1. Biografi
Heinrich Friedrich Wilhelm Gesenius menghabiskan sebagian besar hidupnya di lingkungan akademik, di mana ia memberikan kontribusi besar pada studi bahasa-bahasa Semit.
1.1. Kehidupan awal dan pendidikan
Gesenius lahir di Nordhausen, Jerman, pada 3 Februari 1786. Pada tahun 1803, ia memulai studinya dalam bidang filsafat dan teologi di Universitas Helmstedt. Di sana, Heinrich Philipp Konrad Henke menjadi guru yang paling berpengaruh baginya. Kemudian, ia melanjutkan studinya di Universitas Göttingen, tempat Johann Gottfried Eichhorn dan Thomas Christian Tychsen berada pada puncak popularitas mereka.
1.2. Karier akademik
Setelah lulus pada tahun 1806, Gesenius menjadi seorang Repetent dan Privatdozent (atau Magister legens) di Göttingen. Ia dengan bangga menyatakan bahwa August Neander adalah murid pertamanya dalam bahasa Ibrani. Pada 8 Februari 1810, ia diangkat sebagai profesor extraordinarius dalam teologi, dan pada 16 Juni 1811, ia dipromosikan menjadi profesor ordinarius di Universitas Halle. Meskipun banyak tawaran jabatan tinggi dari tempat lain, ia menghabiskan sisa hidupnya di universitas ini.
Gesenius mengajar dengan sangat teratur selama lebih dari tiga puluh tahun. Ia adalah dosen yang sangat berbakat dan populer, sehingga ruang kuliahnya selalu penuh. Pada tahun 1810, kuliahnya dihadiri oleh lebih dari 500 mahasiswa, hampir setengah dari total populasi mahasiswa universitas. Hanya ada dua kali gangguan signifikan dalam kegiatan mengajarnya: pertama pada tahun 1813-1814, ketika universitas ditutup akibat Perang Pembebasan Jerman (bagian dari Perang Koalisi Keenam), dan kedua, selama dua tur ilmiah panjangnya. Pada tahun 1820, ia melakukan perjalanan ke Paris, London, dan Oxford bersama rekannya Johann Karl Thilo (1794-1853) untuk memeriksa naskah-naskah oriental langka. Kemudian, pada tahun 1835, ia melakukan perjalanan ke Inggris dan Belanda untuk studi Fenisia-nya.
Ia menjadi guru bahasa Ibrani dan pengenalan Perjanjian Lama serta eksegesis yang paling populer di Jerman. Pada tahun-tahun terakhirnya, kuliahnya dihadiri oleh hampir lima ratus mahasiswa. Di antara murid-muridnya yang paling terkemuka adalah Peter von Bohlen, C. P. W. Gramberg, A. G. Hoffmann, Hermann Hupfeld, Emil Rödiger, J. C. F. Tuch, J. K. W. Vatke, dan Theodor Benfey.
1.3. Kehidupan akhir dan kematian
Pada tahun 1827, Gesenius menolak undangan untuk menggantikan Eichhorn di Göttingen dan diangkat sebagai ConsistorialratBahasa Jerman. Namun, pada tahun 1830, ia, bersama teman dan rekannya Julius August Ludwig Wegscheider, menjadi sasaran serangan verbal yang keras oleh Ernst Wilhelm Hengstenberg dan kelompoknya dalam jurnal Evangelische Kirchenzeitung. Serangan ini disebabkan oleh pandangan rasionalisme-nya dan komentar-komentarnya dalam kuliah yang dianggap meremehkan mukjizat-mukjizat Alkitab.
Setelah itu, ia menghadapi berbagai tekanan pribadi. Pada tahun 1833, ia hampir meninggal karena penyakit paru-paru. Pada tahun 1835, tiga dari anak-anaknya meninggal, dan setelah itu, ia menderita berbagai keluhan fisik. Ia meninggal pada tahun 1842 di Halle, setelah penderitaan panjang akibat batu empedu. Ia dimakamkan di dekat universitas.
2. Karya-karya utama
Gesenius memberikan kontribusi akademik yang monumental, terutama dalam filologi Semit, dengan mengembangkan karya leksikografi dan tata bahasa yang inovatif serta melakukan penelitian perintis tentang bahasa-bahasa kuno.
2.1. Leksikografi dan tata bahasa
Kamus Ibrani pertamanya (dengan teks bahasa Jerman) dikerjakan selama musim dingin 1806-1807 dan diterbitkan beberapa tahun kemudian oleh F. C. W. Vogel di Leipzig, yang kemudian menjadi penerbit untuk semua edisi kamus-kamusnya. Ini diikuti oleh versi singkat (sekitar setengah dari volume kamus pertama tetapi dengan perbaikan signifikan) pada tahun 1815, yang terbit dalam empat edisi bahasa Jerman (masing-masing lebih besar dan lebih baik dari edisi sebelumnya) dan satu edisi bahasa Latin (yang juga merupakan revisi ulang).
Kamus besarnya tentang bahasa Ibrani Alkitab dan Aramea (Chaldee) pertama kali diterbitkan pada tahun 1829. Revisi dan perluasannya, di bawah editor Emil Rödiger, berlanjut setelah kematian Gesenius hingga tahun 1858. Karya ini, yang dikenal sebagai Hebräisches und chaldäisches Handwörterbuch über das Alte Testament, menjadi dasar bagi karya-karya leksikografi berikutnya, termasuk kamus Brown-Driver-Briggs (BDB), yang diterbitkan pada tahun 1907 oleh Francis Brown, S. R. Driver, dan Charles A. Briggs. BDB, meskipun merupakan karya independen, secara eksplisit didasarkan pada leksikon Gesenius. Dalam karyanya, Gesenius secara inovatif memasukkan wawasan dari studi bahasa lain, baik kuno maupun non-Semit, dibandingkan dengan leksikon sebelumnya yang hanya menerjemahkan ekspresi Ibrani berdasarkan versi lain (terutama Septuaginta dan Vulgata).
Buku teksnya tentang tata bahasa Ibrani, Hebräische Grammatik, pertama kali muncul sebagai buku kecil setebal 202 halaman pada tahun 1813. Buku ini mengalami 13 edisi selama masa hidup Gesenius dan banyak edisi setelahnya, termasuk edisi ke-28 yang diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh A. E. Cowley pada tahun 1910 dan edisi ke-29 (belum selesai) oleh Gotthelf Bergsträsser pada tahun 1929. Ia juga menerbitkan beberapa karya yang lebih kecil dalam bahasa Jerman mengenai anomali tata bahasa yang ditemukan dalam teks Ibrani Perjanjian Lama.
2.2. Studi bahasa Semit kuno
Gesenius melakukan penelitian perintis yang luas tentang bahasa-bahasa Semit kuno. Karyanya yang berjudul Versuch über die maltesische Sprache (1810) berhasil membantah pandangan umum pada saat itu bahwa bahasa Malta modern berasal dari bahasa Punisia. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa bahasa Malta adalah dialek bahasa Arab.
Ia juga menulis secara ekstensif tentang orang Samaria dan versi mereka dari Pentateukh, termasuk karya-karya seperti De Pentateuchi Samaritani origine, indole et auctoritate (1815), diikuti oleh risalah De Samaritanorum theologia (1822 dan 1824), dan sebuah edisi Carmina Samaritana.
Salah satu kontribusi terbesarnya adalah studi tentang bahasa Fenisia, yang dianggap sebagai pendiri bidang studi ini. Karyanya yang paling terkenal dalam bidang ini adalah Paläographische Studien über Phönizische und Punische Schrift (1835) dan Scripturae Linguaeque Phoeniciae (1837), yang mengumpulkan dan menafsirkan 70 prasasti Fenisia yang tersedia pada saat itu.

Bersama dengan Emil Rödiger, ia juga merupakan pelopor dalam pemahaman bahasa Himyar (Arab Selatan kuno), dengan menerbitkan Über die Himjaritische Sprache und Schrift pada tahun 1841.
2.3. Tulisan dan karya editorial lainnya
Selain karya-karya leksikografi dan filologi Semit, Gesenius juga menulis komentar Alkitab yang penting. Karyanya yang terkenal mengenai Kitab Yesaya, Der Prophet Jesaia, terdiri dari tiga volume dan diterbitkan pada tahun 1820-1821, dengan edisi kedua pada tahun 1829. Ia juga menerbitkan Liber Job ad optima exemplaria accuratissime expressus pada tahun 1829.
Karya monumentalnya, Thesaurus philologicus criticus linguae Hebraeae et Chaldaeae veteris testamenti, dimulai pada tahun 1829, namun tidak sempat ia selesaikan sebelum meninggal. Bagian akhir dari volume ketiga karya ini disunting dan diselesaikan secara anumerta oleh Emil Rödiger pada tahun 1858. Thesaurus ini berisi referensi ekstensif ke karya-karya Talmud dan komentator Alkitab Yahudi seperti Rashi, Abraham ibn Ezra, dan David Kimhi.
Gesenius juga memberikan kontribusi luas pada ensiklopedia besar Ersch and Gruber's Encyclopädie. Ia juga memperkaya terjemahan bahasa Jerman dari Travels in Syria and the Holy Land karya Johann Ludwig Burckhardt dengan catatan geografis yang berharga. Selama bertahun-tahun, ia juga menjabat sebagai editor jurnal akademik Halle Allgemeine Litteraturzeitung.
3. Warisan dan evaluasi
Warisan Heinrich Friedrich Wilhelm Gesenius sangat signifikan bagi perkembangan filologi Semit dan studi Alkitab, meskipun pendekatannya yang rasionalis juga memicu kontroversi.
3.1. Kontribusi akademik
Gesenius diakui luas karena telah membebaskan filologi Semit dari belenggu prasangka teologis dan keagamaan. Ia meresmikan metode ilmiah dan komparatif yang ketat dalam bidang ini, sebuah pendekatan yang sejak saat itu terbukti sangat produktif. Sebagai seorang ekseget, ia memberikan pengaruh yang kuat pada penyelidikan teologis. Kontribusinya terhadap leksikografi Ibrani sangat inovatif. Dibandingkan dengan leksikon sebelumnya yang hanya menerjemahkan ekspresi Ibrani berdasarkan versi lain (seperti Septuaginta dan Vulgata), Gesenius memasukkan wawasan yang diperoleh dari studi bahasa-bahasa lain, baik kuno maupun non-Semit.
Edward Robinson, seorang kenalan Gesenius yang juga menjadi penerjemah dan biografinya yang utama dalam bahasa Inggris, menggambarkan Gesenius dengan mengatakan bahwa "Begitu jelas konsepnya sendiri, sehingga ia tidak pernah mengucapkan satu kalimat pun, bahkan hampir tidak pernah menulis satu pun, yang tidak langsung dipahami oleh intelek yang paling tumpul sekalipun. Dalam hal ini, ia dapat dikatakan berdiri hampir sendirian di antara para sarjana Jerman modern." Robinson juga menekankan bahwa dalam semua lingkup penelitiannya, Gesenius tidak pernah bergantung pada otoritas orang lain, melainkan menyelidiki sendiri dengan ketepatan detail yang cermat dan ketekunan yang tak kenal lelah, yang menjadi ciri khas keilmuan Jerman. Tujuan utamanya adalah "kebenaran filologis." Ia tidak memiliki teori yang telah terbentuk sebelumnya yang harus didukung dengan segala cara, dan dalam kaitannya dengan itu ia mencari kebenaran. Ciri-ciri ini, dikombinasikan dengan pengetahuannya yang luas, menginspirasi keyakinan terhadap penelitian dan pandangannya mengenai topik-topik yang berkaitan dengan filologi Ibrani, keyakinan yang jarang diberikan kepada sarjana lain.
3.2. Kontroversi dan kritik
Meskipun diakui atas kontribusi ilmiahnya, pandangan rasionalis Gesenius dan pendekatannya terhadap penafsiran teks Alkitab memicu kritik dan kontroversi dari kalangan teolog konservatif pada zamannya. Ia dan rekannya Julius August Ludwig Wegscheider menghadapi serangan verbal yang keras dari Ernst Wilhelm Hengstenberg dan kelompoknya. Kritik ini terutama muncul karena Gesenius menafsirkan mukjizat-mukjizat Alkitab secara rasionalis, yang dianggap meremehkan aspek-aspek supranatural dalam kitab suci. Meskipun demikian, kritikan ini justru menyoroti peran Gesenius sebagai tokoh yang berani menantang pendekatan tradisional dan mendorong pemikiran ilmiah yang lebih objektif dalam studi teologi.
4. Penghormatan
Sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas warisannya yang abadi, ada tradisi unik yang terkait dengan Heinrich Friedrich Wilhelm Gesenius. Mahasiswa teologi di Halle secara teratur meletakkan batu di atas makamnya setiap tahun sebelum mereka menghadapi ujian, sebagai tanda penghormatan yang mendalam terhadap kontribusinya dalam bidang studi mereka.

q=51.4883, 11.9702|position=right