian dan perhiasan berlian lainnya yang bernilai sekitar 12.50 M GBP. Pada saat itu, Mariam tinggal di Singapura dan sedang mengupayakan kompensasi atas pencurian tersebut. Dalam kesaksiannya di pengadilan, Mariam pernah menyatakan bahwa ia menyerahkan sebuah gelang berlian kepada salah satu pengawalnya untuk disimpan saat ia keluar pada tahun 2008, dan sejak itu ia tidak pernah melihat gelang tersebut lagi.
4. Social Contributions and Charity Activities
Mariam binti Abdul Aziz memiliki peran penting dalam kegiatan sosial dan amal. Ia menjabat sebagai pelindung Pusat Ehsan Al-Ameerah Al-Hajjah Maryam, sebuah organisasi nirlaba dan organisasi amal yang berdedikasi untuk menyediakan pelatihan, rehabilitasi, dan kesempatan pendidikan berkualitas tinggi bagi individu dengan kebutuhan khusus. Pusat ini didirikan oleh Mariam sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup para penyandang disabilitas.
Pada 8 Mei 2002, Mariam juga berpartisipasi dalam sesi tai chi bersama Putri Masna Bolkiah dalam sebuah acara amal massal yang diselenggarakan oleh Asosiasi Wanita Bisnis Brunei di Stadion Nasional Hassanal Bolkiah.
5. Titles, Styles, and Honours
Setelah perceraiannya pada tahun 2003, gelar kehormatan nasional Mariam binti Abdul Aziz dicabut. Meskipun demikian, ia masih memegang gelar Datin Paduka Seri hingga tahun 2022.
5.1. National Honours
Berikut adalah penghargaan nasional yang pernah diterima Mariam binti Abdul Aziz:
Royal Family Order of the Crown of Brunei
Royal Family Order of the Crown of Brunei (DKMB; 11 April 1987)
Most Exalted Order of Famous Valour
Most Exalted Order of Famous Valour Kelas Pertama (DPKT; 29 November 1996) - Datin Paduka Seri

Sultan Hassanal Bolkiah Medal
Medali Sultan Hassanal Bolkiah (PHBS; 1 Agustus 1968)
Medali Yubileum Perak Sultan Brunei (5 Oktober 1992)

Proclamation of Independence Medal
Medali Proklamasi Kemerdekaan (1 Januari 1984)
5.2. Foreign Honours
Berikut adalah penghargaan yang diterima Mariam binti Abdul Aziz dari negara-negara lain:
- Yordania:
Supreme Order of the Renaissance
Supreme Order of the Renaissance Grand Cordon (19 Desember 1984)
- Malaysia:

Malaysian Service Medal
Malaysian Service Medal (PJM; 11 April 1987)
Royal Family Order of Kelantan
Royal Family Order of Kelantan (DK; 7 Maret 1999)
Royal Family Order of Johor
Royal Family Order of Johor Kelas Pertama (DK I; 6 Maret 1997)
Order of the Crown of Johor
Order of the Crown of Johor Komandan Agung Ksatria (SPMJ; 11 April 1987) - Datin Paduka
Order of the Star of Hornbill Sarawak
Order of the Star of the Hornbill of Sarawak Komandan Ksatria (DA) - Datuk Amar
- Korea Selatan:
Grand Order of Mugunghwa
Grand Order of Mugunghwa (6 April 1984)
6. Legacy and Commemoration
Beberapa institusi di Brunei Darussalam dinamai untuk menghormati Mariam binti Abdul Aziz, menunjukkan warisan dan kontribusinya. Institusi-institusi ini mencakup fasilitas kesehatan, pendidikan, dan keagamaan.

- Rumah Sakit Pengiran Isteri Hajjah Mariam (RSPIHM), yang merupakan rumah sakit distrik terbesar keempat di negara ini. Rumah sakit ini berlokasi di kota Bangar, Distrik Temburong.
- Sekolah Menengah Pengiran Isteri Hajjah Mariam (SMPIHM), sebuah sekolah yang terletak di Kampong Serasa.
- Masjid Al-Ameerah Al-Hajjah Maryam, sebuah tempat ibadah yang berada di Kampong Jerudong.