1. Overview
Maurice Maréchal (3 Oktober 1892 - 19 April 1964) adalah seorang cellist musik klasik terkemuka asal Prancis. Sepanjang kariernya yang membentang dari masa-masa awal abad ke-20 hingga pertengahan 1900-an, Maréchal tidak hanya dikenal karena keunggulan artistiknya dalam interpretasi repertoar klasik dan kontemporer, tetapi juga karena semangat juang dan integritas moralnya yang kuat, terutama selama dua Perang Dunia. Ia dikenal sebagai seorang seniman yang beradaptasi dan berinovasi, bahkan menciptakan sebuah cello dari kotak amunisi di medan perang, dan kemudian menolak untuk berkolaborasi dengan pasukan pendudukan selama Perang Dunia II. Kontribusinya mencakup penampilan perdana karya-karya penting dari komposer seperti Maurice Ravel dan Arthur Honegger, serta peran pentingnya sebagai seorang pendidik di Conservatoire de Paris.
2. Biografi
Biografi Maurice Maréchal mencakup perjalanan hidupnya yang kaya, mulai dari masa kanak-kanak di Dijon hingga pengakuan internasional sebagai seorang virtuoso dan pendidik.
2.1. Masa Muda dan Pendidikan
Maurice Maréchal lahir di Dijon, Prancis, pada 3 Oktober 1892. Ayahnya, Jules Jacques Maréchal, adalah seorang pegawai Pos dan Telegraf, sementara ibunya, Martha Justine Morier, adalah seorang kepala sekolah yang mencintai musik. Ketertarikan Maréchal pada musik sudah terlihat sejak dini; ia mulai belajar piano pada usia enam tahun dan berlatih dengan giat. Namun, tak lama kemudian, ia beralih ke cello dan mulai belajar di bawah bimbingan Profesor Agniel. Pada usia 10 tahun, ia sudah tampil dalam konser publik di Teater Kota Dijon, memukau penonton dengan bakatnya.
Pada Mei 1907, Maréchal lulus dari konservatori lokalnya dengan penghargaan utama (première prixpremiere priBahasa Prancis) untuk konsert Cello No. 2 karya Karl Davydov, dan kemudian pindah ke Paris. Di Paris, ia pertama kali belajar di bawah bimbingan Louis Feuillard sebelum akhirnya masuk ke Conservatoire de Paris. Di konservatori bergengsi ini, ia memperdalam ilmu cellonya dengan Jules-Leopold Loeb, mempelajari musik kamar dengan Lefebvre, dan teori serta orkestrasi dengan Paul Dukas. Ia lulus dengan penghargaan utama pada tahun 1911, pada usia 19 tahun, yang mengukuhkan posisinya sebagai talenta muda yang menjanjikan. Selain guru-guru formalnya, Maréchal juga sangat terpengaruh oleh Pablo Casals, cellist terkemuka yang juga tinggal di Paris pada saat itu.

2.2. Perang Dunia I
Tiga tahun setelah kelulusannya dari konservatori, Prancis terlibat dalam Perang Dunia I, dan Maréchal pun wajib militer. Ia mencatat rutinitas hariannya dari Agustus 1914 hingga Februari 1919 dalam buku hariannya. Selama dinas militernya, ia mengalami kesulitan karena tidak bisa berlatih cello. Dua rekan prajuritnya yang berprofesi sebagai tukang kayu, dengan kreativitas luar biasa, membuatkan sebuah cello dari kotak amunisi. Dengan cello "perang" yang sederhana ini, Maréchal tampil menghibur rekan-rekan prajurit yang terluka dan para perwira, serta bermain untuk kebaktian agama. Cello unik ini, yang mencerminkan semangat ketahanan dan kreativitas di tengah konflik, kini disimpan di Museum Instrumen Conservatoire de Paris, setelah disumbangkan oleh keluarga Maréchal pada tahun 1969. Di atasnya terukir tanda tangan para jenderal sekutu terkemuka seperti Ferdinand Foch, Henri Gouraud, Charles Mangin, dan Philippe Pétain.
Selama masa dinasnya, Maréchal juga bertemu dengan musisi-musisi lain, termasuk Gustave Cloëz, Lucien Durosoir, André Caplet, dan Henri Lemoine. Bersama mereka, ia membentuk sebuah ansambel kecil yang sering tampil di hadapan staf perwira. Atas dedikasi dan keberaniannya, Maréchal dianugerahi Croix de Guerre pada tahun 1916 dan kemudian menjadi Perwira Legion of Honour. Pengalaman perangnya ini sangat membentuk karakter dan pandangannya, menjadikannya simbol ketabahan artistik di masa sulit.
2.3. Karier Musik Awal dan Reputasi
Setelah Perang Dunia I berakhir, Maurice Maréchal dengan cepat melanjutkan karier musiknya. Pada tahun 1919, ia bergabung dengan Concerts Lamoureux selama setahun, dan kemudian bermain untuk Orkestra New York. Setelah itu, ia memulai karier solonya yang gemilang. Ia sering ditemani oleh pianis temannya, Émile Poillot, dalam berbagai tur konser di Spanyol (1925 dan 1926) dan Prancis (1928). Reputasinya menyebar luas, membawanya melakukan tur internasional yang sukses ke Singapura (1933) dan Hindia Belanda (1933), serta Jepang (30 Oktober 1935), di mana ia mengadakan konser di Nagoya dan Tokyo, serta melakukan siaran radio pada 3 November 1935. Ia dikenal karena penampilannya yang energik dan penuh gairah di bawah konduktor-konduktor terkenal seperti Artur Nikisch, Felix Weingartner, dan Richard Strauss.

Pada tahun 1922, ia tampil bersama Enrique Casals, saudara dari Pablo Casals, membawakan Brahms 'Konserto Ganda untuk Biola dan Cello' dengan Orkestra Pablo Casals yang dipimpin oleh Pablo Casals sendiri. Pada tahun yang sama, tanggal 6 April, ia melakukan premier dunia untuk Sonata Biola dan Cello karya Maurice Ravel bersama dengan pemain biola Hélène Jourdan-Morhange. Karya ini bahkan didedikasikan oleh Ravel untuk Maréchal. Ia juga dikenal karena interpretasinya yang mendalam atas karya seperti 'Épiphanie' oleh André Caplet, serta konser-konser dari Arthur Honegger, Darius Milhaud, dan Édouard Lalo. Debutnya di Amerika Serikat terjadi pada tahun 1926 bersama Orkestra Philadelphia di bawah pimpinan Leopold Stokowski, setelah Stokowski terkesan dengan penampilannya dalam 'Épiphanie'. Kariernya juga mencakup kolaborasi sebagai trio bersama pianis legendaris Alfred Cortot dan pemain biola Jacques Thibaud, yang semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu cellist kelas satu di Prancis.
2.4. Perang Dunia II dan Aktivitas Perlawanan
Karier Maurice Maréchal kembali terhenti akibat pecahnya Perang Dunia II. Tur panjangnya ke Amerika Serikat pada tahun 1939 menjadi perjalanan luar negeri terakhirnya sebelum perang. Ketika Paris diduduki oleh pasukan Jerman pada tahun 1940, Maréchal melarikan diri dari Paris ke kampung halamannya di Dijon, lalu ke Marseille. Meskipun keluarganya dievakuasi ke Amerika Serikat, Maréchal memutuskan untuk tetap tinggal di Prancis. Ia terus memberikan konser di berbagai kota di Prancis Selatan dan juga melakukan siaran radio.
Pada tahun 1942, ia ditunjuk sebagai profesor di Conservatoire de Paris, menggantikan Gérard Hekking yang telah meninggal. Ia mengemban jabatan ini hingga setahun sebelum kematiannya pada tahun 1963, pada usia 72 tahun. Maréchal dikenal karena secara terbuka mendukung Gerakan Perlawanan Prancis. Ia menunjukkan integritas dan patriotisme yang tinggi dengan menolak semua tawaran untuk tampil di Jerman atau bahkan di stasiun radio Prancis yang didominasi oleh Jerman. Keputusannya ini mencerminkan komitmen moralnya yang kuat terhadap kebebasan dan keadilan.
2.5. Tahun-tahun Akhir dan Kematian
Setelah Perang Dunia II berakhir, Maurice Maréchal kembali aktif di panggung Eropa. Namun, ia mulai menghadapi tantangan kesehatan serius. Ia didiagnosis menderita penyakit otot progresif yang secara bertahap melemahkan lengan pembusurnya, sangat membatasi kemampuan konsernya. Konser terakhirnya bersama Concerts Lamoureux berlangsung pada tahun 1950. Meskipun aktivitas konsernya berkurang, Maréchal tetap aktif dalam dunia musik. Ia menerima Legion of Honour untuk kedua kalinya pada tahun 1950, dan pada tahun 1957, ia dianugerahi Cultural Order of Merit.
Ia mengabdikan sisa hidupnya untuk mengajar di Conservatoire de Paris dan berpartisipasi sebagai juri dalam berbagai kompetisi internasional, termasuk Kompetisi Internasional Tchaikovsky ke-2 pada tahun 1962. Penampilan publik terakhirnya terjadi pada tahun 1963, dalam sebuah misa peringatan untuk pembuat cellonya, Marc Laberte.
Maurice Maréchal meninggal dunia pada Minggu, 19 April 1964, di rumahnya di Paris setelah menjalani operasi ginjal. Pemakamannya berlangsung di Katedral St. Benignus, Dijon, pada 22 April, dan ia dimakamkan di pemakaman Péjoces di Dijon, kampung halamannya.
3. Kontribusi Musik dan Pedagogi
Maurice Maréchal meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam dunia musik klasik, baik melalui penampilannya yang inovatif maupun dedikasinya dalam pendidikan.
3.1. Repertoar Utama dan Karya Perdana
Maurice Maréchal dikenal luas karena interpretasinya yang kaya terhadap karya-karya klasik serta dukungannya yang antusias terhadap musik kontemporer. Ia memiliki hubungan kolaboratif yang erat dengan banyak komposer terkemuka pada masanya. Salah satu kontribusinya yang paling signifikan adalah premier dunia untuk Sonata Biola dan Cello karya Maurice Ravel pada tahun 1922, sebuah karya yang kemudian didedikasikan oleh Ravel kepadanya. Ia juga menjadi cellist pertama yang membawakan 'Épiphanie' karya sahabatnya, André Caplet.
Maréchal juga berperan penting dalam mempopulerkan karya-karya komposer modern lainnya. Ia melakukan premier dunia untuk Konserto Cello karya Arthur Honegger di Boston pada 17 Februari 1930, dan ia sendiri yang menulis kadenza untuk karya tersebut. Demikian pula, Konserto Cello karya Darius Milhaud, yang di-premier-kan di Paris pada tahun 1934, didedikasikan untuk Maréchal. Ia juga sering membawakan Rapsodi karya Ernest Bloch dan konser-konser oleh Édouard Lalo.
Selain fokus pada musik Eropa, Maréchal juga mengembangkan minat yang mendalam pada musik etnik selama perjalanan turnya. Ia secara aktif mempelajari karya-karya komposer Jepang dan menjalin hubungan dengan musisi Asia. Selama kunjungannya ke Jepang, ia bahkan merekam sebuah album berjudul 'Japanese Melody', yang menunjukkan keterbukaan dan eksplorasinya terhadap berbagai tradisi musik.
3.2. Cello 'Perang Dunia'
Salah satu kisah paling ikonik dalam kehidupan Maurice Maréchal adalah mengenai cello unik yang ia gunakan selama Perang Dunia I. Ketika ia bertugas di medan perang dan tidak dapat membawa instrumen aslinya, dua rekan prajuritnya yang merupakan tukang kayu, secara ingenius membuatkan sebuah cello darurat. Instrumen tersebut dibuat dari kotak amunisi dengan bagian leher dan jembatan yang diukir dari kayu kasar. Cello ini melambangkan ketahanan, kreativitas, dan semangat tak tergoyahkan para seniman di tengah kehancuran perang.
Maréchal menggunakan cello ini untuk menghibur rekan-rekan prajurit yang terluka dan untuk memberikan semangat kepada pasukan. Keunikan cello ini semakin bertambah dengan adanya tanda tangan terukir dari para jenderal besar seperti Ferdinand Foch, Henri Gouraud, Charles Mangin, dan Philippe Pétain. Cello ini, yang menjadi artefak sejarah sekaligus simbol artistik, kini dengan bangga dipamerkan di Museum Instrumen Conservatoire de Paris, tempat ia disumbangkan oleh keluarga Maréchal pada tahun 1969.
3.3. Aktivitas Mengajar
Maurice Maréchal dikenal sebagai seorang pendidik yang berdedikasi. Ia menjabat sebagai profesor di Conservatoire de Paris dari tahun 1942 hingga 1963, membimbing banyak generasi musisi muda. Di antara murid-muridnya yang paling terkenal adalah Christine Walevska, Alain Lambert, Jean Moves, Alain Meunier, dan Koh Kurata.
Walevska mengenang filosofi pengajaran Maréchal yang menekankan kebebasan ekspresi. Ia sering mendorong murid-muridnya untuk bermain sesuai dengan perasaan mereka sendiri, bahkan jika itu berarti menyimpang dari notasi partitur. "Mainkan seperti yang kamu rasakan," kata Maréchal kepada Walevska. "Bahkan jika bagian tersebut ditulis untuk piano dan kamu ingin bermain forte, jangan ragu untuk mengikuti intuisimu. Biarkan dirimu sepenuhnya terhanyut dalam musik yang kamu mainkan, dan bermainlah dengan bebas." Filosofi ini menunjukkan pendekatannya yang mendalam terhadap musik, yang melampaui teknik semata.
Selain mengajar di konservatori, Maréchal juga menjadi juri dalam berbagai kompetisi cello internasional bergengsi. Pada Kompetisi Internasional Tchaikovsky ke-2 tahun 1962, ia menjadi anggota juri untuk divisi cello, bersama dengan nama-nama besar seperti ketua juri Mstislav Rostropovich, Gregor Piatigorsky, Gaspar Cassadó, Pierre Fournier, Sviatoslav Knushevitsky, dan Daniil Shafran. Di kelasnya, ia kadang-kadang bahkan mengundang Paul Tortelier untuk membimbing murid-muridnya dalam membawakan karya-karya komposisinya. Di sinilah Tortelier bertemu dengan calon istrinya, Maude Martin, yang juga seorang cellist.
4. Kehidupan Pribadi
Maurice Maréchal menikah dengan Lois Perkins, seorang aktris dari Norwich, Connecticut, Amerika Serikat. Mereka bertemu pada tahun 1920 di Prancis ketika Lois bekerja sebagai sukarelawan di sebuah kantin dengan American Expeditionary Forces. Pernikahan mereka menghasilkan seorang putri bernama Denise dan seorang putra. Lois Perkins-Maréchal secara ekstensif membahas kehidupan mereka dan aktivitas artistik suaminya dalam buku "L'Amérique avant les gratte-ciel" (Amerika Sebelum Gedung Pencakar Langit), yang diterbitkan oleh France-Empire pada tahun 1979.
5. Penilaian dan Warisan
Maurice Maréchal diakui sebagai salah satu cellist Prancis terkemuka pada abad ke-20, meninggalkan warisan artistik dan pribadi yang mendalam. Kemampuannya untuk memadukan interpretasi klasik yang mendalam dengan dedikasi pada musik kontemporer, serta keberaniannya di masa perang, membedakannya dari banyak sejawatnya.
Pandangan dari sesama musisi menggarisbawahi kualitas permainannya. Louis Feuillard, guru Paul Tortelier, sering menyebut nama Maréchal kepada murid-muridnya ketika ia ingin mereka bermain dengan nuansa yang lebih hangat dan ekspresif, menunjukkan bahwa permainan Maréchal adalah tolok ukur keindahan dan kepekaan emosional.
Pengaruh Maréchal juga terasa kuat dalam pendidikan. Melalui posisinya sebagai profesor di Conservatoire de Paris, ia membentuk generasi cellist berikutnya, menanamkan tidak hanya teknik yang solid tetapi juga filosofi tentang kebebasan artistik dan ekspresi pribadi. Kemampuannya untuk menarik bakat dan memupuk individualitas, seperti yang terlihat pada muridnya Christine Walevska, memastikan bahwa warisannya sebagai pendidik terus hidup.
Semangat perlawanan Maréchal selama kedua Perang Dunia-terutama keberaniannya untuk terus bermain di medan perang dengan cello darurat dan penolakannya untuk berkolaborasi dengan pendudukan Jerman-menjadikannya simbol integritas dan patriotisme. Ia bukan hanya seorang virtuoso, tetapi juga seorang seniman yang nilai kemanusiaannya tercermin dalam setiap aspek kehidupannya. Kontribusinya terhadap premier dunia dan dedikasinya pada karya-karya yang didedikasikan untuknya oleh komposer besar juga menempatkannya di garis depan perkembangan musik modern. Buku hariannya, yang diterbitkan sebagai bagian dari "Two Musicians in the Great War," memberikan wawasan berharga tentang kehidupannya dan konteks historis yang ia alami, mengukuhkan posisinya sebagai tokoh penting dalam sejarah musik dan budaya Prancis.
6. Karya Terkait
Untuk memahami lebih dalam kehidupan dan dunia musik Maurice Maréchal, beberapa karya literatur penting dapat menjadi rujukan:
- "L'Amérique avant les gratte-ciel" (Amerika Sebelum Gedung Pencakar Langit), yang diterbitkan pada tahun 1979. Buku ini ditulis oleh istrinya, Lois Perkins-Maréchal, yang membahas secara ekstensif kehidupan mereka dan aktivitas artistik Maurice Maréchal.
- "Two Musicians in the Great War" (Dua Musisi dalam Perang Besar), yang diterbitkan pada tahun 2005. Buku ini dikompilasi oleh Luc Durosoir, putra dari Lucien Durosoir, dan berisi sembilan jilid buku harian Maréchal bersama dengan surat-surat dari Lucien Durosoir, memberikan gambaran mendalam tentang pengalaman mereka selama Perang Dunia I.