1. Overview
Kūdō (空道KūdōBahasa Jepang) adalah sebuah seni bela diri hibrida Jepang dan olahraga tarung kontak penuh yang bertujuan untuk mencapai keamanan, agresi, serta kepraktisan dalam pertarungan. Gaya ini merupakan bentuk seni bela diri campuran yang dipraktikkan dengan pelindung kepala dan sarung tangan, menggabungkan berbagai teknik dari berbagai disiplin. Kūdō mencakup teknik pukulan berdiri, lemparan, grappling, dan teknik pertarungan lantai, termasuk kuncian dan cekikan. Berasal dari sekolah Daido Juku yang didirikan oleh Takashi Azuma pada tahun 1981, Kūdō berkembang menjadi seni bela diri Budō yang diakui secara internasional. Artikel ini akan menguraikan sejarahnya, filosofi dan prinsip intinya, cakupan teknik dan peraturan pertarungan, perlengkapan dan sistem kategori uniknya, penyebaran global dan kepemimpinan, serta warisan dan dampaknya yang berkelanjutan dalam dunia seni bela diri.
2. Sejarah
Perkembangan Kūdō berpusat pada peran pendirinya, Takashi Azuma, dan evolusi gayanya dari Daido Juku menjadi seni bela diri Budō yang diakui secara internasional.
2.1. Takashi Azuma dan Konsepsi Awal

Takashi Azuma (東孝Azuma TakashiBahasa Jepang, lahir tahun 1949 di Kesennuma, Jepang - meninggal dunia pada 3 April 2021) adalah pendiri Kūdō dan Presiden Federasi Internasional Kūdō (K.I.F.). Ia memegang sabuk hitam dan memiliki peringkat 9th dan dalam Kyokushin Budokai (dianugerahi oleh Jon Bluming), sabuk hitam 3rd dan dalam judo, serta sabuk hitam 9th dan dalam Kūdō.
Azuma pertama kali bersentuhan dengan Budō pada tahun 1965 di usia 16 tahun ketika ia bergabung dengan klub judo di sekolahnya di Kesennuma. Setelah menyelesaikan dinasnya di Pasukan Bela Diri Jepang pada tahun 1972, ia bergabung dengan Karate Kyokushin. Pada tahun yang sama, ia mendirikan sebuah dojo Kyokushin di Universitas Waseda.
Pada tahun 1981, Azuma mendirikan seni bela dirinya sendiri karena ketidakpuasannya terhadap beberapa karakteristik Kyokushin. Azuma merasa terganggu dengan seringnya terjadi cedera kepala serius dalam Kyokushin. Ia juga berpendapat bahwa petarung yang secara fisik lebih kecil berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan petarung yang lebih besar. Ia secara pribadi mengalami banyak pukulan keras yang menyebabkan hidungnya bengkok dari tempatnya. Dalam bukunya, ia menyatakan bahwa ia "pandai dalam meraih kerah dan menanduk kepala dalam pertarungan" dan merasa aturan kontak penuh Kyokushin sangat membatasi.
Salah satu prinsip dasar di Daido Juku adalah menciptakan gaya bertarung yang realistis dan serbaguna yang mencakup teknik ofensif dan defensif yang efektif, termasuk pukulan ke kepala, siku, sundulan, lemparan, dan kuncian sendi dari Judo, dikombinasikan dengan teknik pertarungan lantai lainnya. Pengembangan awal seni bela diri Azuma pada awalnya adalah gabungan dari Karate Kyokushin dan Judo. Kyokushin menjadi dasar, namun peraturannya berubah secara drastis. Gaya ini tidak akan dibatasi oleh batas-batas satu gaya saja, melainkan akan menggunakan teknik dari berbagai seni bela diri. Belakangan pada tahun 1980-an dan 1990-an, gaya ini mulai memasukkan beberapa teknik seni bela diri lain seperti tinju, Muay Thai, Jujutsu, gulat, dan lainnya, semuanya digabungkan dalam gaya Daido Juku. Pakaian pelindung juga diperkenalkan, yang memungkinkan teknik tangan ke kepala, dan memberikan perlindungan yang memadai untuk kepala selama teknik tendangan.
Azuma memiliki riwayat bertarung yang signifikan dalam turnamen Kyokushin, dan dikenal sebagai "Kereta Lokomotif Manusia". Beberapa pencapaiannya antara lain:
- 1974: Juara kedua pada Kejuaraan Karate Seluruh Jepang ke-6.
- 1975: Peringkat ke-6 pada Kejuaraan Karate Dunia Terbuka ke-1.
- 1977: Juara pada Kejuaraan Karate Seluruh Jepang ke-9.
- 1979: Peringkat ke-3 pada Kejuaraan Karate Seluruh Jepang ke-11 dan peringkat ke-4 pada Kejuaraan Karate Dunia ke-2.
Ia juga menjadi penulis beberapa buku tentang seni bela diri, termasuk:
- Hamidashi Karate (1982)
- Kakuto Karate (1983)
- Kakuto Karate 2 (1986)
- Oi Masa-ki! (2001)
- Hamidashi Karate Kara Kudo e (2002)
- Kudo Nyumon.
Azuma juga tampil dalam beberapa film, termasuk Kenka Karate Kyokushinken (1975) dan seri Chijo Saikyo no Karate (misalnya, Saikyo Saigo no Karate pada 1980).
2.2. Pendirian Daido Juku dan Kakutō Karate
Organisasi Daido Juku mulai beroperasi pada 17 Februari 1981. Dojo pertama dibuka di Prefektur Miyagi dengan nama "Karate-do Daidojuku." Gaya seni bela diri internalnya juga dikenal sebagai Kakutō Karate (格闘空手Kakutō KarateBahasa Jepang, lit. "Karate Pertarungan") dan/atau Combat Karate Daidojuku.
Pada tahun yang sama, para alumni Daido Juku melakukan debut kompetisi mereka di "Kejuaraan Karate Hokutoki 1981." Daido Juku memainkan peran penting dalam ledakan seni bela diri akhir 1980-an dan awal 1990-an di Jepang, menjadi salah satu dari sedikit organisasi seni bela diri campuran dalam industri seni bela diri pada saat itu. Daido Juku juga dikreditkan membantu K-1 dan promosi "U-series" untuk mencapai arus utama Jepang. Minoki Ichihara adalah seorang praktisi Kakutō Karate dari Daido Juku yang bertarung di UFC 2, menjadi petarung Jepang pertama yang berpartisipasi dalam UFC pada saat organisasi seni bela diri Jepang enggan menerima tantangan UFC. Namun, Ichihara kalah dari Royce Gracie.
Pada tahun 1990-an, Daido Juku mengadakan acara kickboxing yang dikenal sebagai THE WARS, yang berpusat pada aturan "gloved" karate kontak penuh, dan memamerkan talenta-talenta teratas Daido Juku. Di media, banyak suara yang menunggu konfrontasi impian antara Kenichi Osada, yang merupakan bintang Daido Juku, dan Masaaki Satake dari Seidokaikan. Atlet-atlet yang tergabung dalam Daido Juku ditampilkan di sampul berbagai majalah seni bela diri, dan pada saat itu, Daido Juku bersama Seidokaikan menjadi garda depan seni bela diri Jepang. Pada tahun 1995, nama asosiasi "Karate Do Daidojuku" secara resmi berubah menjadi "Kakuto Karate International Federation Daidojuku" (KKIF).
2.3. Transformasi menjadi Kūdō
Mulai pertengahan 1990-an, Daido Juku menjauh dari promosi yang berpusat pada media dan kembali ke jalur asli pengembangan gaya "aman namun praktis" yang telah menjadi tujuan Daido Juku sejak didirikan.
Pada tahun 2001, Takashi Azuma, pendiri dan presiden Daido Juku, mengadakan konferensi pers resmi di mana ia mengumumkan bahwa gaya yang dipromosikan oleh Daido Juku sekarang akan disebut sebagai Kūdō, menjadi seni bela diri Budō tersendiri. Hubungan antara sekolah Daido Juku dan Kūdō mirip dengan hubungan antara sekolah Kodokan dan Judo. Pada tahun yang sama, Daido Juku meluncurkan kompetisi kejuaraan dunia pertama dengan sukses besar, membawa Kūdō ke panggung internasional.
Berdasarkan filosofi Budō, Kūdō disebarkan ke seluruh dunia, dan semua instrukturnya serta para pemimpinnya disertifikasi dan terdaftar di bawah 'Kudo International Federation' (Federasi Internasional Kūdō), juga dikenal sebagai 'K.I.F.. Ini adalah organisasi pertarungan yang unik dalam hal kegiatannya sebagai organisasi pendidikan sosial dan fisik, seperti dengan dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang. Pada 3 April 2021, Azuma meninggal dunia karena kanker perut, meninggalkan posisi presiden Daido Juku kepada Kenichi Osada.
3. Filosofi dan Prinsip
Kūdō adalah seni bela diri dan filosofi yang komprehensif, di mana pengembangan fisik dan mental sama-sama dipertimbangkan, dengan penekanan pada etika dan kontribusi positif kepada masyarakat.
3.1. Konsep Inti dan Tujuan
Tujuan utama Kūdō adalah mendekati pertarungan realistis sedekat mungkin, namun dengan pakaian pelindung yang memadai. Untuk mencapai ini, Kūdō bertarung dengan sangat sedikit peraturan, dan memiliki teknik serta tindakan khusus. Teknik-teknik Kūdō mencakup seluruh spektrum pertarungan nyata: bertarung berdiri, teknik lemparan, grappling, dan pertarungan lantai.
Latihan Kūdō sebagian besar terdiri dari kihon (dasar-dasar), latihan kebugaran umum, dan pertarungan. Berbeda dengan beberapa gaya karate tradisional, kata Kyokushin dihilangkan tanpa pengganti. Kūdō menjunjung tinggi etiket Jepang tradisional dalam Budō, seperti reigi (aturan perilaku atau etika), ritual salam Jepang tertentu, penggunaan keikogi (seragam pelatihan) tradisional, dan nama-nama teknik yang tetap dalam bahasa Jepang.
3.2. Dōjō Kun
Dōjō Kun adalah istilah seni bela diri Jepang yang secara harfiah berarti "aturan aula pelatihan". Mereka umumnya dipasang di pintu masuk dojo atau di bagian "depan" dojo (shomen) dan menguraikan perilaku yang diharapkan dan tidak diizinkan.
Melalui pengejaran Kūdō,
kita mengembangkan kekuatan fisik dan mental yang hebat,
mendidik diri sendiri dan memperoleh kecerdasan,
serta menjalin ikatan dengan orang-orang dan memperkaya emosi kita.
Oleh karena itu, kita akan mampu mengembangkan kepribadian kita
dan menjadi anggota masyarakat yang berkontribusi secara positif.
4. Teknik dan Peraturan Pertarungan
Kūdō merangkum berbagai teknik yang diizinkan dalam pertarungan kontak penuh, diatur oleh sistem penilaian yang jelas dan peraturan spesifik untuk memastikan keamanan dan efektivitas.
4.1. Cakupan Teknik Kūdō
Berbagai teknik digunakan dalam Kūdō, termasuk teknik pukulan ke kepala, siku, sundulan, lemparan, kuncian sendi, cekikan, dan teknik pertarungan lantai. Ini menjadikannya gaya yang komprehensif, mencakup spektrum luas dari kemampuan bertarung yang realistis.
4.2. Sistem Penilaian
Prinsip pemberian poin dalam Kūdō didasarkan pada kekuatan gerakan, karena merupakan konsekuensi dari teknik dan kemampuan fisik seseorang. Poin diberikan bukan berdasarkan teknik semata, melainkan berdasarkan efektivitasnya, yaitu seberapa besar dampak pukulan yang dirasakan lawan. Sistem penilaian berkisar dari 1 hingga 8. Poin-poin ini, dalam bahasa Jepang, disebut sebagai koka (1 poin), yuko (2 poin), wazari (4 poin), dan ippon (8 poin). Jika seorang petarung mencapai 8 poin (ippon), ia langsung dinyatakan sebagai pemenang.
Selain itu, kemenangan dapat terjadi melalui submission atau choke-out (cekikan hingga lawan menyerah atau pingsan), knock-out, atau petarung yang di akhir pertandingan memperoleh poin terbanyak. Jika terjadi hasil imbang, akan diambil keputusan oleh juri atau dilakukan pertandingan tambahan.
4.3. Aturan Pertandingan
Kompetisi Kūdō memiliki peraturan spesifik. Pertarungan di lantai hanya diizinkan maksimal dua kali, dan masing-masing tidak lebih dari tiga puluh detik. Pukulan ke punggung dan/atau bagian pribadi dilarang.
Kompetisi diadakan di atas tatami berukuran 13 m x 13 m dengan area pertarungan internal berbentuk persegi 9 m x 9 m. Di empat sudut area kontes terdapat empat wasit, ditambah satu wasit utama di dalam tatami.
5. Peralatan dan Kategori Pertarungan
Kūdō menekankan penggunaan perlengkapan pelindung yang wajib untuk memastikan keamanan petarung, serta menerapkan sistem kategori pertarungan unik yang mempertimbangkan lebih dari sekadar berat badan.
5.1. Peralatan Wajib

Atlet Kūdō, atau kudoka, mengenakan seragam resmi yang disebut "dogi" atau "kudogi". Seragam ini mirip dengan judo gi, tahan terhadap teknik lemparan, namun memiliki lengan yang lebih pendek dibandingkan karate gi tradisional. Desain ini sangat ideal untuk teknik mencengkeram dan melempar. Praktisi Kūdō menggunakan warna gi putih dan biru untuk memudahkan identifikasi dalam pertandingan.
Semua atlet wajib mengenakan dogi, pelindung kepala (headgear), perban Kūdō, pelindung mulut (mouthguard), sarung tangan yang disetujui K.I.F. (yang melindungi buku jari namun membebaskan jari agar memungkinkan teknik grappling), serta pelindung wajah Plexiglas khusus yang disetujui K.I.F. untuk melindungi petarung dari cedera wajah parah dan trauma otak. Untuk atlet di bawah umur, selain Kudo Gi, helm Plexiglas, dan sarung tangan, mereka juga wajib mengenakan pelindung tulang kering dan rompi. Peraturan mengenai perlindungan atlet di bawah umur dapat bervariasi antar turnamen.
5.2. Sistem Kategori Indeks Fisik
Kūdō menggunakan sistem kategori pertarungan yang unik, tidak hanya berdasarkan berat badan, melainkan berdasarkan Indeks Fisik (PI). Indeks Fisik dihitung sebagai jumlah berat badan atlet dalam kilogram ditambah tinggi badan mereka dalam sentimeter.
Kategori: | Indeks Fisik |
---|---|
Kategori: | di bawah 230 |
Kategori: | 230-240 |
Kategori: | 240-250 |
Kategori: | 250-260 |
Kategori: | 260-270 |
Kategori: | 270 dan lebih |
Sistem kategori ini merupakan satu-satunya dari jenisnya dalam seni bela diri dan olahraga tempur. Umumnya, dalam olahraga tempur atau seni bela diri lainnya, kategori pertarungan diklasifikasikan berdasarkan berat badan dalam kilogram. Dengan sistem Indeks Fisik ini, Kūdō berupaya tidak hanya menilai berat badan tetapi juga tinggi badan, yang secara umum merupakan keuntungan dalam jarak jauh (misalnya, jangkauan lengan yang lebih panjang), sehingga menciptakan pertandingan yang lebih seimbang.
6. Kepemimpinan dan Penyebaran Internasional
Kūdō telah berkembang secara signifikan di seluruh dunia, dengan kepemimpinan yang terstruktur melalui Kudo International Federation (K.I.F.) dan pertumbuhan yang mencolok di various negara, terutama Rusia.
6.1. Peran Takashi Azuma dan Federasi KIF
Takashi Azuma memainkan peran sentral sebagai pendiri Daido Juku dan presiden Kudo International Federation (K.I.F.). Di bawah kepemimpinannya, K.I.F. bekerja untuk mensertifikasi instruktur dan menyebarkan Kūdō sebagai sebuah organisasi pendidikan fisik dan sosial yang unik, bahkan dengan dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang. Setelah meninggalnya Azuma pada April 2021, Kenichi Osada mengambil alih posisi presiden Daido Juku.
6.2. Penyebaran Global

Kūdō memiliki lebih dari 100 lokasi dojo di Jepang dan dipraktikkan di lebih dari 50 negara di seluruh dunia. Meskipun merupakan seni bela diri yang diciptakan oleh orang Jepang, Rusia saat ini memiliki jumlah atlet Kūdō terbesar, melampaui jumlah praktisi Jepang.
6.3. Kūdō di Rusia
Kūdō memiliki perkembangan yang sangat signifikan dan popularitas yang tinggi di Rusia. Pada tahun 1991, bagian Daido Juku Karate-do pertama di Rusia dibuka di Vladivostok. Pendiri gaya ini, Azuma Takashi, mengunjungi Moskow, setelah itu sebuah cabang asing dari Federasi Kūdō dibuka di sana. Pada 7 Juli 1994, Federasi Daido Juku Karate-do Moskow didaftarkan oleh Departemen Kehakiman Moskow.
Pada Mei 1994, Piala Moskow diselenggarakan di Moskow, menjadi turnamen Daido Juku internasional pertama di Rusia. Kemenangan pertama atlet Rusia di Jepang terjadi pada tahun 1996, ketika Alexey Kononenko meraih juara 1 di kategori beratnya. Pada tahun 2004, Federasi Kūdō Rusia didirikan. Sejak tahun 2001, kejuaraan resmi Rusia dalam Kūdō telah diadakan, dan pada tahun yang sama atlet Rusia memenangkan dua medali emas, tiga perak, dan dua perunggu. Wasit Kūdō Rusia memimpin tim perwasitan pada turnamen internasional ke-2 "Baltic States Open Cup" pada tahun 2003, yang mempertemukan atlet dari Rusia, Jepang, negara-negara Baltik, Azerbaijan, Italia, Jerman, dan Polandia. Piala Dunia Kūdō pertama diadakan pada tahun 2011 di Moskow. Pada 13 Januari 2013, Roman Anashkin lolos untuk dan ke-6 Kūdō, menjadi non-Jepang pertama yang menerima tingkat sabuk tersebut.
7. Pertukaran dengan Organisasi Bela Diri Lain
Pada tahun 1990-an, Daido Juku secara aktif bertukar talenta dengan berbagai organisasi seni bela diri, sebelum menghentikan aktivitas ini setelah konsepsi Kūdō. Pada tahun 1990-an, Daido Juku memiliki perjanjian dengan Submission Arts Wrestling (SAW), dan setelah itu berinteraksi dengan entitas dari Wushu, Sanshou, Aikido S.A., Paraestra, dan Hatenkai. Selain itu, petarung-petarung tertentu dari Daido Juku juga bertarung di organisasi seni bela diri lain, seperti RISE.
Daido Juku juga pernah berkompetisi dengan badan seni bela diri lain, seperti Nippon Kempo dan Shooto. Di masa lalu, organisasi ini juga pernah berhadapan dengan praktisi Muay Thai, Sanshou, dan Taekwondo.
8. Praktisi Terkemuka

Berikut adalah beberapa individu terkemuka yang telah berlatih atau memberikan kontribusi signifikan terhadap Kūdō:
- Semmy Schilt: Atlet seni bela diri campuran dan kickboxer. Juara Hokutoki pada tahun 1996 dan 1997.
- Roman Anashkin: Atlet seni bela diri terkemuka dari Rusia yang memegang sabuk hitam 7th dan dalam Kūdō. Ia menjadi non-Jepang pertama yang meraih 6th dan Kūdō pada tahun 2013, dan merupakan salah satu pelopor Kūdō di Rusia bersama Vladimir Zorin.
- Yoshinori Nishi: Petarung seni bela diri campuran dan pendiri gym Wajyutsu Keishukai. Juara Hokutoki pada tahun 1984 dan 1985.
- Lee Hasdell: Atlet seni bela diri campuran dan kickboxer.
- Katsumasa Kuroki: Pegulat profesional yang lebih dikenal sebagai Magnum Tokyo.
- Minoki Ichihara: Atlet seni bela diri campuran dan peserta Ultimate Fighting Championship.
- Disha Patani: Aktris India dan penggemar kebugaran.
- Kolyan Edgar: Master Olahraga Rusia terhormat dalam Kūdō, kandidat Master Olahraga Rusia dalam pertarungan tangan kosong Angkatan Darat, kandidat Master Olahraga Rusia dalam Combat Sambo, juara dunia Kūdō dua kali (2005, 2009), peraih medali perak Kejuaraan Dunia Kūdō (2014), peraih medali perunggu Kejuaraan Dunia Kūdō (2018), pemenang Piala Dunia Kūdō (2011), juara Eropa Kūdō (2008), dan juara Rusia Kūdō lima kali.
- Hisaki Kato: Atlet seni bela diri campuran yang berkompetisi di Bellator MMA dan Kickboxing.
- Akshay Kumar: Superstar Bollywood dan praktisi seni bela diri.
- Taapsee Pannu: Aktris Bollywood dan praktisi seni bela diri.
- Mehul Vora: Pemegang sabuk hitam 5th dan dalam Kūdō, promotor seni bela diri India.
- Vladimir Zorin: Pelatih tim nasional seni bela diri Kūdō Rusia, juri kategori internasional dalam seni bela diri timur Kūdō, wakil presiden Federasi Kūdō Rusia, sabuk hitam 6th dan dalam Kūdō, dan penulis buku "Fundamentals of Kudo". Bersama Roman Anashkin, ia adalah salah satu pelopor Kūdō di Rusia.
- Irina Bykova: Juara Dunia Kūdō 2005 dalam kategori berat absolut putri, juara Rusia Kūdō 18 kali, juara Eropa Kūdō 2008, dan memegang 4th dan dalam Kūdō.
9. Warisan dan Penilaian
Warisan Takashi Azuma dan Kūdō sebagai seni bela diri yang realistis dan aman terus berlanjut di bawah kepemimpinan baru, dengan dampak signifikan terhadap komunitas seni bela diri global.
9.1. Kontribusi dan Dampak Positif
Takashi Azuma memberikan kontribusi signifikan dalam menciptakan Kūdō sebagai seni bela diri yang realistis dan aman, serta dampaknya terhadap komunitas seni bela diri global, termasuk inovasi dalam pelatihan dan perlindungan. Di awal pendirian Daido Juku, Azuma sempat pesimis, merasa bahwa karate yang ada saat itu belum cukup kuat untuk bersaing dengan disiplin lain. Ia pernah menyatakan bahwa jika sepuluh perwakilan dari berbagai disiplin bela diri dipilih, yang terkuat adalah Sumo, diikuti oleh Gulat (kelas 130kg+), dan kemudian Tinju (kelas berat), dengan karate berada jauh di belakang. Pandangannya ini menunjukkan ambisinya untuk menciptakan seni bela diri yang komprehensif dan efektif.
9.2. Suksesi Kepemimpinan
Setelah meninggalnya Takashi Azuma pada 3 April 2021 karena kanker perut, posisi presiden Daido Juku dan Kudo International Federation (K.I.F.) diteruskan. Kenichi Osada diangkat sebagai presiden baru Daido Juku pada 11 April 2021, memastikan bahwa organisasi tersebut terus berlanjut di bawah kepemimpinan baru untuk meneruskan warisan Azuma dalam pengembangan dan penyebaran Kūdō di seluruh dunia.