1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Marie Henriette Anne lahir pada 23 Agustus 1836 di Istana Buda di Pest, Kerajaan Hungaria. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara dari pernikahan Adipati Agung Joseph, Palatine Hungaria, dan Adipatni Maria Dorothea dari Württemberg.
1.1. Masa Kecil dan Pendidikan

Sebagian besar masa kecil Marie Henriette dihabiskan di Istana Buda, Hungaria. Ia dikenal sebagai pribadi yang lincah dan energik, dengan kemauan keras dan temperamen yang berapi-api. Ia memiliki minat besar pada menunggang kuda sejak usia dini. Konon, ibunya membesarkannya "seperti seorang laki-laki", yang mungkin berkontribusi pada karakternya yang kuat dan independen.
1.2. Keluarga dan Lingkungan Pertumbuhan
Dari pihak ayahnya, Marie Henriette adalah sepupu dari Kaisar Ferdinand I dari Austria dan cucu dari Leopold II, Kaisar Romawi Suci. Dari pihak ibunya, ia adalah sepupu jauh dari Ratu Mary dari Britania Raya di masa depan. Ia kehilangan ayahnya pada usia sepuluh tahun. Setelah kematian ayahnya, ia menjadi tanggungan Adipati Agung John dari Austria dan tinggal di Palais Augarten di Wina. Lingkungan ini membentuknya menjadi sosok yang cerdas, terpelajar, dan berwawasan luas, meskipun ia juga dikenal memiliki jiwa petualang.
2. Pernikahan dengan Leopold II
Pernikahan Marie Henriette dengan Pangeran Leopold dari Belgia diatur dengan tujuan politik dan dinasti, meskipun tidak diinginkan oleh kedua belah pihak.
2.1. Latar Belakang dan Proses Pernikahan

Pernikahan Marie Henriette dengan Pangeran Leopold, pewaris takhta Belgia, diatur untuk memperkuat status monarki Belgia yang baru didirikan. Leopold I, Raja Belgia yang berlatar belakang Protestan, ingin putranya menikahi anggota dinasti Katolik yang bergengsi, dan nama besar Wangsa Habsburg milik Marie Henriette menjadi kualitas penting. Pernikahan ini juga menciptakan hubungan sejarah antara Kerajaan Belgia yang baru dengan dinasti Habsburg dari Belanda Austria.
Pernikahan ini diusulkan oleh calon ayah mertuanya, Raja Leopold I dari Belgia, kepada wali Marie Henriette, Adipati Agung John dari Austria, dan diatur oleh kedua pria tersebut tanpa persetujuan Marie Henriette. Ia diperkenalkan kepada Leopold di pesta istana kekaisaran di Hofburg pada Mei 1853, di mana ia diberitahu bahwa ia akan menikah dengannya. Baik Marie Henriette maupun Leopold tidak saling terkesan. Marie Henriette sempat memprotes rencana pernikahan tersebut, namun akhirnya dibujuk oleh ibunya untuk menerimanya. Leopold sendiri juga mengaku setuju menikah karena ayahnya.
Marie Henriette melepaskan haknya atas takhta Austria dan menandatangani kontrak pernikahan di Wina pada 8 Agustus 1853. Pernikahan perwakilan (proksi) dilakukan di Istana Schönbrunn pada 10 Agustus. Setelah itu, ia melakukan perjalanan ke Brussel, tempat upacara pernikahan resmi dengan Leopold secara langsung diselenggarakan pada 22 Agustus, sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-17. Pernikahan ini diikuti dengan tur keliling provinsi-provinsi Belgia dan perjalanan ke Britania Raya pada bulan Oktober. Ratu Victoria bahkan berkomentar kepada Raja Leopold I tentang perbedaan mencolok di antara pasangan tersebut. Marie Henriette digambarkan cerdas, terpelajar, dan berbudaya, sementara Leopold dikenal pandai berbicara dan tertarik pada urusan militer, namun mereka sama sekali tidak memiliki minat yang sama. Pernikahan yang diatur ini memang tidak bahagia sejak awal.
2.2. Pernikahan yang Tidak Bahagia dan Perpisahan
Hubungan perkawinan Marie Henriette dan Leopold II memburuk seiring waktu. Mereka tidak memiliki minat yang sama; Marie Henriette yang ekstrovert sering bertolak belakang dengan Leopold yang introvert. Pauline von Metternich bahkan menggambarkan pernikahan mereka seperti "antara seorang pawang kuda dengan seorang biarawati, dan biarawati itu adalah sang Adipati Brabant."
Setelah kematian putra satu-satunya, Pangeran Leopold, pada tahun 1869, Marie Henriette tidak menunjukkan kesedihannya secara terbuka seperti Leopold, tetapi ia melakukan beberapa perjalanan ke Swiss dan Hungaria tanpa Leopold untuk berduka, dan mulai mengembangkan minat terhadap agama. Raja dan ratu sempat berdamai sejenak dengan harapan dapat memiliki putra lagi, tetapi ketika usaha mereka justru menghasilkan kelahiran seorang putri, Clementine, pada tahun 1872, mereka hidup terpisah untuk sisa hidup mereka, meskipun secara resmi masih menikah. Leopold II menuduh Marie Henriette bertanggung jawab atas kematian putra mereka, tuduhan yang tidak bisa ia maafkan. Marie juga merasa dipermalukan oleh perselingkuhan terbuka Leopold. Setelah tahun 1872, mereka tidak lagi terlibat secara intim, meskipun masih tampil bersama di depan publik sebagai raja dan ratu.
3. Kehidupan sebagai Adipatni Brabant
Pada April 1854, Leopold dan Marie Henriette mulai menetap di Istana Laeken sebagai adipati dan adipatni Brabant. Mereka tinggal bersama Raja Leopold I serta dua anak bungsunya, Philippe dan Charlotte. Meskipun Marie Henriette tidak terlalu dekat dengan ayah mertuanya, ia menjadi teman akrab Charlotte. Marie Henriette diberi rumah tangga sendiri, dengan pelayan kehormatan utama mantan ibu mertuanya, Comtesse de Mérode.
Marie Henriette sangat menyukai hewan dan berkuda, bahkan memiliki sekitar 50 ekor kuda. Selain itu, ia mencoba membiakkan monyet, memelihara anjing, serta mengumpulkan burung beo dan ikan. Ia juga mengembangkan bakat musiknya dengan belajar menyanyi, bermain piano, dan harpa.
Karena alasan kesehatan, Leopold menyarankan mereka melakukan perjalanan ke tempat dengan iklim yang lebih hangat. Pada 1855, Marie Henriette ikut dalam perjalanan Leopold ke Mesir melalui Wina, Trieste, dan Korfu, lalu melanjutkan dari Mesir ke Yerusalem. Mereka juga melakukan kunjungan kenegaraan ke Prancis untuk menghadiri Pameran Dunia Paris 1855.
Pada 1856, sepupu Marie Henriette, Adipati Agung Maximilian (yang kelak menjadi Kaisar Meksiko), mengunjungi istana Belgia untuk bertemu calon istrinya, Charlotte. Maximilian menilai bahwa kecerdasan tajam Marie Henriette membantunya menghadapi banyak situasi sensitif, sekaligus membawa energi baru ke dalam keluarga kerajaan Belgia.
Pada tahun 1858, Marie Henriette melahirkan anak pertamanya, seorang putri, yang menimbulkan sedikit kekecewaan di kalangan keluarga kerajaan. Pewaris takhta yang ditunggu-tunggu akhirnya lahir pada 1859. Kemudian, pada 1860 dan 1864, Leopold kembali melakukan perjalanan panjang demi kesehatannya, kali ini tanpa ditemani Marie Henriette. Perjalanannya termasuk ke Mesir, Ceylon, India, dan Tiongkok. Saat itu, Marie Henriette sedang hamil, dan dia merasa kecewa karena harus tinggal di rumah mengurus anak-anak sementara Leopold menjelajahi dunia.
4. Kehidupan sebagai Ratu
Setelah naik takhta sebagai ratu pada tahun 1865, Marie Henriette menjalankan berbagai tugas kerajaan, meskipun hubungannya dengan sang raja tetap dingin. Ia menunjukkan minat besar pada seni dan militer, serta aktif terlibat dalam kegiatan sosial dan amal, terutama selama masa perang dan wabah.
4.1. Tugas Kerajaan dan Minat Pribadi
Marie Henriette dan Leopold masih tinggal bersama selama tujuh tahun pertama mereka sebagai raja dan ratu, tetapi hubungan mereka terasa dingin, dan Leopold digambarkan sebagai suami yang sopan namun otoriter. Marie Henriette sangat tertarik dengan opera dan teater, dan sering mengunjungi Teater Kerajaan La Monnaie, di mana kotak kerajaan diperpanjang dengan sebuah ruangan pribadi, tempat ratu dapat bersosialisasi dengan teman-teman dekat yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun.
Marie juga tertarik dengan musik dan melukis. Namun, minat utamanya adalah pada kuda-kuda Hungaria miliknya. Ia tidak hanya memelihara kuda untuk ditunggangi, tetapi juga aktif terlibat dalam pembiakannya. Ia bahkan secara pribadi mengurus kebutuhan kuda-kudanya, sesuatu yang tidak lazim dilakukan oleh seorang wanita kerajaan pada masa itu dan dianggap eksentrik.
Ratu juga tertarik pada masalah militer dan sering menghadiri latihan militer di Beverloo di Belgia timur, dengan kuda Hungaria miliknya yang ia beri nama Beverloo.
4.2. Kontribusi Sosial dan Kegiatan Amal
Pada 1867, kakak iparnya, Ratu Charlotte dari Meksiko, dipenjara karena ketidakstabilan mental oleh keluarga Habsburg. Leopold memberi tugas kepada Marie Henriette untuk bernegosiasi agar Charlotte dapat dibebaskan ke Belgia. Ia pergi ke Wina bersama penasihatnya, Baron Adrien Goffinet, dan berhasil menyelesaikan negosiasi setelah dua minggu. Charlotte awalnya tinggal bersama pasangan kerajaan di Laeken, dan Marie Henriette dikabarkan hampir tidak pernah meninggalkan sisi Charlotte, berusaha memperbaiki kesehatannya. Charlotte memang menunjukkan sedikit perbaikan, tetapi ketika kondisinya kembali menurun, Marie Henriette kehilangan kesabaran, dan pada 1869, Charlotte dipindahkan secara permanen dari Laeken.
Selama Perang Prancis-Prusia 1870-1871, Marie Henriette terlibat dalam perawatan medis. Meskipun Belgia tidak berpartisipasi dalam perang, ratu mengabdikan diri untuk merawat tentara asing yang terluka dan melewati perbatasan Belgia. Ia berhasil meyakinkan sang raja untuk membuka istana kerajaan di Brussel sebagai rumah sakit bagi tentara yang terluka setelah Pertempuran Sedan, dan ia sendiri merawat mereka di sana. Usahanya diakui, dan Raja John I dari Sachsen memberinya Sidonie Order sebagai penghargaan. Ia juga terlibat dalam perawatan mereka yang menderita wabah cacar di Brussel pada 1871.
Setelah kematian putranya, Marie Henriette hampir sepenuhnya menyerahkan perawatan anak-anaknya kepada pengasuh dan tutor, yang kabarnya menyalahgunakan wewenang mereka dan memperlakukan anak-anak itu dengan buruk. Sementara itu, sang ibu menjadi sosok yang jauh dari mereka dan menyetujui metode disiplin keras yang diterapkan para tutor. Ia menginginkan anak-anak perempuannya menikah dengan keluarga-keluarga dinasti yang terhormat. Ia senang dengan pernikahan Louise karena memberinya kesempatan untuk sering mengunjungi Hungaria tempat ia dibesarkan. Ia juga senang dengan pernikahan prestisius putrinya, Stéphanie, dengan putra mahkota Austria pada 1881. Namun, ketika menantu mereka, Putra Mahkota Austria, bunuh diri dalam Insiden Mayerling pada 1889, Marie Henriette dan Leopold mengabaikan larangan dari Kaisar Austria dan hadir dalam pemakamannya. Ia juga mendukung pernikahan putri bungsunya, Clementine, dengan keponakan suaminya, Putra Mahkota Belgia, dan sangat terpukul ketika putra mahkota itu meninggal pada 1891.
Ratu Marie Henriette tidak mendukung minat Raja Leopold terhadap Negara Bebas Kongo, yang ia anggap sebagai proyek gagal seperti Kekaisaran Meksiko, dan melihat seluruh proyek kolonial itu sebagai petualangan yang tidak realistis.
5. Anak-anak
Marie Henriette dan Leopold II memiliki empat orang anak:
- Putri Louise dari Belgia (1858-1924), menikah dengan Pangeran Philipp dari Saxe-Coburg dan Gotha.
- Pangeran Léopold, Adipati Brabant (1859-1869); meninggal muda. Kematiannya sangat memengaruhi hubungan orang tuanya.
- Putri Stéphanie dari Belgia (1864-1945), menikah dengan Pangeran Rudolf, Putra Mahkota Austria, putra dari Kaisar Franz Joseph I dari Austria dan Elisabeth dari Bayern.
- Putri Clémentine dari Belgia (1872-1955), menikah dengan Victor, Pangeran Napoléon.
6. Pensiun di Spa dan Kehidupan Akhir

Ratu Marie Henriette sering mengunjungi Spa di Belgia untuk waktu yang lama, untuk bersantai dari tugas-tugas representatifnya sebagai ratu dan kehidupan istana di Brussel, menyerahkan tugas seremonial kepada putrinya, Clementine. Spa dan daerah Ardennes mengingatkannya pada masa kecilnya di Hungaria, dan ia menikmati berjalan-jalan serta berkuda.
Pada tahun 1895, kebiasaan ini menjadi permanen. Ia pindah ke Spa; putri bungsunya, Clementine, menggantikannya sebagai wanita pertama di Istana Brussel selama sisa hidup suaminya. Marie Henriette membeli Hôtel du Midi di Spa dan secara efektif berpisah dari suaminya. Bersama asistennya, Auguste Goffinet, ia menempatkan delapan belas kuda di samping vilanya, menghadiri balapan kuda, dan menerima tamu asing. Ia terus menjalankan tugasnya sebagai ratu yang terbatas pada kota Spa, mengunjungi sekolah-sekolah, melakukan kegiatan amal, serta melindungi seniman, dan dikenal sebagai "Ratu Spa."
7. Kematian
Marie Henriette meninggal di Hôtel du Midi di Spa pada 19 September 1902, pada usia 66 tahun. Ia dimakamkan di Krypte Kerajaan di Gereja Bunda Maria dari Laeken di Brussel. Suaminya kemudian menikah (meski secara ilegal menurut hukum Belgia) dengan selirnya, Caroline Delacroix.
8. Warisan dan Evaluasi
Kehidupan Marie Henriette dari Austria ditandai oleh perpaduan antara tugas kerajaan, minat pribadi yang kuat, dan tantangan emosional yang mendalam.
8.1. Evaluasi Positif
Marie Henriette dikenang sebagai sosok yang energik, cerdas, dan penuh semangat. Kecintaannya pada kuda dan kemampuannya dalam berkuda serta beternak kuda menunjukkan sisi independen dan tidak konvensionalnya, yang jarang ditemukan pada wanita kerajaan pada masanya. Ia membawa semangat baru ke istana Belgia yang kaku. Kontribusi sosialnya, terutama selama Perang Prancis-Prusia di mana ia secara pribadi merawat tentara yang terluka dan membuka istana sebagai rumah sakit, serta keterlibatannya dalam penanganan wabah cacar, menyoroti empati dan dedikasinya terhadap kesejahteraan masyarakat. Penghargaan Order of Sidonia yang diterimanya dari Raja John I dari Sachsen adalah pengakuan atas upaya kemanusiaannya.
8.2. Kritik dan Kontroversi
Meskipun memiliki banyak kualitas positif, kehidupan Marie Henriette juga penuh dengan kesulitan. Pernikahan yang diatur dengan Leopold II tidak pernah bahagia, ditandai oleh perbedaan karakter yang mencolok dan perselingkuhan terbuka Leopold. Kematian putra satu-satunya, Pangeran Leopold, pada tahun 1869 menjadi titik balik yang tragis, mengubahnya menjadi sosok yang lebih jauh dan menarik diri, terutama dari anak-anaknya. Ia menyerahkan sebagian besar pengasuhan anak-anaknya kepada pengasuh dan tutor yang disebut-sebut memperlakukan mereka dengan buruk, dan ia menyetujui metode disipliner yang keras. Tuduhan Leopold II yang menyalahkan Marie Henriette atas kematian putra mereka juga menjadi beban emosional yang tidak pernah bisa ia maafkan. Penarikannya dari kehidupan publik ke Spa pada tahun-tahun terakhirnya mencerminkan keinginan untuk mencari ketenangan dari tekanan istana dan pernikahan yang tidak bahagia.
9. Gelar, Gaya, Penghargaan, dan Lambang
Marie Henriette dari Austria memiliki beberapa gelar dan gaya sepanjang hidupnya, serta menerima berbagai penghargaan.
9.1. Gelar dan Gaya
- 23 Agustus 1836 - 22 Agustus 1853: Yang Mulia Kekaisaran dan Kerajaan Adipatni Agung Marie Henriette dari Austria
- 22 Agustus 1853 - 17 Desember 1865: Yang Mulia Kekaisaran dan Kerajaan Adipatni Brabant
- 17 Desember 1865 - 19 September 1902: Yang Mulia Ratu Belgia
9.2. Penghargaan
Marie Henriette menerima penghargaan berikut:
Negara | Penghargaan |
---|---|
Austria-Hungaria | Dame dari Order of the Starry Cross, Kelas 1 |
Kerajaan Bavaria | Dame dari Order of St. Michael |
Belgia | Grand Cordon dari Order of Leopold |
Kekaisaran Meksiko Kedua | Dame Salib Agung dari Order of Saint Charles, 10 April 1865 |
Kekaisaran Persia | Order of the Sun, Kelas 1, 17 Juni 1873 |
Kerajaan Portugal | Dame dari Order of Queen Saint Isabel, 5 Agustus 1854 |
Kerajaan Prusia | Dame dari Order of Louise, Kelas 1 |
Kerajaan Sachsen | Dame dari Order of Sidonia, 1871 |
Spanyol | Dame dari Order of Queen Maria Luisa, 6 April 1863 |
Takhta Suci | Mawar Emas, 1893 - hadiah dari Paus Leo XIII |
Britania Raya dan Irlandia | Royal Order of Victoria and Albert, Kelas 1, 1878 |
9.3. Lambang
10. Silsilah
Berikut adalah silsilah Marie Henriette dari Austria:
- 1. Marie Henriette dari Austria
- 2. Adipati Agung Joseph, Palatine Hungaria
- 3. Adipatni Maria Dorothea dari Württemberg
- 4. Leopold II, Kaisar Romawi Suci
- 5. Infanta Maria Luisa dari Spanyol
- 6. Adipati Louis dari Württemberg
- 7. Putri Henriette dari Nassau-Weilburg
- 8. Franz I, Kaisar Romawi Suci
- 9. Maria Theresia, Ratu Hungaria
- 10. Carlos III dari Spanyol
- 11. Putri Maria Amalia dari Sachsen
- 12. Frederick II Eugene, Adipati Württemberg
- 13. Putri Friederike dari Brandenburg-Schwedt
- 14. Charles Christian, Pangeran Nassau-Weilburg
- 15. Putri Carolina dari Oranje-Nassau
- 16. Karl VI, Kaisar Romawi Suci
- 17. Elisabeth Christine dari Braunschweig-Wolfenbüttel
- 18. Léopold I dari Lorraine
- 19. Élisabeth Charlotte dari Orléans
- 20. Felipe V dari Spanyol
- 21. Elisabetta Farnese
- 22. Augustus III dari Polandia
- 23. Maria Josepha dari Austria
- 24. Karl Alexander dari Württemberg
- 25. Marie Auguste dari Thurn dan Taxis
- 26. Friedrich Wilhelm dari Brandenburg-Schwedt
- 27. Sophie Dorothea dari Prusia
- 28. Karl August dari Nassau-Weilburg
- 29. Auguste Friederike Wilhelmine dari Nassau-Idstein
- 30. Willem IV dari Oranje-Nassau
- 31. Anne dari Britania Raya