1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Bagian ini membahas secara rinci latar belakang pribadi, pertumbuhan, dan perjalanan pendidikan Maurice Bishop.
1.1. Kelahiran dan Masa Kecil
Maurice Rupert Bishop lahir pada 29 Mei 1944 di pulau Aruba, yang saat itu merupakan koloni Belanda sebagai bagian dari Wilayah Curaçao. Orang tuanya, Rupert dan Alimenta Bishop, berasal dari timur laut Grenada. Ayahnya, Rupert, awalnya hanya berpenghasilan lima pence British per hari. Untuk memperbaiki kondisi keuangan, Rupert pindah bersama istrinya, Alimenta, ke Aruba pada akhir tahun 1930-an untuk bekerja di kilang minyak.
Maurice dibesarkan di Aruba bersama dua kakak perempuannya, Ann dan Maureen, hingga usia enam tahun. Pada tahun 1950, ayahnya membawa keluarga kembali ke Grenada dan membuka toko ritel kecil di ibu kota, St. George's. Maurice awalnya bersekolah di sekolah dasar Wesleyan, namun setahun kemudian dipindahkan ke sekolah dasar dan menengah Katolik Roma St George. Pada usia sembilan tahun, Maurice sudah cukup tinggi dan sering diejek karena tingginya membuatnya terlihat jauh lebih tua. Sebagai satu-satunya putra, Maurice sangat didorong oleh ayahnya untuk berprestasi; Rupert menuntut nilai sempurna darinya, bukan 95% melainkan 100%. Meskipun keluarga sudah memiliki mobil, ibunya berharap ia tetap berjalan kaki ke sekolah seperti anak-anak lain.
1.2. Pendidikan dan Aktivisme Awal
Pendidikan formal Maurice Bishop di Grenada dan Inggris, studi hukumnya, serta keterlibatan awalnya dalam minat dan kegiatan politik membentuk fondasi pemikiran revolusionernya.
1.2.1. Pendidikan di Grenada
Untuk pendidikan menengahnya, Bishop menerima salah satu dari empat beasiswa pemerintah untuk belajar di Presentation Brothers' College, sebuah sekolah Katolik Roma. Ia terpilih sebagai presiden Dewan Mahasiswa, Klub Diskusi, dan Kelompok Studi Sejarah, sekaligus menjadi editor surat kabar Student Voice dan berpartisipasi dalam olahraga. Ia mengenang, "Di sini saya memiliki banyak minat dalam politik, sejarah, dan sosiologi." Ia menjalin kontak dengan siswa dari Anglican Grenada Boys' Secondary School, yang merupakan pesaing sekolahnya. Ia adalah pendukung setia Federasi Hindia Barat, yang didirikan pada tahun 1958, dan gagasan nasionalisme Karibia. Ia juga mengingat minat besar yang ditimbulkan oleh Revolusi Kuba tahun 1959 padanya: "Tidak peduli apa yang kami dengar di radio atau baca di pers kolonial. Bagi kami, itu adalah keberanian dan kepahlawanan legendaris Fidel Castro, Che Guevara. ...Tidak ada yang bisa menaungi aspek Revolusi Kuba ini."
Pada tahun-tahun yang sama, Bishop dan rekan-rekannya mulai tertarik membaca karya-karya Julius Nyerere dan Frantz Fanon. Tak lama sebelum kelulusan, pada awal 1962, Bishop dan Bernard Coard, seorang pemimpin pemuda dari Grenada Boys' Secondary School, mendirikan Grenada Assembly of Youth Fighting for Truth. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran politik di kalangan pemuda pulau melalui diskusi yang hidup tentang isu-isu mendesak. Para anggota berkumpul pada hari Jumat di alun-alun utama St. George's dan mengadakan debat politik terbuka di antara masyarakat. Baik teman maupun musuh memuji karisma dan keterampilan berpidato Bishop, termasuk penggunaan humor yang cerdik dalam argumennya. Pada tahun 1962, Bishop lulus dengan Medali Emas Kepala Sekolah untuk "kemampuan akademik dan keseluruhan yang luar biasa".
1.2.2. Studi dan Aktivisme di Inggris
Kegiatan Grenada Assembly berakhir setahun kemudian ketika Bishop dan pemimpin Assembly lainnya berangkat ke universitas-universitas di Eropa dan Amerika Serikat. Pada Desember 1963, Bishop yang berusia 19 tahun tiba di Inggris untuk belajar hukum di Universitas London. Sementara itu, Coard pergi ke Amerika Serikat untuk belajar ekonomi di Universitas Brandeis. Pada tahun 1966, Bishop meraih gelar Sarjana Hukum di Gray's Inn, London. Ia sering bekerja di kota sebagai tukang pos atau pengemas sayuran. Dari tahun 1963 hingga 1966, ia menjabat sebagai presiden Asosiasi Mahasiswa Holborn College dan pada tahun 1967 memimpin asosiasi mahasiswa Royal College.
Saat mempelajari sejarah Grenada, Bishop berfokus pada pidato-pidato anti-Inggris dan kehidupan pemimpin pemberontakan budak Julien Fédon, kepala pemberontakan tahun 1795. Pada tahun 1964, Bishop berpartisipasi dalam West Indian Standing Conference (WISC) di Inggris dan Campaign Against Racial Discrimination (CARD). Ia mengunjungi Cekoslowakia yang sosialis dan Republik Demokratik Jerman. Selama periode ini, ia mempelajari karya-karya Marx, Lenin, Stalin, dan Mao Zedong. Bishop sangat terkesan oleh Ujamaa: Esai-Esai tentang Sosialisme karya Julius Nyerere (diterbitkan oleh Oxford University Press pada tahun 1968) dan Deklarasi Arusha tahun 1967.
Dari tahun 1967 hingga 1969, Bishop mengerjakan tesisnya, "Perkembangan Konstitusional Grenada". Namun, ia meninggalkannya tidak selesai karena perbedaan pendapat dengan pembimbing tesisnya dalam menilai kerusuhan dan pemogokan umum tahun 1951 di Grenada. Pada tahun 1969, ia menerima gelar hukum dan menjadi salah satu pendiri Kantor Bantuan Hukum komunitas Hindia Barat di Notting Hill Gate, London. Ini adalah pekerjaan sukarela; sumber pendapatan utamanya berasal dari pekerjaannya di layanan sipil sebagai pemeriksa pajak tambahan. Selama pendidikannya di Inggris, Bishop berkorespondensi dengan teman-teman Grenada dan mengembangkan rencana aksi dua tahun setelah kembali ke tanah air. Rencana tersebut menyerukan penarikan sementara dari tugas pengacaranya untuk bersama-sama menciptakan organisasi yang mampu mengambil alih kekuasaan di pulau itu.
2. Pembentukan Ideologi Politik dan Karier Awal
Bagian ini membahas proses awal pembentukan organisasi politik Bishop setelah kembali ke Grenada, khususnya detail terkait pendirian partainya.
2.1. Kembali ke Grenada dan Kegiatan Awal
Bishop kembali ke Grenada pada Desember 1970. Setibanya di sana, ia segera terlibat dalam membela perawat yang mogok di Rumah Sakit Umum St. George's, yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi pasien. Ia ditangkap bersama 30 pendukung mogok lainnya, tetapi semua dibebaskan setelah tujuh bulan persidangan.
Pada tahun 1972, Bishop membantu mengorganisir konferensi di Martinik yang merumuskan strategi tindakan untuk gerakan pembebasan. Filosofi Julius Nyerere dan sosialisme Tanzania-nya menjadi elemen panduan bagi Movement for Assemblies of the People (MAP), yang Bishop bantu organisasikan setelah pemilihan tahun 1972. Bishop dan para pendiri lainnya, Kenrick Radix serta Jacqueline Creft, tertarik untuk mengarahkan MAP menuju pembangunan institusi-institusi populer yang berpusat di desa-desa, untuk memfasilitasi partisipasi luas dalam urusan negara.
2.2. Pendirian dan Perkembangan Gerakan Permata Baru (New Jewel Movement)
Pada Januari 1973, MAP bergabung dengan Joint Endeavor for Welfare, Education and Liberation (JEWEL) serta Organization for Revolutionary Education and Liberation (OREL) untuk membentuk New Jewel Movement (NJM). Bishop dan Unison Whiteman, pendiri JEWEL, terpilih sebagai Sekretaris Koordinator Bersama NJM. NJM dibentuk sebagai partai Marxis-Leninis yang menekankan pembangunan sosial-ekonomi, pendidikan, dan pembebasan kulit hitam.
2.3. Konfrontasi dengan Pemerintah Gairy
Konfrontasi antara Bishop dan NJM dengan pemerintah Eric Gairy mencakup beberapa peristiwa penting yang menyoroti penindasan politik dan perjuangan untuk kekuasaan.
Pada 18 November 1973, yang dikenal sebagai "Minggu Berdarah", Bishop dan para pemimpin New Jewel Movement lainnya sedang dalam perjalanan dari St George's ke Grenville untuk bertemu dengan para pengusaha kota. Petugas polisi di bawah Asisten Kepala Kepolisian Innocent Belmar mencegat rombongan Bishop. Sembilan orang, termasuk Bishop, ditangkap, ditahan, dan dipukuli "hampir sampai mati" oleh para pembantu polisi Belmar dan oleh paramiliter Mongoose Gang. Di penjara, para pria yang ditangkap mencukur janggut mereka, menampakkan rahang Bishop yang patah.
Pada 21 Januari 1974, yang dikenal sebagai "Senin Berdarah", Bishop bergabung dalam demonstrasi massal menentang Perdana Menteri Gairy. Ketika kelompok Bishop kembali ke Otway House, mereka dilempari batu dan botol oleh pasukan keamanan Gairy, yang juga menggunakan gas air mata. Ayah Maurice, Rupert, sedang memimpin beberapa wanita dan anak-anak menjauhi bahaya ketika ia ditembak di punggung dan tewas di pintu Otway House. Pelakunya adalah anggota Mongoose Gang yang menerima perintah dari Gairy dan "melakukan kampanye teror... terhadap Gerakan Permata Baru dan terhadap keluarga Bishop secara khusus."
Setelah peristiwa traumatis ini, Bishop menyatakan, "kami [NJM] menyadari bahwa kami tidak mampu memimpin kelas pekerja" karena partai tidak memiliki pengaruh di serikat pekerja kota atau di kalangan masyarakat pedesaan yang setia kepada Gairy. Bersama rekan-rekannya, Bishop mengembangkan strategi baru, mengalihkan fokus dari propaganda dan mobilisasi demonstrasi anti-pemerintah menuju organisasi kelompok dan sel partai.
Pada 6 Februari 1974, sehari sebelum proklamasi negara Grenada yang merdeka, Bishop ditangkap atas tuduhan merencanakan konspirasi bersenjata anti-pemerintah. Ia dibawa ke penjara Fort George. Polisi menyatakan bahwa saat menggeledah rumahnya, mereka menemukan senjata, amunisi, peralatan dan seragam, bersama dengan rencana untuk membunuh Eric Gairy di sebuah klub malam, dan skema untuk mendirikan kamp-kamp gerilya. Dua hari kemudian, Bishop dibebaskan dengan jaminan 125 USD dan sempat melarikan diri ke Amerika Utara. Pada 29 Maret 1974, ia berada di Guyana untuk berpartisipasi dalam pertemuan Komite Pengarah Regional Kongres Pan-Afrika. Ia juga melanjutkan praktik hukumnya. Pada Oktober 1974, ia membela Desmond "Ras Kabinda" Trotter dan Roy Mason yang dituduh membunuh seorang turis Amerika.
2.4. Pemimpin Oposisi
Pada tahun 1976, Bishop terpilih untuk mewakili St. George's South-East di Parlemen. Dari tahun 1976 hingga 1979, ia memegang posisi Pemimpin Oposisi di Dewan Perwakilan Rakyat Grenada. Sebagai Pemimpin Oposisi, ia menantang pemerintah Perdana Menteri Gairy dan Partai Buruh Bersatu Grenada (GULP) yang mempertahankan kekuasaan dengan ancaman, intimidasi, dan melalui pemilu yang curang. Pada Mei 1977, Bishop melakukan kunjungan pertamanya ke Kuba. Ia pergi ke sana bersama Unison Whiteman sebagai pemimpin NJM dan tamu dari Institut Kuba Persahabatan dengan Rakyat (ICAP).
3. Masa Jabatan Perdana Menteri Pemerintah Revolusioner Rakyat
Periode kepemimpinan Bishop sebagai kepala negara Grenada setelah revolusi tahun 1979 ditandai oleh kebijakan domestik dan luar negeri yang ambisius.


3.1. Revolusi 1979 dan Pengambilan Kekuasaan
Pada tahun 1979, partai Bishop melakukan revolusi dan menggulingkan Gairy, yang saat itu berada di luar negeri untuk berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Bishop kemudian menjadi Perdana Menteri Grenada dan menangguhkan konstitusi. Kudeta Bishop sangat populer dan mendapat pujian dari banyak warga Grenada dan dari luar negeri. Harapan tinggi terhadap Pemerintahan Revolusioner Rakyat (PRG) meningkat, mengingat pemerintahan Gairy sebelumnya telah menyebabkan peningkatan korupsi dan otoritarianisme.
3.2. Kebijakan Domestik dan Pencapaian
Setelah berkuasa, Bishop menjalin kemitraan dengan Kuba. Ia memulai sejumlah proyek di Grenada, yang paling signifikan adalah pembangunan bandara internasional baru di ujung selatan pulau (kemudian dinamai untuk mengenangnya pada Mei 2009). Pendanaan dan tenaga kerja untuk pembangunan bandara berasal dari Kuba, meskipun sebagian besar infrastruktur bandara dirancang oleh konsultan Eropa dan Amerika Utara. Presiden AS Ronald Reagan menuduh Grenada berniat menggunakan "landasan pacu" baru bandara tersebut sebagai titik persinggahan bagi pesawat militer Soviet.
Di antara prinsip-prinsip inti Bishop adalah hak-hak pekerja, hak-hak perempuan, dan perjuangan melawan rasisme serta apartheid. Di bawah kepemimpinan Bishop, Organisasi Wanita Nasional dibentuk, yang berpartisipasi dalam keputusan kebijakan bersama kelompok sosial lainnya. Wanita diberikan gaji yang sama dan cuti melahirkan berbayar, serta diskriminasi gender dinyatakan ilegal. Organisasi-organisasi untuk pendidikan (Pusat Pendidikan Populer), perawatan kesehatan, dan urusan pemuda (Organisasi Pemuda Nasional) juga didirikan.
Pencapaian signifikan dari pemerintahan Bishop termasuk penyediaan perawatan kesehatan publik gratis, penurunan tingkat buta huruf dari 35% menjadi 5%, dan penurunan tingkat pengangguran dari 50% menjadi 14%. Selama pemerintahannya, Tentara Revolusioner Rakyat (PRA) juga dibentuk. Kritikus mengklaim bahwa tentara tersebut adalah pemborosan sumber daya dan ada keluhan bahwa PRA digunakan sebagai alat untuk melakukan pelanggaran hak asasi manusia, seperti penahanan pembangkang politik.
3.3. Kebijakan Ekonomi
Pemerintahan Bishop menerapkan berbagai kebijakan ekonomi, termasuk nasionalisasi berbagai sektor industri dan reformasi pertanian dengan memperkenalkan pertanian kolektif. Namun, upaya reformasi ekonomi ini tidak selalu berhasil dengan baik, dan pertumbuhan ekonomi tetap cenderung stagnan selama masa kepemimpinannya.
3.4. Hubungan Luar Negeri
Dalam perannya sebagai Perdana Menteri, Bishop melakukan perjalanan ke luar negeri untuk membina hubungan dan menginformasikan dunia tentang Revolusi Grenada. Ia menjalin hubungan yang erat dengan Kuba, Uni Soviet, dan negara-negara Blok Timur lainnya.
Pada Agustus 1983, ia menyampaikan pidato di hadapan audiens yang antusias di Hunter College di Brooklyn, New York. Ia membela revolusi negaranya, membandingkannya dengan Revolusi Amerika dan Proklamasi Emansipasi, kemudian berbicara tentang "ketergantungan ekonomi yang terus-menerus di dunia berkembang, tentang penggulingan pemerintahan Salvador Allende di Chili, dan intervensi Kontra yang brutal terhadap Sandinista." Sebuah laporan Departemen Luar Negeri AS pada saat itu menyatakan keprihatinan terhadap Bishop dan NJM: "Revolusi di Grenada, katanya, dalam beberapa hal bahkan lebih buruk daripada Revolusi Kuba yang telah mengguncang wilayah tersebut seperempat abad sebelumnya: sebagian besar warga Grenada berkulit hitam, dan oleh karena itu perjuangan mereka dapat beresonansi dengan tiga puluh juta orang kulit hitam Amerika; dan para pemimpin revolusioner Grenada berbicara bahasa Inggris, sehingga dapat menyampaikan pesan mereka dengan mudah kepada audiens Amerika."
3.5. Tata Kelola dan Pendekatan Demokrasi
Meskipun memiliki pencapaian yang patut dibanggakan, pemerintah Bishop tidak pernah mengadakan pemilihan umum dan menindak pers bebas serta oposisi. Pembentukan organisasi massa sukarela untuk wanita, petani, pemuda, pekerja, dan milisi dianggap membuat penyelenggaraan pemilihan tidak perlu. Selain itu, diyakini bahwa pemilihan dapat dimanipulasi dengan masuknya sejumlah besar uang dari kepentingan asing.
Bishop pernah berbicara panjang lebar mengenai dinamika demokrasi:
Ada orang-orang... yang percaya bahwa Anda tidak bisa memiliki demokrasi kecuali ada situasi di mana setiap lima tahun... orang diizinkan untuk menempatkan "X" di sebelah nama beberapa kandidat, dan... mereka kembali menjadi non-orang tanpa hak untuk mengatakan apapun kepada pemerintah mereka, tanpa hak untuk terlibat dalam menjalankan negara mereka. ...Pemilihan bisa penting, tetapi bagi kami pertanyaannya adalah masalah waktu. ...Kami lebih suka melihat pemilihan datang ketika ekonomi lebih stabil, ketika Revolusi lebih terkonsolidasi. Ketika lebih banyak orang telah menerima manfaat yang dibawa kepada mereka. Ketika lebih banyak orang melek huruf... Hak kebebasan berekspresi benar-benar hanya relevan jika orang tidak terlalu lapar, atau terlalu lelah untuk dapat mengungkapkan diri. Ini hanya relevan jika mekanisme akar rumput yang tepat, yang berakar pada rakyat, ada, di mana rakyat dapat berpartisipasi secara efektif. ...Kami berbicara tentang hak asasi manusia yang mayoritas tidak pernah bisa nikmati,... pekerjaan, perumahan yang layak, makanan yang baik. ...Hak asasi manusia ini telah menjadi hak asasi manusia bagi minoritas kecil selama bertahun-tahun di Karibia dan telah tiba waktunya bagi mayoritas rakyat untuk mulai menerima hak asasi manusia itu untuk pertama kalinya.
4. Konflik Internal dan Eksekusi
Bagian ini membahas perebutan kekuasaan internal di dalam Pemerintahan Revolusioner Rakyat yang menyebabkan kejatuhan dan kematian Bishop.
4.1. Ketegangan Internal yang Memdalam
Pada September 1983, ketegangan yang memuncak di dalam kepemimpinan PRG mencapai titik didih. Sebuah faksi di dalam partai, yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Bernard Coard, mencoba memaksa Bishop untuk mundur atau setuju pada pengaturan pembagian kekuasaan. Bishop mempertimbangkan masalah tersebut selama beberapa minggu, tetapi akhirnya menolak proposal tersebut. Sebagai tanggapan, faksi Coard, bersama dengan Tentara Revolusioner Rakyat (PRA), menempatkan Bishop dalam tahanan rumah pada 13 Oktober 1983.
4.2. Penangkapan dan Protes Massa
Demonstrasi publik besar-besaran berkumpul untuk menuntut pembebasan Bishop dan kembalinya ia ke kekuasaan. Para pengunjuk rasa mencapai jumlah 30.000 orang di sebuah pulau berpenduduk 100.000 jiwa, bahkan beberapa penjaga Bishop bergabung dalam protes. Meskipun dukungan yang cukup besar, Bishop mengetahui tekad faksi Coard. Ia mengaku kepada seorang jurnalis: "Saya adalah orang mati."
4.3. Eksekusi dan Dampak Langsungnya
Pada 19 Oktober, kerumunan pengunjuk rasa berhasil membebaskan Bishop dari tahanan rumah. Ia menuju, pertama dengan truk, kemudian dengan mobil, ke markas tentara di Fort Rupert (sekarang dikenal sebagai Fort George) yang berhasil ia dan para pendukungnya kuasai. Pada saat itu, Coard mengirimkan pasukan militer dari Fort Frederick untuk merebut kembali Fort Rupert. Bishop dan tujuh orang lainnya, termasuk menteri kabinet dan pembantunya (termasuk Jacqueline Creft), ditangkap. Sebuah regu tembak PRA yang terdiri dari empat orang mengeksekusi Bishop dan yang lainnya dengan senapan mesin di halaman Fort Rupert. Setelah ia tewas, seorang bersenjata menggorok lehernya dan memotong jarinya untuk mencuri cincinnya. Jenazah mereka diangkut ke kamp militer di semenanjung Calivigny dan sebagian dibakar di lubang. Lokasi sisa-sisa tubuh mereka masih belum diketahui.
Sebagian sebagai akibat dari pembunuhan Bishop, Organisasi Negara-negara Karibia Timur (OECS) dan negara-negara Barbados dan Jamaika meminta bantuan kepada Amerika Serikat, begitu pula Sir Paul Scoon, Gubernur Jenderal Grenada. Dalam beberapa hari, Presiden Ronald Reagan melancarkan invasi yang dipimpin AS untuk menggulingkan PRG. Setelah eksekusi Bishop, Dewan Militer Revolusioner yang dipimpin oleh Jenderal Hudson Austin mengambil alih kekuasaan, namun segera digulingkan oleh invasi AS. Coard, Austin, dan para pelaku lainnya yang terlibat dalam pembunuhan Bishop kemudian ditangkap dan diadili di Inggris. Mereka dijatuhi hukuman mati pada tahun 1986, yang kemudian diubah menjadi hukuman seumur hidup, dan pada tahun 2007 dikurangi lagi menjadi hukuman penjara. Austin dibebaskan pada tahun 2008, dan Coard pada tahun 2009.
5. Kehidupan Pribadi
Maurice Bishop menikah dengan perawat Angela Redhead pada tahun 1966. Mereka memiliki dua anak, John (lahir 1967) dan Nadia (lahir 1969). Angela beremigrasi ke Toronto, Kanada bersama kedua anaknya pada tahun 1981 saat Maurice masih menjadi perdana menteri. Ia juga memiliki seorang putra, Vladimir Lenin Creft-Bishop (1978-1994), dengan pasangan lamanya Jacqueline Creft, yang merupakan Menteri Pendidikan Grenada. Jacqueline terbunuh bersama Maurice oleh regu tembak Fort Rupert pada 19 Oktober. Setelah kematian orang tuanya, Vladimir bergabung dengan saudara tirinya di Kanada, tetapi tewas ditikam di klub malam Toronto pada usia 16 tahun.
6. Warisan dan Penerimaan
Maurice Bishop meninggalkan warisan yang kompleks dan terus diperdebatkan, namun pengaruhnya terhadap Grenada dan Karibia tetap signifikan.
6.1. Evaluasi Historis

Evaluasi historis terhadap kepemimpinan Maurice Bishop mencakup berbagai perspektif. Di satu sisi, ia dipuji karena reformasi sosial dan ekonominya yang signifikan, seperti program kesehatan gratis, penurunan buta huruf yang drastis dari 35% menjadi 5%, serta penurunan pengangguran dari 50% menjadi 14%. Ia juga diakui atas perjuangannya untuk hak-hak pekerja, hak-hak perempuan (gaji yang sama, cuti melahirkan berbayar, legalisasi anti-diskriminasi seks), dan perlawanan terhadap rasisme serta apartheid.
Namun, pemerintahannya juga menghadapi kritik serius. Keputusannya untuk menangguhkan konstitusi dan tidak mengadakan pemilihan umum, menindak pers bebas, serta dugaan pelanggaran hak asasi manusia seperti penahanan pembangkang politik, menjadi poin-titik kontroversial. Meskipun ia berargumen bahwa pemilihan akan diadakan ketika ekonomi lebih stabil dan revolusi lebih terkonsolidasi, serta menyoroti pentingnya partisipasi akar rumput dan pemenuhan hak asasi manusia dasar (pekerjaan, perumahan, makanan) bagi mayoritas, pendekatan tata kelolanya dikritik karena kurangnya demokrasi formal. Selain itu, reformasi ekonomi seperti nasionalisasi dan pertanian kolektif tidak selalu menghasilkan pertumbuhan yang diharapkan, menyebabkan stagnasi ekonomi.
6.2. Peringatan dan Pengaruh
Pada 29 Mei 2009, bandara internasional Grenada (sebelumnya Bandar Udara Internasional Point Salines) diubah namanya menjadi Bandar Udara Internasional Maurice Bishop. Berbicara pada upacara tersebut, Perdana Menteri Ralph Gonsalves dari Saint Vincent dan Grenadines mengatakan: "Penghargaan yang terlambat ini kepada seorang putra Karibia yang luar biasa akan menutup bab penolakan dalam sejarah Grenada." Spanduk Revolusi Grenada saat ini disimpan di Museum Nasional Grenada, menjadi pengingat akan periode penting dalam sejarah negara tersebut dan warisan Maurice Bishop.