1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Almaz Ayana lahir dan tumbuh besar dalam lingkungan yang sederhana di Etiopia. Perjalanan awalnya di dunia atletik bermula dari masa kecilnya yang penuh tantangan, di mana ia memanfaatkan lingkungan alam sekitarnya sebagai tempat latihan.
1.1. Masa Kecil dan Keluarga
Almaz Ayana lahir pada 21 November 1991 di Wenbera, Region Benishangul-Gumuz, Etiopia. Ia adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Ayana tumbuh di sebuah desa kecil di daerah pegunungan yang miskin, di mana ia mulai berlari di sekolah sekitar usia 13 hingga 14 tahun. Ia memiliki keturunan Oromo dan mampu berbicara dalam bahasa Oromo dan bahasa Amhar. Nama "Almaz" sendiri berarti 'berlian' dalam bahasa Amhar. Ia menikah dengan teman masa kecilnya, Soressa Fida, dan dikenal sebagai seorang Kristen yang taat.
1.2. Pelatihan Awal dan Awal Karier
Sejak kecil, Almaz Ayana sudah akrab dengan kerja keras. Seperti banyak atlet Etiopia lainnya yang tumbuh di pedesaan, ia berlatih dengan berlari melalui hutan sambil bekerja di perkebunan kopi. Pada tahun 2010, Ayana mencatat rekor junior dunia saat itu di nomor lari halang rintang 3000 meter dengan waktu 9:22.51. Meskipun rekornya di nomor halang rintang tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan setelah itu, ia mulai beralih ke nomor 5000 meter pada tahun 2011.
2. Karier Atletik
Karier atletik Almaz Ayana ditandai dengan serangkaian pencapaian gemilang, terutama dalam nomor lari jarak jauh, yang memuncak pada rekor dunia dan medali Olimpiade.
2.1. Keberhasilan Awal (2013-2014)
Pada usia 21 tahun, Almaz Ayana memulai debutnya di panggung internasional dengan meraih medali perunggu di nomor 5000 meter pada Kejuaraan Dunia Atletik 2013 yang diselenggarakan di Moskwa, Rusia, dengan catatan waktu 14:51.33.
Setahun kemudian, di Kejuaraan Atletik Afrika 2014 di Marrakech, ia berhasil mengalahkan atlet favorit Genzebe Dibaba dan merebut gelar juara 5000 meter dengan memecahkan rekor kejuaraan, yaitu 15:32.72. Sebulan setelah itu, di Piala Kontinental IAAF 2014 yang juga berlangsung di Marrakech, ia kembali memenangkan nomor 5000 meter dengan selisih lebih dari 24 detik dari pesaing terdekatnya, memperkuat reputasinya sebagai salah satu pelari jarak jauh terbaik yang sedang naik daun.
2.2. Juara Dunia (2015)
Pada Mei 2015, Almaz Ayana kembali menunjukkan peningkatan signifikan dalam performanya di nomor 5000 meter. Ia mencetak rekor pribadi terbaik 14:14.32 pada pertemuan Liga Berlian 2015 di Shanghai, Tiongkok. Catatan waktu ini menjadikannya atlet putri tercepat ketiga sepanjang masa di jarak tersebut, hanya kalah dari rekan senegaranya Tirunesh Dibaba (pemegang rekor dunia) dan Meseret Defar.
Di Kejuaraan Dunia Atletik 2015 di Beijing pada bulan Agustus, Ayana memukau penonton dengan penampilan dominannya di final 5000 meter. Ia memimpin sejak awal dan memenangkan lomba dengan waktu 14:26.83, mencetak rekor kejuaraan baru dan mengalahkan peraih medali perak Senbere Teferi dengan selisih lebih dari 17 detik, sementara Genzebe Dibaba finis di posisi ketiga. Kemenangannya ini bahkan dinobatkan sebagai "Performa Kejuaraan" oleh World Athletics. Pada perlombaan terakhir musim itu, Ayana mencatat rekor pertemuan baru di nomor 3000 meter dengan waktu 8:22.34 di Liga Berlian Zurich, mengungguli Tirunesh Dibaba.

2.3. Rekor Dunia Olimpiade (2016)
Almaz Ayana memulai musim 2016 dengan kemenangan di nomor 3000 meter pada Doha Diamond League pada 6 Mei, mencatat waktu 8:23.11 yang sedikit lebih lambat dari rekor pribadinya. Pada 2 Juni 2016, ia kembali mencetak rekor pribadi terbaik di nomor 5000 meter dengan waktu 14:12.59 pada Liga Berlian Roma. Catatan waktu ini menjadikannya wanita tercepat kedua sepanjang masa di jarak tersebut, hanya terpaut sedikit dari rekor dunia Tirunesh Dibaba 14:11.15, dan sekaligus menjadi rekor sirkuit baru. Kemudian pada bulan yang sama, ia mengikuti lomba 10.000 meter untuk pertama kalinya secara kompetitif di uji coba Olimpiade Etiopia yang diadakan di Hengelo, Belanda. Ia mencatat waktu debut tercepat sepanjang masa, 30:07.00, mengalahkan Tirunesh Dibaba dan menempatkannya di posisi kedelapan dalam daftar sepanjang masa dunia.

Pada Olimpiade Musim Panas 2016 yang diadakan pada bulan Agustus di Rio de Janeiro, Ayana mencetak rekor dunia di nomor 10.000 meter dengan waktu 29:17.45. Ia berhasil memecahkan rekor dunia yang dipegang oleh atlet Tiongkok Wang Junxia selama 23 tahun, dengan selisih 14 detik. Sebelumnya, tidak ada pelari yang mampu mendekati rekor Wang dalam waktu 22 detik. Perlombaan 10.000 meter itu sendiri sudah sangat cepat ketika Ayana memimpin jauh dengan 12 putaran tersisa. Peraih medali perak, Vivian Cheruiyot dari Kenya, finis hanya satu detik di belakang rekor Wang, dan peraih dua kali medali emas Olimpiade 10.000 meter, Tirunesh Dibaba, meraih medali perunggu dengan peningkatan 12 detik pada rekor pribadinya, menjadi waktu tercepat keempat dalam sejarah. Banyak rekor nasional yang tercipta dalam lomba tersebut, dan delapan belas pesaing mencatat rekor pribadi terbaik. Di Olimpiade yang sama, Ayana juga meraih medali perunggu di nomor 5000 meter.
Pada 9 September, dalam perlombaan pertamanya sejak Olimpiade, Ayana mencoba memecahkan rekor dunia 5000 meter milik Tirunesh Dibaba (14:11.15) tahun 2008 di Liga Berlian Brussels. Meskipun memulai dengan kuat, ia gagal memecahkan rekor dunia namun berhasil mencetak rekor pertemuan 14:18.99.
2.4. Pencapaian Pasca-Olimpiade (2017)

Pada 5 Agustus 2017, Almaz Ayana kembali menunjukkan dominasinya dengan memenangkan nomor 10.000 meter di Kejuaraan Dunia Atletik 2017 di London dengan catatan waktu tercepat di dunia saat itu, 30:16.32. Ia menyelesaikan 5.000 meter terakhirnya dalam waktu 14:24.94, sebuah catatan waktu yang pada saat itu akan menempatkannya di posisi ketujuh dalam daftar sepanjang masa 5.000 meter. Kemenangannya itu mencetak rekor margin kemenangan terbesar di nomor 10.000 meter pada Kejuaraan Dunia dan digambarkan sebagai "salah satu penampilan terbaik dalam sejarah lari jarak jauh putri". Delapan hari kemudian, ia menambah perolehan medalinya dengan meraih perak di nomor 5000 meter, mencatat waktu 14:40.35 dan finis di belakang pelari Kenya, Hellen Obiri (14:34.86).
Pada tahun yang sama, Ayana melakukan debutnya di nomor half marathon pada New Delhi Half Marathon dan langsung memenangkan lomba dengan waktu 1:07:12.
2.5. Cedera, Menjadi Ibu, dan Kembali (2018-Sekarang)
Setelah musim 2017 yang gemilang, bintang lari jarak jauh Etiopia ini mengambil jeda hampir tiga tahun dari kompetisi karena masalah cedera dan kehamilan. Satu-satunya perlombaan yang ia ikuti selama periode ini adalah di 2019 Prefontaine Classic, di mana ia menempati posisi ke-18 di nomor 3000 meter dengan waktu 8:57.16. Almaz Ayana mulai berkompetisi secara teratur kembali pada April 2022.
Pada tahun 2022, Ayana kembali ke lintasan di FBK Games di Hengelo, menempati posisi ketujuh di nomor 10.000 meter dengan waktu 30:48.48. Ia juga menempati posisi keenam di nomor 5000 meter pada Liga Berlian Oslo dengan waktu 14:32.17.
Pada 16 Oktober 2022, pada usia 30 tahun, Ayana membuat debut marathon tercepat sepanjang masa di kalangan wanita dengan catatan 2:17:20 pada Marathon Amsterdam, memenangkan perlombaan dan mengalahkan rival lamanya, Genzebe Dibaba, dengan selisih 45 detik. Ayana berhasil memecahkan rekor lintasan hampir 40 detik, mencatat rekor semua pendatang di Belanda (performa terbaik di tanah negara tersebut), dan menempatkannya di posisi ketujuh dalam daftar sepanjang masa dunia pada saat itu.
Pada tahun 2023, Ayana membuka musimnya dengan memenangkan Lisbon Half Marathon dengan rekor lintasan 1:05:30. Pada 17 September, ia berkompetisi untuk pertama kalinya di jarak lari 10 mil dan menempati posisi ketiga di Dam tot Damloop di Zaandam dengan waktu 52:23. Ia mencetak rekor pribadi terbaik baru untuk marathon, 2:16:20, dengan finis kedua di belakang Worknesh Degefa pada Valencia Marathon 2023.
3. Kehidupan Pribadi
Almaz Ayana telah menikah dengan teman masa kecil dan pasangannya sejak lama, Soressa Fida. Ia adalah seorang Kristen yang taat. Informasi mengenai kehidupan pribadinya di luar arena kompetisi tidak banyak dipublikasikan, tetapi kedua aspek ini sering ia ungapkan sebagai bagian penting dari identitas dan motivasinya.
4. Penghargaan dan Pengakuan
Berkat pencapaiannya yang luar biasa, Almaz Ayana telah menerima beberapa penghargaan dan pengakuan penting dari dunia atletik. Salah satu yang paling prestisius adalah penobatannya sebagai Atlet Putri Dunia Tahun Ini oleh World Athletics (sebelumnya IAAF) pada tahun 2016. Penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas performanya yang fenomenal, terutama rekor dunia 10.000 meter dan medali emas Olimpiade Rio.
5. Prestasi dan Rekor Utama
Bagian ini merangkum berbagai medali, rekor pribadi, dan penghargaan yang telah diraih oleh Almaz Ayana sepanjang karier atletiknya yang gemilang.
5.1. Hasil Kompetisi Internasional
Berikut adalah daftar medali yang diraih Almaz Ayana dalam kompetisi internasional utama:
Tahun | Kompetisi | Lokasi | Posisi | Nomor | Waktu | Catatan |
---|---|---|---|---|---|---|
2010 | Kejuaraan Dunia Junior Atletik 2010 | Moncton, Kanada | 5 | 3000 m halang rintang | 9:48.08 | |
2013 | Kejuaraan Dunia Atletik 2013 | Moskwa, Rusia | 3 | 5000 m | 14:51.33 | |
2014 | Kejuaraan Atletik Afrika 2014 | Marrakech, Maroko | 1 | 5000 m | 15:32.72 | Rekor Kejuaraan |
Piala Kontinental IAAF 2014 | Marrakech, Maroko | 1 | 5000 m | 15:33.32 | ||
2015 | Kejuaraan Dunia Atletik 2015 | Beijing, Tiongkok | 1 | 5000 m | 14:26.83 | Rekor Kejuaraan |
2016 | Olimpiade Musim Panas 2016 | Rio de Janeiro, Brasil | 3 | 5000 m | 14:33.59 | |
1 | 10.000 m | 29:17.45 | Rekor Olimpiade, Rekor Dunia | |||
2017 | Kejuaraan Dunia Atletik 2017 | London, Britania Raya | 2 | 5000 m | 14:40.35 | |
1 | 10.000 m | 30:16.32 |
5.2. Rekor Pribadi dan Rekor Lainnya
Almaz Ayana telah mencetak sejumlah rekor pribadi terbaik dalam berbagai nomor, beberapa di antaranya menempatkannya dalam daftar pelari tercepat sepanjang masa.
Permukaan | Nomor | Waktu (j):m:d | Tempat | Tanggal | Catatan |
---|---|---|---|---|---|
Lintasan | 3000 meter | 8:22.22 | Rabat, Maroko | 14 Juni 2015 | |
5000 meter | 14:12.59 | Roma, Italia | 2 Juni 2016 | Tercepat ke-3 sepanjang masa | |
10.000 meter | 29:17.45 | Rio de Janeiro, Brasil | 12 Agustus 2016 | Tercepat ke-3 sepanjang masa, mantan rekor dunia | |
Jalan Raya | 10 kilometer | 32:19 | Luanda, Angola | 31 Desember 2010 | |
half marathon | 1:05:30 | Lisboa, Portugal | 12 Maret 2023 | ||
marathon | 2:17:20 | Amsterdam, Belanda | 16 Oktober 2022 |
Ayana juga merupakan pemenang keseluruhan Liga Berlian untuk nomor 5000 meter pada tahun 2016. Selain itu, ia telah meraih beberapa kemenangan di sirkuit Liga Berlian:
- 2015**:
- Shanghai Golden Grand Prix (5000m): 14:14.32 (waktu tercepat di dunia, rekor Liga Berlian)
- Weltklasse Zürich (3000m): 8:22.34 (rekor pertemuan)
- 2016**:
- Qatar Athletic Super Grand Prix (3000m): 8:23.11 (waktu tercepat di dunia)
- Meeting International Mohammed VI d'Athlétisme de Rabat (5000m): 14:16.31 (waktu tercepat di dunia, rekor pertemuan)
- Golden Gala (5000m): 14:12.59 (waktu tercepat di dunia, rekor Liga Berlian)
- Memorial Van Damme (5000m): 14:18.99 (rekor pertemuan)
Ia juga pernah menjadi juara nasional Etiopia di nomor 5000 meter pada tahun 2014 dan 3000 meter halang rintang pada tahun 2013.
Almaz Ayana (kedua dari kanan) saat berlomba di babak penyisihan 5000 meter pada Kejuaraan Dunia Atletik 2017 di London, di mana ia meraih perak di final dan emas untuk 10.000 meter.
6. Evaluasi dan Kontroversi
Karier Almaz Ayana, meskipun penuh prestasi, juga menghadapi evaluasi dan pertanyaan, terutama terkait peningkatan performanya yang dramatis.
6.1. Evaluasi Positif
Almaz Ayana dikenal sebagai pelari dengan kecepatan dan daya tahan yang luar biasa. Kemampuannya untuk memimpin jauh di depan dan mempertahankan kecepatan tinggi, bahkan dalam lomba-lomba besar, menjadikannya salah satu pelari jarak jauh paling dominan di masanya. Kemenangan-kemenangannya di Kejuaraan Dunia dan Olimpiade, serta pemecahan rekor dunia 10.000 meter yang telah bertahan lama, menegaskan statusnya sebagai inovator dalam olahraga lari jarak jauh. Ia dianggap telah membawa standar baru dalam kecepatan di nomor-nomor lari jarak jauh putri. Debut maratonnya yang tercepat sepanjang masa juga menunjukkan adaptasi dan kemampuannya yang luar biasa melintasi berbagai jarak.
6.2. Dugaan Doping dan Tanggapan
Setelah Almaz Ayana memecahkan rekor dunia 10.000 meter dengan selisih yang sangat besar pada Olimpiade Rio 2016, muncul dugaan dan pertanyaan mengenai kemungkinan penggunaan doping. Konteks ini diperkuat oleh fakta bahwa regimen pengujian obat-obatan di Etiopia pada saat itu dianggap longgar, serta adanya skandal doping yang menyelimuti dunia atletik sebelum Olimpiade Rio.
Komentator olahraga, termasuk mantan pemegang rekor dunia lari jarak jauh Brendan Foster dan Paula Radcliffe, menyatakan skeptisisme mereka terhadap performa Ayana. Beberapa pesaing juga melaporkan bahwa Ayana tidak terlihat dalam kondisi prima sebelum perlombaan, bahkan batuk-batuk.
Menanggapi pertanyaan-pertanyaan ini dalam konferensi pers pasca-lomba, Almaz Ayana dengan tegas membantah dugaan doping. Ia menyatakan bahwa pencapaiannya adalah hasil murni dari kerja keras dan latihan yang intens. Dalam salah satu pernyataan yang paling sering dikutip, ia berkata, "Doping saya adalah latihan saya, doping saya adalah Yesus". Pernyataan ini menegaskan keyakinan dan dedikasinya, sekaligus menampik tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Kontroversi ini menyoroti perdebatan yang lebih luas mengenai integritas dalam olahraga dan tantangan dalam sistem pengujian doping global.