1. Ikhtisar
Mongolia, secara resmi dikenal sebagai Монгол УлсMongol UlsBahasa Mongolia, adalah sebuah negara republik semi-presidensial yang terkurung daratan di Asia Timur, berbatasan dengan Rusia di utara dan Tiongkok di selatan. Dengan luas wilayah 1.56 M km2, Mongolia merupakan negara berdaulat terluas ke-18 namun menjadi salah satu negara dengan kepadatan penduduk terjarang di dunia, dengan populasi sekitar 3,5 juta jiwa. Sebagian besar wilayahnya berupa stepa berumput, dengan pegunungan di utara dan barat, serta Gurun Gobi di selatan. Ulaanbaatar, ibu kota dan kota terbesar, menampung sekitar separuh dari populasi negara.
Sejarah Mongolia mencakup periode kekaisaran nomaden kuno, pembentukan Kekaisaran Mongol oleh Jenghis Khan yang berdampak luas secara sosial dan kemanusiaan, periode dominasi Dinasti Qing yang memengaruhi identitas dan otonomi bangsa Mongol, hingga era modern yang ditandai dengan perjuangan kemerdekaan, pembentukan Republik Rakyat Mongolia di bawah pengaruh Uni Soviet dengan periode represi politik dan pelanggaran hak asasi manusia, serta transisi menuju demokrasi pada tahun 1990 yang membawa tantangan dalam pembangunan masyarakat sipil dan penegakan keadilan sosial.
Secara geografis, Mongolia memiliki topografi yang beragam, iklim kontinental ekstrem dengan fenomena dzud yang berdampak signifikan pada kehidupan nomaden, serta lingkungan alam yang kaya namun menghadapi isu desertifikasi dan polusi. Sistem politik Mongolia menganut demokrasi multipartai dengan struktur pemerintahan yang terdiri dari Presiden, Perdana Menteri, dan Khural Agung Negara. Pembangunan demokrasi dan penegakan hak asasi manusia menjadi fokus penting pasca-sosialis. Dalam hubungan internasional, Mongolia menjalankan kebijakan "Tetangga Ketiga" untuk menyeimbangkan pengaruh dua negara tetangga besarnya, seraya aktif dalam organisasi internasional untuk mempromosikan perdamaian dan hak asasi manusia.
Ekonomi Mongolia bertumpu pada pertambangan dan pertanian, namun menghadapi tantangan dalam pemerataan kesejahteraan, hak-hak pekerja, dan dampak lingkungan. Masyarakat Mongolia didominasi oleh etnis Mongol Khalkha, dengan kelompok minoritas seperti Kazakh. Isu kesetaraan, hak-hak minoritas, dan akses terhadap pendidikan serta layanan kesehatan menjadi perhatian. Budaya Mongolia kaya akan tradisi nomaden, seni khoomei dan morin khuur, serta festival Naadam, yang terus beradaptasi dengan modernitas sambil menjaga warisan uniknya. Kebebasan pers dan peran media dalam masyarakat demokratis juga menjadi aspek penting dalam perkembangan Mongolia kontemporer.
2. Etimologi
Nama "Mongolia" berarti "Tanah Bangsa Mongol" dalam bahasa Latin. Kata Mongolia "Mongol" (монголMongolBahasa Mongolia) memiliki etimologi yang tidak pasti. Sükhbataar (1992) dan de la Vaissière (2021) mengusulkan bahwa nama ini berasal dari Mugulü, pendiri Kekhanan Rouran pada abad ke-4, yang pertama kali tercatat sebagai 'Mungu' (蒙兀MěngwùBahasa Tionghoa; Tionghoa Pertengahan: Muwngu), sebuah cabang dari orang Shiwei dalam daftar suku utara Dinasti Tang abad ke-8, yang diduga terkait dengan Mungku era Dinasti Liao (蒙古MěnggǔBahasa Tionghoa; Tionghoa Pertengahan: MuwngkuX).
Nama resmi negara ini dalam bahasa Mongol adalah Монгол УлсMongol UlsBahasa Mongolia (dalam aksara Mongol Tradisional: ᠮᠤᠩᠭᠤᠯ ᠤᠯᠤᠰ, ditransliterasikan sebagai Mongγol ulus). "Монгол" (Mongol) adalah nama etnis, sedangkan "Улс" (Uls) berarti "negara" atau "bangsa". Jadi, secara harfiah berarti "Negara Bangsa Mongol". Dalam bahasa Inggris, negara ini disebut "Mongolia" Mongoliadilafalkan mong-GOH-lee-əBahasa Inggris.
Di lingkungan budaya Asia Timur yang menggunakan aksara Han, Mongolia secara historis disebut sebagai "蒙古" (蒙古MěnggǔBahasa Tionghoa; 蒙古MōkoBahasa Jepang; 몽고MonggoBahasa Korea; 蒙古Mông CổBahasa Vietnam). Beberapa pihak, termasuk pemerintah Mongolia, telah menyatakan keprihatinan bahwa karakter "蒙" (méng/mong/mō/mông) dalam kombinasi ini dapat diartikan sebagai "bodoh," "gelap," atau "tidak beradab," dan oleh karena itu memiliki konotasi negatif yang merendahkan bangsa Mongol. Istilah ini diduga berasal dari persepsi historis Tiongkok terhadap tetangga utara mereka. Akibatnya, penggunaan transliterasi langsung dari nama "Mongol" (misalnya, 몽골MonggolBahasa Korea dalam bahasa Korea) lebih disukai di beberapa konteks untuk menghindari potensi konotasi negatif ini.
Setelah jatuhnya Dinasti Liao pada tahun 1125, konfederasi Khamag Mongol menjadi suku terkemuka di Dataran Tinggi Mongolia. Namun, perang mereka dengan Dinasti Jin yang diperintah orang Jurchen dan konfederasi Tatar telah melemahkan mereka. Kepala suku terakhir adalah Yesugei, yang putranya Temüjin (Jenghis Khan) akhirnya menyatukan semua suku Shiwei sebagai Kekaisaran Mongol (ᠶᠡᠬᠡ ᠮᠣᠩᠭᠣᠯ ᠤᠯᠤᠰYekhe Monggol Ulus (Negara Mongol Raya)Bahasa Mongolia). Pada abad ketiga belas, kata Mongol berkembang menjadi istilah umum untuk kelompok besar suku-suku berbahasa Mongolik yang bersatu di bawah pemerintahan Jenghis Khan.
Sejak disahkannya Konstitusi Mongolia baru pada 13 Februari 1992, nama resmi negara adalah "Mongolia" (Монгол УлсMongol UlsBahasa Mongolia).
3. Sejarah
Sejarah Mongolia mencakup periode yang panjang dan beragam, mulai dari zaman prasejarah hingga era modern. Wilayah ini telah menjadi rumah bagi berbagai kekaisaran nomaden, menyaksikan kelahiran Kekaisaran Mongol yang perkasa, periode dominasi asing, perjuangan kemerdekaan, eksperimen sosialis, dan akhirnya transisi menuju demokrasi. Perkembangan ini memiliki dampak mendalam terhadap struktur sosial, hak-hak berbagai kelompok masyarakat, dan evolusi sistem politik menuju partisipasi yang lebih luas.
3.1. Prasejarah dan Negara-Negara Kuno
Wilayah Mongolia modern telah dihuni oleh berbagai kekaisaran nomaden, termasuk Xiongnu, Xianbei, Rouran, Kekhanan Turk Pertama, Kekhanan Turk Kedua, dan Kekhanan Uighur. Situs Gua Khoit Tsenkher di Provinsi Khovd menunjukkan lukisan-lukisan tanah liat berwarna merah muda, cokelat, dan merah (bertanggal 20.000 tahun lalu) yang menggambarkan mamut, lynx, unta baktria, dan burung unta, menjadikannya dijuluki "Lascaux-nya Mongolia". Figur Venus dari Mal'ta (21.000 tahun lalu) menjadi saksi tingkat seni Paleolitikum Akhir di Mongolia utara; Mal'ta kini merupakan bagian dari Rusia.
Permukiman pertanian Neolitikum (sekitar 5500-3500 SM), seperti yang ada di Norovlin, Tamsagbulag, Bayanzag, dan Rashaan Khad, mendahului pengenalan nomadenisme berkuda, sebuah peristiwa penting dalam sejarah Mongolia yang menjadi budaya dominan. Etnogenesis bangsa Mongol sebagian besar terkait dengan ekspansi Asia Timur Laut Kuno. Gaya hidup pastoralis Mongol mungkin sebagian berasal dari Penggembala Stepa Barat, tetapi tanpa banyak aliran gen antara kedua kelompok ini, menunjukkan adanya transmisi budaya.
Nomadenisme berkuda telah didokumentasikan melalui bukti arkeologis di Mongolia selama Zaman Tembaga dan Zaman Perunggu dalam kebudayaan Afanasevo (3500-2500 SM); budaya Indo-Eropa ini aktif hingga Pegunungan Khangai di Mongolia Tengah. Kendaraan beroda yang ditemukan di pemakaman Afanasevan telah bertanggal sebelum 2200 SM. Nomadenisme pastoral dan pengerjaan logam menjadi lebih berkembang dengan kebudayaan Okunev (milenium ke-2 SM), kebudayaan Andronovo (2300-1000 SM), dan kebudayaan Karasuk (1500-300 SM), yang mencapai puncaknya dengan Kekaisaran Xiongnu Zaman Besi pada tahun 209 SM. Monumen-monumen Zaman Perunggu pra-Xiongnu termasuk batu rusa, kurgan keregsur, makam lempengan persegi Slab Grave, dan lukisan cadas.
Meskipun penanaman tanaman pangan telah berlanjut sejak Neolitikum, pertanian selalu berskala kecil dibandingkan dengan nomadenisme pastoral. Pertanian mungkin pertama kali diperkenalkan dari barat atau muncul secara independen di wilayah tersebut. Populasi selama Zaman Tembaga digambarkan sebagai Mongoloid di timur wilayah yang sekarang Mongolia, dan sebagai Europoid di barat. Orang Tocharian (Yuezhi) dan Skithia mendiami Mongolia barat selama Zaman Perunggu. Mumi seorang prajurit Skithia, yang diyakini berusia sekitar 2.500 tahun, adalah seorang pria berusia 30 hingga 40 tahun dengan rambut pirang; ditemukan di Pegunungan Altai, Mongolia. Seiring diperkenalkannya nomadenisme berkuda ke Mongolia, pusat politik Stepa Eurasia juga bergeser ke Mongolia, di mana ia tetap bertahan hingga abad ke-18. Intrusi pastoralis utara (misalnya, Guifang, Shanrong, dan Donghu) ke Tiongkok selama Dinasti Shang (1600-1046 SM) dan Dinasti Zhou (1046-256 SM) menandai era kekaisaran nomaden.

Sejak zaman prasejarah, Mongolia telah dihuni oleh kaum nomaden yang, dari waktu ke waktu, membentuk konfederasi besar yang naik ke tampuk kekuasaan dan kemasyhuran. Institusi umum adalah jabatan Khan, Kurultai (Dewan Tertinggi), sayap kiri dan kanan, tentara kekaisaran (Keshig), dan sistem militer desimal. Yang pertama dari kekaisaran-kekaisaran ini, Xiongnu dari etnisitas yang tidak pasti, disatukan oleh Modu Chanyu untuk membentuk sebuah konfederasi pada tahun 209 SM. Segera mereka muncul sebagai ancaman terbesar bagi Dinasti Qin, memaksa dinasti tersebut membangun Tembok Besar Tiongkok. Tembok ini dijaga oleh hampir 300.000 tentara selama masa jabatan Marsekal Meng Tian, sebagai sarana pertahanan terhadap serangan Xiongnu yang merusak. Kekaisaran Xiongnu yang luas (209 SM-93 M) diikuti oleh kekaisaran Xianbei (93-234 M) yang Mongolik, yang juga menguasai lebih dari seluruh wilayah Mongolia saat ini. Kekhanan Rouran (330-555) yang Mongolik, berasal dari Xianbei, adalah yang pertama menggunakan "Khagan" sebagai gelar kekaisaran. Ia menguasai sebuah kekaisaran besar sebelum dikalahkan oleh Göktürk (555-745), sebuah kekaisaran yang bahkan lebih besar.
Göktürk mengepung Panticapaeum, sekarang Kerch, pada tahun 576. Mereka digantikan oleh Kekhanan Uighur (745-840) yang dikalahkan oleh Kirgiz. Orang Khitan yang Mongolik, keturunan Xianbei, menguasai Mongolia selama Dinasti Liao (907-1125), setelah itu Khamag Mongol (1125-1206) menjadi terkenal.
Baris 3-5 dari prasasti peringatan Bilge Khagan (684-737) di Mongolia tengah merangkum masa para Khagan:
:Dalam pertempuran mereka menaklukkan bangsa-bangsa dari keempat penjuru dunia dan menekan mereka. Mereka membuat mereka yang memiliki kepala menundukkan kepala, dan yang memiliki lutut menekuk lutut mereka. Di timur hingga rakyat jelata Kadyrkhan, di barat hingga Gerbang Besi mereka menaklukkan... Para Khagan ini bijaksana. Para Khagan ini hebat. Para pelayan mereka juga bijaksana dan hebat. Para pejabat jujur dan langsung kepada rakyat. Mereka memerintah bangsa dengan cara ini. Dengan cara ini mereka menguasai mereka. Ketika mereka meninggal, duta besar dari Bokuli Cholug (Baekje Korea), Tabgach (Tang Tiongkok), Tibet (Kekaisaran Tibet), Avar (Kekhanan Avar), Roma (Kekaisaran Bizantium), Kirgiz, Uch-Kurykan, Otuz-Tatar, Khitan, Tatabi datang ke pemakaman. Begitu banyak orang datang untuk berkabung atas para Khagan besar. Mereka adalah Khagan yang terkenal.
3.2. Kekaisaran Mongol

Dalam kekacauan akhir abad ke-12, seorang kepala suku bernama Temüjin akhirnya berhasil menyatukan suku-suku Mongol antara Manchuria dan Pegunungan Altai. Pada tahun 1206, ia mengambil gelar Jenghis Khan, dan melancarkan serangkaian kampanye militer - yang terkenal karena kebrutalan dan keganasannya - menyapu sebagian besar Asia, dan membentuk Kekaisaran Mongol, kekaisaran darat bersebelahan terbesar dalam sejarah dunia. Di bawah para penggantinya, kekaisaran ini membentang dari Polandia masa kini di barat hingga Korea di timur, dan dari sebagian Siberia di utara hingga Teluk Oman dan Vietnam di selatan, meliputi sekitar 33.00 M km2, (22% dari total luas daratan Bumi) dan memiliki populasi lebih dari 100 juta orang (sekitar seperempat dari total populasi Bumi pada saat itu). Munculnya Pax Mongolica juga secara signifikan mempermudah perdagangan dan perniagaan di seluruh Asia selama masa kejayaannya. Ekspansi ini, bagaimanapun, seringkali disertai dengan kekerasan skala besar terhadap populasi sipil, menyebabkan dislokasi sosial dan krisis kemanusiaan di banyak wilayah yang ditaklukkan. Dampak budaya dari Kekaisaran Mongol sangat luas, memfasilitasi pertukaran antara Timur dan Barat, tetapi juga mengakibatkan hilangnya banyak budaya lokal dan penindasan terhadap kelompok-kelompok yang menentang.

Setelah kematian Jenghis Khan, kekaisaran dibagi menjadi empat kerajaan atau Khanate. Ini akhirnya menjadi semi-independen setelah Perang Saudara Toluid (1260-1264), yang pecah dalam pertempuran untuk kekuasaan setelah kematian Möngke Khan pada tahun 1259. Salah satu khanate, "Khanate Agung", yang terdiri dari tanah air Mongol dan sebagian besar Tiongkok modern, dikenal sebagai Dinasti Yuan di bawah Kublai Khan, cucu Jenghis Khan. Ia mendirikan ibu kotanya di Beijing masa kini. Setelah lebih dari satu abad berkuasa, Dinasti Yuan digulingkan oleh Dinasti Ming pada tahun 1368, dan istana Yuan melarikan diri ke utara, sehingga menjadi Dinasti Yuan Utara. Ketika tentara Ming mengejar bangsa Mongol ke tanah air mereka, mereka berhasil menjarah dan menghancurkan ibu kota Mongol Karakorum dan kota-kota lainnya. Beberapa serangan ini berhasil dipukul mundur oleh bangsa Mongol di bawah Ayushridar dan jenderalnya Köke Temür.
3.3. Periode Yuan Utara
Setelah pengusiran para penguasa Yuan dari Tiongkok Dalam, bangsa Mongol terus memerintah tanah air mereka, yang dalam historiografi dikenal sebagai Dinasti Yuan Utara. Dengan perpecahan suku-suku Mongol, periode ini kemudian juga dikenal sebagai "Empat Puluh dan Empat" (Döčin dörben) di antara mereka. Abad-abad berikutnya ditandai oleh perebutan kekuasaan yang penuh kekerasan di antara berbagai faksi, terutama Jenghisid dan Oirat non-Jenghisid, serta beberapa invasi Ming (seperti lima ekspedisi yang dipimpin oleh Kaisar Yongle).

Pada awal abad ke-16, Dayan Khan dan khatun-nya Mandukhai menyatukan kembali semua kelompok Mongol di bawah Jenghisid. Pada pertengahan abad ke-16, Altan Khan dari Tümed, seorang cucu Dayan Khan - tetapi bukan seorang Khan yang turun-temurun atau sah - menjadi berkuasa. Ia mendirikan Hohhot pada tahun 1557. Setelah ia bertemu dengan Dalai Lama pada tahun 1578, ia memerintahkan pengenalan Buddhisme Tibet ke Mongolia. (Ini adalah kedua kalinya hal ini terjadi.) Abtai Khan dari Khalkha memeluk agama Buddha dan mendirikan biara Erdene Zuu pada tahun 1585. Cucunya Zanabazar menjadi Jebtsundamba Khutuktu pertama pada tahun 1640. Mengikuti para pemimpin, seluruh populasi Mongolia memeluk agama Buddha. Setiap keluarga menyimpan kitab suci dan patung Buddha di altar di sisi utara ger mereka. Para bangsawan Mongolia menyumbangkan tanah, uang, dan penggembala ke biara-biara. Seperti biasa di negara-negara dengan agama yang mapan, lembaga-lembaga keagamaan tertinggi, yaitu biara-biara, memegang kekuasaan temporal yang signifikan selain kekuasaan spiritual.
3.4. Dominasi Dinasti Qing
Khagan terakhir bangsa Mongol adalah Ligden Khan pada awal abad ke-17. Ia terlibat konflik dengan orang Manchu atas penjarahan kota-kota Tiongkok, dan juga mengasingkan sebagian besar suku Mongol. Ia meninggal pada tahun 1634. Pada tahun 1636, sebagian besar suku Mongolia Dalam telah tunduk kepada Manchu, yang mendirikan Dinasti Qing. Suku Khalkha akhirnya tunduk pada pemerintahan Qing pada tahun 1691, sehingga membawa seluruh wilayah Mongolia saat ini di bawah kekuasaan Manchu. Setelah beberapa perang antara Dzungar dan Qing, suku Dzungar (Mongol barat atau Oirat) hampir dimusnahkan selama penaklukan Dzungaria oleh Qing pada tahun 1757 dan 1758. Beberapa sarjana memperkirakan bahwa sekitar 80% dari 600.000 atau lebih orang Dzungar terbunuh oleh kombinasi penyakit dan peperangan.
Mongolia Luar diberi otonomi relatif, dikelola oleh kekhanan Jenghisid turun-temurun dari Tusheet Khan, Setsen Khan, Zasagt Khan, dan Sain Noyon Khan. Jebtsundamba Khutuktu Mongolia memiliki otoritas de facto yang sangat besar. Pemerintahan Manchu melarang imigrasi massal orang Tiongkok ke wilayah tersebut, yang memungkinkan bangsa Mongol mempertahankan budaya mereka. Namun, kebijakan Qing juga bertujuan untuk memisahkan Mongolia Luar dan Mongolia Dalam, serta membatasi kontak antara suku-suku Mongol yang berbeda, yang berdampak pada melemahnya identitas pan-Mongol dan otonomi politik bangsa Mongol secara keseluruhan.
Rute perdagangan utama selama periode ini adalah Jalan Teh melalui Siberia; rute ini memiliki stasiun-stasiun permanen yang terletak setiap 25 km hingga 30 km, masing-masing dikelola oleh 5-30 keluarga terpilih.
Hingga tahun 1911, Dinasti Qing mempertahankan kendali atas Mongolia melalui serangkaian aliansi dan perkawinan antar-bangsa, serta tindakan militer dan ekonomi. Amban, "pejabat tinggi" Manchu, ditempatkan di Khüree, Uliastai, dan Khovd, dan negara itu dibagi menjadi banyak wilayah feodal dan gerejawi (yang juga menempatkan orang-orang yang setia kepada Qing dalam kekuasaan). Selama abad ke-19, para penguasa feodal lebih mementingkan representasi dan kurang memperhatikan tanggung jawab terhadap rakyat mereka. Perilaku bangsawan Mongolia, bersama dengan praktik lintah darat oleh pedagang Tiongkok dan pengumpulan pajak kekaisaran dalam bentuk perak alih-alih hewan, mengakibatkan kemiskinan yang meluas di kalangan nomaden. Pada tahun 1911, terdapat 700 biara besar dan kecil di Mongolia Luar; 115.000 biksu mereka merupakan 21% dari populasi. Selain Jebtsundamba Khutuktu, ada 13 lama tinggi reinkarnasi lainnya, yang disebut 'santo pemegang segel' (tamgatai khutuktu), di Mongolia Luar. Perlawanan sporadis terhadap pemerintahan Qing terjadi, mencerminkan ketidakpuasan terhadap eksploitasi ekonomi dan hilangnya otonomi secara bertahap.
3.5. Era Modern dan Kontemporer
Sejak abad ke-20, Mongolia telah mengalami transformasi besar, termasuk upaya kemerdekaan, pembentukan sistem sosialis, dan proses demokratisasi. Periode ini ditandai oleh perkembangan hak asasi manusia, peningkatan partisipasi masyarakat, dan berbagai tantangan sosial yang menyertainya.
3.5.1. Gerakan Kemerdekaan Awal Abad ke-20
Dengan jatuhnya Dinasti Qing pada tahun 1911, Mongolia di bawah Bogd Khan mendeklarasikan kemerdekaannya setelah Revolusi Xinhai. Namun, Republik Tiongkok yang baru didirikan menganggap Mongolia sebagai bagian dari wilayahnya. Yuan Shikai, Presiden Republik Tiongkok, menganggap republik baru sebagai negara penerus Qing. Bogd Khan menyatakan bahwa baik Mongolia maupun Tiongkok telah dikelola oleh Manchu selama Dinasti Qing, dan setelah jatuhnya Dinasti Qing pada tahun 1911, kontrak penyerahan Mongolia kepada Manchu menjadi tidak sah. Aspirasi rakyat untuk kedaulatan menjadi motor penggerak utama gerakan ini, mencerminkan keinginan untuk menentukan nasib sendiri setelah berabad-abad di bawah kekuasaan asing. Pendirian Kekhanan Bogd merupakan langkah awal yang signifikan dalam perjalanan Mongolia menuju kemerdekaan penuh.

Wilayah yang dikuasai oleh Bogd Khan kira-kira sama dengan bekas Mongolia Luar pada periode Qing. Pada tahun 1919, setelah Revolusi Oktober di Rusia, pasukan Tiongkok yang dipimpin oleh panglima perang Xu Shuzheng menduduki Mongolia. Peperangan meletus di perbatasan utara. Akibat Perang Saudara Rusia, Letnan Jenderal Rusia Putih Baron Ungern memimpin pasukannya ke Mongolia pada Oktober 1920, mengalahkan pasukan Tiongkok di Niislel Khüree (sekarang Ulaanbaatar) pada awal Februari 1921 dengan dukungan Mongolia.
3.5.2. Revolusi Rakyat Mongolia
Untuk menghilangkan ancaman yang ditimbulkan oleh Ungern, Rusia Bolshevik memutuskan untuk mendukung pembentukan pemerintahan dan tentara komunis Mongolia. Tentara Mongolia ini merebut bagian Mongolia dari Kyakhta dari pasukan Tiongkok pada 18 Maret 1921, dan pada 6 Juli, pasukan Rusia dan Mongolia tiba di Khüree. Mongolia mendeklarasikan kemerdekaannya lagi pada 11 Juli 1921. Akibatnya, Mongolia menjadi sangat selaras dengan Uni Soviet selama tujuh dekade berikutnya. Proses ini menandai pencapaian kemerdekaan de facto dari Republik Tiongkok dan pembentukan pemerintahan rakyat, yang memiliki implikasi sosial dan politik yang mendalam, termasuk perubahan struktur kekuasaan tradisional dan awal dari transformasi sosialis di negara tersebut.
3.6. Republik Rakyat Mongolia
Pada tahun 1924, setelah Bogd Khan meninggal karena kanker laring atau, seperti yang diklaim beberapa sumber, di tangan mata-mata Rusia, sistem politik negara diubah, dan Republik Rakyat Mongolia didirikan. Republik Rakyat Mongolia (RRM) merupakan sebuah negara sosialis yang secara politik dan ekonomi sangat dipengaruhi oleh Uni Soviet. Sistem politiknya didominasi oleh Partai Revolusioner Rakyat Mongolia (MPRP), satu-satunya partai yang legal. Kebijakan ekonomi berfokus pada kolektivisasi pertanian dan peternakan, serta industrialisasi dengan bantuan Soviet. Perubahan sosial yang signifikan terjadi, termasuk peningkatan angka melek huruf dan layanan kesehatan, tetapi juga disertai dengan penekanan terhadap tradisi nomaden dan praktik keagamaan, terutama Buddhisme Tibet. Kehidupan sehari-hari warga negara sangat dipengaruhi oleh kebijakan negara, dan kebebasan individu, termasuk kebebasan berekspresi dan berserikat, sangat dibatasi. Hubungan erat dengan Uni Soviet memberikan stabilitas keamanan bagi RRM tetapi juga membatasi kedaulatannya dalam kebijakan luar negeri dan dalam negeri.
3.6.1. Era Khorloogiin Choibalsan dan Represi Politik

Pada tahun 1928, Khorloogiin Choibalsan naik ke tampuk kekuasaan. Para pemimpin awal Republik Rakyat Mongolia (1921-1952) banyak yang memiliki cita-cita Pan-Mongolis. Namun, perubahan politik global dan meningkatnya tekanan Soviet menyebabkan merosotnya aspirasi Pan-Mongol pada periode berikutnya. Khorloogiin Choibalsan melembagakan kolektivisasi ternak, memulai penghancuran biara-biara Buddha, dan melakukan pembersihan Stalinis, yang mengakibatkan pembunuhan banyak biksu dan pemimpin lainnya. Di Mongolia selama tahun 1920-an, sekitar sepertiga populasi pria adalah biksu. Pada awal abad ke-20, 750 biara berfungsi di Mongolia dan pada akhir tahun 1930-an hampir semuanya telah dijarah atau diratakan.
Pada tahun 1930, Uni Soviet menghentikan migrasi orang Buryat ke Republik Rakyat Mongolia untuk mencegah reunifikasi Mongolia. Semua pemimpin Mongolia yang tidak memenuhi tuntutan Stalin untuk melakukan Teror Merah terhadap rakyat Mongolia dieksekusi, termasuk Peljidiin Genden dan Anandyn Amar. Pembersihan Stalinis di Mongolia, yang dimulai pada tahun 1937, menewaskan lebih dari 30.000 orang. Di bawah pengaruh Stalinis di Republik Rakyat Mongolia, diperkirakan 17.000 biksu tewas, menurut angka resmi. Choibalsan, yang memimpin kediktatoran dan mengorganisir pembersihan Stalinis di Mongolia antara tahun 1937 dan 1939, meninggal secara mencurigakan di Uni Soviet pada tahun 1952. Pemimpin Komintern Bohumír Šmeral berkata, "Rakyat Mongolia tidak penting, tanahnya yang penting. Tanah Mongolia lebih besar dari Inggris, Prancis, dan Jerman". Pelanggaran hak asasi manusia pada periode ini sangat parah, menargetkan tidak hanya tokoh agama dan politik, tetapi juga intelektual, peternak kaya (kulak), dan berbagai kelompok masyarakat lainnya yang dianggap sebagai ancaman bagi rezim. Represi ini meninggalkan trauma mendalam dalam masyarakat Mongolia.

Setelah invasi Jepang ke Manchuria yang berdekatan pada tahun 1931, Mongolia terancam di front ini. Selama Perang Perbatasan Soviet-Jepang tahun 1939, Uni Soviet berhasil mempertahankan Mongolia dari ekspansionisme Jepang. Mongolia berperang melawan Jepang selama Pertempuran Khalkhin Gol pada tahun 1939 dan selama Perang Soviet-Jepang pada bulan Agustus 1945 untuk membebaskan Mongolia Dalam dari Jepang dan Mengjiang.
3.6.2. Era Perang Dingin dan Pemerintahan Yumjaagiin Tsedenbal

Konferensi Yalta Februari 1945 mengatur partisipasi Uni Soviet dalam Perang Pasifik. Salah satu syarat Soviet untuk partisipasinya, yang diajukan di Yalta, adalah bahwa setelah perang, Mongolia Luar akan mempertahankan kemerdekaannya. Referendum berlangsung pada 20 Oktober 1945, dengan (menurut angka resmi) 100% pemilih memberikan suara untuk kemerdekaan.
Setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, kedua negara mengkonfirmasi pengakuan timbal balik mereka pada 6 Oktober 1949. Namun, Republik Tiongkok menggunakan hak veto Dewan Keamanan pada tahun 1955, untuk menghentikan penerimaan Republik Rakyat Mongolia ke Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan alasan bahwa mereka mengakui seluruh Mongolia-termasuk Mongolia Luar-sebagai bagian dari Tiongkok. Ini adalah satu-satunya saat Republik Tiongkok pernah menggunakan hak vetonya. Oleh karena itu, dan karena ancaman veto berulang kali oleh ROC, Mongolia tidak bergabung dengan PBB hingga tahun 1961 ketika Uni Soviet setuju untuk mencabut hak vetonya atas penerimaan Mauritania (dan negara Afrika merdeka baru lainnya), sebagai imbalan atas penerimaan Mongolia. Dihadapkan dengan tekanan dari hampir semua negara Afrika lainnya, ROC mengalah di bawah protes. Mongolia dan Mauritania keduanya diterima di PBB pada 27 Oktober 1961. (lihat Tiongkok dan Perserikatan Bangsa-Bangsa)
Pada 26 Januari 1952, Yumjaagiin Tsedenbal mengambil alih kekuasaan di Mongolia setelah kematian Choibalsan. Tsedenbal adalah tokoh politik terkemuka di Mongolia selama lebih dari 30 tahun. Selama Perang Dingin, Mongolia secara konsisten bersekutu dengan Uni Soviet dan Blok Timur. Kebijakan luar negerinya sangat dipengaruhi oleh Moskow. Di bawah pemerintahan panjang Yumjaagiin Tsedenbal, sistem sosialis diperkuat, dengan penekanan pada perencanaan ekonomi terpusat, industrialisasi terbatas, dan kolektivisasi pertanian lebih lanjut. Pembangunan ekonomi dan sosial mencapai beberapa kemajuan, terutama dalam pendidikan dan layanan kesehatan, dengan bantuan signifikan dari Uni Soviet dan negara-negara Comecon lainnya. Namun, kemajuan ini seringkali dibayar dengan pembatasan kebebasan sipil. Hak-hak individu, seperti kebebasan berekspresi, berkumpul, dan pers, sangat dikekang. Meskipun ada beberapa perlindungan formal untuk hak-hak pekerja dalam kerangka sosialis, serikat pekerja independen tidak diizinkan, dan partisipasi pekerja dalam pengambilan keputusan terbatas. Perekonomian tetap sangat bergantung pada Uni Soviet, dan sedikit ruang untuk inisiatif swasta atau perbedaan pendapat politik. Ketika Tsedenbal mengunjungi Moskow pada Agustus 1984, penyakitnya yang parah mendorong parlemen untuk mengumumkan pengunduran dirinya dan menggantikannya dengan Jambyn Batmönkh.
3.7. Demokratisasi dan Mongolia Modern
Pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991 sangat memengaruhi politik Mongolia dan pemudanya. Rakyatnya melakukan Revolusi Demokratis damai pada Januari 1990 serta pengenalan sistem multipartai dan ekonomi pasar. Pada saat yang sama, transformasi bekas Partai Revolusioner Rakyat Mongolia yang Marxis-Leninis menjadi Partai Rakyat Mongolia yang sosial demokrat saat ini mengubah lanskap politik negara. Revolusi demokrasi tahun 1990 dipicu oleh ketidakpuasan publik terhadap stagnasi ekonomi, kurangnya kebebasan politik, dan pengaruh dominan Uni Soviet.
Sebuah konstitusi baru diperkenalkan pada tahun 1992, dan istilah "Republik Rakyat" dihapus dari nama negara. Transisi ke ekonomi pasar seringkali sulit; selama awal 1990-an negara tersebut harus menghadapi inflasi tinggi dan kekurangan pangan. Kemenangan pemilu pertama untuk partai-partai non-komunis datang pada tahun 1993 (pemilihan presiden) dan 1996 (pemilihan parlemen). Tiongkok telah mendukung aplikasi Mongolia untuk keanggotaan dalam Dialog Kerja Sama Asia (ACD), Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) dan memberinya status pengamat di Organisasi Kerja Sama Shanghai.
Mongolia modern menghadapi berbagai tantangan politik, ekonomi, dan sosial. Upaya pembangunan masyarakat sipil terus berlanjut, dengan berbagai organisasi non-pemerintah memainkan peran penting dalam advokasi hak asasi manusia dan mempromosikan partisipasi publik. Penegakan hak asasi manusia, termasuk kebebasan berekspresi, pers, dan berkumpul, telah meningkat secara signifikan dibandingkan era sosialis, meskipun tantangan seperti korupsi dan pengaruh politik dalam sistem peradilan tetap ada. Isu keadilan sosial, termasuk kesenjangan pendapatan, pengangguran, dan akses ke layanan dasar, menjadi perhatian utama. Mongolia juga berupaya untuk mengatasi dampak lingkungan dari pertumbuhan ekonomi, khususnya di sektor pertambangan, dan untuk memastikan bahwa manfaat dari sumber daya alam didistribusikan secara lebih merata kepada seluruh lapisan masyarakat.
4. Geografi
Mongolia terletak di Asia Timur Laut, dengan lokasi geografis yang strategis antara Rusia di utara dan Tiongkok di selatan. Luas total wilayahnya adalah 1.56 M km2, menjadikannya negara terluas ke-18 di dunia. Sebagian besar wilayah Mongolia terdiri dari Plato Mongolia. Ciri-ciri topografi utamanya mencakup pegunungan tinggi di bagian barat dan utara, Gurun Gobi yang luas di selatan, dan stepa berumput yang mendominasi bagian tengah dan timur negara ini. Bagian paling utara Mongolia berada pada garis lintang yang kira-kira sama dengan Berlin (Jerman) dan Saskatoon (Kanada), sedangkan bagian paling selatan berada pada garis lintang yang kira-kira sama dengan Roma (Italia) dan Chicago (AS). Bagian paling barat Mongolia berada pada garis bujur yang kira-kira sama dengan Kolkata di India, sedangkan bagian paling timur berada pada garis bujur yang sama dengan Qinhuangdao dan Hangzhou di Tiongkok, serta tepi barat Taiwan. Meskipun Mongolia tidak berbagi perbatasan dengan Kazakhstan, titik paling baratnya hanya berjarak 36.76 km dari Kazakhstan.
4.1. Topografi

Topografi Mongolia sangat bervariasi. Bagian barat dan utara didominasi oleh pegunungan. Pegunungan Altai membentang di bagian barat dan barat daya, dengan puncak tertinggi Mongolia, Puncak Khüiten di massif Tavan bogd, mencapai ketinggian 4.37 K m. Pegunungan Khangai terletak di Mongolia tengah-utara, membentuk daerah aliran sungai penting. Wilayah utara juga memiliki hutan taiga yang luas.
Bagian selatan negara ini didominasi oleh Gurun Gobi, salah satu gurun terbesar di dunia, yang mencakup sekitar sepertiga dari total luas daratan Mongolia. Gobi bukanlah gurun pasir homogen, melainkan terdiri dari berbagai lanskap, termasuk dataran kerikil, daerah berbatu, dan beberapa bukit pasir. Wilayah tengah dan timur Mongolia sebagian besar terdiri dari stepa berumput yang luas, yang secara tradisional mendukung gaya hidup nomaden pastoral. Cekungan Danau Uvs, yang dibagi dengan Republik Tuva di Rusia, merupakan Situs Warisan Dunia alami. Hutan menutupi sekitar 11,2% dari total luas daratan.
4.2. Iklim
Mongolia dikenal sebagai "Negeri Langit Biru Abadi" atau "Negara Langit Biru" (Мөнх хөх тэнгэрийн оронMönkh khökh tengeriin oronBahasa Mongolia) karena memiliki lebih dari 250 hari cerah dalam setahun. Sebagian besar negara ini panas di musim panas dan sangat dingin di musim dingin, dengan suhu rata-rata Januari turun hingga -30 °C. Udara dingin, berat, dan dangkal yang luas datang dari Siberia di musim dingin dan berkumpul di lembah-lembah sungai dan cekungan rendah, menyebabkan suhu yang sangat dingin, sementara lereng pegunungan jauh lebih hangat karena efek inversi suhu (suhu meningkat seiring ketinggian).
Di musim dingin, seluruh Mongolia dipengaruhi oleh Antisiklon Siberia. Daerah yang paling parah terkena cuaca dingin ini adalah provinsi Uvs (Ulaangom), Khovsgol barat (Rinchinlhumbe), Zavkhan timur (Tosontsengel), Bulgan utara (Hutag), dan provinsi Dornod timur (Khalkhiin Gol). Ulaanbaatar sangat terpengaruh, tetapi tidak separah itu. Suhu dingin berkurang seiring perjalanan ke selatan, mencapai suhu Januari terhangat di Provinsi Omnogovi (Dalanzadgad, Khanbogd) dan wilayah pegunungan Altai yang berbatasan dengan Tiongkok. Iklim mikro yang unik adalah wilayah padang rumput-hutan subur di Provinsi Arkhangai tengah dan timur (Tsetserleg) dan Provinsi Ovorkhangai utara (Arvaikheer) di mana suhu Januari rata-rata sama dan seringkali lebih tinggi daripada daerah gurun terhangat di selatan, selain lebih stabil. Pegunungan Khangai memainkan peran tertentu dalam membentuk iklim mikro ini. Di Tsetserleg, kota terhangat dalam iklim mikro ini, suhu malam Januari jarang turun di bawah -30 °C sementara suhu siang Januari sering mencapai 0 °C hingga 5 °C.

Negara ini terkadang mengalami kondisi iklim yang keras yang dikenal sebagai dzud. Fenomena ini mengakibatkan kematian ternak dalam jumlah besar akibat kelaparan, suhu beku, atau keduanya, yang menyebabkan gejolak ekonomi bagi populasi pastoral yang besar. Suhu rata-rata tahunan di Ulaanbaatar adalah -1.3 °C, menjadikannya ibu kota terdingin di dunia. Mongolia adalah negara yang tinggi, dingin, dan berangin. Negara ini memiliki iklim kontinental ekstrem dengan musim dingin yang panjang dan dingin serta musim panas yang pendek, di mana sebagian besar curah hujan tahunannya turun. Negara ini rata-rata memiliki 257 hari tanpa awan dalam setahun, dan biasanya berada di pusat wilayah bertekanan atmosfer tinggi. Curah hujan tertinggi di utara (rata-rata 200 mm hingga 350 mm per tahun) dan terendah di selatan, yang menerima 100 mm hingga 200 mm setiap tahun. Curah hujan tahunan tertinggi sebesar 622.297 mm terjadi di hutan Provinsi Bulgan dekat perbatasan dengan Rusia dan yang terendah sebesar 41.735 mm terjadi di Gurun Gobi (periode 1961-1990). Wilayah utara Provinsi Bulgan yang jarang penduduknya rata-rata menerima 600 mm curah hujan tahunan, yang berarti menerima lebih banyak curah hujan daripada Beijing (571.8 mm) atau Berlin (571 mm).
Perubahan iklim merupakan isu serius, dengan Mongolia mengalami pemanasan lebih cepat dari rata-rata global, yang memperburuk desertifikasi dan frekuensi kejadian cuaca ekstrem seperti dzud. Hal ini berdampak langsung pada mata pencaharian masyarakat nomaden, yang sangat bergantung pada kondisi padang rumput dan ketersediaan air untuk ternak mereka.
4.3. Lingkungan Alam dan Ekosistem

Mongolia memiliki keanekaragaman hayati yang kaya, disesuaikan dengan berbagai zona ekologisnya, mulai dari taiga Siberia di utara, stepa luas di tengah, hingga gurun dingin Gobi di selatan.
Flora utama meliputi hutan larch Siberia, pinus, dan birch di wilayah utara. Stepa didominasi oleh berbagai jenis rumput dan semak rendah yang menjadi pakan utama ternak. Di Gurun Gobi, vegetasi lebih jarang, terdiri dari tanaman tahan kekeringan seperti saxaul dan semak belukar.
Fauna Mongolia mencakup berbagai spesies ikonik. Di pegunungan Altai, terdapat Argali (domba gunung liar terbesar di dunia), Macan tutul salju, dan Ibex Siberia. Stepa menjadi habitat bagi Antelop Saiga (meskipun populasinya terancam), Gazel Mongolia, dan Marmot Siberia. Gurun Gobi adalah rumah bagi Unta Baktria liar yang langka, Beruang Gobi (mazalai) yang sangat terancam punah, dan Khulan (keledai liar Asia). Mongolia juga merupakan tempat penting bagi berbagai spesies burung, termasuk Elang Emas dan Lammergeier.
Nama "Gobi" adalah istilah Mongol untuk stepa gurun, yang biasanya merujuk pada kategori padang penggembalaan kering dengan vegetasi yang tidak cukup untuk mendukung marmot tetapi cukup untuk mendukung unta. Bangsa Mongol membedakan Gobi dari gurun sebenarnya, meskipun perbedaannya tidak selalu jelas bagi orang luar yang tidak terbiasa dengan lanskap Mongolia. Padang penggembalaan Gobi rapuh dan mudah hancur oleh penggembalaan berlebihan, yang mengakibatkan perluasan gurun sebenarnya, berupa tanah berbatu di mana bahkan unta Baktria pun tidak dapat bertahan hidup. Kondisi kering di Gobi disebabkan oleh efek bayangan hujan yang ditimbulkan oleh Pegunungan Himalaya. Sebelum Himalaya terbentuk oleh tabrakan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia 10 juta tahun yang lalu, Mongolia adalah habitat yang subur bagi fauna utama tetapi masih agak kering dan dingin karena jauh dari sumber penguapan. Fosil kura-kura laut dan moluska telah ditemukan di Gobi, selain fosil dinosaurus yang terkenal. Udang kecebong masih ditemukan di Gobi hingga saat ini. Bagian timur Mongolia termasuk sungai Onon dan Kherlen serta Danau Buir merupakan bagian dari cekungan Sungai Amur yang mengalir ke Samudra Pasifik. Wilayah ini menjadi habitat bagi beberapa spesies unik seperti lamprey sungai Timur, udang karang Daurian (cambaroides dauricus), dan tiram mutiara Daurian (dahurinaia dahurica) di sungai Onon/Kherlen, serta udang Siberia (exopalaemon modestus) di Danau Buir.
Mongolia memiliki beberapa taman nasional dan cagar alam yang penting, seperti Taman Nasional Gorkhi-Terelj, Taman Nasional Danau Khövsgöl, dan Cagar Biosfer Gobi Agung. Upaya konservasi bertujuan untuk melindungi spesies terancam dan habitat unik ini.
Namun, lingkungan alam Mongolia menghadapi berbagai ancaman. Desertifikasi adalah masalah utama, diperburuk oleh perubahan iklim dan penggembalaan berlebihan. Industri pertambangan yang berkembang pesat, meskipun penting bagi ekonomi, telah menyebabkan polusi air dan tanah, serta hilangnya habitat di beberapa daerah. Dampak ini seringkali dirasakan paling berat oleh komunitas lokal yang bergantung pada sumber daya alam tradisional. Upaya pelestarian lingkungan melibatkan pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan komunitas internasional, dengan fokus pada praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan, perlindungan spesies, dan mitigasi dampak industri pertambangan. Keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan menjadi tantangan krusial bagi Mongolia.
5. Politik
Mongolia adalah sebuah republik demokrasi perwakilan semi-presidensial dengan Presiden yang dipilih secara langsung. Rakyat juga memilih para deputi di majelis nasional, Khural Agung Negara. Presiden menunjuk perdana menteri, dan mencalonkan kabinet atas usul perdana menteri. Konstitusi Mongolia menjamin sejumlah kebebasan, termasuk kebebasan berekspresi penuh dan kebebasan beragama. Mongolia mengamandemen konstitusinya terakhir kali pada tahun 2019, mengalihkan beberapa kekuasaan dari presiden ke perdana menteri. Pada 31 Mei 2023, parlemen Mongolia menyetujui amandemen konstitusi yang meningkatkan jumlah kursi dari 76 menjadi 126 dan mengubah sistem pemilihan dengan memperkenalkan kembali pemungutan suara partai proporsional.
Prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia menjadi landasan sistem politik Mongolia, terutama sejak transisi damai dari sistem satu partai pada tahun 1990. Meskipun kemajuan signifikan telah dicapai dalam membangun institusi demokrasi dan melindungi hak-hak sipil, tantangan seperti korupsi, pengaruh politik dalam peradilan, dan memastikan partisipasi publik yang bermakna terus menjadi fokus upaya reformasi.
5.1. Struktur Pemerintahan

Struktur pemerintahan Mongolia didasarkan pada prinsip pemisahan kekuasaan antara cabang eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
- Presiden (Ерөнхийлөгч, Yerönkhiilögch):** Sebagai kepala negara, Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa jabatan empat tahun dan dapat dipilih kembali satu kali. Presiden memiliki wewenang untuk memveto undang-undang yang disahkan oleh parlemen (yang dapat dibatalkan dengan mayoritas dua pertiga suara parlemen), mengangkat hakim, dan merupakan panglima tertinggi angkatan bersenjata. Presiden juga memainkan peran penting dalam kebijakan luar negeri. Untuk mencalonkan diri, seorang kandidat harus lahir di Mongolia, berusia minimal 45 tahun, dan telah tinggal di Mongolia selama lima tahun sebelum menjabat. Presiden juga harus menangguhkan keanggotaan partainya.
- Perdana Menteri (Ерөнхий Сайд, Yerönkhii Said):** Sebagai kepala pemerintahan, Perdana Menteri diangkat oleh Presiden setelah dicalonkan oleh partai atau koalisi mayoritas di Khural Agung Negara dan disetujui oleh parlemen. Perdana Menteri mengepalai kabinet dan bertanggung jawab atas administrasi sehari-hari negara. Kabinet terdiri dari para menteri yang diusulkan oleh Perdana Menteri dan disetujui oleh Khural Agung Negara.
- Khural Agung Negara (Улсын Их Хурал, Ulsyn Ikh Khural):** Merupakan parlemen unikameral Mongolia, yang terdiri dari 126 anggota (sejak amandemen 2023, sebelumnya 76 anggota). Anggota parlemen dipilih secara langsung melalui pemilihan umum setiap empat tahun sekali. Khural Agung Negara memiliki kekuasaan legislatif utama, termasuk membuat undang-undang, menyetujui anggaran negara, mengawasi pemerintah, dan meratifikasi perjanjian internasional. Ketua Khural Agung Negara memimpin sidang parlemen.
Mekanisme checks and balances ada untuk memastikan tidak ada satu cabang pemerintahan yang terlalu dominan. Misalnya, Presiden dapat memveto undang-undang, tetapi parlemen dapat membatalkan veto tersebut. Pengangkatan hakim dan pejabat tinggi lainnya memerlukan persetujuan dari berbagai cabang pemerintahan.
5.2. Partai Politik Utama
Mongolia memiliki sistem multipartai yang dinamis sejak transisi demokrasi pada tahun 1990. Dua partai politik utama yang secara historis mendominasi lanskap politik adalah:
- Partai Rakyat Mongolia (Монгол Ардын Нам, Mongol Ardyn Nam - MPP):** Sebelumnya dikenal sebagai Partai Revolusioner Rakyat Mongolia (MPRP), MPP adalah partai politik tertua di Mongolia dan merupakan partai penguasa selama era sosialis (1921-1990) dalam sistem satu partai. Setelah transisi demokrasi, partai ini mengubah ideologinya menjadi demokrasi sosial. MPP telah beberapa kali membentuk pemerintahan pasca-1990 dan memiliki basis dukungan yang kuat, terutama di daerah pedesaan. Partai ini telah memainkan peran sentral dalam pembentukan negara Mongolia modern dan proses demokratisasinya, meskipun juga menghadapi kritik terkait isu korupsi dan masa lalu otoriternya.
- Partai Demokrat (Ардчилсан Нам, Ardchilsan Nam - DP):** Dibentuk dari gabungan berbagai gerakan pro-demokrasi pada awal 1990-an, Partai Demokrat adalah kekuatan oposisi utama terhadap MPP dan telah beberapa kali memimpin pemerintahan koalisi. Partai ini umumnya menganut ideologi kanan-tengah, mendukung reformasi pasar bebas, dan memperkuat institusi demokrasi. DP memainkan peran kunci dalam Revolusi Demokratik 1990 dan penyusunan konstitusi baru.
Selain dua partai besar ini, terdapat beberapa partai politik kecil lainnya yang terkadang memenangkan kursi di parlemen dan berpartisipasi dalam pemerintahan koalisi. Sistem pemilihan umum yang diubah pada tahun 2023 dengan elemen perwakilan proporsional bertujuan untuk memberikan representasi yang lebih baik bagi partai-partai kecil. Peran partai politik dalam pembangunan demokrasi Mongolia sangat signifikan, meskipun tantangan seperti polarisasi politik, pendanaan kampanye, dan memastikan akuntabilitas partai tetap ada. Organisasi non-pemerintah Freedom House menganggap Mongolia sebagai negara yang bebas.
Tsakhiagiin Elbegdorj, dua kali mantan perdana menteri dan anggota Partai Demokrat, terpilih sebagai presiden pada 24 Mei 2009 dan dilantik pada 18 Juni tahun itu. Sükhbaataryn Batbold dari Partai Revolusioner Rakyat Mongolia (MPRP) dicalonkan sebagai Perdana Menteri baru pada Oktober 2009. Elbegdorj terpilih kembali pada 26 Juni 2013. Pada Juni 2017, kandidat oposisi Partai Demokrat Khaltmaagiin Battulga memenangkan pemilihan presiden. Ia dilantik pada 10 Juli 2017.
Pada Juni 2021, mantan Perdana Menteri Ukhnaagiin Khürelsükh, kandidat dari Partai Rakyat Mongolia (MPP) yang berkuasa, menjadi presiden keenam negara yang terpilih secara demokratis setelah memenangkan pemilihan presiden. Perdana Menteri saat ini adalah Luvsannamsrain Oyun-Erdene dari MPP, yang menjabat sejak Januari 2021, mewakili generasi pemimpin yang lebih muda yang telah belajar di luar negeri.
5.3. Sistem Peradilan dan Hak Asasi Manusia
Sistem peradilan Mongolia terdiri dari sistem pengadilan tiga tingkat: pengadilan tingkat pertama di setiap distrik provinsi dan setiap distrik Ulaanbaatar; pengadilan banding untuk setiap provinsi dan juga Ibu Kota Ulaanbaatar; dan pengadilan tingkat terakhir (untuk masalah non-konstitusional) di Mahkamah Agung Mongolia. Untuk masalah hukum konstitusional, terdapat mahkamah konstitusi yang terpisah. Sebuah Dewan Umum Yudisial (JGC) mencalonkan hakim yang kemudian harus dikonfirmasi oleh parlemen dan diangkat oleh Presiden. Pusat arbitrase menyediakan opsi penyelesaian sengketa alternatif untuk sengketa komersial dan lainnya.
Sejak demokratisasi pada tahun 1990, Mongolia telah membuat kemajuan signifikan dalam membangun sistem peradilan yang independen dan melindungi hak asasi manusia, sebagaimana dijamin dalam konstitusi 1992. Namun, tantangan tetap ada.
- Perlindungan Kelompok Minoritas:** Konstitusi menjamin kesetaraan bagi semua warga negara tanpa memandang etnis. Kelompok minoritas seperti Kazakh memiliki hak budaya dan bahasa, meskipun keterwakilan politik dan akses ke sumber daya terkadang menjadi isu. Upaya dilakukan untuk memastikan pendidikan dalam bahasa minoritas dan pelestarian budaya mereka.
- Kebebasan Berekspresi dan Pers:** Kebebasan berekspresi dan pers dijamin secara hukum dan media di Mongolia relatif bebas dibandingkan banyak negara di kawasan. Namun, tantangan seperti kepemilikan media yang terkonsentrasi, tekanan politik terhadap jurnalis, dan kasus pencemaran nama baik terkadang menghambat kebebasan ini. Media independen dan organisasi masyarakat sipil memainkan peran penting dalam memantau dan mengadvokasi kebebasan pers.
- Hak-Hak Sipil:** Hak-hak sipil seperti kebebasan berkumpul secara damai, berserikat, dan beragama umumnya dihormati. Namun, isu-isu seperti kebrutalan polisi, kondisi penjara, dan akses terhadap keadilan bagi kelompok rentan masih menjadi perhatian. Ombudsman hak asasi manusia dan organisasi non-pemerintah bekerja untuk mengatasi pelanggaran ini. Korupsi dalam sistem peradilan juga menjadi tantangan dalam penegakan hak-hak sipil secara efektif.
Secara keseluruhan, Mongolia telah menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia, tetapi upaya berkelanjutan diperlukan untuk memperkuat institusi, mengatasi korupsi, dan memastikan bahwa semua warga negara, termasuk kelompok minoritas dan rentan, dapat menikmati hak-hak mereka sepenuhnya.
6. Hubungan Internasional
Kebijakan luar negeri Mongolia didasarkan pada prinsip-prinsip non-blok, kemandirian, dan pengembangan hubungan persahabatan dengan semua negara. Secara tradisional, hubungan luar negerinya berfokus pada dua tetangga besarnya, Rusia dan Tiongkok. Mongolia bergantung secara ekonomi pada negara-negara ini: Tiongkok adalah mitra ekspor terbesar Mongolia dengan pangsa 78%, jauh di atas negara-negara teratas lainnya (Swiss 15%; Singapura 3%). Mongolia menerima 36% impor dari Tiongkok dan 29% dari Rusia. Mongolia juga mengejar kemitraan trilateral dengan Tiongkok dan Rusia melalui pipa gas alam Power of Siberia 2. Karena status Tiongkok sebagai mitra dagang terpenting Mongolia, Mongolia telah berusaha untuk tidak terlibat dalam konfrontasi AS-Tiongkok saat ini.
Mongolia telah mulai mencari hubungan positif dengan berbagai negara lain terutama dalam masalah budaya dan ekonomi, dengan fokus pada mendorong investasi asing langsung dan perdagangan. Mongolia telah mengejar kebijakan luar negeri 'tetangga ketiga' sejak awal 1990-an untuk membangun hubungan dan kemitraan yang lebih dalam dengan negara-negara di luar dua tetangga sekitarnya. Kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat kedaulatan nasional, mendukung pembangunan demokrasi, dan mempromosikan hak asasi manusia melalui diversifikasi hubungan diplomatik dan ekonomi.
Mongolia telah menjadi anggota Forum Negara-Negara Kecil (FOSS) sejak kelompok itu didirikan pada tahun 1992. Mantan Wakil Presiden AS Joe Biden mengunjungi Mongolia pada tahun 2011 untuk mendukung kebijakan tetangga ketiga Mongolia.
Dalam konteks hubungan internasional, Mongolia berusaha mempromosikan keadilan global, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan perdamaian. Negara ini telah berpartisipasi aktif dalam misi penjaga perdamaian PBB dan mendukung upaya internasional untuk pelucutan senjata dan non-proliferasi nuklir. Meskipun netralitas formal (seperti yang pernah diusulkan pada tahun 2015 tetapi kemudian tidak dilanjutkan) tidak diadopsi, Mongolia tetap mempertahankan sikap independen dalam isu-isu global, seringkali menekankan pentingnya dialog dan hukum internasional dalam menyelesaikan konflik.
6.1. Hubungan Bilateral Utama
Mongolia menjalin hubungan diplomatik, ekonomi, dan budaya yang signifikan dengan sejumlah negara besar, yang memiliki implikasi penting bagi pembangunan dan posisi internasionalnya.
6.1.1. Hubungan dengan Rusia

Hubungan Mongolia dengan Rusia memiliki akar sejarah yang dalam, dimulai dari era Soviet ketika Uni Soviet menjadi sekutu utama dan pendukung kemerdekaan serta pembangunan Mongolia. Saat ini, kerja sama politik, ekonomi, dan militer tetap signifikan. Rusia adalah pemasok utama energi bagi Mongolia. Kedua negara berbagi perbatasan yang panjang dan melakukan latihan militer bersama secara teratur. Dari perspektif Mongolia, hubungan yang kuat dengan Rusia penting untuk menjaga keseimbangan strategis di kawasan. Namun, ketergantungan ekonomi pada Rusia, terutama dalam hal energi, juga menjadi perhatian. Isu-isu terkini mencakup pengembangan infrastruktur lintas batas, kerja sama dalam proyek energi seperti pipa gas Power of Siberia 2, dan perdagangan bilateral. Rusia juga merupakan sumber penting investasi dan bantuan teknis bagi Mongolia.
6.1.2. Hubungan dengan Tiongkok
Tiongkok adalah tetangga selatan Mongolia dan mitra dagang serta investor terbesar. Hubungan politik dan ekonomi antara kedua negara sangat saling bergantung. Tiongkok merupakan pasar utama bagi ekspor komoditas Mongolia, terutama batu bara dan tembaga. Sejumlah besar investasi Tiongkok mengalir ke sektor pertambangan dan infrastruktur Mongolia. Isu perbatasan umumnya stabil, meskipun ada kekhawatiran di Mongolia mengenai potensi pengaruh ekonomi dan demografis Tiongkok yang berlebihan. Hak-hak warga negara, khususnya etnis Mongol di Mongolia Dalam (wilayah otonom di Tiongkok), terkadang menjadi isu sensitif dalam hubungan bilateral. Bidang kerja sama utama meliputi perdagangan, investasi, pembangunan infrastruktur (seperti Inisiatif Sabuk dan Jalan), dan pariwisata. Dinamika kekuasaan regional dan upaya Mongolia untuk menjaga kedaulatannya sambil memanfaatkan peluang ekonomi dari Tiongkok menjadi ciri khas hubungan ini.
6.1.3. Kebijakan Tetangga Ketiga
Kebijakan "Tetangga Ketiga" adalah pilar utama kebijakan luar negeri Mongolia pasca-Perang Dingin. Kebijakan ini bertujuan untuk mengembangkan hubungan yang kuat dengan negara-negara demokrasi maju di luar dua tetangga langsungnya (Rusia dan Tiongkok) guna memperkuat kedaulatan, mempromosikan pembangunan demokrasi, dan mendukung hak asasi manusia di Mongolia, serta mendiversifikasi kemitraan ekonomi dan politiknya.
Negara-negara mitra utama dalam kebijakan ini meliputi:
- Amerika Serikat:** AS adalah pendukung kuat demokrasi Mongolia dan mitra penting dalam bidang keamanan, pendidikan, dan bantuan pembangunan. Kunjungan tingkat tinggi dan latihan militer bersama (seperti Khaan Quest) memperkuat hubungan ini.
- Jepang:** Jepang adalah salah satu donor bantuan pembangunan terbesar bagi Mongolia dan mitra dagang serta investor yang signifikan. Kerja sama mencakup pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan pertukaran budaya. Perjanjian Kemitraan Ekonomi Jepang-Mongolia adalah salah satu pilar penting.
- Korea Selatan:** Hubungan ekonomi dan budaya dengan Korea Selatan berkembang pesat. Sejumlah besar warga Mongolia bekerja di Korea Selatan, dan investasi Korea di Mongolia juga meningkat. Pertukaran budaya dan pariwisata juga signifikan.
- Uni Eropa:** Negara-negara anggota Uni Eropa, serta Uni Eropa secara keseluruhan, merupakan mitra penting dalam mendukung reformasi demokrasi, tata kelola yang baik, dan hak asasi manusia di Mongolia. Bantuan pembangunan dan perdagangan juga menjadi aspek penting.
Kebijakan Tetangga Ketiga telah membantu Mongolia mendapatkan pengakuan internasional yang lebih luas, mengakses pasar dan teknologi baru, serta memperkuat institusi demokrasinya. Namun, tantangan tetap ada dalam menyeimbangkan hubungan ini dengan kepentingan dua tetangga besarnya.
6.2. Aktivitas dalam Organisasi Internasional
Mongolia adalah anggota aktif komunitas internasional dan berpartisipasi dalam berbagai organisasi internasional utama. Keanggotaan yang paling menonjol adalah di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang bergabung pada tahun 1961. Di PBB, Mongolia secara konsisten mendukung prinsip-prinsip piagam PBB, termasuk perdamaian dan keamanan internasional, pembangunan berkelanjutan, dan penegakan hak asasi manusia. Mongolia telah berkontribusi pada operasi penjaga perdamaian PBB di berbagai belahan dunia.
Selain PBB, Mongolia juga merupakan anggota dari:
- Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sejak 1997, yang mencerminkan komitmennya terhadap ekonomi pasar dan perdagangan bebas.
- Dialog Kerja Sama Asia (ACD)
- Kelompok 77 (G77)
- Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB)
- Gerakan Non-Blok
- Mitra global NATO (sejak 2012), berpartisipasi dalam berbagai program kerja sama.
- Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) sebagai negara mitra.
- Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) sebagai negara pengamat, yang mencerminkan upayanya untuk terlibat dengan platform regional utama.
Melalui partisipasinya dalam organisasi-organisasi ini, Mongolia berupaya untuk memajukan kepentingan nasionalnya, berkontribusi pada tata kelola global, mempromosikan norma-norma demokrasi dan hak asasi manusia, serta mencari dukungan untuk pembangunan sosial-ekonominya. Negara ini juga aktif dalam isu-isu spesifik seperti non-proliferasi nuklir (Mongolia telah mendeklarasikan dirinya sebagai Zona Bebas Senjata Nuklir) dan mengatasi tantangan perubahan iklim.
7. Militer

Angkatan Bersenjata Mongolia (Монгол Улсын Зэвсэгт ХүчинMongol Ulsyn Zevsegt KhüchinBahasa Mongolia) bertanggung jawab untuk melindungi kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas teritorial Mongolia. Strukturnya saat ini terdiri dari lima cabang: Angkatan Darat Mongolia, Angkatan Udara Mongolia, Pasukan Konstruksi dan Rekayasa, keamanan siber, dan pasukan khusus. Jika terjadi perang, Pasukan Perbatasan, Pasukan Dalam Negeri, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana dapat direorganisasi ke dalam struktur angkatan bersenjata. Staf Umum Angkatan Bersenjata Mongolia adalah badan pengelola utama dan beroperasi secara independen dari Kementerian Pertahanan.
Mongolia memberlakukan wajib militer bagi pria berusia 18 hingga 25 tahun untuk masa tugas satu tahun, meskipun ada opsi untuk membayar biaya pengganti layanan atau pengecualian tertentu. Kekuatan aktif Angkatan Bersenjata Mongolia relatif kecil, dengan perkiraan sekitar 9.000-12.000 personel. Peralatan utama sebagian besar berasal dari era Soviet, meskipun ada upaya modernisasi terbatas dengan bantuan dari negara-GEOBOXIT mitra seperti Rusia, Amerika Serikat, dan negara-negara NATO lainnya. Angkatan Udara memiliki kemampuan yang terbatas, terutama berfokus pada transportasi dan patroli. Sebagai negara yang terkurung daratan, Mongolia tidak memiliki angkatan laut.
Kebijakan pertahanan Mongolia bersifat defensif dan berfokus pada perlindungan kedaulatan serta partisipasi dalam upaya keamanan internasional. Mongolia secara aktif berpartisipasi dalam operasi penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di berbagai belahan dunia, termasuk di Sierra Leone, Chad, Sudan Selatan, dan Afghanistan. Negara ini juga berpartisipasi dalam latihan militer bersama dengan negara lain, seperti latihan "Khaan Quest" yang diselenggarakan bersama Amerika Serikat. Kontrol sipil atas militer dijamin melalui konstitusi, dengan Presiden sebagai panglima tertinggi dan Kementerian Pertahanan yang dipimpin oleh seorang sipil. Partisipasi dalam misi penjaga perdamaian internasional telah meningkatkan profesionalisme militer Mongolia dan memperkuat posisinya dalam komunitas internasional.
Mongolia mendukung invasi Irak tahun 2003, dan telah mengirim beberapa kontingen berturut-turut masing-masing 103 hingga 180 tentara ke Irak. Sekitar 130 tentara dikerahkan ke Afghanistan. Pada tahun 2004, di bawah kepemimpinan Bulgaria, Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) mengundang Mongolia sebagai mitra Asia terbarunya.
8. Pembagian Administratif
Mongolia dibagi menjadi 21 provinsi (aimag) dan selanjutnya dibagi lagi menjadi 330 distrik (sum). Ibu kota Ulaanbaatar dikelola secara terpisah sebagai kota madya (munisipalitas) dengan status provinsi. Aimags tersebut adalah:
- Arkhangai
- Bayan-Ölgii
- Bayankhongor
- Bulgan
- Darkhan-Uul
- Dornod
- Dornogovi
- Dundgovi
- Govi-Altai
- Govisümber
- Khentii
- Khovd
- Khövsgöl
- Ömnögovi
- Orkhon
- Övörkhangai
- Selenge
- Sükhbaatar
- Töv
- Uvs
- Zavkhan
8.1. Kota-Kota Utama
Pada tahun 2020, komposisi populasi di 10 kota terpadat adalah sebagai berikut: Ulaanbaatar menyumbang 44,2% dari total populasi, diikuti oleh Erdenet (3,1%), Darkhan (2,6%), Choibalsan (1,4%), Mörön (1,3%), Nalaikh (1,2%), Ölgii (1,2%), Arvaikheer (1,0%), Bayankhongor (1,0%), dan Khovd (1,0%). Sebanyak 42,0% populasi lainnya tersebar di luar sepuluh kota ini.
Pada tahun 2020, 47,6% populasi tinggal di Ulaanbaatar, selanjutnya 21,4% tinggal di Darkhan, Erdenet, pusat-pusat aimag dan pusat-pusat sum, serta permukiman permanen lainnya, dan 31,0% di daerah pedesaan. Kota-kota utama di Mongolia memainkan peran penting dalam ekonomi, administrasi, dan kehidupan sosial negara. Berikut adalah beberapa di antaranya:
- Ulaanbaatar**: Sebagai ibu kota dan kota terbesar, Ulaanbaatar adalah pusat politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan Mongolia. Terletak di lembah Sungai Tuul, kota ini menampung hampir setengah dari populasi negara. Fungsi ekonominya sangat beragam, mencakup sektor jasa, manufaktur ringan, perdagangan, dan menjadi hub transportasi utama. Urbanisasi yang cepat telah membawa tantangan signifikan, termasuk kemacetan lalu lintas, polusi udara (terutama di musim dingin akibat pembakaran batu bara untuk pemanasan), kekurangan perumahan yang terjangkau, dan kesenjangan sosial antara penduduk perkotaan dan pendatang baru dari daerah pedesaan. Meskipun demikian, Ulaanbaatar terus berkembang sebagai pusat modernitas dan inovasi di Mongolia.
- Erdenet**: Kota terbesar kedua di Mongolia, terletak di Provinsi Orkhon. Erdenet adalah pusat industri pertambangan tembaga yang sangat penting, dengan Tambang Erdenet sebagai salah satu tambang tembaga terbuka terbesar di Asia. Ekonomi kota ini sangat bergantung pada aktivitas pertambangan dan industri terkait. Selain fungsi ekonominya, Erdenet juga merupakan pusat regional untuk layanan dan pendidikan. Tantangan sosial termasuk dampak lingkungan dari pertambangan dan kebutuhan diversifikasi ekonomi.
- Darkhan**: Kota terbesar ketiga, terletak di Provinsi Darkhan-Uul di Mongolia utara. Darkhan didirikan sebagai pusat industri pada era sosialis dengan bantuan Uni Soviet. Kota ini memiliki berbagai fasilitas industri, termasuk pabrik baja, pabrik semen, dan pabrik pengolahan makanan. Darkhan juga merupakan pusat pendidikan dan transportasi penting di wilayah utara. Seperti kota-kota industri lainnya, Darkhan menghadapi tantangan terkait modernisasi industri dan isu lingkungan.
Kota-kota besar lainnya seperti Choibalsan di timur, Mörön di utara, dan Khovd di barat berfungsi sebagai pusat administrasi dan ekonomi untuk provinsi masing-masing. Pertumbuhan kota-kota ini seringkali didorong oleh migrasi dari daerah pedesaan, yang membawa serta tantangan terkait penyediaan layanan publik, lapangan kerja, dan infrastruktur, serta isu kesenjangan sosial dan tekanan pada sumber daya lokal.
9. Ekonomi

Struktur ekonomi Mongolia telah mengalami transformasi signifikan dari ekonomi yang didominasi oleh penggembalaan nomaden tradisional menjadi ekonomi yang semakin bergantung pada sektor pertambangan dan jasa. Indikator ekonomi utama seperti Produk Domestik Bruto (PDB), volume perdagangan, dan tingkat inflasi menunjukkan volatilitas yang dipengaruhi oleh harga komoditas global dan permintaan eksternal. Transisi ke ekonomi pasar sejak awal 1990-an membawa peluang pertumbuhan tetapi juga tantangan dalam hal pemerataan pendapatan, dampak sosial terhadap kelompok rentan, perlindungan hak-hak pekerja, dan pengelolaan isu lingkungan yang berkelanjutan. Kebijakan ekonomi pemerintah bertujuan untuk menarik investasi asing, mendiversifikasi ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan sosial, meskipun implementasinya seringkali rumit.
9.1. Struktur dan Tren Ekonomi
Ekonomi Mongolia secara tradisional berpusat pada pertanian dan peternakan nomaden. Namun, sejak akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, sektor pertambangan telah menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Proses transisi dari ekonomi terencana sosialis ke ekonomi pasar dimulai pada awal 1990-an. Transisi ini ditandai dengan liberalisasi harga, privatisasi aset negara, dan pembukaan terhadap perdagangan dan investasi internasional.
Indikator ekonomi utama menunjukkan tren yang bervariasi:
- PDB:** Pertumbuhan PDB Mongolia sangat dipengaruhi oleh harga komoditas global (terutama tembaga dan batu bara) dan permintaan dari Tiongkok. Negara ini mengalami pertumbuhan pesat pada awal 2010-an, namun melambat setelahnya akibat penurunan harga komoditas. Pada tahun-tahun terakhir, PDB riil tumbuh sebesar 7% pada tahun 2023 karena produksi batu bara yang mencapai rekor tertinggi.
- Volume Perdagangan:** Ekspor didominasi oleh produk mineral. Tiongkok adalah mitra dagang utama, menyerap sebagian besar ekspor Mongolia. Impor utama meliputi produk minyak bumi, mesin, dan barang konsumsi. Ketergantungan yang tinggi pada satu pasar ekspor utama dan beberapa komoditas menciptakan kerentanan ekonomi.
- Inflasi dan Harga:** Inflasi telah menjadi tantangan berkala, dipengaruhi oleh harga pangan dan bahan bakar global, serta kebijakan moneter domestik. Pada awal 2024, inflasi turun menjadi 7%.
Dampak transisi ekonomi terhadap kesejahteraan sosial dan distribusi pendapatan beragam. Sementara sebagian populasi mendapat manfaat dari peluang ekonomi baru, kesenjangan pendapatan melebar. Tingkat kemiskinan tetap menjadi isu, terutama di daerah pedesaan dan di antara kelompok rentan. Akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan juga tidak merata. Pemerintah berupaya mengatasi masalah ini melalui berbagai program sosial, tetapi efektivitasnya bervariasi. Pada tahun 2011, analis Citigroup menetapkan Mongolia sebagai salah satu negara "penghasil pertumbuhan global", yaitu negara-negara dengan prospek pertumbuhan paling menjanjikan untuk periode 2010-2050. Bursa Efek Mongolia, yang didirikan pada tahun 1991 di Ulaanbaatar, merupakan salah satu bursa efek terkecil di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Pada tahun 2024, bursa ini memiliki 180 perusahaan terdaftar dengan total kapitalisasi pasar sebesar 3.20 B USD. International Finance Corporation (IFC) saat ini menempatkan Mongolia di peringkat ke-81 secara global dalam skor kemudahan berbisnis.
9.2. Industri Utama
Ekonomi Mongolia didukung oleh beberapa sektor industri utama yang memainkan peran penting dalam PDB dan penyerapan tenaga kerja.
9.2.1. Pertambangan
Pertambangan adalah sektor dominan dalam ekonomi Mongolia, menyumbang lebih dari 80% ekspor dan sekitar 24% pendapatan pemerintah (pada 2018). Negara ini memiliki cadangan sumber daya mineral yang melimpah, termasuk tembaga, batu bara, emas, molibdenum, timah, dan tungsten. Tambang-tambang utama seperti Oyu Tolgoi (tembaga dan emas) dan Tavan Tolgoi (batu bara) memiliki peran sentral dalam perekonomian. Pengembangan sektor ini telah menarik investasi asing yang signifikan, terutama dari Tiongkok, Rusia, dan Kanada.
Namun, industri pertambangan juga membawa dampak signifikan. Secara ekonomi, ia telah mendorong pertumbuhan PDB tetapi juga menciptakan ketergantungan pada harga komoditas global. Dampak lingkungan meliputi degradasi lahan, polusi air, dan debu. Isu hak-hak masyarakat adat/lokal terkait penggunaan lahan, pembagian keuntungan, dan dampak sosial juga menjadi perhatian. Kondisi kerja di beberapa tambang, terutama yang skala kecil dan informal (dikenal sebagai penambang "ninja"), seringkali berbahaya dan kurang mendapat perlindungan. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan tata kelola sektor pertambangan, termasuk transparansi pendapatan dan pengelolaan dampak lingkungan, tetapi tantangan tetap ada. Pada September 2022, Mongolia membangun dan meluncurkan jalur kereta api langsung sepanjang 233 km ke Tiongkok, yang merupakan tonggak penting dalam rencana Mongolia untuk menjadi pemasok utama batu bara berkualitas tinggi Tiongkok dari tambang Tavan Tolgoi, yang memiliki cadangan batu bara lebih dari enam miliar ton.
9.2.2. Pertanian dan Peternakan
Pertanian dan peternakan, khususnya pastoralisme nomaden tradisional, telah menjadi tulang punggung masyarakat dan ekonomi Mongolia selama berabad-abad. Ternak utama meliputi domba, kambing (penghasil kasmir berkualitas tinggi), kuda, sapi (termasuk yak), dan unta Baktria. Sektor ini menyediakan mata pencaharian bagi sebagian besar populasi pedesaan dan berkontribusi pada ketahanan pangan serta ekspor (terutama kasmir dan daging). Produksi pertanian tanaman pangan lebih terbatas karena kondisi iklim dan geografis, dengan gandum dan sayuran menjadi tanaman utama.
Kesejahteraan para peternak sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca, harga pasar, dan akses ke layanan pendukung (seperti layanan dokter hewan dan kredit). Perubahan iklim, yang menyebabkan peningkatan frekuensi dzud (bencana musim dingin yang parah) dan desertifikasi, menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan pastoralisme. Upaya pemerintah dan organisasi internasional difokuskan pada peningkatan ketahanan peternak melalui pengelolaan padang rumput yang lebih baik, diversifikasi mata pencaharian, dan peningkatan akses ke pasar.
9.2.3. Pariwisata
Industri pariwisata di Mongolia memiliki potensi besar berkat sumber daya alam dan budaya yang unik. Lanskap yang luas dan beragam, termasuk stepa, gurun, pegunungan, dan danau, menarik wisatawan yang mencari petualangan dan pengalaman alam. Budaya nomaden tradisional, keramahan penduduk lokal, festival seperti Naadam, dan situs-situs bersejarah (termasuk yang terkait dengan Kekaisaran Mongol) juga menjadi daya tarik utama.
Kedatangan wisatawan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, meskipun sektor ini masih relatif kecil dibandingkan potensi penuhnya. Pemerintah memiliki kebijakan untuk mengembangkan industri pariwisata sebagai salah satu cara untuk mendiversifikasi ekonomi. Kontribusi ekonomi pariwisata mencakup penciptaan lapangan kerja dan pendapatan valuta asing.
Namun, pengembangan pariwisata juga membawa dampak sosial-budaya dan lingkungan. Ada kekhawatiran tentang komersialisasi budaya tradisional dan tekanan pada ekosistem yang rapuh. Upaya untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan dan berbasis masyarakat menjadi semakin penting, dengan fokus pada minimasi dampak negatif dan memastikan manfaat ekonomi dirasakan oleh komunitas lokal.
9.3. Infrastruktur
Pengembangan infrastruktur merupakan prioritas penting bagi Mongolia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, meningkatkan konektivitas, dan meningkatkan kualitas hidup warganya. Namun, sebagai negara yang luas dengan kepadatan penduduk rendah, pembangunan infrastruktur menghadapi tantangan geografis dan finansial.
9.3.1. Transportasi


Jaringan transportasi Mongolia masih dalam tahap pengembangan.
- Kereta Api:** Jalur Kereta Api Trans-Mongolia adalah jalur utama yang menghubungkan Rusia (melalui Jalur Kereta Api Trans-Siberia) dengan Tiongkok, melewati Ulaanbaatar. Jalur ini penting untuk perdagangan dan transportasi penumpang. Terdapat juga jalur cabang ke pusat industri seperti Erdenet dan Baganuur, serta jalur kargo sepanjang 233 km dari tambang batu bara Tavan Tolgoi ke perbatasan Tiongkok yang baru diluncurkan.
- Jalan Raya:** Banyak jalan di luar Ulaanbaatar masih berupa jalan kerikil atau jalur tanah. Namun, ada upaya berkelanjutan untuk meningkatkan dan membangun jalan beraspal, termasuk jalan yang menghubungkan Ulaanbaatar dengan perbatasan Rusia dan Tiongkok, serta jalan raya "Milenium" yang membentang dari timur ke barat. Mongolia memiliki 4.80 K km jalan beraspal, dengan 1.80 K km di antaranya selesai pada tahun 2013 saja. Aksesibilitas di daerah pedesaan yang terpencil masih menjadi tantangan besar, terutama selama musim dingin.

- Penerbangan:** Bandar Udara Internasional Chinggis Khaan baru, yang terletak sekitar 52 km selatan Ulaanbaatar, adalah bandara internasional utama. Terdapat penerbangan langsung ke beberapa kota di Asia dan Eropa. Maskapai nasional MIAT Mongolian Airlines melayani rute internasional, sementara maskapai seperti Aero Mongolia dan Hunnu Airlines melayani rute domestik dan internasional jarak pendek. Sejumlah bandara domestik juga ada, beberapa di antaranya berstatus internasional.
9.3.2. Energi

Sektor energi Mongolia sangat bergantung pada batu bara, yang merupakan sumber utama untuk pembangkit listrik tenaga termal. Sebagian besar kapasitas pembangkit listrik terpusat di Ulaanbaatar dan kota-kota industri lainnya. Mongolia juga memiliki cadangan minyak bumi yang terbatas. Ketergantungan pada bahan bakar fosil menimbulkan isu lingkungan terkait emisi gas rumah kaca dan polusi udara, terutama di Ulaanbaatar selama musim dingin.
Ada upaya untuk mengembangkan energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, mengingat potensi sumber daya alam Mongolia yang besar di bidang ini. Namun, transisi energi menuju sumber yang lebih bersih menghadapi tantangan biaya dan infrastruktur. Mongolia mengimpor 98% bahan bakarnya dan sedang membangun kilang minyak pertamanya untuk mengurangi ketergantungan energi asing.
9.3.3. Komunikasi
Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Mongolia telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Komunikasi kabel dan nirkabel (termasuk jaringan seluler) telah meluas, bahkan ke beberapa daerah pedesaan. Penetrasi internet juga meningkat, terutama di daerah perkotaan. Layanan pos disediakan oleh Mongol Post milik negara dan 54 operator berlisensi lainnya.
Namun, kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta antara kelompok sosial ekonomi yang berbeda, masih menjadi isu. Upaya pemerintah difokuskan pada peningkatan aksesibilitas dan keterjangkauan layanan TIK di seluruh negeri, serta pengembangan ekonomi digital.
10. Masyarakat
Masyarakat Mongolia memiliki karakteristik yang unik, dibentuk oleh sejarah panjang nomadenisme, pengaruh Buddhisme Tibet, periode sosialis, dan transisi menuju demokrasi dan ekonomi pasar. Komposisi penduduk, struktur etnis, bahasa, agama, serta akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, semuanya mencerminkan dinamika sosial yang kompleks. Isu kesetaraan gender, hak-hak kelompok minoritas, dan kesejahteraan sosial secara keseluruhan menjadi perhatian penting dalam pembangunan masyarakat Mongolia modern.
10.1. Kependudukan

Total populasi Mongolia diperkirakan sekitar 3,5 juta jiwa (estimasi 2024). Dengan luas wilayah yang sangat besar, Mongolia adalah salah satu negara dengan kepadatan penduduk terendah di dunia. Tingkat pertumbuhan penduduk diperkirakan sekitar 1,2% (estimasi 2007). Struktur usia populasi relatif muda, dengan sekitar 59% di bawah usia 30 tahun dan 27% di bawah 14 tahun (data lama, mungkin telah bergeser). Populasi muda dan terus bertambah ini memberikan tekanan pada ekonomi dan layanan sosial.
Sensus pertama pada abad ke-20 dilakukan pada tahun 1918 dan mencatat populasi 647.500 jiwa. Sejak akhir sosialisme, Mongolia mengalami penurunan tingkat kesuburan total (anak per wanita) yang lebih curam daripada negara lain mana pun di dunia: pada 1970-1975, kesuburan diperkirakan 7,33 anak per wanita, turun menjadi sekitar 2,1 pada 2000-2005. Penurunan ini berakhir dan pada 2005-2010, nilai kesuburan meningkat menjadi 2,8 pada 2013 dan stabil setelahnya pada tingkat sekitar 2,5-2,6 anak per wanita sekitar tahun 2020.
Urbanisasi adalah tren demografis yang signifikan, dengan hampir setengah populasi tinggal di ibu kota, Ulaanbaatar. Tingkat urbanisasi yang cepat telah menimbulkan tantangan seperti kepadatan berlebih di kota, tekanan pada infrastruktur dan layanan, serta isu-isu sosial terkait perumahan dan lapangan kerja. Sebaliknya, daerah pedesaan mengalami depopulasi di beberapa wilayah.
10.2. Kelompok Etnis
Kelompok Etnis | Bagian Dari Suku | 1956 | 1963 | 1969 | 1979 | 1989 | 2000 | 2010 |
Mongol Khalkha | Mongol | |||||||
Orang Kazakh | Turkik | |||||||
Dörbet | Mongol | |||||||
Bayid | Mongol | |||||||
Orang Buryat | Mongol | |||||||
Zakhchin | Mongol | |||||||
Mongol Dariganga | Mongol | |||||||
Uriankhai Altai | Mongol | |||||||
Darkhad | Mongol | |||||||
Khotogoid | Mongol | |||||||
Torguud | Mongol | |||||||
Khoton | Mongol | |||||||
Myangad | Mongol | |||||||
Orang Tuva | Turkik | ... | ||||||
Mongol Barga | Mongol | |||||||
Mongol Üzemchin | Mongol | |||||||
Eljigin | Mongol | |||||||
Sartuul | Mongol | |||||||
Hamnigan asal Tungusik | Mongol | |||||||
Dukha | Mongol | |||||||
Chantuu | Mongol | |||||||
Mongol Kharchin | Mongol | |||||||
Mongol Chahar | Mongol | |||||||
(Huuchid) | Mongol | |||||||
(Baarin) | Mongol | |||||||
(Mongol Khorchin) | Mongol | |||||||
(Tümed) | Mongol | |||||||
Kebangsaan Rusia | ||||||||
Kebangsaan Tiongkok | ||||||||
Kebangsaan Korea | ||||||||
Kebangsaan Amerika Serikat | ||||||||
Lainnya | ||||||||
Mongolia | ||||||||
Populasi Mongolia relatif homogen. Sekitar 95% populasi adalah etnis Mongol, yang terdiri dari Khalkha (mayoritas, sekitar 86% dari etnis Mongol) dan kelompok-kelompok Mongol lainnya seperti Oirat, Buryat, Dörbet, Bayid, Zakhchin, Dariganga, Uriankhai Altai, Darkhad, Khotogoid, Torguud, Khoton, Myangad, Barga, Üzemchin, Eljigin, Sartuul, Hamnigan (berasal dari Tungusik), Dukha (Tsaatan), Chantuu, Kharchin, dan Chahar. Kelompok-kelompok ini dibedakan terutama berdasarkan dialek bahasa Mongol dan beberapa tradisi budaya.
Kelompok etnis minoritas terbesar adalah orang Kazakh, sebuah kelompok Turkik, yang merupakan sekitar 4,5% dari total populasi. Mereka terkonsentrasi di Provinsi Bayan-Ölgii di bagian barat negara, di mana mereka merupakan mayoritas. Orang Kazakh di Mongolia mempertahankan bahasa, budaya, dan agama Islam mereka. Tradisi berburu dengan elang merupakan bagian penting dari budaya Kazakh di wilayah ini.
Kelompok etnis Turkik lainnya adalah orang Tuva, yang juga tinggal di bagian barat, khususnya di Provinsi Khövsgöl. Mereka memiliki bahasa dan budaya yang berbeda. Terdapat juga sejumlah kecil warga negara Rusia, Tionghoa, Korea, dan Amerika.
Hak-hak budaya kelompok etnis minoritas diakui, dan ada upaya untuk melestarikan bahasa dan tradisi mereka, termasuk melalui pendidikan. Namun, tantangan seperti keterwakilan politik yang terbatas, akses ke sumber daya, dan integrasi sosial ekonomi terkadang dihadapi oleh kelompok minoritas. Pemerintah Mongolia berkomitmen untuk melindungi hak-hak semua kelompok etnis dan mempromosikan kerukunan antar-etnis.
10.3. Bahasa

Bahasa resmi dan bahasa nasional Mongolia adalah bahasa Mongolia. Sebagai anggota keluarga bahasa Mongolik, dialek standar adalah Mongol Khalkha. Bahasa ini berdampingan dengan berbagai varietas Mongolik lainnya yang sebagian besar dapat saling dipahami seperti bahasa Oirat, bahasa Buryat, dan Khamnigan. Beberapa dialek telah mengalami perubahan morfologis menjadi lebih mirip dengan dialek Khalkha pusat dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian besar penutur dialek-dialek ini berlokasi di bagian barat negara, yaitu Provinsi Bayan-Ölgii, Uvs, dan Khovd. Bahasa Kazakh, sebuah bahasa Turkik, adalah bahasa mayoritas di Bayan-Ölgii, sementara bahasa Tuva adalah bahasa Turkik lain yang dituturkan di Provinsi Khövsgöl. Bahasa Isyarat Mongolia adalah bahasa utama komunitas tunarungu.

Saat ini, bahasa Mongolia terutama ditulis menggunakan alfabet Kiril, yang diperkenalkan selama tahun 1940-an. Sejak revolusi 1990 telah ada kebangkitan kecil aksara Mongol historis, yang masih merupakan aksara resmi yang digunakan oleh orang Mongol di Mongolia Dalam yang berdekatan. Meskipun aksara Mongol secara resmi telah dinyatakan sebagai aksara nasional, dan diajarkan mulai kelas enam di sekolah-sekolah, aksara ini sebagian besar masih terbatas pada penggunaan seremonial dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahun 2025, Mongolia mulai menggunakan aksara Kiril dan aksara Mongol tradisional untuk dokumen hukum dan resmi.
Sejak tahun 1990, bahasa Inggris dengan cepat menggantikan bahasa Rusia sebagai bahasa asing paling populer di Mongolia. Pada era komunis Republik Rakyat Mongolia, bahasa Rusia adalah bahasa vital untuk mobilitas dan komunikasi profesional, dengan sejumlah besar siswa belajar di Uni Soviet serta sejumlah besar profesional dan tentara Soviet yang berlokasi di Mongolia. Sejak itu, sistem pendidikan Mongolia telah beralih dari Uni Soviet ke Barat, dan bahasa Inggris telah menjadi bahasa asing dominan, dibantu oleh media yang diliberalisasi, lembaga bantuan internasional, munculnya pendidikan swasta dan bimbingan belajar, serta kebijakan resmi pemerintah. Pada tahun ajaran 2014-2015, 59% dari keseluruhan populasi siswa belajar bahasa Inggris di sekolah menengah umum. Pada tahun 2023, bahasa Inggris dinyatakan sebagai "bahasa asing pertama", dan akan diajarkan mulai kelas tiga.
Pada tahun ajaran 2014-2015, bahasa asing paling populer dalam kursus bahasa khusus adalah (diurutkan berdasarkan popularitas), Inggris, Tionghoa, Rusia, Jepang, dan Korea. Bahasa Korea khususnya telah mendapatkan popularitas karena puluhan ribu orang Mongolia bekerja di Korea Selatan, membentuk kelompok terbesar orang Mongolia di luar negeri. Kebijakan bahasa di Mongolia mendukung pelestarian bahasa Mongolia sebagai bahasa nasional sambil juga mendorong pembelajaran bahasa asing untuk meningkatkan daya saing global dan pertukaran budaya.
10.4. Agama
Agama | Populasi | Persentase |
---|---|---|
Tidak beragama | 735,283 | 38.6% |
Beragama | 1,170,283 | 61.4% |
Buddhisme | 1,009,357 | 53.0% |
Islam | 57,702 | 3.0% |
Shamanisme | 55,174 | 2.9% |
Kekristenan | 41,117 | 2.2% |
Agama lain | 6,933 | 0.4% |
Total | 1,905,566 | 100.0% |
Menurut Sensus Nasional 2010, di antara penduduk Mongolia berusia 15 tahun ke atas, 53% adalah penganut Buddhisme, sementara 39% adalah tidak beragama. Shamanisme Mongolia telah dipraktikkan secara luas sepanjang sejarah wilayah yang sekarang menjadi Mongolia, dengan kepercayaan serupa umum di antara para nomaden Asia Tengah. Praktik ini secara bertahap memberi jalan kepada Buddhisme Tibet, tetapi shamanisme telah meninggalkan jejak pada budaya agama Mongolia, dan terus dipraktikkan. Orang Kazakh di Mongolia barat, beberapa orang Mongol, dan orang-orang Turkik lainnya di negara ini secara tradisional menganut Islam.

Sepanjang sebagian besar abad ke-20, pemerintah komunis menekan praktik keagamaan. Rezim ini menargetkan para rohaniwan Gereja Buddha Mongolia, yang telah sangat terkait dengan struktur pemerintahan feodal sebelumnya (misalnya, sejak 1911, kepala Gereja juga merupakan Khan negara). Pada akhir 1930-an, rezim yang saat itu dipimpin oleh Khorloogiin Choibalsan, menutup hampir semua dari lebih dari 700 biara Buddha Mongolia dan membunuh sedikitnya 30.000 orang, 18.000 di antaranya adalah lama. Jumlah biksu Buddha turun dari 100.000 pada tahun 1924 menjadi 110 pada tahun 1990.
Jatuhnya komunisme pada tahun 1991 memulihkan praktik keagamaan publik. Buddhisme Tibet, yang merupakan agama dominan sebelum munculnya komunisme, kembali menjadi agama yang paling banyak dipraktikkan di Mongolia. Posisi lama tertinggi Buddhisme di Mongolia, Jebtsundamba ke-9, kosong sejak wafatnya pada tahun 2012, dan pencarian Jebtsundamba Khutuktu berikutnya menjadi rumit oleh keinginan Beijing untuk menegaskan kendali atas Buddhisme Tibet.
Akhir dari penindasan agama pada tahun 1990-an juga memungkinkan agama-agama lain menyebar di negara ini. Menurut kelompok misionaris Kristen Barnabas Fund, jumlah orang Kristen tumbuh dari hanya empat pada tahun 1989 menjadi sekitar 40.000 pada tahun 2008. Pada Mei 2013, Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir (Gereja LDS) mengadakan program budaya untuk merayakan dua puluh tahun sejarah Gereja LDS di Mongolia, dengan 10.900 anggota, dan 16 gedung gereja di negara itu. Ada sekitar 1.000 umat Katolik di Mongolia dan, pada tahun 2003, seorang misionaris dari Filipina diangkat menjadi uskup Katolik pertama Mongolia. Pada tahun 2017, Advent Hari Ketujuh melaporkan 2.700 anggota di enam gereja, meningkat dari nol anggota pada tahun 1991.
Isu kebebasan beragama dan toleransi antarumat beragama menjadi penting dalam konteks Mongolia modern. Konstitusi menjamin kebebasan beragama, dan secara umum, berbagai kelompok agama dapat menjalankan praktik mereka secara bebas. Namun, ada laporan sporadis tentang diskriminasi atau kesulitan yang dihadapi oleh kelompok agama minoritas. Pemerintah berupaya untuk menjaga keseimbangan dan mempromosikan dialog antaragama.
10.5. Pendidikan
Selama periode negara sosialis, pendidikan adalah salah satu bidang pencapaian signifikan di Mongolia. Sebelum Republik Rakyat, tingkat melek huruf di bawah satu persen. Pada tahun 1952, buta huruf hampir diberantas, sebagian melalui penggunaan sekolah asrama musiman untuk anak-anak dari keluarga nomaden. Pendanaan untuk sekolah asrama ini dipotong pada tahun 1990-an, berkontribusi pada sedikit peningkatan buta huruf.
Pendidikan dasar dan menengah sebelumnya berlangsung sepuluh tahun, tetapi diperluas menjadi sebelas tahun. Sejak tahun ajaran 2008-2009, siswa kelas satu baru menggunakan sistem 12 tahun, dengan transisi penuh ke sistem 12 tahun pada tahun ajaran 2019-2020.
Pada tahun 2006, bahasa Inggris diajarkan di semua sekolah menengah di seluruh Mongolia, dimulai dari kelas empat. Bahasa Inggris telah mengambil alih dari bahasa Rusia sebagai bahasa asing dominan di Mongolia, terutama di Ulaanbaatar.
Universitas nasional Mongolia semuanya merupakan pecahan dari Universitas Nasional Mongolia dan Universitas Sains dan Teknologi Mongolia. Hampir tiga dari lima pemuda Mongolia sekarang mendaftar di universitas. Terjadi peningkatan enam kali lipat jumlah mahasiswa antara tahun 1993 dan 2010.
Aksesibilitas dan kualitas pendidikan bagi semua, termasuk kelompok nomaden dan minoritas, tetap menjadi fokus kebijakan pendidikan. Untuk anak-anak dari keluarga nomaden, pemerintah menyediakan sekolah asrama atau program pendidikan jarak jauh untuk memastikan mereka tidak tertinggal. Pendidikan dalam bahasa minoritas juga tersedia di beberapa daerah. Meskipun kemajuan telah dicapai, tantangan seperti kekurangan guru berkualitas di daerah terpencil, fasilitas sekolah yang kurang memadai, dan relevansi kurikulum dengan kebutuhan pasar kerja modern masih perlu diatasi.
10.6. Kesehatan dan Layanan Medis
Sejak tahun 1990, indikator kesehatan utama seperti harapan hidup dan tingkat kematian bayi serta kematian anak telah meningkat secara stabil, baik karena perubahan sosial maupun karena perbaikan di sektor kesehatan. Namun, masalah serius tetap ada, terutama di daerah pedesaan. Harapan hidup rata-rata adalah sekitar 67-68 tahun. Tingkat kematian bayi dilaporkan antara 1,9% hingga 4%, dan tingkat kematian anak-anak adalah 4,3%.
Sistem layanan kesehatan Mongolia terdiri dari 17 rumah sakit dan pusat spesialis, 4 pusat diagnostik dan perawatan regional, 9 rumah sakit umum kabupaten dan 21 rumah sakit provinsi, 323 rumah sakit sum, 18 pos feldsher, 233 klinik kelompok keluarga, dan 536 rumah sakit swasta serta 57 perusahaan farmasi (data 2002). Pada tahun 2002, jumlah total staf kesehatan adalah 33.273, di antaranya 6.823 adalah dokter, 788 apoteker, 7.802 perawat, dan 14.091 staf tingkat menengah. Saat ini, terdapat 27,7 dokter dan 75,7 tempat tidur rumah sakit per 10.000 penduduk.
Aksesibilitas layanan kesehatan bagi kelompok rentan dan di daerah terpencil tetap menjadi tantangan utama. Keterbatasan infrastruktur, kekurangan tenaga medis di daerah pedesaan, dan biaya perawatan kesehatan dapat menjadi penghalang bagi banyak orang. Pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan kesehatan untuk meningkatkan cakupan layanan universal, memperkuat layanan kesehatan primer, dan mengatasi penyakit menular dan tidak menular. Program-program juga difokuskan pada kesehatan ibu dan anak, serta peningkatan kualitas layanan medis secara keseluruhan.
11. Budaya

Budaya Mongolia unik dan kaya, sangat dipengaruhi oleh gaya hidup nomaden tradisional, Buddhisme Tibet, dan sejarah panjangnya sebagai pusat kekaisaran. Meskipun modernisasi telah membawa perubahan, banyak aspek budaya tradisional tetap hidup dan beradaptasi dengan dunia kontemporer. Simbol pada palang kiri bendera nasional adalah ikon Buddha yang disebut Soyombo. Ini mewakili matahari, bulan, bintang, dan langit per simbologi kosmologis standar yang diabstraksikan dari yang terlihat pada lukisan thangka tradisional.
11.1. Gaya Hidup Tradisional

Gaya hidup nomaden pastoralis telah membentuk inti budaya Mongolia selama berabad-abad.
- Ger (Юрт):** Tempat tinggal tradisional Mongolia adalah ger (juga dikenal dengan istilah Rusia yurt). Ini adalah tenda bundar yang portabel, terbuat dari kerangka kayu dan ditutupi dengan lapisan kain felt. Desain ger sangat efisien untuk gaya hidup nomaden, mudah dibongkar, diangkut, dan dipasang kembali. Interior ger memiliki tata letak khusus dengan area untuk memasak, tidur, dan menerima tamu, serta tempat suci (biasanya di sisi utara).
- Deel (Дээл):** Pakaian tradisional Mongolia adalah deel, jubah panjang berlengan yang dikenakan oleh pria dan wanita. Deel terbuat dari berbagai bahan tergantung musim dan acara, dan seringkali diikat dengan sabuk sutra atau kulit. Desain dan hiasan deel dapat menunjukkan status sosial atau afiliasi regional.
- Nilai-Nilai Nomaden:** Kehidupan nomaden menanamkan nilai-nilai seperti kemandirian, ketahanan, keramahan, dan penghormatan yang mendalam terhadap alam. Keterikatan pada ternak (terutama kuda) dan siklus alam sangat penting. Konsep nutag (tanah air atau tempat asal) memiliki makna spiritual dan emosional yang kuat.
11.2. Seni

Seni Mongolia mencerminkan warisan budaya dan spiritualnya yang kaya.
- Musik Tradisional:**
- Khoomei (Хөөмий):** Dikenal sebagai "nyanyian tenggorokan," khoomei adalah teknik vokal unik di mana seorang penyanyi menghasilkan dua atau lebih nada secara bersamaan. Ini adalah bentuk seni yang sangat dihormati dan sering menggambarkan suara alam.
- Morin khuur (Морин хуур):** "Biola kepala kuda" adalah alat musik gesek dua senar yang menjadi simbol nasional Mongolia. Suaranya yang melankolis sering digunakan untuk mengiringi nyanyian panjang dan menceritakan kisah-kisah epik.
- Urtyn duu (Уртын дуу):** "Nyanyian panjang" adalah genre lagu rakyat yang dicirikan oleh melodi yang panjang, berornamen, dan lirik yang puitis, seringkali tentang alam, kuda, atau cinta.
- Seni Rupa:**
- Mongol zurag (Монгол зураг):** Gaya lukisan tradisional Mongolia yang sering menggambarkan tema-tema sejarah, kehidupan nomaden, lanskap, atau adegan religius. Lukisan ini dicirikan oleh detail yang halus, warna-warna cerah, dan perspektif yang unik. Sebelum abad ke-20, sebagian besar karya seni rupa di Mongolia memiliki fungsi religius, dan oleh karena itu seni rupa Mongolia sangat dipengaruhi oleh teks-teks agama. Thangka biasanya dilukis atau dibuat dengan teknik aplikasi. Patung perunggu biasanya menunjukkan dewa Buddha. Sejumlah karya besar dikaitkan dengan Jebtsundamba Khutuktu pertama, Zanabazar. Pada akhir abad ke-19, pelukis seperti "Marzan" Sharav beralih ke gaya lukisan yang lebih realistis. Di bawah Republik Rakyat Mongolia, realisme sosialis adalah gaya lukisan yang dominan, namun lukisan tradisional mirip thangka yang berhubungan dengan tema nasionalis sekuler juga populer.
- Arsitektur:** Selain ger, arsitektur biara Buddha tradisional (seperti Biara Erdene Zuu dan Biara Gandantegchinlen) menunjukkan pengaruh Tibet dan Tiongkok, yang dipadukan dengan elemen lokal. Di antara upaya pertama untuk memperkenalkan modernisme ke dalam seni rupa Mongolia adalah lukisan Ehiin setgel (Cinta ibu) yang dibuat oleh Tsevegjav pada tahun 1960-an. Seniman itu disingkirkan karena karyanya disensor. Semua bentuk seni rupa berkembang hanya setelah Perestroika pada akhir 1980-an. Otgonbayar Ershuu dapat dikatakan sebagai salah satu seniman modern Mongolia paling terkenal di dunia Barat.
- Seni Kontemporer:** Seniman Mongolia modern terus mengeksplorasi tema-tema tradisional dan kontemporer melalui berbagai media, termasuk lukisan, patung, dan instalasi. Peran seniman dalam masyarakat semakin diakui sebagai komentator sosial dan penjaga warisan budaya.
11.3. Sastra
Sastra Mongolia memiliki tradisi lisan dan tulisan yang kaya.
- Epos Lisan:** Cerita-cerita epik seperti Kisah Rahasia Bangsa Mongol (karya tulis penting yang mencatat kehidupan Jenghis Khan dan pendirian Kekaisaran Mongol) dan epos Jangar diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi sebelum akhirnya ditulis. Epos-epos ini merayakan kepahlawanan, sejarah, dan nilai-nilai budaya Mongol.
- Sastra Modern:** Sastra modern Mongolia berkembang pesat pada abad ke-20, dengan penulis-penulis seperti Dashdorjiin Natsagdorj dianggap sebagai pendiri sastra Mongolia modern. Karya-karya mereka sering mengeksplorasi tema-tema identitas nasional, perubahan sosial, dan kehidupan di bawah sosialisme. Penulis kontemporer terus menghasilkan karya-karya yang mencerminkan realitas Mongolia saat ini, memberikan ruang bagi suara-suara yang beragam, termasuk perspektif perempuan dan kelompok minoritas.
11.4. Kuliner

Masakan tradisional Mongolia sangat dipengaruhi oleh gaya hidup nomaden dan ketersediaan bahan makanan lokal, terutama daging dan produk susu.
- Daging:** Daging kambing dan domba adalah bahan utama. Hidangan populer termasuk:
- Khorkhog (Хорхог):** Daging yang dimasak dengan batu panas di dalam wadah tertutup, sering disajikan untuk acara-acara khusus.
- Buuz (Бууз):** Pangsit kukus berisi daging cincang, mirip dengan jiaozi atau manti.
- Khuushuur (Хуушуур):** Pastel goreng berisi daging.
- Produk Susu (Цагаан идээ, tsagaan idee - makanan putih):** Susu dari berbagai hewan (sapi, yak, kuda, unta, kambing, domba) diolah menjadi berbagai produk seperti:
- Aaruul (Ааруул):** Dadih susu yang dikeringkan, menjadi camilan bergizi.
- Airag (Айраг):** Susu kuda yang difermentasi, minuman beralkohol ringan yang populer.
- Mentega, keju, dan yogurt.
Aspek keberlanjutan pangan menjadi semakin penting, mengingat tantangan perubahan iklim terhadap peternakan.
11.5. Festival dan Olahraga

Festival dan olahraga tradisional memainkan peran sentral dalam kehidupan budaya Mongolia.
- Naadam (Наадам):** Festival nasional terbesar, diadakan pada bulan Juli untuk merayakan kemerdekaan. Naadam menampilkan "Tiga Permainan Pria" (Эрийн гурван наадам, Eriin gurvan naadam):
- Gulat Mongolia (Бөх, Bökh):** Gaya gulat tradisional tanpa kategori berat, di mana pegulat berusaha menjatuhkan lawan mereka.
- Panahan (Сур харваа, Sur kharvaa):** Pemanah menggunakan busur tradisional untuk menembak target dari jarak jauh.
- Pacuan Kuda (Хурдан морины уралдаан, Khurdan moriny urraldaan):** Pacuan kuda jarak jauh yang melibatkan anak-anak joki.
Partisipasi perempuan dalam panahan dan pacuan kuda semakin meningkat. Naadam bukan hanya acara olahraga tetapi juga perayaan budaya, identitas nasional, dan keterampilan tradisional.
- Olahraga Tradisional Lainnya:** Selain Naadam, olahraga seperti shagai (permainan menggunakan tulang pergelangan kaki domba) juga populer.
- Olahraga Modern:** Olahraga modern seperti bola basket, angkat besi, powerlifting, sepak bola, atletik, senam, tenis meja, jujutsu, karate, aikido, kickboxing, dan seni bela diri campuran telah menjadi populer di Mongolia. Lebih banyak pemain tenis meja Mongolia yang bersaing secara internasional. Gulat gaya bebas telah dipraktikkan sejak 1958. Tinju amatir telah dipraktikkan di Mongolia sejak 1948. Tinju profesional dimulai di Mongolia pada 1990-an. Tim nasional bola basket Mongolia menikmati beberapa keberhasilan baru-baru ini, terutama di Pesta Olahraga Asia Timur. Tim nasional sepak bola Mongolia mulai bermain lagi pada tahun 1990-an; tetapi belum lolos ke turnamen internasional besar. Liga Utama Mongolia adalah kompetisi domestik teratas. Beberapa wanita Mongolia telah berprestasi dalam menembak pistol. Pegulat sumo Mongolia Dolgorsürengiin Dagvadorj memenangkan 25 kejuaraan turnamen divisi teratas. Pada Januari 2015, Mönkhbatyn Davaajargal meraih kejuaraan divisi teratas ke-33, memberinya rekor terbanyak dalam sejarah sumo. Bandy adalah satu-satunya olahraga di mana Mongolia finis lebih tinggi dari posisi ketiga di Pesta Olahraga Musim Dingin Asia, yang terjadi pada 2011 ketika tim nasional merebut medali perak. Ulaanbaatar mengadakan maraton tahunan pada bulan Juni.
- Festival Lainnya:** Mongolia mengadakan festival tradisional lainnya sepanjang tahun. Festival Elang Emas, yang diadakan setiap tahun, menarik sekitar 400 pemburu elang dengan menunggang kuda. Festival Es dan Festival Seribu Unta adalah beberapa di antara banyak festival tradisional Mongolia lainnya.
Pemburu Kazakh di Mongolia dengan elang
11.6. Media Massa

Pers Mongolia dimulai pada tahun 1920 dengan hubungan erat dengan Uni Soviet di bawah Partai Komunis Mongolia, dengan pendirian surat kabar Unen ("Kebenaran") yang mirip dengan Pravda Soviet. Hingga reformasi pada tahun 1990-an, pemerintah memiliki kontrol ketat atas media dan mengawasi semua penerbitan, di mana tidak ada media independen yang diizinkan. Pembubaran Uni Soviet berdampak signifikan pada Mongolia, di mana negara satu partai tumbuh menjadi demokrasi multipartai, dan dengan itu, kebebasan media menjadi yang terdepan.
Undang-undang baru tentang kebebasan pers, yang dirancang dengan bantuan LSM internasional pada 28 Agustus 1998, dan diberlakukan pada 1 Januari 1999, membuka jalan bagi reformasi media. Media Mongolia saat ini terdiri dari sekitar 300 outlet cetak dan penyiaran. Sejak 2006, lingkungan media telah membaik dengan pemerintah memperdebatkan Undang-Undang Kebebasan Informasi baru, dan penghapusan afiliasi outlet media dengan pemerintah. Reformasi pasar telah menyebabkan peningkatan jumlah orang yang bekerja di media setiap tahun, bersama dengan mahasiswa di sekolah jurnalistik.
Dalam laporan Indeks Kebebasan Pers Dunia 2013, Reporters Without Borders mengklasifikasikan lingkungan media sebagai peringkat ke-98 dari 179, dengan peringkat ke-1 sebagai yang paling bebas. Pada tahun 2016, Mongolia berada di peringkat ke-60 dari 180. Menurut survei Bank Pembangunan Asia tahun 2014, 80% orang Mongolia menyebut televisi sebagai sumber informasi utama mereka.
Kebebasan pers di Mongolia telah meningkat secara signifikan sejak transisi demokrasi. Namun, tantangan seperti kepemilikan media yang terkonsentrasi, tekanan politik dan ekonomi terhadap jurnalis, serta kasus hukum terhadap media terkadang masih terjadi. Media daring dan media sosial memainkan peran yang semakin penting dalam lanskap informasi. Peran media dalam mempromosikan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi publik sangat krusial dalam masyarakat demokratis Mongolia.