1. Overview
Masaichi Niimi (新見 政一Niimi MasaichiBahasa Jepang, lahir 4 Februari 1887 - meninggal 2 April 1993 pada usia 106 tahun) adalah seorang laksamana di Angkatan Laut Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II dan seorang sejarawan perang. Ia dikenal sebagai laksamana madya terakhir yang masih hidup dari Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada saat kematiannya. Sepanjang kariernya, ia memberikan kontribusi signifikan terhadap pemikiran strategis angkatan laut dan meninggalkan warisan penting melalui karya-karya tulisnya.
2. Kehidupan dan Karier Angkatan Laut
Masaichi Niimi menjalani karier yang panjang dan cemerlang di Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, mulai dari pendidikan awal hingga mencapai pangkat tinggi dan memegang jabatan komando penting.
2.1. Masa Kecil dan Pendidikan
Masaichi Niimi lahir pada 4 Februari 1887, di desa Kawauchi, Distrik Aki, Prefektur Hiroshima (sekarang bagian dari Kota Hiroshima, Asakita-ku). Ia adalah putra kedua dari keluarga yang bergerak di bidang pertanian dan produksi kecap. Istrinya, Sumiko, adalah saudara perempuan dari Laksamana Kobayashi Seizo. Niimi menempuh pendidikan awal di Sekolah Menengah Tadami Prefektur Hiroshima sebelum memasuki Akademi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.
2.2. Akademi Angkatan Laut dan Karier Awal
Niimi diterima di Akademi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada 2 Desember 1905, sebagai bagian dari kelas ke-36. Pada saat masuk, ia berada di peringkat ke-35 dari 200 kadet. Ia lulus pada 21 November 1908, dengan peringkat ke-14 dari 191 kadet. Salah satu teman sekelasnya adalah Laksamana Madya Mito Shunzo, yang juga merupakan teman sekolah menengahnya. Sebagai seorang kadet (midshipman), ia bertugas di kapal penjelajah Aso dan Izumo. Ia juga berpartisipasi dalam pelayaran pelatihan jarak jauh, termasuk ke Honolulu, San Francisco, Esquimalt, Vancouver, Tacoma, dan Seattle pada 1909, serta ke Guam, Suva, Auckland, Sydney, Townsville, Batavia (sekarang Jakarta), Singapura, Manila, dan Olongapo pada 1911. Ia diangkat sebagai Perwira (ensign) pada 15 Januari 1910, dan dipromosikan menjadi Letnan Dua (sub-lieutenant) pada 1 Desember 1911.
2.3. Pendidikan Lanjutan dan Spesialisasi
Niimi melanjutkan pendidikannya dengan mengikuti sekolah artileri angkatan laut dan torpedo pada 1910. Ia kemudian ditugaskan kembali ke Aso, diikuti oleh kapal perusak Yayoi. Pada 1 Desember 1914, ia dipromosikan menjadi Letnan, dan bertugas di kapal penjelajah Katori, kapal penjelajah tempur Ibuki, kapal tempur Kawachi, dan kapal perusak Umikaze. Ia juga menjabat sebagai instruktur di Sekolah Artileri Angkatan Laut pada 1917.
Ia menempuh pendidikan di Sekolah Staf Angkatan Laut pada 1917, dengan spesialisasi dalam artileri angkatan laut. Ia lulus pada 26 November 1919, menempati peringkat keempat dari 24 siswa di kelasnya. Setelah itu, ia menjadi kepala perwira artileri di kapal tempur Ise dan dipromosikan menjadi Letnan Komandan pada 1 Desember 1920.
Pada 1 Desember 1923, Niimi dikirim ke Britania Raya sebagai atase angkatan laut di Kedutaan Besar Jepang di London, sebuah posisi yang dipegangnya hingga 1925. Selama di sana, ia belajar hukum internasional di Universitas Oxford, menjadikannya salah satu perwira Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang paling berpengetahuan tentang Inggris. Pada 1 Desember 1924, ia dipromosikan menjadi Komandan. Pada 1922, ia menulis laporan penting kepada Staf Umum Angkatan Laut Kekaisaran Jepang mengenai pentingnya melindungi jalur pelayaran kapal dagang selama masa perang. Selama tugasnya di Inggris, ia juga melakukan penelitian ekstensif tentang sejarah Perang Dunia I, yang memengaruhi pandangan strategisnya.
2.4. Karier Utama dan Jabatan Komando
Sekembalinya ke Jepang, Niimi ditugaskan sebagai perwira eksekutif di kapal penjelajah ringan Kuma pada 20 Maret 1926. Ia kemudian menjadi instruktur di Sekolah Staf Angkatan Laut pada 1 Desember 1926, dan juga sebagai instruktur perang di Sekolah Staf Angkatan Darat pada 27 November 1929. Pada 30 November 1929, ia dipromosikan menjadi Kapten.
Pada 1 April 1931, Niimi menerima komando pertamanya sebagai komandan kapal penjelajah ringan Ōi. Ia kemudian menjabat sebagai komandan kapal penjelajah lapis baja Yakumo mulai 15 Oktober 1931, dan kapal penjelajah berat Maya mulai 15 November 1933. Selama masa komandonya atas Yakumo, ia memimpin armada pelatihan dalam pelayaran jarak jauh ke berbagai pelabuhan di Amerika Utara dan Pasifik, termasuk Seattle, San Francisco, Los Angeles, Acapulco, Balboa, Honolulu, Jaluit, Truk, Saipan, dan Palau pada 1933.
Pada 15 November 1935, Niimi dipromosikan menjadi Laksamana Muda dan menjabat sebagai kepala staf Distrik Angkatan Laut Kure. Ia kemudian menjadi kepala staf Armada ke-2 pada 1 April 1936. Pada 1937, ia menemani Pangeran Chichibu ke Inggris untuk upacara penobatan Raja George VI, setelah itu ia juga mengunjungi Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat. Pada 1 Desember 1937, ia diangkat sebagai Direktur Biro Pendidikan Angkatan Laut di Kementerian Angkatan Laut. Pada 15 November 1939, ia dipromosikan menjadi Laksamana Madya dan menjabat sebagai Komandan Akademi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.
2.5. Peran Selama Perang Dunia II
Pada 4 April 1941, Niimi mengambil alih komando Armada Ekspedisi Tiongkok ke-2. Dalam kapasitas ini, ia bertanggung jawab atas komponen angkatan laut dalam Pertempuran Hong Kong, yang melibatkan invasi dan blokade Pelabuhan Hong Kong menggunakan kapal patroli kecil dan beberapa kapal penjelajah ringan. Ia secara nominal berbagi posisi sebagai Gubernur Hong Kong di bawah pendudukan Jepang dengan Jenderal Takashi Sakai, meskipun wewenangya terbatas pada wilayah lepas pantai. Ia juga berpartisipasi dalam invasi Indochina Prancis Selatan.
2.6. Pangkat Tinggi dan Pensiun
Pada 14 Juli 1942, Niimi diangkat sebagai Panglima Tertinggi Distrik Angkatan Laut Maizuru. Pada 1 Desember 1943, ia ditugaskan ke Staf Umum Angkatan Laut. Ia kemudian ditempatkan dalam status siaga pada 15 Maret 1944, sebelum akhirnya dipindahkan ke cadangan pada 20 Maret 1944, mengakhiri karier aktifnya. Setelah pensiun, ia menjabat sebagai wakil ketua dan kepala markas pusat Dai-Nippon Gakuto Kaiyo Kyoiku Shinkokai (Asosiasi Promosi Pelatihan Kelautan Siswa Jepang) mulai 25 Maret 1944, dan juga sebagai staf klerikal Kementerian Angkatan Laut mulai 1 Juni 1944. Ia mengundurkan diri dari posisinya di asosiasi tersebut pada 1 Maret 1946, dan kemudian dikenakan pembersihan publik pada 28 November 1947.
3. Pemikiran Strategis dan Pandangan Internasional
Masaichi Niimi dikenal sebagai pemikir strategis yang visioner, terutama dalam analisisnya tentang perang total dan pentingnya perlindungan jalur laut. Setelah kembali dari tugasnya sebagai atase angkatan laut di Britania Raya, ia mengajukan dua laporan penting kepada Staf Umum Angkatan Laut Kekaisaran Jepang: "Dokumen Opini tentang Pemeliharaan Organisasi Komando Pusat Angkatan Laut" dan "Dokumen Opini tentang Perang Berkepanjangan". Dalam laporan-laporan ini, ia berpendapat bahwa perang dunia berikutnya akan menjadi perang total, di mana pertempuran armada yang menentukan kemungkinan besar tidak akan terjadi. Ia juga menekankan perlunya strategi yang terpadu antara pemerintah dan militer, serta mendesak langkah-langkah untuk melindungi jalur komunikasi laut Jepang. Meskipun pandangannya pada awalnya dianggap "menyimpang" oleh beberapa kalangan, peristiwa Perang Pasifik kemudian membuktikan kebenaran analisisnya.
Niimi juga menjabat sebagai instruktur sejarah perang di Sekolah Staf Angkatan Laut selama total lima tahun. Selama masa jabatannya sebagai Direktur Biro Pendidikan Angkatan Laut di Kementerian Angkatan Laut, ia berusaha mendirikan Sekolah Pertahanan Angkatan Laut untuk memperkuat perlindungan jalur laut. Namun, usulannya ditentang oleh Biro Urusan Militer Angkatan Laut, yang dipimpin oleh Inoue Shigeyoshi. Meskipun ada perbedaan pendapat, Niimi dan Inoue sebenarnya memiliki kesamaan dalam pandangan pro-Britania Raya dan Amerika Serikat. Upaya Niimi akhirnya hanya menghasilkan pendirian Sekolah Ranjau Angkatan Laut, setelah keduanya tidak lagi menjabat.
Niimi secara konsisten menganjurkan kerja sama dengan Britania Raya dan Amerika Serikat. Setelah penandatanganan Pakta Anti-Komintern antara Jepang dan Jerman, Niimi tetap berpendapat bahwa Britania Raya ingin menjalin aliansi dengan Jepang, terutama setelah perlakuan istimewa yang diberikan kepada Pangeran Chichibu selama upacara penobatan Raja George VI. Ia berulang kali menyatakan bahwa Jepang harus berkoordinasi dengan Amerika Serikat dan Britania Raya, mengingat kekuatan nasional Amerika Serikat yang telah terbukti dalam Perang Dunia I. Ia memperingatkan bahwa mendekat lebih jauh kepada Jerman dan Italia akan berbahaya bagi Jepang, namun pandangannya tersebut tidak diterima secara luas pada saat itu.
4. Karya Tulis
Masaichi Niimi adalah seorang peneliti sejarah perang yang produktif dan telah menghasilkan beberapa karya tulis penting. Karyanya yang paling terkenal adalah:
- 第二次世界大戦戦争指導史Dainiji Sekai Taisen Sensō ShidōshiBahasa Jepang (Sejarah Kepemimpinan Perang dalam Perang Dunia II), diterbitkan oleh Hara Shobo pada 1984. Niimi menulis buku ini antara usia 82 dan 84 tahun, dan diterbitkan ketika ia berusia 97 tahun. Karya ini diserahkan kepada Kaisar Hirohito (Kaisar Showa), yang dilaporkan sangat senang dan juga menghadiahkannya kepada Putra Mahkota Akihito (sekarang Kaisar Emeritus Akihito).
- 日本海軍の良識 提督 新見政一 自伝と追想Nihon Kaigun no Ryōshiki: Teitoku Niimi Masaichi Jiden to TsuisōBahasa Jepang (Hati Nurani Angkatan Laut Jepang: Laksamana Masaichi Niimi, Otobiografi dan Kenangan), diedit oleh Teitoku Niimi Masaichi Kankokai dan diterbitkan oleh Hara Shobo pada 1995.
5. Aktivitas Pasca-Perang
Setelah Perang Dunia II berakhir, Masaichi Niimi tetap aktif dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan maritim dan sejarah. Ia menjabat sebagai dosen khusus di Sekolah Staf Angkatan Laut Bela Diri Jepang (JMSDF Staff College) dan juga sebagai penasihat senior untuk "Kelompok Refleksi Angkatan Laut" (海軍反省会Kaigun HanseikaiBahasa Jepang) di Suikokai yang telah dibangun kembali. Ia terus menekankan pentingnya penelitian sejarah perang dan mendedikasikan dirinya untuk studi mendalam tentang Perang Dunia II.
6. Kehidupan Pribadi dan Karakter
Masaichi Niimi dikenal memiliki kepribadian yang tenang dan tidak suka berkonflik, ia cenderung tidak memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Sifatnya yang rendah hati membuatnya dihormati dan dicintai oleh banyak perwira angkatan laut yang lebih muda, termasuk Atsushi Oi. Ia juga memiliki hubungan keluarga dengan Laksamana Kobayashi Seizo, yang saudara perempuannya, Sumiko, adalah istri Niimi.
7. Kematian dan Warisan
Masaichi Niimi meninggal dunia pada 2 April 1993, pada usia 106 tahun. Dengan kematiannya, ia menjadi laksamana madya terakhir yang masih hidup dari Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Umurnya yang panjang dan pandangan strategisnya yang terbukti akurat menjadikannya sosok penting dalam sejarah angkatan laut Jepang, terutama dalam memahami dinamika Perang Dunia II dan pentingnya strategi maritim.
8. Penghargaan dan Kehormatan
Sepanjang kariernya, Masaichi Niimi menerima berbagai penghargaan dan kehormatan. Beberapa di antaranya meliputi:
- Pangkat Junior Kedelapan: Diterima pada 22 Maret 1910.
- Pangkat Junior Ketujuh: Diterima pada 10 Februari 1915.
- Orde Harta Karun Suci, Kelas 1: Diterima pada 8 Juli 1942.