1. Gambaran Umum
Saint Vincent dan Grenadine adalah sebuah negara kepulauan di Karibia timur, yang terletak di Kepulauan Windward di Antilles Kecil. Negara ini terdiri dari pulau utama Saint Vincent dan dua pertiga bagian utara dari kepulauan Grenadine. Sejak mencapai kemerdekaan dari Britania Raya pada tahun 1979, negara ini telah berkembang sebagai negara demokrasi parlementer dalam kerangka Alam Persemakmuran, dengan Raja Inggris sebagai kepala negara. Artikel ini akan mengulas secara mendalam berbagai aspek Saint Vincent dan Grenadine, mulai dari sejarah pra-kolonial, perjuangan melawan kolonialisme, dampak perbudakan, hingga perkembangan politik, sosial, dan ekonomi pasca-kemerdekaan. Penekanan khusus akan diberikan pada isu-isu hak asasi manusia, termasuk tuntutan reparasi atas perbudakan, hak-hak kelompok minoritas, serta upaya pembangunan yang berkelanjutan dan merata. Selain itu, akan dibahas pula tantangan kontemporer seperti dampak perubahan iklim, aktivitas vulkanik, dan dinamika politik regional dan internasional yang mempengaruhi negara kepulauan ini.
2. Etimologi
Nama resmi negara ini adalah Saint Vincent and the Grenadines (Saint Vincent and the Grenadinesˌsənt ˈvɪnsənt ænd ðə ɡrɛnəˈdiːnzBahasa Inggris). Kadang-kadang negara ini dikenal hanya sebagai Saint Vincent atau dengan singkatan SVG. Christopher Columbus, orang Eropa pertama yang mencapai pulau utama, menamainya sesuai dengan Santo Vinsensius dari Zaragoza (San Vicente de ZaragozaVinsensius dari ZaragozaBahasa Spanyol), karena hari pertama Columbus melihat pulau tersebut (22 Januari 1498) adalah hari raya santo tersebut. Nama Grenadine mengacu pada kota Granada di Spanyol, tetapi untuk membedakannya dari pulau Grenada yang memiliki nama serupa, bentuk diminutif (kecil) digunakan. Sebelum kedatangan bangsa Spanyol, penduduk asli Kalinago (juga dikenal sebagai Karib Pulau) yang mendiami pulau St. Vincent menyebutnya Youloumain, untuk menghormati Youlouca, roh pelangi, yang mereka yakini menghuni pulau tersebut. Sumber lain menyebutkan nama asli pulau itu adalah Hairouna, yang berarti "Tanah Orang Terberkati".
3. Sejarah
Sejarah Saint Vincent dan Grenadine mencakup periode panjang dari pemukiman masyarakat adat, kolonisasi Eropa yang penuh konflik, pengenalan perbudakan, perjuangan menuju kemerdekaan, hingga tantangan dan perkembangan di era modern sebagai negara berdaulat. Dampak kolonialisme dan perbudakan sangat mendalam terhadap struktur sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, dan warisan ini terus membentuk dinamika kontemporer negara tersebut, termasuk dalam upaya advokasi keadilan reparatif.
3.1. Periode Pra-Kolonial
Sebelum kedatangan bangsa Eropa dan Afrika pada abad ke-16, berbagai kelompok masyarakat adat Amerindian telah melewati atau menetap di St. Vincent dan Grenadine. Kelompok-kelompok ini termasuk Ciboney, Arawak, dan Kalinago (juga dikenal sebagai Karib Pulau). Pulau yang kini dikenal sebagai Saint Vincent pada awalnya dinamai Youloumain oleh penduduk asli Kalinago. Masyarakat Kalinago memiliki struktur sosial dan budaya yang mapan, serta dikenal karena perlawanan gigih mereka terhadap upaya kolonisasi Eropa. Mereka mengembangkan sistem pertanian subsisten, memanfaatkan sumber daya alam pulau, dan memiliki organisasi sosial yang kompleks.
3.2. Kedatangan Bangsa Eropa dan Awal Kolonisasi
Diperkirakan bahwa Christopher Columbus melihat pulau utama Saint Vincent pada tahun 1498 dan memberinya nama yang sekarang. Namun, upaya awal pemukiman oleh bangsa Eropa menghadapi perlawanan sengit dari masyarakat Kalinago. Selama beberapa dekade, Kalinago berhasil mempertahankan kemerdekaan mereka dan mencegah pendirian koloni permanen oleh kekuatan Eropa mana pun. Interaksi awal antara Eropa dan Kalinago sering kali diwarnai oleh konflik, meskipun ada juga periode perdagangan dan pertukaran budaya yang terbatas. Kegigihan Kalinago dalam mempertahankan wilayah mereka menjadikan Saint Vincent salah satu benteng terakhir perlawanan pribumi di Karibia.
3.3. Kolonisasi Prancis dan Inggris (Abad ke-18)
Meskipun berbagai upaya oleh Inggris dan Belanda untuk mengklaim pulau itu tidak berhasil, Prancis adalah bangsa Eropa pertama yang berhasil mendirikan koloni di pulau tersebut, menetap di kota Barrouallie di sisi leeward (sisi yang terlindung dari angin) St Vincent pada tahun 1719. Prancis mulai mengembangkan ekonomi perkebunan, menanam komoditas seperti gula, kopi, nila, tembakau, kapas, dan kakao. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di perkebunan ini, Prancis mengimpor budak-budak Afrika.

Inggris merebut pulau itu dan mengusir Prancis dari Barrouallie selama Perang Tujuh Tahun, sebuah klaim yang dikonfirmasi oleh Perjanjian Paris (1763). Setelah menguasai pulau itu pada tahun 1763, Inggris meletakkan dasar Benteng Charlotte dan juga melanjutkan impor budak untuk bekerja di perkebunan pulau. Struktur sosial dan ekonomi pulau mengalami transformasi besar dengan sistem perkebunan yang didominasi oleh sejumlah kecil pemilik tanah Eropa dan mayoritas besar populasi budak Afrika.
Selama Perang Inggris-Prancis (1778-1783), Prancis merebut kembali St Vincent pada tahun 1779. Namun, Inggris mendapatkan kembali kendali di bawah Perjanjian Versailles (1783). Perebutan kekuasaan antara Prancis dan Inggris ini berdampak signifikan terhadap kehidupan penduduk lokal, baik masyarakat adat maupun populasi budak.
3.3.1. Perlawanan Penduduk Asli dan Perang Carib
Masyarakat adat, khususnya Garifuna (dikenal sebagai Karib Hitam, hasil percampuran antara Kalinago dan orang Afrika yang melarikan diri dari perbudakan), menentang keras kehadiran Inggris. Perlawanan ini memuncak dalam Perang Carib Pertama, yang berlangsung dari tahun 1772 hingga 1773. Meskipun perang ini berakhir dengan perjanjian yang mengakui sebagian wilayah Kalinago, ketegangan terus berlanjut.
Perdamaian yang tidak stabil antara Inggris dan Garifuna menyebabkan Perang Carib Kedua, yang berlangsung dari tahun 1795 hingga 1797. Garifuna, dipimpin oleh Kepala Suku Tertinggi Joseph Chatoyer dan didukung oleh Prancis, terutama Victor Hugues yang berbasis di Martinik, melakukan perlawanan sengit. Namun, mereka akhirnya dikalahkan pada tahun 1797 oleh pasukan Inggris di bawah komando Sir Ralph Abercromby. Kekalahan ini berujung pada deportasi hampir 5.000 orang Garifuna ke Roatán, sebuah pulau di lepas pantai Honduras, dan juga ke Belize serta Baliceaux di Grenadine. Deportasi ini merupakan tragedi kemanusiaan yang memiliki konsekuensi jangka panjang bagi komunitas Garifuna, mencerabut mereka dari tanah leluhur dan menyebarkan mereka ke berbagai wilayah di Amerika Tengah.
3.4. Periode Kolonial Inggris (Abad ke-19 - Awal Abad ke-20)
Pada tahun 1806, pembangunan Benteng Charlotte selesai. Gunung berapi La Soufrière meletus pada tahun 1812, mengakibatkan kerusakan yang cukup besar dan berdampak pada masyarakat serta lingkungan.
Inggris menghapuskan perbudakan di Saint Vincent (dan di semua koloni Hindia Barat Britania lainnya) pada tahun 1834, yang diikuti oleh periode magang yang berakhir pada tahun 1838. Penghapusan perbudakan membawa perubahan sosial yang signifikan, namun kondisi bagi para mantan budak tetap sulit. Kekurangan tenaga kerja di perkebunan setelah emansipasi diatasi dengan mendatangkan pekerja kontrak. Mulai tahun 1845, banyak pemukim Katolik Portugis tiba dari Madeira, dengan sekitar 2.100 kedatangan dari Portugal tercatat antara tahun 1845 dan 1850. Antara tahun 1861 dan 1888, gelombang imigrasi baru terjadi dengan kedatangan kapal-kapal yang membawa pekerja dari India. Kehadiran kelompok-kelompok imigran ini semakin memperkaya keragaman etnis dan budaya pulau.

Ekonomi di bawah pemerintahan Inggris terus bergantung pada pertanian, meskipun harga gula dunia yang tertekan menyebabkan stagnasi ekonomi hingga pergantian abad. Pada tahun 1902, gunung berapi La Soufrière meletus lagi, menewaskan antara 1.500 hingga 2.000 orang, merusak banyak lahan pertanian, dan memperburuk kondisi ekonomi. Bencana alam ini menunjukkan kerentanan pulau terhadap aktivitas vulkanik dan dampaknya yang menghancurkan bagi kehidupan masyarakat.
3.5. Menuju Kemerdekaan (Pertengahan Abad ke-20)
Saint Vincent dan Grenadine melewati berbagai tahap status kolonial di bawah Inggris. Sebuah majelis perwakilan disahkan pada tahun 1776, pemerintahan Koloni Mahkota didirikan pada tahun 1877, sebuah dewan legislatif dibentuk pada tahun 1925 dengan hak pilih terbatas, dan hak pilih universal untuk orang dewasa diberikan pada tahun 1951. Pemberian hak pilih universal merupakan langkah penting menuju partisipasi politik yang lebih luas dan pemerintahan yang lebih representatif.
Selama periode kekuasaannya, Inggris melakukan beberapa upaya untuk menyatukan pulau ini dengan Kepulauan Windward lainnya sebagai satu entitas, guna menyederhanakan kontrol Inggris di sub-kawasan melalui satu administrasi terpadu. Pada tahun 1960-an, Inggris kembali mencoba menyatukan semua pulau regionalnya, termasuk Saint Vincent, menjadi satu entitas politik di bawah kendali Inggris yang disebut Federasi Hindia Barat. Federasi ini didorong oleh keinginan untuk memperoleh kemerdekaan dari pemerintah Inggris, namun upaya tersebut gagal pada tahun 1962.
Saint Vincent diberikan status "negara asosiasi" oleh Inggris pada tanggal 27 Oktober 1969. Status ini memberikan Saint Vincent kendali penuh atas urusan dalam negerinya tetapi belum mencapai kemerdekaan penuh secara hukum.
Pada bulan April 1979, gunung berapi La Soufrière meletus sekali lagi. Meskipun tidak ada korban jiwa, ribuan orang dievakuasi dan terjadi kerusakan pertanian yang luas. Letusan ini terjadi menjelang kemerdekaan dan menjadi tantangan tambahan bagi negara yang akan segera merdeka.
3.6. Era Pasca-Kemerdekaan (1979-Sekarang)
Pada tanggal 27 Oktober 1979, Saint Vincent dan Grenadine memperoleh kemerdekaan penuh dari Inggris. Tanggal ini sekarang menjadi Hari Kemerdekaan negara tersebut, sebuah hari libur nasional. Negara ini memilih untuk tetap berada dalam Persemakmuran Bangsa-Bangsa, mempertahankan Ratu Elizabeth II saat itu sebagai Raja, yang diwakili secara lokal oleh seorang Gubernur Jenderal.
Milton Cato dari Partai Buruh Saint Vincent (SVLP) yang berhaluan kiri-tengah menjadi Perdana Menteri pertama negara itu (ia telah menjadi Premier sejak 1974). Ia memerintah hingga kekalahannya dalam pemilihan umum 1984 oleh James Fitz-Allen Mitchell dari Partai Demokrat Baru (NDP) yang berhaluan kanan-tengah. Selama masa jabatan Cato, terjadi pemberontakan singkat di Pulau Union pada bulan Desember 1979 yang dipimpin oleh Lennox 'Bumba' Charles. Terinspirasi oleh revolusi baru-baru ini di Grenada, Charles menuduh pemerintah pusat mengabaikan Union. Namun, pemberontakan itu dengan cepat dipadamkan dan Charles ditangkap. Ada juga serangkaian pemogokan pada awal 1980-an. James Mitchell tetap menjadi Perdana Menteri selama 16 tahun hingga tahun 2000, memenangkan tiga pemilihan umum berturut-turut. Mitchell berada di garis depan upaya untuk meningkatkan integrasi regional. Pada tahun 1980 dan 1987, badai merusak banyak perkebunan pisang dan kelapa. Musim badai juga sangat aktif pada tahun 1998 dan 1999, dengan Badai Lenny pada tahun 1999 menyebabkan kerusakan parah di pantai barat pulau.
Pada tahun 2000, Arnhim Eustace menjadi Perdana Menteri setelah mengambil alih kepemimpinan NDP menyusul pensiunnya Mitchell; ia dikalahkan setahun kemudian oleh Ralph Gonsalves dari Partai Buruh Persatuan (ULP), partai penerus SVLP. Gonsalves-seorang politisi sayap kiri yang dikenal di negara itu sebagai "Kamerad Ralph"-berpendapat bahwa negara-negara Eropa berutang reparasi kepada negara-negara Karibia atas peran mereka dalam perdagangan budak Atlantik. Gonsalves memenangkan masa jabatan kedua pada tahun 2005, ketiga pada tahun 2010, keempat pada tahun 2015, dan kelima pada November 2020, menjadikan ULP sebagai partai pertama yang memenangkan lima pemilihan umum berturut-turut.
Pada tahun 2009, diadakan referendum mengenai proposal untuk mengadopsi konstitusi baru yang akan menjadikan negara itu sebuah republik, menggantikan Ratu Elizabeth II sebagai kepala negara dengan seorang Presiden non-eksekutif. Proposal ini didukung oleh Perdana Menteri Gonsalves. Diperlukan mayoritas dua pertiga suara, tetapi referendum tersebut dikalahkan dengan 29.019 suara (55,64%) menolak berbanding 22.493 suara (43,13%) mendukung. Kegagalan referendum ini menunjukkan adanya perpecahan pandangan di masyarakat mengenai bentuk negara dan hubungan dengan monarki Inggris.
Pada bulan April 2021, gunung berapi La Soufrière meletus beberapa kali dengan "peristiwa eksplosif" yang berlanjut selama dua minggu, mengakibatkan evakuasi 16.000 penduduk. Bantuan dan dukungan keuangan darurat diberikan oleh beberapa pulau tetangga, Inggris, dan lembaga-lembaga seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tawaran signifikan pertama untuk pendanaan jangka panjang sebesar 20.00 M USD diumumkan pada 13 April 2021 oleh Bank Dunia. Penanganan bencana ini menjadi ujian bagi kapasitas pemerintah dan solidaritas regional serta internasional. Isu-isu kontemporer lainnya termasuk tuntutan reparasi atas perbudakan yang terus disuarakan, serta tantangan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan.
Saint Vincent dan Grenadine terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk periode 2020-2021.
4. Geografi
Saint Vincent dan Grenadine adalah negara kepulauan yang terletak di Karibia timur, memiliki topografi vulkanik yang khas, iklim tropis, dan keanekaragaman hayati yang signifikan baik di darat maupun di laut.
4.1. Topografi dan Kepulauan
Saint Vincent dan Grenadine terletak di sebelah barat Barbados, selatan Saint Lucia, dan utara Grenada di Kepulauan Windward dari Antilles Kecil, sebuah busur kepulauan di Laut Karibia. Wilayah negara ini mencakup pulau utama Saint Vincent dengan luas sekitar 344 km2 dan dua pertiga bagian utara dari Grenadine dengan luas gabungan sekitar 45 km2, yang merupakan rangkaian pulau-pulau kecil yang membentang ke selatan dari Saint Vincent menuju Grenada.
Terdapat 32 pulau dan cay (pulau karang kecil) yang membentuk St Vincent dan Grenadine (SVG). Sembilan di antaranya berpenghuni, termasuk pulau utama St Vincent dan pulau-pulau Grenadine seperti Pulau Young, Bequia, Mustique, Canouan, Pulau Union, Mayreau, Petit Saint Vincent, dan Pulau Palm. Pulau-pulau tak berpenghuni yang menonjol di Grenadine termasuk Petit Nevis, yang pernah digunakan oleh pemburu paus, dan Petite Mustique, yang menjadi pusat skandal real estat terkemuka pada awal tahun 2000-an. Pulau tak berpenghuni lainnya termasuk Tobago Cays, Baliceaux, Battowia, Quatre, dan Savan.
Ibu kota Saint Vincent dan Grenadine adalah Kingstown, yang terletak di pulau Saint Vincent. Pulau utama Saint Vincent memiliki panjang sekitar 26 km, lebar 15 km, dan luas 344 km2. Dari titik paling utara hingga paling selatan, pulau-pulau Grenadine yang menjadi milik Saint Vincent membentang sepanjang 60.4 km.
Pulau Saint Vincent bersifat vulkanik, berhutan lebat, dan memiliki sedikit dataran rendah. Sisi pulau yang menghadap angin (windward) sangat berbatu dan curam, sedangkan sisi yang terlindung dari angin (leeward) memiliki lebih banyak pantai berpasir dan teluk. Puncak tertinggi Saint Vincent adalah gunung berapi La Soufrière dengan ketinggian 1.23 K m. Gunung-gunung utama lainnya di St Vincent adalah (dari utara ke selatan) Puncak Richmond, Gunung Brisbane, Gunung Colonarie, Grand Bonhomme, Petit Bonhomme, dan Gunung St Andrew.
4.2. Iklim
Saint Vincent dan Grenadine memiliki iklim tropis, yang ditandai dengan suhu hangat sepanjang tahun. Suhu rata-rata berkisar antara 18 °C hingga 32 °C. Terdapat dua musim utama: musim kemarau yang umumnya berlangsung dari Januari hingga April, dan musim hujan dari Mei hingga Desember. Curah hujan bervariasi tergantung ketinggian, dengan daerah pesisir menerima rata-rata 1.50 K mm per tahun, sementara daerah pegunungan di pedalaman dapat menerima hingga 4.50 K mm.
Negara ini terletak di dalam jalur badai dan rentan terhadap siklon tropis, terutama selama musim badai Atlantik resmi dari Juni hingga November. Badai dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur, pertanian, dan lingkungan alam. Pada tahun 2023, pulau-pulau ini terdampak langsung oleh Badai Tropis Bret.
4.3. Ekologi dan Lingkungan
Saint Vincent dan Grenadine adalah rumah bagi dua ekoregion terestrial: Hutan lembap Kepulauan Windward dan Hutan kering Antilles Kecil. Negara ini memiliki Indeks Integritas Lanskap Hutan tahun 2019 dengan skor rata-rata 6,95/10, menempatkannya pada peringkat ke-61 secara global dari 172 negara.
Ekosistem darat meliputi hutan hujan tropis, hutan kering, dan vegetasi pesisir. Hutan-hutan ini merupakan habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna, termasuk beberapa spesies endemik. Upaya konservasi dilakukan untuk melindungi keanekaragaman hayati dan tutupan hutan, yang penting untuk keseimbangan ekologis dan penyediaan sumber daya alam.
Ekosistem laut di sekitar pulau-pulau ini sangat beragam, mencakup terumbu karang, padang lamun, dan hutan bakau. Ekosistem ini mendukung kehidupan laut yang kaya dan penting bagi sektor perikanan dan pariwisata. Namun, ekosistem laut menghadapi ancaman dari perubahan iklim (seperti pemutihan karang dan kenaikan permukaan air laut), polusi, dan penangkapan ikan yang berlebihan.
Masalah lingkungan lainnya termasuk erosi tanah, terutama di daerah perbukitan akibat penggundulan hutan dan praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, serta dampak dari aktivitas vulkanik. Letusan gunung berapi La Soufrière dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang luas, termasuk jatuhan abu vulkanik yang mempengaruhi kualitas udara, air, dan tanah, serta merusak vegetasi dan habitat satwa liar.
5. Politik dan Pemerintahan
Saint Vincent dan Grenadine adalah negara demokrasi parlementer dan monarki konstitusional dalam kerangka Alam Persemakmuran. Sistem politiknya didasarkan pada model Westminster Inggris, dengan penekanan pada partisipasi demokratis dan pemisahan kekuasaan. Namun, negara ini juga menghadapi berbagai isu terkait hak asasi manusia dan tata kelola pemerintahan yang baik.
5.1. Struktur Pemerintahan


Sebagai sebuah Alam Persemakmuran, kepala negara Saint Vincent dan Grenadine adalah Raja Charles III, yang bergelar Raja Saint Vincent dan Grenadine. Raja tidak tinggal di pulau-pulau tersebut dan diwakili oleh Gubernur Jenderal, saat ini dijabat oleh Susan Dougan (sejak 1 Agustus 2019). Jabatan Gubernur Jenderal sebagian besar bersifat seremonial, termasuk membuka Dewan Majelis dan mengangkat berbagai pejabat pemerintah.
Selanjutnya, kekuasaan pemerintahan berada di tangan Perdana Menteri yang terpilih dan kabinetnya. Perdana Menteri saat ini adalah Ralph Gonsalves, yang terpilih pada tahun 2001 sebagai ketua Partai Buruh Persatuan (ULP). Perdana Menteri adalah pemimpin partai mayoritas di parlemen dan bertanggung jawab atas administrasi pemerintahan sehari-hari.

Cabang legislatif pemerintahan adalah Dewan Majelis yang bersifat unikameral (satu kamar). Dewan ini terdiri dari 15 anggota yang dipilih melalui pemilihan umum di daerah pemilihan tunggal dan enam anggota yang ditunjuk, yang dikenal sebagai Senator. Masa jabatan parlemen adalah lima tahun, meskipun Perdana Menteri dapat membubarkan parlemen dan mengadakan pemilihan umum kapan saja.
Cabang yudikatif pemerintah terdiri dari pengadilan distrik, Mahkamah Agung Karibia Timur (Eastern Caribbean Supreme Court), dan Dewan Penasihat Kerajaan Inggris (Privy Council) di London yang berfungsi sebagai pengadilan banding terakhir. Sistem peradilan didasarkan pada hukum umum Inggris.
5.2. Partai Politik dan Dinamika Politik
Dua partai politik utama dengan perwakilan di parlemen adalah Partai Demokrat Baru (NDP) yang cenderung kanan-tengah, dan Partai Buruh Persatuan (ULP) yang berhaluan kiri-tengah dan saat ini berkuasa. Oposisi parlementer terdiri dari pemangku kepentingan minoritas terbesar dalam pemilihan umum, yang dipimpin oleh Pemimpin Oposisi. Pemimpin oposisi saat ini adalah Godwin Friday dari NDP.
Dinamika politik sering kali ditandai oleh persaingan antara kedua partai besar ini. Isu-isu politik terkini mencakup pembangunan ekonomi, pengentasan kemiskinan, penanganan bencana alam, dan reformasi konstitusi. Pada tahun 2009, sebuah referendum diadakan untuk mengubah konstitusi dan menjadikan negara ini sebuah republik, menggantikan monarki dengan seorang presiden. Namun, proposal ini gagal mendapatkan dukungan dua pertiga mayoritas yang diperlukan. Kegagalan ini mencerminkan perdebatan yang sedang berlangsung di masyarakat mengenai identitas nasional dan hubungan dengan Britania Raya.
5.3. Pembagian Administratif
Secara administratif, Saint Vincent dan Grenadine dibagi menjadi enam parish (paroki). Lima paroki berada di pulau Saint Vincent, sementara paroki keenam terdiri dari pulau-pulau Grenadine. Paroki-paroki tersebut adalah:
- Charlotte
- Saint George
- Saint Andrew
- Saint Patrick
- Saint David
- Grenadines
Kingstown, ibu kota dan pusat administrasi utama negara, terletak di Paroki Saint George. Setiap paroki memiliki karakteristik geografis dan demografis yang unik.
5.4. Militer dan Keamanan
Saint Vincent dan Grenadine tidak memiliki angkatan bersenjata formal. Keamanan negara ditangani oleh Pasukan Polisi Kerajaan Saint Vincent dan Grenadine (Royal Saint Vincent and the Grenadines Police Force), yang mencakup Unit Layanan Khusus (Special Service Unit) serta milisi yang memiliki peran pendukung di pulau tersebut. Pasukan polisi bertanggung jawab atas penegakan hukum, pemeliharaan ketertiban umum, dan keamanan internal.
Negara ini berpartisipasi dalam Sistem Keamanan Regional (Regional Security System, RSS), sebuah perjanjian pertahanan dan keamanan internasional antara beberapa negara di Karibia timur. RSS bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dalam penanggulangan bencana, operasi pencarian dan penyelamatan, serta memerangi kejahatan transnasional.
Pada tahun 2017, Saint Vincent menandatangani perjanjian PBB tentang Pelarangan Senjata Nuklir.
5.5. Hubungan Luar Negeri
Saint Vincent dan Grenadine menjaga hubungan dekat dengan Kanada, Britania Raya, dan Amerika Serikat, serta bekerja sama dengan organisasi politik dan ekonomi regional seperti Organisasi Negara-Negara Karibia Timur (OECS) dan Komunitas Karibia (CARICOM). Negara ini juga merupakan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS), Aliansi Bolivarian untuk Amerika (ALBA), dan Komunitas Negara Amerika Latin dan Karibia (CELAC).
Saint Vincent dan Grenadine secara konsisten mendukung kebijakan luar negeri yang progresif, termasuk pengakuan terhadap Taiwan (Republik Tiongkok), dan memiliki kedutaan besar di Taipei sejak 2019, selain di London, Washington D.C., Havana, Caracas, dan Brussels.
Negara ini aktif dalam isu-isu regional dan global. Saint Vincent dan Grenadine memprotes klaim Venezuela atas Pulau Aves, yang menciptakan ZEE Venezuela yang luas di Laut Karibia. Pada tahun 2019, Saint Vincent dan Grenadine menjadi negara terkecil yang pernah terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Pada bulan Juni 2022, negara ini memboikot KTT Amerika ke-9 sebagai protes terhadap kebijakan AS.
5.5.1. Isu Hak Asasi Manusia dan Keadilan Sosial
Saint Vincent dan Grenadine menghadapi beberapa isu hak asasi manusia yang signifikan. Salah satunya adalah kriminalisasi aktivitas sesama jenis. Pasal 148 KUHP menyatakan bahwa tindakan tidak senonoh berat dengan orang lain sesama jenis adalah pelanggaran yang dapat dihukum penjara hingga lima tahun. Hal ini menjadi perhatian bagi kelompok advokasi hak LGBT.
Tuntutan reparasi atas kolonialisme dan perbudakan adalah isu penting lainnya. Perdana Menteri Ralph Gonsalves secara vokal menyerukan agar negara-negara Eropa membayar ganti rugi atas peran mereka dalam perdagangan budak Atlantik. Pada April 2022, selama kunjungan Pangeran Edward dan Sophie, Adipati dan Adipatni Edinburgh dari Inggris, mereka disambut oleh para pengunjuk rasa yang menuntut reparasi. Jomo Thomas, mantan ketua Komite Reparasi Nasional St. Vincent dan Grenadine, termasuk di antara para pengunjuk rasa yang menyerukan pertanggungjawaban dari bekas kekuatan kolonial.
Dalam isu-isu HAM global, Saint Vincent dan Grenadine telah mengambil sikap progresif. Pada Sidang Umum PBB ke-72 di bulan September 2017, Perdana Menteri negara ini, bersama dengan para pemimpin Kepulauan Solomon, Tuvalu, dan Vanuatu, menyerukan tindakan PBB atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Indonesia terhadap penduduk asli Papua di Nugini Barat. Advokasi ini menunjukkan komitmen negara terhadap isu-isu penentuan nasib sendiri dan hak-hak masyarakat adat di tingkat internasional.
6. Ekonomi
Ekonomi Saint Vincent dan Grenadine adalah ekonomi berpenghasilan menengah ke bawah yang bergantung pada pertanian, pariwisata, dan sektor jasa lainnya. Negara ini menghadapi tantangan struktural, termasuk ketergantungan pada komoditas tunggal, tingkat pengangguran yang tinggi, dan kerentanan terhadap bencana alam serta guncangan eksternal. Upaya diversifikasi ekonomi dan pembangunan berkelanjutan menjadi prioritas pemerintah.

6.1. Struktur dan Kinerja Ekonomi
Sektor pertanian, yang didominasi oleh produksi pisang, secara historis merupakan sektor terpenting dalam ekonomi Saint Vincent dan Grenadine. Namun, sektor ini menghadapi tantangan dari persaingan global, penyakit tanaman, dan bencana alam. Sektor jasa, terutama yang didorong oleh industri pariwisata yang berkembang, juga merupakan kontributor penting bagi Produk Domestik Bruto (PDB). Pemerintah relatif kurang berhasil dalam memperkenalkan industri baru secara signifikan.
Tingkat pengangguran tetap menjadi masalah serius, dilaporkan sebesar 19,8% dalam sensus 1991 dan sekitar 15% pada tahun 2001, meskipun angka aktual mungkin lebih tinggi. Ketergantungan yang berkelanjutan pada satu jenis tanaman, yaitu pisang, merupakan hambatan terbesar bagi pembangunan pulau-pulau ini, karena badai tropis sering kali menghancurkan sebagian besar tanaman pisang dalam beberapa tahun terakhir.
Terdapat sektor manufaktur kecil dan sektor keuangan lepas pantai (offshore finance) yang melayani bisnis internasional. Undang-undang kerahasiaan di sektor ini telah menimbulkan beberapa kekhawatiran internasional terkait transparansi dan potensi penyalahgunaan.
PDB negara ini pada tahun 2016 tercatat sekitar 766.00 M USD. Tantangan pembangunan meliputi diversifikasi ekonomi, penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pengurangan kemiskinan.
6.2. Sektor Utama
Sektor-sektor ekonomi inti memainkan peran krusial dalam pembangunan nasional Saint Vincent dan Grenadine, meskipun masing-masing menghadapi tantangan dan peluang tersendiri.
6.2.1. Pertanian
Pertanian, khususnya produksi pisang, telah lama menjadi tulang punggung ekonomi. Selain pisang, hasil bumi penting lainnya termasuk keladi, garut (arrowroot) - di mana Saint Vincent adalah salah satu produsen terbesar di dunia - kelapa, dan berbagai rempah-rempah. Sektor pertanian menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar populasi pedesaan. Namun, sektor ini menghadapi tantangan signifikan, termasuk persaingan dari produsen pisang Amerika Latin, perubahan dalam rezim perdagangan preferensial dengan Uni Eropa, penyakit tanaman seperti Sigatoka Hitam, dan dampak perubahan iklim serta bencana alam seperti badai dan letusan gunung berapi. Upaya diversifikasi tanaman dan praktik pertanian berkelanjutan menjadi penting untuk ketahanan sektor ini.
6.2.2. Pariwisata
Pariwisata telah menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang semakin penting, terutama di pulau-pulau Grenadine yang terkenal dengan pantai-pantai indah, perairan jernih, dan fasilitas mewah. Mustique, Canouan, dan Palm Island adalah beberapa destinasi wisata kelas atas. Pembuatan film Pirates of the Caribbean di pulau ini juga membantu mengekspos negara ini kepada lebih banyak calon pengunjung dan investor. Sektor ini menciptakan lapangan kerja dan pendapatan devisa. Jenis pariwisata yang dikembangkan meliputi pariwisata bahari (berlayar, menyelam), ekowisata, dan pariwisata mewah. Upaya diarahkan untuk memastikan pariwisata yang berkelanjutan secara lingkungan dan memberikan manfaat ekonomi yang adil bagi masyarakat lokal, sambil mengatasi tantangan seperti dampak lingkungan dan ketergantungan pada pasar luar negeri.
6.2.3. Sektor Jasa Lainnya
Sektor keuangan lepas pantai (offshore finance) telah berkembang di Saint Vincent dan Grenadine, menawarkan layanan seperti perbankan internasional, pembentukan perusahaan, dan dana perwalian. Namun, sektor ini juga menghadapi pengawasan internasional terkait standar transparansi dan kepatuhan terhadap peraturan anti pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Sektor perikanan juga memberikan kontribusi bagi ekonomi lokal dan ketahanan pangan. Perburuan paus tradisional oleh masyarakat di Bequia merupakan praktik budaya yang unik. Penduduk asli Bequia diizinkan untuk berburu hingga empat paus bungkuk per tahun di bawah kuota subsisten Komisi Perpausan Internasional (IWC). Praktik ini memiliki relevansi budaya yang kuat tetapi juga menjadi subjek perdebatan dalam konteks konservasi paus global.
6.3. Transportasi
Bandar Udara Internasional Argyle adalah bandar udara internasional baru di negara ini, yang dibuka pada 14 Februari 2017. Bandara ini menggantikan Bandar Udara E. T. Joshua yang lama. Fasilitas baru ini terletak di pantai timur pulau, sekitar 8.3 km dari Kingstown, dan diharapkan dapat meningkatkan konektivitas udara serta mendukung pertumbuhan pariwisata dan perdagangan.
Fasilitas pelabuhan utama terdapat di Kingstown, yang melayani kargo dan kapal pesiar. Jaringan jalan di pulau utama Saint Vincent menghubungkan pusat-pusat populasi dan area pertanian, meskipun kondisi jalan di beberapa daerah pedalaman mungkin bervariasi.
Sarana transportasi antar pulau utama, terutama antara Saint Vincent dan pulau-pulau Grenadine, dilayani oleh feri dan pesawat kecil. Layanan feri reguler menghubungkan Kingstown dengan Bequia, Canouan, Mayreau, dan Union Island.
6.4. Komunikasi
Pada tahun 2010, Saint Vincent dan Grenadine memiliki 21.700 sambungan telepon kabel. Sistem telepon kabelnya sepenuhnya otomatis, mencakup seluruh pulau utama dan semua pulau Grenadine yang berpenghuni. Jumlah pengguna telepon seluler telah meningkat pesat, dari 10.000 pada tahun 2002 menjadi 131.800 pada tahun 2010. Layanan telepon seluler tersedia di sebagian besar wilayah Saint Vincent dan Grenadine.
Akses internet juga telah berkembang, dengan dua penyedia layanan internet (ISP) utama, yaitu Digicel dan Flow, yang menyediakan layanan telepon seluler dan internet. Infrastruktur komunikasi ini penting untuk mendukung kegiatan ekonomi, pendidikan, dan interaksi sosial.
7. Demografi
Demografi Saint Vincent dan Grenadine mencerminkan sejarah panjang migrasi, kolonialisme, dan percampuran budaya, yang menghasilkan populasi yang beragam secara etnis dengan mayoritas keturunan Afrika.
7.1. Populasi dan Etnisitas
Populasi Saint Vincent dan Grenadine diperkirakan sekitar 110.872 jiwa (estimasi PBB). Kepadatan penduduknya lebih dari 300 jiwa/km2.
Komposisi etnis negara ini adalah sebagai berikut:
- 66% keturunan Afrika (Afro-Vincentian): Mayoritas penduduk adalah keturunan orang Afrika yang diperbudak dan dibawa ke pulau-pulau ini untuk bekerja di perkebunan selama periode kolonial.
- 19% keturunan campuran: Hasil dari perkawinan antaretnis selama berabad-abad.
- 6% India Timur (Indo-Vincentian): Keturunan pekerja kontrak yang didatangkan dari India pada abad ke-19 setelah penghapusan perbudakan.
- 4% Eropa (Putih Karibia): Terutama keturunan Portugis dari Madeira yang juga datang sebagai pekerja kontrak pada abad ke-19, serta keturunan pemukim Inggris dan Prancis.
- 2% Kalinago (Pribumi Karib): Sisa-sisa populasi asli pulau-pulau tersebut.
- 3% lainnya: Termasuk populasi Tionghoa yang berkembang.
Latar belakang sejarah ini telah menciptakan masyarakat multikultural dengan berbagai tradisi dan praktik budaya.
7.2. Bahasa
Bahasa resmi Saint Vincent dan Grenadine adalah bahasa Inggris. Bahasa Inggris digunakan dalam pendidikan, pemerintahan, agama, dan domain formal lainnya. Namun, sebagian besar penduduk Vincentian berbicara Kreol Vincentian, sebuah bahasa kreol berbasis Inggris yang memiliki tata bahasa dan kosakata yang unik. Kreol Vincentian, atau 'dialek' sebagaimana disebut secara lokal, digunakan dalam situasi informal, seperti di rumah dan di antara teman-teman. Di beberapa bagian Grenadine, pengaruh bahasa Prancis masih terasa dalam bentuk Patois, sisa dari periode kolonisasi Prancis.
7.3. Agama
Menurut sensus tahun 2001, 81,5% populasi Saint Vincent dan Grenadine mengidentifikasi diri sebagai Kristen. Sebanyak 6,7% menganut agama lain, dan 8,8% tidak beragama atau tidak menyatakan agamanya (1,5%).
Komposisi denominasi Kristen utama adalah sebagai berikut:
- Anglikanisme: 17,8% (merupakan kategori agama terbesar)
- Pentakostalisme: 17,6%
- Metodisme: 10,9% (termasuk Methodists Karibia)
- Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: 10,2%
- Gereja Baptis: 10,0%
Denominasi Kristen lainnya termasuk Gereja Katolik Roma (7,5%), Evangelikalisme (2,8%), Gereja Tuhan (2,5%), Kristen Persaudaraan (1,3%), Saksi-Saksi Yehuwa (0,6%), dan Bala Keselamatan (0,3%).
Antara tahun 1991 dan 2001, jumlah penganut Anglikan, Kristen Persaudaraan, Metodis, dan Katolik Roma menurun, sementara jumlah penganut Pentakosta, Evangelikal, dan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh meningkat.
Agama non-Kristen dianut oleh sebagian kecil populasi. Kelompok agama ini termasuk gerakan Rastafarianisme (1,5% dari populasi), Hinduisme (terutama di kalangan komunitas India Timur), dan Islam (gabungan Hindu dan Islam sekitar 1,5%).
8. Budaya
Budaya Saint Vincent dan Grenadine adalah perpaduan yang kaya dari pengaruh Afrika, Eropa (terutama Inggris dan Prancis), India Timur, dan Pribumi Karib. Ekspresi budaya ini terlihat dalam musik, olahraga, media, dan perayaan hari libur nasional.

8.1. Musik
Musik populer di Saint Vincent dan Grenadine mencakup genre seperti big drum (musik drum tradisional dengan akar Afrika), calypso, soca, steelpan, dan reggae. Musik band dawai (string band music), kuadril (tarian Eropa yang diadaptasi secara lokal), dan tradisi mendongeng juga populer. Salah satu musisi St Vincent yang paling sukses secara internasional adalah Kevin Lyttle, yang dikenal dengan lagu hitnya "Turn Me On". Ia dinobatkan sebagai Duta Budaya untuk Pulau tersebut pada 19 September 2013.
Lagu kebangsaan Saint Vincent dan Grenadine adalah "Saint Vincent, Land so beautiful", yang diadopsi setelah kemerdekaan pada tahun 1979. Musik memainkan peran sentral dalam kehidupan sosial dan perayaan, terutama selama festival tahunan Vincy Mas (Karnaval).
8.2. Olahraga
Cabang olahraga paling populer di Saint Vincent dan Grenadine adalah kriket, sepak bola, dan atletik di kalangan pria, sedangkan bola jaring sangat populer di kalangan wanita. Bola basket, bola voli, rugbi, dan tenis juga cukup populer.
Liga sepak bola utama negara ini adalah NLA Premier League, yang sebagian besar pemainnya memperkuat tim nasional sepak bola Saint Vincent dan Grenadine. Salah satu pesepak bola Vincentian yang terkenal adalah Ezra Hendrickson, mantan kapten tim nasional yang bermain di beberapa klub Major League Soccer di Amerika Serikat dan pernah menjadi pelatih kepala Chicago Fire FC.
Negara ini secara teratur berpartisipasi dalam Kejuaraan Bola Basket Karibia, di mana tim pria dan wanita bersaing. Saint Vincent dan Grenadine juga memiliki tim nasional rugbi uni sendiri yang menduduki peringkat ke-84 dunia (pada suatu waktu). Olahraga lain yang dimainkan di tingkat regional termasuk trek dan lapangan. Natasha Mayers memenangkan medali emas di nomor 100m pada Pesta Olahraga Persemakmuran 2010. Kineke Alexander memenangkan medali perunggu di nomor 400m putri pada Pesta Olahraga Pan Amerika 2015. Eswort Coombs meraih medali perunggu di nomor 400m pada Pesta Olahraga Pan Amerika 1995. Pada Olimpiade Musim Panas 2024 di Paris, Shafiqua Maloney menjadi atlet Vincentian pertama yang mencapai babak final sebuah cabang Olimpiade, dengan menempati posisi ke-4 di nomor 800m putri.
8.3. Media
Lanskap media di Saint Vincent dan Grenadine terdiri dari stasiun radio, siaran televisi, surat kabar, dan media daring.
Terdapat dua belas stasiun radio FM, di antaranya adalah 88.9 Adoration FM, 89.1 Jem Radio, 89.7 NBC Radio, 95.7 dan 105.7 Praise FM, 96.7 Nice Radio, 97.1 Hot 97, 98.3 Star FM, 99.9 We FM, 103.7 Hitz, 102.7 EZee radio, 104.3 Xtreme FM, dan 106.9 Boom FM. Ada juga beberapa stasiun radio internet, termasuk Chronicles Christian Radio.
Negara ini memiliki satu stasiun siaran televisi, ZBG-TV (SVGTV), dan satu penyedia televisi kabel. St. Vincent and the Grenadines Broadcasting Corporation adalah perusahaan induk untuk SVGTV dan Magic 103.7.
Surat kabar utama termasuk The Vincentian dan Searchlight. Media daring dan platform media sosial juga memainkan peran yang semakin penting dalam penyebaran informasi dan diskusi publik.
8.4. Hari Libur Nasional
Hari-hari libur nasional di Saint Vincent dan Grenadine mencerminkan sejarah, budaya, dan tradisi agama negara tersebut. Beberapa hari libur utama meliputi:
Tanggal | Nama dalam Bahasa Indonesia | Nama dalam Bahasa Inggris | Catatan |
---|---|---|---|
1 Januari | Hari Tahun Baru | New Year's Day | |
14 Maret | Hari Pahlawan Nasional | National Heroes' Day | Menghormati Joseph Chatoyer, pemimpin Garifuna |
Jumat sebelum Paskah | Jumat Agung | Good Friday | Tanggal bervariasi |
Senin setelah Paskah | Senin Paskah | Easter Monday | Tanggal bervariasi |
1 Mei | Hari Buruh | Labour Day | |
Senin ke-7 setelah Paskah | Senin Whit | Whit Monday | Tanggal bervariasi |
Senin pertama bulan Juli | Senin Karnaval (Vincy Mas) | Carnival Monday / Vincy Mas Monday | Bagian dari perayaan karnaval nasional |
Selasa pertama bulan Juli | Selasa Karnaval (Vincy Mas) | Carnival Tuesday / Vincy Mas Tuesday | Puncak perayaan karnaval |
1 Agustus | Hari Emansipasi | Emancipation Day | Memperingati penghapusan perbudakan |
27 Oktober | Hari Kemerdekaan | Independence Day | Memperingati kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1979 |
25 Desember | Hari Natal | Christmas Day | |
26 Desember | Hari Boxing | Boxing Day |
Perayaan Vincy Mas (Karnaval) adalah salah satu acara budaya terbesar, yang berlangsung selama beberapa minggu dan mencapai puncaknya pada bulan Juni/Juli dengan parade kostum, musik calypso dan soca, serta berbagai pesta jalanan. Hari Pahlawan Nasional secara khusus menghormati Joseph Chatoyer, pemimpin Garifuna yang melawan kolonisasi Inggris, sebagai pahlawan nasional pertama negara ini.
9. Tokoh Terkemuka
Berikut adalah beberapa tokoh terkemuka yang berasal dari Saint Vincent dan Grenadine atau memiliki kaitan erat dengan sejarah dan perkembangan negara, dengan mempertimbangkan dampak mereka terhadap demokrasi, hak asasi manusia, dan kemajuan sosial:
- Joseph Chatoyer: Pemimpin tertinggi Garifuna pada akhir abad ke-18, dianggap sebagai pahlawan nasional pertama Saint Vincent dan Grenadine. Ia memimpin perlawanan sengit terhadap kolonisasi Inggris dalam Perang Carib Kedua. Perjuangannya melambangkan perlawanan terhadap penindasan kolonial dan pembelaan hak-hak masyarakat adat. Meskipun akhirnya gugur, warisannya tetap hidup sebagai simbol keberanian dan perjuangan untuk kebebasan.
- Milton Cato: Perdana Menteri pertama Saint Vincent dan Grenadine setelah kemerdekaan pada tahun 1979. Sebagai pemimpin Partai Buruh Saint Vincent (SVLP), ia memainkan peran kunci dalam transisi negara menuju kemerdekaan dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan pasca-kolonial. Masa kepemimpinannya menandai awal era baru bagi negara, meskipun juga dihadapkan pada tantangan ekonomi dan sosial.
- Sir James Fitz-Allen Mitchell: Perdana Menteri dari tahun 1984 hingga 2000. Sebagai pemimpin Partai Demokrat Baru (NDP), ia mendominasi politik Vincentian selama lebih dari satu setengah dekade. Pemerintahannya berfokus pada pembangunan ekonomi, khususnya di sektor pariwisata dan pertanian. Ia juga aktif dalam upaya integrasi regional Karibia.
- Ralph Gonsalves: Perdana Menteri saat ini, menjabat sejak tahun 2001. Pemimpin Partai Buruh Persatuan (ULP), Gonsalves dikenal dengan pandangan politik kiri-tengah dan advokasinya yang kuat untuk reparasi atas perbudakan, serta isu-isu keadilan sosial di tingkat nasional dan internasional. Pemerintahannya telah berfokus pada pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, sambil menghadapi tantangan seperti bencana alam dan ketidakstabilan ekonomi global. Ia adalah salah satu pemimpin terlama di Karibia.
- Sir Dwight Venner: Seorang ekonom terkemuka yang menjabat sebagai Gubernur Bank Sentral Karibia Timur (ECCB) dari tahun 1989 hingga 2015. Kontribusinya terhadap stabilitas moneter dan keuangan di kawasan OECS sangat signifikan.
- Kevin Lyttle: Musisi soca yang meraih kesuksesan internasional dengan lagunya "Turn Me On" pada awal tahun 2000-an. Ia membantu mempopulerkan musik Vincentian di panggung global dan dinobatkan sebagai Duta Budaya.
- Adonal Foyle: Mantan pemain bola basket profesional yang bermain di NBA selama lebih dari satu dekade. Setelah pensiun, ia aktif dalam kegiatan sosial dan advokasi, termasuk mendirikan yayasan yang berfokus pada pemberdayaan pemuda.
- Shandel Samuel: Mantan pemain sepak bola profesional dan salah satu pencetak gol terbanyak untuk tim nasional Saint Vincent dan Grenadine. Ia mewakili negaranya dalam berbagai kompetisi internasional.
- Natasha Mayers: Atlet lari cepat yang memenangkan medali emas di nomor 100 meter pada Pesta Olahraga Persemakmuran 2010, sebuah pencapaian signifikan bagi olahraga Vincentian.
- Jomo Thomas: Pengacara, penulis, dan aktivis sosial. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Komite Reparasi Nasional St. Vincent dan Grenadine dan secara vokal mengadvokasi keadilan reparatif atas dampak kolonialisme dan perbudakan. Ia juga pernah menjadi Ketua Dewan Majelis.
Dampak para tokoh ini bervariasi. Tokoh politik seperti Chatoyer, Cato, Mitchell, dan Gonsalves telah secara langsung membentuk arah negara, dengan Gonsalves dan aktivis seperti Thomas secara khusus menekankan isu hak asasi manusia dan keadilan sosial. Tokoh di bidang olahraga dan budaya seperti Lyttle, Foyle, dan Mayers telah meningkatkan profil internasional negara dan menjadi sumber inspirasi. Sir Dwight Venner memberikan kontribusi signifikan dalam stabilitas ekonomi regional. Analisis dampak mereka harus mempertimbangkan konteks historis dan tantangan spesifik yang dihadapi Saint Vincent dan Grenadine.