1. Early Life and Education
Stephen Walt memiliki latar belakang keluarga akademisi dan guru, serta menempuh perjalanan pendidikan yang beragam dari ilmu alam hingga hubungan internasional.
1.1. Childhood and Upbringing
Walt lahir di Los Alamos, New Mexico, pada tanggal 2 Juli 1955. Ayahnya adalah seorang fisikawan yang bekerja di Laboratorium Nasional Los Alamos, dan ibunya adalah seorang guru. Keluarganya pindah ke Bay Area saat Walt berusia sekitar delapan bulan, dan ia dibesarkan di Los Altos Hills, California.
1.2. Education
Walt memulai studi sarjananya di Universitas Stanford. Awalnya, ia mengambil jurusan kimia dengan tujuan menjadi seorang biokimiawan, namun kemudian beralih ke sejarah dan akhirnya ke hubungan internasional. Setelah meraih gelar BA, Walt melanjutkan studi pascasarjana di Universitas California, Berkeley. Ia memperoleh gelar MA dalam ilmu politik pada tahun 1978 dan gelar PhD dalam ilmu politik pada tahun 1983. Disertasi doktornya, The Origins of Alliances, mengemukakan bahwa keseimbangan ancaman memainkan peran yang lebih besar dalam pembentukan aliansi daripada keseimbangan kekuatan.
2. Career
Karier Stephen Walt mencakup posisi mengajar dan administratif di beberapa universitas terkemuka di Amerika Serikat, serta keterlibatan aktif dalam berbagai forum dan organisasi profesional.
2.1. Academic Career
Setelah meraih gelar doktor, Walt mengajar di Universitas Princeton dan Universitas Chicago. Di Universitas Chicago, ia menjabat sebagai kepala Divisi Kolegiat Ilmu Sosial dan wakil dekan ilmu sosial. Sejak tahun 2015, ia memegang jabatan Profesor Robert dan Renee Belfer dalam Urusan Internasional di Harvard Kennedy School, bagian dari Universitas Harvard.
2.2. Other Professional Activities
Pada Mei 2005, Walt terpilih sebagai anggota American Academy of Arts and Sciences. Ia juga aktif dalam berbagai forum publik dan memberikan ceramah di berbagai institusi. Pada tahun 2010, ia berbicara di Saltzman Institute of War and Peace Studies di Universitas Columbia dengan topik "Realisme dan Strategi Agung Amerika: Kasus Keseimbangan Lepas Pantai". Pada tahun 2012, Walt berpartisipasi dalam panel di konferensi solusi satu negara di Kennedy School. Ia juga memberikan ceramah di Clark University pada April 2013 dan di College of William & Mary pada Oktober 2013 dengan judul "Mengapa Kebijakan Luar Negeri AS Terus Gagal." Selain itu, ia menyampaikan Kuliah F. H. Hinsley tahun 2013 di Universitas Cambridge.
Walt juga pernah menjabat sebagai ilmuwan tamu di The Brookings Institution pada tahun 1988 dan rekan di Carnegie Endowment for International Peace pada tahun 1986-1987. Ia merupakan anggota dewan redaksi untuk jurnal World Politics dari tahun 1985 hingga 1989 dan anggota dewan direksi Bulletin of the Atomic Scientists dari tahun 1992 hingga 2001.
3. Academic Contributions and Theories
Stephen Walt adalah seorang pemikir terkemuka dalam studi hubungan internasional, terutama dalam aliran realisme, dan telah mengembangkan beberapa teori penting yang memengaruhi pemahaman tentang pembentukan aliansi dan dinamika konflik.
3.1. Realism and Neorealism
Walt adalah anggota dari aliran realisme dalam studi hubungan internasional. Ia telah memberikan kontribusi penting pada teori neorealisme, sebuah cabang realisme yang menekankan struktur sistem internasional sebagai penentu utama perilaku negara. Dalam pandangannya, negara-negara beroperasi dalam sistem anarki dan dipaksa untuk mengejar keamanan melalui keseimbangan kekuatan.
3.2. Balance of Threat Theory
Salah satu kontribusi teoritis Walt yang paling signifikan adalah pengembangan teori keseimbangan ancaman. Teori ini merupakan modifikasi dari teori "keseimbangan kekuatan" yang disempurnakan oleh neorealis Kenneth Waltz. Walt mendefinisikan ancaman berdasarkan empat faktor utama:
- Kekuatan agregat: Jumlah total kekuatan militer, ekonomi, dan demografi suatu negara.
- Kedekatan geografis: Seberapa dekat suatu negara dengan sumber ancaman potensial.
- Kekuatan ofensif: Kemampuan suatu negara untuk memproyeksikan kekuatan militer melampaui perbatasannya.
- Niat agresif: Persepsi tentang tujuan dan niat suatu negara, apakah dianggap mengancam atau tidak.
Menurut teori ini, negara-negara cenderung menyeimbangkan diri terhadap ancaman, bukan hanya terhadap kekuatan. Artinya, negara-negara akan membentuk aliansi untuk melawan negara yang dianggap paling mengancam, bahkan jika negara tersebut tidak memiliki kekuatan militer terbesar secara absolut.
3.3. Alliance Formation Theory
Dalam bukunya The Origins of Alliances, Walt menganalisis cara-cara aliansi dibentuk dan berpendapat bahwa pembentukan aliansi didorong oleh persepsi ancaman, bukan hanya keseimbangan kekuatan. Ia mengusulkan perubahan mendasar dalam konsepsi sistem aliansi yang ada, menyoroti bahwa negara-negara cenderung bersekutu dengan pihak yang dapat membantu mereka menyeimbangkan ancaman yang paling mendesak.
3.4. Revolution and War Theory
Karya Walt, Revolution and War, menguji hubungan antara revolusi dan konflik bersenjata. Buku ini mengungkap kelemahan dalam teori-teori yang ada mengenai hubungan tersebut melalui studi kasus yang mendalam. Ia menganalisis secara rinci Revolusi Prancis, Revolusi Rusia, dan Revolusi Iran, serta memberikan tinjauan singkat tentang Revolusi Amerika Serikat, Revolusi Meksiko, Revolusi Turki, dan Revolusi Tiongkok. Analisisnya menunjukkan bagaimana perubahan internal yang drastis dalam suatu negara dapat memicu konflik eksternal.
4. Major Books and Publications
Stephen Walt telah menulis dan ikut menulis beberapa buku seminal serta menerbitkan banyak artikel berpengaruh yang membentuk perdebatan dalam studi hubungan internasional dan kebijakan luar negeri.
4.1. Books
Buku-buku utama yang ditulis atau ikut ditulis oleh Stephen Walt meliputi:
4.1.1. The Origins of Alliances
Diterbitkan pada tahun 1987, buku ini merupakan hasil dari disertasi doktor Walt. Buku ini menganalisis pembentukan aliansi, berpendapat bahwa negara-negara membentuk aliansi bukan hanya berdasarkan keseimbangan kekuatan, tetapi lebih pada keseimbangan ancaman. Ini adalah karya fundamental yang mengubah pemahaman tentang dinamika aliansi dalam sistem internasional.
4.1.2. Revolution and War
Buku tahun 1996 ini mengkaji hubungan kompleks antara revolusi dan perang. Walt menganalisis bagaimana revolusi internal dapat memicu konflik eksternal, dengan studi kasus terperinci tentang Revolusi Prancis, Revolusi Rusia, dan Revolusi Iran, serta tinjauan singkat tentang Revolusi Amerika Serikat, Revolusi Meksiko, Revolusi Turki, dan Revolusi Tiongkok.
4.1.3. Taming American Power
Diterbitkan pada tahun 2005, buku ini memberikan kritik mendalam terhadap strategi Amerika Serikat dari perspektif para penentangnya. Walt berpendapat bahwa Amerika Serikat perlu menyesuaikan posisinya yang dominan agar lebih dapat diterima secara internasional, dengan menggunakan kekuatan militer secara hemat, mendorong kerja sama yang lebih besar dengan sekutu utama, dan membangun kembali citra internasionalnya yang runtuh. Anatol Lieven menyebut buku ini sebagai "kontribusi yang brilian bagi perdebatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat."
4.1.4. The Israel Lobby and U.S. Foreign Policy
Ditulis bersama John Mearsheimer dan diterbitkan pada tahun 2007 (berdasarkan makalah kerja dan artikel tahun 2006), buku ini menganalisis pengaruh lobi pro-Israel terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Buku ini mendefinisikan lobi Israel sebagai "koalisi longgar individu dan organisasi yang secara aktif bekerja untuk mengarahkan kebijakan luar negeri AS ke arah pro-Israel." Mearsheimer dan Walt berpendapat bahwa "apa yang diinginkan lobi Israel, terlalu sering terwujud." Publikasi ini memicu liputan media yang luas dan kontroversi signifikan di seluruh dunia.
4.1.5. The Hell of Good Intentions
Buku ini, dengan judul lengkap The Hell of Good Intentions: America's Foreign Policy Elite and the Decline of U.S. Primacy, diterbitkan pada 16 Oktober 2018. Dalam karya ini, Walt menyajikan pandangannya tentang peran elit kebijakan luar negeri AS dalam penurunan supremasi Amerika, mengkritik pendekatan yang didasarkan pada niat baik tetapi seringkali menghasilkan konsekuensi yang merugikan.
4.2. Key Papers and Articles
Selain buku-bukunya, Stephen Walt telah menerbitkan banyak artikel penting di jurnal akademik dan publikasi terkemuka, yang mencakup berbagai topik kebijakan luar negeri dan teori hubungan internasional. Beberapa di antaranya meliputi:
- "Alliance Formation and the Balance of World Power" (1985)
- "Testing Theories of Alliance Formation: The Case of Southwest Asia" (1988)
- "The Case for Finite Containment: Analyzing U.S. Grand Strategy" (1989)
- "The Renaissance of Security Studies" (1991)
- "Revolution and War" (1992)
- "Why Alliances Endure or Collapse" (1997)
- "International Relations: One World, Many Theories" (1998)
- "Rigor or Rigor Mortis?: Rational Choice and Security Studies" (1999)
- "Beyond bin Laden: Reshaping U.S. Foreign Policy" (2001)
- "The Relationship between Theory and Policy in International Relations" (2005)
5. Foreign Policy and International Relations Analysis
Stephen Walt dikenal karena analisisnya yang tajam dan seringkali kritis terhadap berbagai isu kebijakan luar negeri, kekuatan global, dan dinamika regional, terutama yang berkaitan dengan peran Amerika Serikat di dunia.
5.1. American Power and Foreign Policy Criticism
Walt adalah seorang kritikus vokal terhadap intervensi militer Amerika Serikat dan bias yang ia lihat dalam lembaga kebijakan luar negeri AS menuju kebijakan yang lebih aktivis. Pada peringatan 20 tahun Perang Irak, ia mengkarakterisasi "tatanan dunia berbasis aturan" sebagai "serangkaian aturan yang kami [AS] memiliki peran besar dalam penulisannya, dan tentu saja yang kami anggap bebas untuk dilanggar kapan pun tidak nyaman bagi kami untuk mengikutinya."
Dalam artikel komprehensif tahun 2005 berjudul "Taming American Power", Walt berpendapat bahwa AS harus "membuat posisi dominannya dapat diterima oleh pihak lain-dengan menggunakan kekuatan militer secara hemat, dengan mendorong kerja sama yang lebih besar dengan sekutu utama, dan, yang terpenting, dengan membangun kembali citra internasionalnya yang runtuh." Ia mengusulkan agar AS "melanjutkan peran tradisionalnya sebagai 'penyeimbang lepas pantai'", untuk campur tangan "hanya jika benar-benar diperlukan", dan untuk menjaga "kehadiran militernya sekecil mungkin." Dalam artikel akhir tahun 2011 untuk The National Interest, "The End of the American Era", Walt menulis bahwa AS kehilangan posisinya sebagai dominasi dunia.
Dalam pidatonya tahun 2013 kepada Norwegian Institute for Defence Studies, "Why does US foreign policy keep failing?", Walt melihat "bias yang luar biasa di antara lembaga kebijakan luar negeri AS menuju kebijakan luar negeri yang aktivis" dan "kecenderungan untuk melebih-lebihkan ancaman, mencatat bahwa kemungkinan disambar petir jauh lebih besar sejak 2001 daripada kematian akibat serangan teroris." Ia juga mengkarakterisasi AS sebagai negara yang kurang "keterampilan dan kehalusan diplomatik" dan menyarankan negara-negara Eropa "untuk memikirkan diri mereka sendiri dan tidak bergantung pada AS untuk panduan atau nasihat dalam menyelesaikan masalah keamanan mereka." Pada akhirnya, ia berpendapat bahwa "Amerika Serikat tidak cukup terampil untuk menjalankan dunia."
Pada tahun 2013, Walt mempertanyakan mengapa orang Amerika "begitu bersedia membayar pajak untuk mendukung lembaga keamanan nasional yang melingkupi dunia, namun begitu enggan membayar pajak untuk memiliki sekolah, perawatan kesehatan, jalan, jembatan, kereta bawah tanah, taman, museum, perpustakaan, dan semua atribut lain dari masyarakat yang kaya dan sukses yang lebih baik?" Ia mengatakan bahwa pertanyaan itu sangat membingungkan mengingat "Amerika Serikat adalah kekuatan paling aman dalam sejarah dan akan tetap sangat aman kecuali terus mengulangi kesalahan dekade terakhir ini."
5.2. Analysis of Specific Regions and Countries
Walt telah memberikan analisis mendalam mengenai situasi geopolitik dan kebijakan luar negeri di berbagai kawasan dan negara kunci, seringkali menyoroti dinamika kekuatan dan implikasinya bagi strategi AS.
5.2.1. Europe
Pada tahun 1998, Walt menulis bahwa "kekuatan struktural yang dalam" mulai "menarik Eropa dan Amerika terpisah." Namun, ia berpendapat bahwa NATO harus dipertahankan karena empat area utama di mana kerja sama erat sangat bermanfaat bagi kepentingan Eropa dan Amerika:
- Mengalahkan terorisme internasional: Walt melihat perlunya kerja sama antara Eropa dan Amerika Serikat dalam mengelola jaringan teroris dan menghentikan aliran uang ke sel-sel teror.
- Membatasi penyebaran senjata pemusnah massal: Walt berpendapat bahwa upaya anti-proliferasi paling berhasil ketika Eropa dan AS bekerja sama untuk membawa material nuklir yang tidak terkontrol ke dalam pengawasan yang bertanggung jawab. Ia mengutip kasus kesediaan Libya untuk meninggalkan program fisi nuklirnya setelah ditekan secara multilateral sebagai bukti hal ini.
- Mengelola ekonomi dunia: Menurunkan hambatan perdagangan dan investasi, terutama antara AS dan Uni Eropa, akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Perbedaan mencolok dalam kebijakan perdagangan terutama berasal dari area kebijakan pertanian.
- Menangani negara-negara yang gagal: Negara-negara yang gagal adalah tempat berkembang biaknya gerakan anti-Barat. Mengelola negara-negara yang gagal seperti Afganistan, Bosnia, dan Somalia memerlukan respons multinasional karena AS tidak memiliki kekayaan yang cukup untuk memodernisasi dan membangun kembali negara-negara ini sendirian. Dalam area ini, sekutu Eropa sangat diinginkan karena mereka memiliki lebih banyak pengalaman dalam menjaga perdamaian dan "pembangunan bangsa."
5.2.2. Eastern Europe and Russia
Pada tahun 2015, setahun setelah Rusia menginvasi Krimea, Walt menulis bahwa memperluas undangan keanggotaan NATO ke negara-negara di bekas blok Soviet adalah "tujuan yang berbahaya dan tidak perlu" dan bahwa Ukraina seharusnya menjadi "negara penyangga netral selamanya." Ia lebih lanjut berpendapat bahwa, meskipun pemerintahan Barack Obama telah menahan diri untuk tidak mempersenjatai Ukraina, melakukannya akan menjadi "resep untuk konflik yang lebih panjang dan merusak." Pemerintahan Obama menghindari mempersenjatai Ukraina selama masa jabatannya, sejalan dengan strategi Walt, tetapi pemerintahan Donald Trump membuat Rusia marah dengan menyetujui rencana untuk menyediakan rudal anti-tank pada tahun 2017.
5.2.3. Middle East
Pada Desember 2012, Walt menyatakan bahwa "jalur terbaik Amerika di Timur Tengah adalah bertindak sebagai 'penyeimbang lepas pantai': siap untuk campur tangan jika keseimbangan kekuatan terganggu, tetapi sebaliknya menjaga jejak militer kami tetap kecil." Ia juga berpendapat bahwa AS harus memiliki "hubungan normal dengan negara-negara seperti Israel dan Arab Saudi, alih-alih 'hubungan khusus' yang kontraproduktif yang kita miliki saat ini." Sebuah artikel oleh Walt berjudul "What Should We Do if the Islamic State Wins? Live with it." muncul pada 10 Juni 2015, di majalah Foreign Policy. Ia menjelaskan pandangannya bahwa Negara Islam tidak mungkin tumbuh menjadi kekuatan dunia yang berjangka panjang.
Pada November 2013, Walt mengatakan, "Orang Amerika sering lupa betapa amannya Amerika Serikat, terutama dibandingkan dengan negara-negara lain," berkat kekuatan, sumber daya, dan geografinya, dan dengan demikian "secara rutin melebih-lebihkan ancaman kecil. Maksud saya: Iran memiliki anggaran pertahanan sekitar 10.00 B USD... namun kami berhasil meyakinkan diri sendiri bahwa Iran adalah Ancaman yang Sangat Serius bagi kepentingan vital AS. Sama halnya dengan kekhawatiran konstan tentang kekuatan-kekuatan kecil seperti Suriah, Korea Utara, Libya di bawah Muammar al-Qaddafi, dan apa yang disebut 'negara-negara nakal' lainnya." Oleh karena itu, apa pun yang terjadi di Timur Tengah, "Amerika Serikat hampir pasti dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dan baik-baik saja."
5.2.4. China
Walt mengemukakan bahwa penyeimbangan lepas pantai adalah strategi yang paling diinginkan untuk menghadapi Tiongkok. Pada tahun 2011, Walt berpendapat bahwa Tiongkok akan berusaha untuk mendapatkan hegemoni regional dan lingkup pengaruh yang luas di Asia, yang sebanding ukurannya dengan posisi AS di Belahan Bumi Barat. Jika itu terjadi, ia memprediksi bahwa Tiongkok akan cukup aman di daratan untuk memberikan perhatian lebih pada pembentukan peristiwa yang menguntungkan di daerah-daerah yang jauh. Karena Tiongkok miskin sumber daya, kemungkinan besar akan bertujuan untuk menjaga jalur laut vital di daerah-daerah seperti Teluk Persia. Dalam wawancara Desember 2012, Walt mengatakan bahwa "Amerika Serikat tidak membantu tujuannya sendiri dengan melebih-lebihkan kekuatan Tiongkok. Kita tidak boleh mendasarkan kebijakan kita hari ini pada apa yang mungkin akan menjadi Tiongkok dua puluh atau tiga puluh tahun ke depan."
5.3. Major Events and Controversies
Sepanjang kariernya, Stephen Walt telah terlibat dalam beberapa peristiwa dan kontroversi signifikan yang menarik perhatian publik dan akademis.
5.3.1. The Israel Lobby Controversy
Pada Maret 2006, John Mearsheimer dan Walt, yang saat itu menjabat sebagai dekan akademik Harvard Kennedy School, menerbitkan makalah kerja berjudul "The Israel Lobby and U.S. Foreign Policy", serta sebuah artikel berjudul "The Israel Lobby" di London Review of Books. Kedua karya ini membahas efek negatif dari "kekuatan lobi Israel yang tak tertandingi." Mereka mendefinisikan lobi Israel sebagai "koalisi longgar individu dan organisasi yang secara aktif bekerja untuk mengarahkan kebijakan luar negeri AS ke arah pro-Israel." Mearsheimer dan Walt berpendapat bahwa "apa yang diinginkan lobi Israel, terlalu sering terwujud."
Artikel-artikel tersebut, serta buku terlaris yang kemudian dikembangkan oleh Walt dan Mearsheimer, menghasilkan liputan media yang luas di seluruh dunia. Christopher Hitchens mengkritik karya tersebut, berpendapat bahwa Walt dan Mearsheimer adalah bagian dari "aliran yang pada dasarnya berharap perang melawan jihadisme tidak pernah dimulai," dan bahwa "keinginan telah menggiring mereka untuk salah mengkarakterisasi asal-usul masalah secara serius." Namun, mantan duta besar AS Edward Peck menulis bahwa "tsunami" tanggapan yang mengutuk laporan tersebut justru membuktikan keberadaan lobi tersebut dan bahwa "pendapat berbeda tentang biaya dan manfaat jangka panjang bagi kedua negara, tetapi pandangan lobi tentang kepentingan Israel telah menjadi dasar kebijakan Timur Tengah AS."
5.3.2. The Edward Snowden Case
Pada Juli 2013, Walt berpendapat bahwa Presiden Obama harus memberikan Edward Snowden pengampunan segera. Walt menulis bahwa "motif Snowden terpuji: ia percaya sesama warga negara harus tahu bahwa pemerintah mereka melakukan program pengawasan rahasia yang luas cakupannya, diawasi dengan buruk, dan mungkin tidak konstitusional. Ia benar." Walt menyarankan bahwa sejarah "mungkin akan lebih baik kepada Tuan Snowden daripada para pengejarnya, dan namanya suatu hari nanti mungkin akan dihubungkan dengan pria dan wanita pemberani lainnya-Daniel Ellsberg, Martin Luther King Jr., Mark Felt, Karen Silkwood dan seterusnya-yang tindakan pembangkangan berprinsipnya sekarang banyak dikagumi."
6. Personal Life
Stephen Walt menikah dengan Rebecca E. Stone. Rebecca E. Stone pernah mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Massachusetts dalam pemilihan tahun 2018. Mereka memiliki dua orang anak.
7. Titles and Positions
Berikut adalah daftar jabatan dan posisi yang pernah dipegang oleh Stephen Walt sepanjang kariernya:
- 1999-sekarang - Profesor Belfer Hubungan Internasional, Harvard Kennedy School, Universitas Harvard
- 2002-2006 - Dekan Akademik, Harvard Kennedy School, Universitas Harvard
- Januari 2000 - Profesor Tamu Studi Strategis, Institute for Defense and Security Studies, Universitas Teknologi Nanyang, Singapura
- 1996-1999 - Universitas Chicago, Wakil Dekan Ilmu Sosial
- 1995-1999 - Universitas Chicago, Profesor
- 1992-2001 - Anggota Dewan Direksi Bulletin of the Atomic Scientists
- 1989-1995 - Universitas Chicago, Profesor Madya
- 1988 - Ilmuwan Tamu di The Brookings Institution
- 1986-1987 - Rekan di Carnegie Endowment for International Peace
- 1985-1989 - Anggota Dewan Redaksi World Politics
- 1984-1989 - Asisten Profesor, Woodrow Wilson School, Universitas Princeton
- 1981-1984 - Peneliti di Center for Science and International Affairs, Universitas Harvard
- 1978-1982 - Staf di Center for Naval Analyses
8. Assessment and Impact
Karya-karya Stephen Walt telah memberikan dampak signifikan dalam studi hubungan internasional, meskipun juga memicu kritik dan kontroversi, terutama karena pandangannya yang tidak konvensional terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
8.1. Academic Impact
Teori-teori dan publikasi Walt, khususnya teori keseimbangan ancaman dan kontribusinya pada neorealisme, telah sangat memengaruhi bidang studi hubungan internasional dan keamanan global. Karyanya telah mendorong para akademisi untuk mempertimbangkan faktor-faktor selain kekuatan murni dalam menganalisis pembentukan aliansi dan perilaku negara. Buku-bukunya sering menjadi referensi penting dalam kurikulum hubungan internasional, dan ia diakui sebagai salah satu pemikir realis terkemuka di era pasca-Perang Dingin.
8.2. Criticism and Controversies
Walt telah menghadapi kritik, terutama terkait pandangannya tentang isu-isu sensitif seperti pengaruh lobi Israel dan kebijakan luar negeri AS. Kontroversi terbesar muncul dari bukunya The Israel Lobby and U.S. Foreign Policy, yang memicu perdebatan sengit tentang peran lobi dalam membentuk kebijakan AS di Timur Tengah. Meskipun ia dan Mearsheimer membela karya mereka sebagai analisis akademis, mereka dituduh melebih-lebihkan pengaruh lobi dan bahkan dituduh memiliki bias.
Selain itu, pandangannya tentang Libya setelah kunjungannya pada tahun 2010 juga menuai kritik. Ia dikritik oleh David E. Bernstein karena menerima dana dari pemerintah Libya dan menulis apa yang disebut "artikel promosi" tentang kunjungannya, yang dianggap ironis mengingat kritiknya terhadap lobi Israel. Martin Peretz juga mengejek Walt karena memuji Libya di bawah rezim Muammar al-Qaddafi sebagai tempat yang "beradab" setelah kunjungan singkat. Kritik-kritik ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh para akademisi yang menganalisis isu-isu kebijakan luar negeri yang sangat sensitif dan seringkali terpolarisasi.
9. External Links
- [https://www.hks.harvard.edu/faculty/stephen-walt Profil Walt di Universitas Harvard]
- [https://foreignpolicy.com/author/stephen-m-walt/ Artikel Walt di ForeignPolicy.com]
- [https://apps.hks.harvard.edu/faculty/cv/StephenWalt.pdf Publikasi Walt - teks lengkap]