1. Kehidupan Awal
Kehidupan awal Shokei Matsui ditandai dengan latar belakang kelahirannya sebagai Zainichi Korean di Jepang, serta perjalanan pendidikannya dan permulaannya dalam dunia bela diri karate.
1.1. Kelahiran dan Masa Kecil
Matsui lahir pada 15 Januari 1963 di Rumah Sakit Universitas Tokyo di Bunkyo-ku, Tokyo, Jepang. Ia adalah generasi kedua Zainichi Korean. Silsilah keluarganya menunjukkan bahwa ia merupakan generasi ke-38 dari Klan Nampyeong Mun. Setelah kelahirannya, keluarganya kemudian pindah dan menetap di Kashiwa, Prefektur Chiba.
1.2. Pendidikan dan Awal Mula Bela Diri
Pada Juni 1975, setelah Matsui masuk Sekolah Menengah Pertama Kashiwa Municipal Kashiwa, ia membaca serial manga Karate Baka Ichidai di majalah Shōnen Magazine dan mulai mengagumi Mas Oyama. Terinspirasi oleh Oyama, ia memutuskan untuk berhenti berlatih Shorinji Kempo dan bergabung dengan Dojo Cabang Kyokushin Kaikan Chiba Kita di Nagareyama yang dipimpin oleh Shigeo Kato sebagai instruktur. Pada usia 14 tahun, Matsui meraih sabuk hitam dan pertama, menjadikannya pemegang sabuk hitam termuda dalam sejarah Kyokushin pada saat itu.
Matsui juga rutin berlatih di Honbu Dojo (Dojo Pusat) dan mendapat perhatian khusus dari Terutomo Yamazaki, yang memberinya pelatihan pribadi. Di bawah arahan Yamazaki, Matsui bahkan berlatih Kumite dengan Makoto Nakamura yang saat itu sedang berada di puncak performanya. Pada April 1981, setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas Keihoku, ia masuk Universitas Chuo, Fakultas Perdagangan, Jurusan Manajemen, melalui jalur rekomendasi. Bersamaan dengan masuknya ke Universitas Chuo, ia menjadi Uchideshi (murid yang tinggal di dojo) di Kyokushin Kaikan dan masuk ke asrama Wakajishi-ryo. Namun, untuk melepaskan diri dari hukuman fisik yang tidak masuk akal dari para murid senior, ia mulai tinggal di Gym milik Kazuhiko Nagata, yang diperkenalkan oleh Koichi Kawabata. Selama periode ini, ia tinggal dan berlatih bersama Shigeru Watanabe. Selain itu, ia juga berlatih seminggu sekali di Dojo Kyokushin Kaikan Royama yang dipimpin oleh Hatsuo Royama, dan berlatih teknik-teknik yang dikembangkan oleh Hideo Nakamura dari Kendo-kai. Matsui juga belajar teknik footwork dan pukulan dari mantan petinju profesional Kazuo Yoshidome untuk meningkatkan kemampuannya dalam teknik serangan Tsuki.
2. Karier sebagai Atlet Karate
Karier Shokei Matsui sebagai atlet karate ditandai dengan serangkaian pencapaian mengesankan, termasuk kemenangan dalam turnamen nasional dan dunia, serta penyelesaian "Kumite 100 Orang" yang legendaris. Namun, perjalanannya juga dipengaruhi oleh identitasnya sebagai Zainichi Korean yang seringkali tidak diakui secara publik.
2.1. Hasil Turnamen Awal
Matsui memulai karier turnamennya dengan cepat meraih perhatian. Pada November 1980, di usia 17 tahun, ia pertama kali berkompetisi dalam Kejuaraan Karate Terbuka Seluruh Jepang ke-12 dan berhasil menempati posisi ke-4. Pada November 1981, ia meraih posisi ke-3 dalam Kejuaraan Karate Terbuka Seluruh Jepang ke-13, dan kembali menempati posisi ke-3 pada Kejuaraan yang sama ke-14 pada November 1982. Meskipun pada November 1983 ia hanya meraih posisi ke-8 di Kejuaraan Karate Terbuka Seluruh Jepang ke-15, ia menunjukkan kemampuan adaptasi dan ketahanan yang luar biasa, meskipun harus bertarung dengan dua tulang rusuk patah dalam pertarungan melawan Katsu Mitsukawa di turnamen tersebut. Pada tahun 1984, ia berhasil mencapai posisi ke-3 dalam Kejuaraan Karate Terbuka Dunia ke-3.
2.2. Kemenangan Kejuaraan Dunia dan Kumite 100 Orang
Pada November 1985, Matsui meraih kemenangan penting dalam Kejuaraan Karate Terbuka Seluruh Jepang ke-17, mengalahkan Hiroki Kurosawa di final. Pada Mei 1986, Matsui berhasil menyelesaikan 100-man kumite, sebuah ujian ketahanan dan kemampuan legendaris dalam Kyokushin Karate, ketika ia masih berperingkat dan ke-4. Pada November 1986, ia kembali memenangkan Kejuaraan Karate Terbuka Seluruh Jepang ke-18, menjadikannya juara dua kali berturut-turut setelah mengalahkan Akira Masuda di final. Dengan pencapaian ini, ia ditunjuk sebagai kapten tim Jepang yang beranggotakan 15 orang untuk Kejuaraan Karate Terbuka Dunia ke-4. Matsui juga sempat berlatih di USA Oyama Karate yang dipimpin oleh Shigeru Oyama di Amerika Serikat. Selain itu, ia berlatih teknik dasar sumo seperti Shiko, Teppo, Suriashi, dan Butsukari Keiko di Takasago Stable dan Kokonoe Stable (diperkenalkan oleh Yutaka Miyahata).
Puncaknya adalah pada 6-8 November 1987, ketika Matsui berhasil memenangkan Kejuaraan Karate Terbuka Dunia ke-4 dengan mengalahkan Andy Hug dari Swiss di final, menjadikannya juara termuda dalam sejarah turnamen tersebut.
2.3. Kebangsaan dan Identitas sebagai Zainichi Korean
Meskipun Shokei Matsui adalah juara dunia pertama yang tidak berdarah murni Jepang, Kyokushin-kaikan (faksi Matsui) secara resmi menganggap Francisco Filho, yang memenangkan Kejuaraan Dunia ke-7 pada tahun 1999, sebagai juara dunia non-Jepang pertama. Ini sebagian besar disebabkan oleh status Matsui sebagai kapten tim nasional Jepang pada saat itu dan juga karena keengganan media Jepang untuk menyoroti latar belakang Zainichi Koreanya, mengikuti kebijakan tidak tertulis untuk menghindari pembahasan asal-usul Mas Oyama sendiri.
Dalam bukunya, Ichigeki no Ken, Matsui mengungkapkan bahwa ia sebenarnya ingin berkompetisi sebagai wakil dari Korea Selatan, tetapi Sosai Oyama tidak mengizinkannya. Namun, dalam wawancara media ia menyatakan, "Saya tidak ingin membawa politik, baik dari Korea Utara maupun Korea Selatan. Posisi saya adalah sebagai wakil dari Dojo Jepang." Sikap ini menunjukkan dilema identitas yang ia hadapi. Sebuah film dokumenter tentang Matsui yang difilmkan oleh aktor Kyosuke Machida pada masa itu masih ada, tetapi belum diedit atau dirilis secara publik, menyisakan pertanyaan tentang narasi yang tidak terungkap mengenai latar belakangnya. Selama karier atletiknya, Matsui mencatat total 50 kemenangan dan 6 kekalahan dalam 56 pertandingan. Pada tahun 1984, ia bergabung dengan Zainichi Korean Student Alliance (Han Hak Dong) dan secara sengaja memilih untuk tidak mengambil kewarganegaraan Jepang. Pada periode ini, saudara perempuannya, Naomi, juga belajar di Wina, Austria.
3. Aktivitas sebagai Kancho Kyokushin Kaikan
Setelah pensiun sebagai atlet, Shokei Matsui mengambil peran penting sebagai Kancho (Direktur) Kyokushin Kaikan, menghadapi tantangan besar seperti perpecahan organisasi dan sengketa hukum, namun juga berupaya memodernisasi dan memperluas pengaruh Kyokushin di dunia bela diri.
3.1. Penerus Sosai Oyama dan Perpecahan Organisasi
Setelah pensiun sebagai atlet, Matsui diperkenalkan kepada Hideo Nakamura, Sōshu (pemimpin) Kendo-kai, melalui Hatsuo Royama. Ia juga diperkenalkan kepada Kunio Fukumoto, seorang pedagang seni dan fixer Partai Demokratik Liberal, oleh Yong-Jung Xu, Ketua Honbu Kyokushin Wilayah Kansai. Matsui kemudian bekerja sebagai asisten Fukumoto, melakukan riset dan menjadi tuan rumah bagi para anggota Parlemen Jepang, pejabat, dan pebisnis yang berkunjung ke kantor Fukumoto.
Pada 26 April 1994, Mas Oyama meninggal dunia karena kanker paru-paru. Matsui ditunjuk sebagai penerusnya berdasarkan "surat wasiat darurat" Oyama, yang dibuat oleh lima orang di Rumah Sakit Internasional St. Luke. Namun, keluarga Oyama meragukan keabsahan surat wasiat tersebut dan mengajukan gugatan hukum. Pengadilan Distrik Tokyo kemudian memutuskan bahwa surat wasiat itu tidak sah. Insiden ini memicu perpecahan organisasi besar dalam Kyokushin Kaikan, yang mengakibatkan munculnya banyak organisasi yang mengklaim sebagai penerus sah "Kyokushin Karate", seperti faksi yang dipimpin oleh Kenji Midori dan Yoshikazu Matsushima.
Matsui juga mendaftarkan nama "International Karate Organization Kyokushin Kaikan" sebagai merek dagang atas namanya sendiri (Moon Jang-gyu) dan mendirikan International Karate Organization Kyokushin-kaikan (corporation) (Kabushiki-gaisha Kokusai Karatedo Renmei Kyokushin Kaikan). Namun, kepemilikan merek dagang ini dipermasalahkan dalam sengketa hukum dengan faksi-faksi Kyokushin lainnya. Akibatnya, antara tahun 2009 dan 2010, merek dagang tersebut dialihkan ke Keluarga Oyama (Kyokushin Kaikan Soke).
Pada 5 April 1995, faksi Shihanchokyo-kai yang dipimpin oleh Keiji Sanpei mengajukan mosi untuk memberhentikan Matsui sebagai Kancho dalam sebuah pertemuan ketua cabang nasional, yang menyebabkan perpecahan lebih lanjut (kemudian membentuk Shin Kyokushinkai). Untuk mengelola organisasi yang baru, dibentuklah Honbu Umum dengan Masanori Yamada sebagai Ketua, Shikyasu Hamai sebagai Wakil Ketua, Yuzo Goda sebagai Penasihat Tertinggi, dan Hatsuo Royama sebagai Pembantu.
3.2. Manajemen Organisasi dan Aktivitas Utama
Setelah menjabat sebagai Kancho, Matsui kembali ke Kyokushin Kaikan pada tahun 1991 dan membuka Dojo Asakusa yang berada di bawah kendali langsung Honbu (Dojo Pusat). Instruktor di dojo tersebut adalah Nobuyuki Kamio dan Kazuyoshi Murakoshi. Pada tahun 1993, ia diangkat sebagai Ketua Komite Pembangunan Gedung Kaikan Baru Kyokushin Kaikan yang kedua.
Pada tahun 1996, Matsui berdiskusi dengan Masao Dema dari Fuji Television dan Kazuyoshi Ishii dari Seidokaikan mengenai partisipasi dalam turnamen K-1. Dari diskusi tersebut, disepakati bahwa Francisco Filho akan mewakili Kyokushin Kaikan dalam K-1.
Pada Oktober 2005, Matsui membuka "Ichigeki PLAZA" di Ebisu, Shibuya, sebuah fasilitas yang beroperasi selama sekitar 10 tahun sebelum ditutup. Pada Agustus 2015, fasilitas ini dibuka kembali di Daikanyama dengan nama "Flux Conditionings", sebuah pusat pelatihan komprehensif baru yang diproduksi oleh tokoh-tokoh seperti Kosuke Kitajima dan Kashiwa Sato.
3.3. Interaksi dan Kolaborasi dengan Organisasi Lain
Pada tahun 1998, Matsui secara resmi mulai berlatih Daito-ryu Aiki-jujutsu, terinspirasi oleh buku karya Tatsuo Kimura. Pada tahun 2004, ia dianugerahi peringkat dan ke-2 dalam Daito-ryu Aiki-jujutsu.
Pada 16 April 2015, di Gedung Karate-Do Jepang di Koto-ku, Tokyo, sebuah nota kesepahaman ditandatangani antara Japan Karatedo Federation (JKF) dan International Karate Organization Kyokushin Kaikan (faksi Matsui). Kesepakatan ini bertujuan untuk membentuk hubungan persahabatan dan kerja sama dalam upaya memasukkan Karate sebagai cabang olahraga resmi di Olimpiade Musim Panas 2020 di Tokyo. Pada 25 September 2015, Kyokushin Kaikan juga mengumumkan pembentukan hubungan persahabatan dengan enam organisasi karate full-contact lainnya, menyatakan dukungan mereka terhadap kampanye JKF untuk mengintegrasikan karate ke dalam Olimpiade Tokyo.
3.4. Perubahan Nama
Pada 15 Januari 2016, bertepatan dengan ulang tahunnya, Matsui mengumumkan perubahan satu karakter Kanji dalam nama aktivitasnya. Karakter '圭' (Kei) diubah menjadi '奎' (Kei), yang secara visual mengintegrasikan karakter '大' (Dai atau Ō, berarti 'besar' atau 'hebat') di atas '圭'. Perubahan ini dimaksudkan untuk menghormati dan menyimbolkan warisan Sosai Mas Oyama dalam namanya, sehingga namanya menjadi Matsui Shokei (松井 章奎).
3.5. Masalah Keuangan dan Hukum
Pada 10 November 2011, harian Nikkei melaporkan bahwa Biro Perpajakan Regional Tokyo telah menjatuhkan denda sebesar 3.00 B JPY (termasuk pajak penalti atas kekurangan pelaporan) kepada Kancho Shokei Matsui. Denda ini terkait dengan kesalahan klasifikasi pendapatan dari biaya keberhasilan akuisisi perusahaan yang melibatkan Goodwill Group, sebuah perusahaan penyedia tenaga kerja.
Pada Mei 2023, Matsui kembali menghadapi masalah hukum ketika Biro Tenaga Kerja Tokyo secara terbuka mengumumkan bahwa gym yang dikelolanya secara tidak sah menerima subsidi penyesuaian ketenagakerjaan dan subsidi stabilitas ketenagakerjaan darurat. Matsui dinyatakan telah mengajukan dokumen palsu, mengklaim gym tersebut tutup karena dampak COVID-19 meskipun sebenarnya tidak. Jumlah total yang diterima secara ilegal adalah 31.46 M JPY dari subsidi penyesuaian ketenagakerjaan dan 278.42 K JPY dari subsidi stabilitas ketenagakerjaan darurat. Seluruh dana tersebut telah dikembalikan sepenuhnya.
4. Filosofi dan Ideologi
Filosofi bela diri Shokei Matsui dan keyakinan pendidikannya sangat dipengaruhi oleh pengalamannya sebagai atlet dan pemimpin organisasi. Menurut Hoo-sun Jang, Matsui dinilai memiliki "signifikansi sosial yang besar" karena selama karier aktifnya, ia secara terbuka mengungkapkan etnisnya dan berprestasi, serta kini sebagai Kancho Kyokushin Kaikan, ia mengajarkan pentingnya etiket dan budi pekerti yang mulai hilang di masyarakat Jepang.
Sebagai seorang petarung, Matsui dikenal dengan teknik Awase Waza (teknik kombinasi), Jodan Mawashi Geri (tendangan memutar tinggi), dan Ushiro Mawashi Geri (tendangan memutar ke belakang). Kemampuannya yang luar biasa membuat Mas Oyama memujinya sebagai "seseorang yang muncul sekali dalam 30, 50, atau setengah abad." Hal ini menunjukkan pengakuan Oyama terhadap bakat dan dedikasi Matsui yang luar biasa dalam karate.
5. Karya Tulis
Shokei Matsui telah menulis beberapa buku yang membahas filosofi dan pengalamannya dalam Kyokushin Karate. Berikut adalah daftar karya utamanya:
- Kyokushin Karate Waga Nensho no Toki (極真カラテ 我が燃燒の瞬間〈とき〉) (Ikeda Shoten, Desember 1991)
- Dōtai Shisei (動体姿勢) (ditulis bersama Satoru Yamane, Baseball Magazine Sha, April 1997)
- Kyokushin Aratanaru Ayumi (極真新たなる歩み) (People Sha, Desember 1998)
- Ichigeki no Ken Matsui Shokei (一撃の拳 松井章圭) (oleh Futoshi Kitano, Kodansha, 1 April 2005)
6. Penilaian dan Warisan
Penilaian terhadap Shokei Matsui dan warisannya mencakup aspek positif yang diakui atas kontribusinya terhadap Kyokushin Karate, namun juga kritik dan kontroversi yang mengiringi kepemimpinannya dalam organisasi.
6.1. Penilaian Positif
Mas Oyama, pendiri Kyokushin, memiliki penilaian yang sangat tinggi terhadap Matsui, menggambarkannya sebagai "seseorang yang muncul sekali dalam 30, 50, atau setengah abad," sebuah pujian yang menandakan kehebatan dan bakat luar biasa Matsui sebagai seniman bela diri. Hoo-sun Jang, seorang tokoh terkemuka, juga memuji Matsui, menyatakan bahwa "selama karier aktifnya, ia dengan bangga mengungkapkan etnisnya dan berprestasi, dan kini sebagai Kancho Kyokushin Kaikan, ia mengajarkan pentingnya etiket dan bakti kepada orang tua, nilai-nilai yang mulai hilang di Jepang." Penilaian ini menyoroti peran penting Matsui dalam memperkenalkan nilai-nilai moral dan etika dalam bela diri, selain pencapaian atletiknya. Kemampuannya yang istimewa dalam Awase Waza, Jodan Mawashi Geri, dan Ushiro Mawashi Geri juga menjadi bukti keunggulannya di masa aktifnya.
6.2. Kritik dan Kontroversi
Meskipun memiliki banyak pencapaian, kepemimpinan Shokei Matsui sebagai Kancho Kyokushin Kaikan juga tidak luput dari kritik dan kontroversi yang signifikan. Salah satu isu paling menonjol adalah perpecahan organisasi Kyokushin setelah kematian Mas Oyama. Meskipun Matsui ditunjuk sebagai penerus melalui surat wasiat darurat, keabsahan wasiat tersebut digugat dan akhirnya dinyatakan tidak sah oleh pengadilan, yang memicu fragmentasi Kyokushin menjadi berbagai faksi. Matsui juga sempat mendaftarkan nama "International Karate Organization Kyokushin Kaikan" sebagai merek dagang atas nama pribadinya dan mendirikan perusahaan, yang kemudian menjadi subjek sengketa hukum dan akhirnya dialihkan kepemilikannya kepada Keluarga Oyama.
Selain itu, Matsui juga terlibat dalam masalah keuangan dan hukum. Ia pernah dikenakan denda pajak sebesar 3.00 B JPY oleh Biro Perpajakan Regional Tokyo terkait akuisisi Goodwill Group. Lebih lanjut, ia juga menghadapi tuduhan penipuan subsidi ketenagakerjaan, di mana gym miliknya dituduh mengajukan klaim palsu untuk dana bantuan pandemi COVID-19 meskipun tidak memenuhi syarat. Meskipun dana tersebut telah dikembalikan sepenuhnya, insiden ini merusak reputasinya. Kontroversi-kontroversi ini mencerminkan tantangan besar dalam manajemen organisasi Kyokushin di bawah kepemimpinannya, serta isu-isu integritas yang menjadi sorotan publik.
7. Daftar Hasil Turnamen
Berikut adalah daftar hasil turnamen utama yang diikuti oleh Shokei Matsui selama karier atletiknya:
Tahun | Turnamen | Posisi |
---|---|---|
1980 | Kejuaraan Karate Terbuka Seluruh Jepang ke-12 | Ke-4 |
1981 | Kejuaraan Karate Terbuka Seluruh Jepang ke-13 | Ke-3 |
1982 | Kejuaraan Karate Terbuka Seluruh Jepang ke-14 | Ke-3 |
1983 | Kejuaraan Karate Terbuka Seluruh Jepang ke-15 | Ke-8 |
1984 | Kejuaraan Karate Terbuka Dunia ke-3 | Ke-3 |
1985 | Kejuaraan Karate Terbuka Seluruh Jepang ke-17 | Juara 1 |
1986 | Kejuaraan Karate Terbuka Seluruh Jepang ke-18 | Juara 1 |
1987 | Kejuaraan Karate Terbuka Dunia ke-4 | Juara 1 |
Total rekor Matsui dalam 56 pertandingan adalah 50 kemenangan dan 6 kekalahan.