1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Stanley Ann Dunham lahir pada 29 November 1942, di Rumah Sakit St. Francis di Wichita, Kansas, sebagai anak tunggal dari Madelyn Lee Payne dan Stanley Armour Dunham. Ia memiliki leluhur yang sebagian besar berasal dari Inggris, dengan sedikit campuran Skotlandia, Wales, Irlandia, Jerman, dan Jerman-Swiss. Beberapa klaim yang menggunakan kombinasi dokumen lama dan analisis yDNA juga menyebutkan bahwa ibu Dunham merupakan keturunan John Punch, seorang budak Afrika pada abad ke-17 di Virginia kolonial. Kerabat jauhnya termasuk Wild Bill Hickok (sepupu keenam, lima kali diturunkan) serta presiden AS sebelumnya seperti Dick Cheney, Lyndon B. Johnson, dan Harry S. Truman.
Orang tua Dunham bertemu dan menikah di Wichita pada 5 Mei 1940. Setelah Serangan Pearl Harbor, ayahnya bergabung dengan Angkatan Darat Amerika Serikat, sementara ibunya bekerja di pabrik Boeing di Wichita. Dunham sering mengatakan bahwa ia diberi nama "Stanley" karena ayahnya menginginkan anak laki-laki, meskipun beberapa kerabatnya meragukan cerita ini. Pamannya dari pihak ibu mengingat bahwa ibunya menamainya Stanley, mengambil inspirasi dari karakter Stanley Timberlake yang diperankan oleh aktris favoritnya, Bette Davis, dalam film In This Our Life, karena ia merasa nama Stanley, untuk seorang perempuan, terdengar canggih. Ia dikenal sebagai "Stanley" di masa kecil dan remajanya, meskipun sering diejek karena namanya.
### Masa Kecil dan Pendidikan ===
Keluarga Dunham sering berpindah-pindah. Setelah Perang Dunia II, mereka pindah dari Wichita ke California ketika ayahnya kuliah di University of California, Berkeley. Pada tahun 1948, mereka pindah ke Ponca City, Oklahoma, kemudian ke Vernon, Texas, dan selanjutnya ke El Dorado, Kansas. Pada tahun 1955, keluarga ini pindah ke Seattle, Washington, di mana ayahnya bekerja sebagai penjual furnitur dan ibunya menjadi wakil presiden bank. Mereka tinggal di kompleks apartemen di lingkungan Wedgwood, dan Ann bersekolah di Nathan Eckstein Junior High School.
Pada tahun 1957, keluarga Dunham pindah ke Mercer Island, sebuah pinggiran kota Eastside di Seattle. Orang tuanya ingin ia bersekolah di Mercer Island High School yang baru dibuka. Di sana, guru-guru seperti Val Foubert dan Jim Wichterman mengajarkan pentingnya menantang norma-norma sosial dan mempertanyakan otoritas, pelajaran yang sangat diresapi oleh Dunham. Salah satu teman sekelasnya mengingatnya sebagai "secara intelektual jauh lebih dewasa daripada kami dan sedikit mendahului zamannya, dengan cara yang unik". Teman SMA lainnya menggambarkannya sebagai orang yang berpengetahuan luas dan progresif: "Jika Anda khawatir tentang sesuatu yang salah di dunia, Stanley akan mengetahuinya terlebih dahulu. Kami adalah liberal sebelum kami tahu apa itu liberal." Ada yang bahkan menyebutnya "feminis asli". Selama SMA, ia banyak membaca penyair Beatnik dan eksistensialis Prancis. Saat masuk perguruan tinggi, ia mulai dikenal dengan nama tengahnya, Ann.
### Keluarga dan Leluhur ===
Latar belakang keluarga Ann Dunham menunjukkan jejak yang kaya dari berbagai budaya dan peristiwa sejarah Amerika. Selain leluhur Eropa yang dominan, klaim keturunan dari John Punch, budak Afrika pertama yang didokumentasikan di koloni Amerika, menunjukkan akar Afrika-Amerika yang mendalam di pihak ibunya. Hubungan kekerabatan dengan tokoh-tokoh historis dan politik Amerika seperti Wild Bill Hickok dan beberapa mantan presiden AS juga menyoroti posisinya dalam jaringan keluarga yang luas di Amerika.
Ayahnya, Stanley Armour Dunham, menjalin persahabatan lama dengan Franklin Marshall Davis, seorang penyair, penulis, dan jurnalis terkemuka yang tinggal di dekatnya. Franklin Marshall Davis juga dikenal karena sering membacakan puisi dan menemani Barack Obama kecil berkeliling lingkungan saat Obama tinggal bersama kakek-neneknya. Meskipun ada klaim dari pihak konservatif AS yang tidak berdasar bahwa Franklin Marshall Davis adalah ayah biologis Barack Obama, klaim tersebut secara luas dianggap sebagai serangan personal yang tidak memiliki bukti. Dunham menghormati Davis sebagai teman dekat ayahnya bahkan setelah putus dengan kekasih pertamanya yang disebut-sebut adalah Davis.
Ann Dunham adalah satu-satunya anak dari pasangan Stanley Armour Dunham dan Madelyn Lee Payne. Setelah menikah pada tahun 1940 di Wichita, orang tuanya menjalani kehidupan nomaden, sering berpindah-pindah dari Kansas ke California, lalu ke Oklahoma, Texas, dan akhirnya menetap di Hawaii. Lingkungan yang beragam ini dan pengalaman langsung dengan perubahan sosial dan ekonomi di berbagai wilayah Amerika Serikat membentuk pandangan dunia progresif Dunham dan komitmennya terhadap keadilan sosial.
2. Pernikahan dan Kehidupan Keluarga
Pernikahan Ann Dunham dan kehidupan keluarganya mencerminkan perpaduan budaya dan tantangan pribadi yang membentuk kehidupannya dan mempengaruhi kedua anaknya, Barack Obama dan Maya Soetoro-Ng.

Pada 21 Agustus 1959, Hawaii secara resmi menjadi negara bagian ke-50 Amerika Serikat. Orang tua Dunham melihat peluang bisnis di negara bagian baru tersebut, sehingga setelah lulus dari SMA pada tahun 1960, Ann dan keluarganya pindah ke Honolulu. Di sana, Dunham mendaftar di University of Hawaii at Mānoa untuk mengejar pendidikan tinggi.
### Pernikahan Pertama: Barack Obama Sr. ===
Saat mengambil kelas Bahasa Rusia di University of Hawaii at Mānoa, Ann Dunham bertemu dengan Barack Obama Sr., mahasiswa Afrika pertama di universitas tersebut. Obama Sr., yang saat itu berusia 25 tahun, datang ke Hawaii untuk melanjutkan pendidikannya, meninggalkan seorang istri yang sedang hamil, Kezia, dan putra mereka yang masih bayi di kampung halamannya di Nyang'oma Kogelo, Kenya. Meskipun menghadapi penolakan dari kedua belah pihak keluarga, Dunham dan Obama Sr. menikah di Maui, Hawaii, pada 2 Februari 1961. Saat itu, Dunham telah hamil tiga bulan.
Obama Sr. pada akhirnya memberi tahu Dunham tentang pernikahan pertamanya di Kenya, namun ia mengklaim bahwa ia sudah bercerai. Bertahun-tahun kemudian, Dunham mengetahui bahwa klaim tersebut tidak benar. Kezia, istri pertama Obama Sr., kemudian menyatakan bahwa ia telah memberikan persetujuan baginya untuk menikahi istri kedua sesuai dengan adat suku Luo.
Pada 4 Agustus 1961, saat berusia 18 tahun, Dunham melahirkan anak pertamanya, Barack Obama, di Honolulu. Setelah melahirkan, ia belajar di University of Washington di Seattle dari September 1961 hingga Juni 1962, dan tinggal sebagai ibu tunggal di lingkungan Capitol Hill di Seattle bersama putranya, sementara Obama Sr. melanjutkan studinya di Hawaii. Teman-teman di Washington mengingat Dunham mengunjungi mereka bersama bayinya yang berusia satu bulan pada tahun 1961.
Setelah Obama Sr. lulus dari University of Hawaii pada Juni 1962, ia pindah ke Cambridge, Massachusetts, untuk memulai studi pascasarjana di Harvard University pada musim gugur 1962. Dunham kembali ke Honolulu dan melanjutkan pendidikan sarjana di University of Hawaii pada semester musim semi di Januari 1963. Selama periode ini, orang tuanya banyak membantunya membesarkan Barack kecil. Dunham mengajukan gugatan cerai pada Januari 1964, yang tidak dipermasalahkan oleh Obama Sr.
### Pernikahan Kedua: Lolo Soetoro ===
Di East-West Center, Dunham bertemu Lolo Soetoro, seorang surveyor Jawa yang datang ke Honolulu pada September 1962 dengan beasiswa East-West Center untuk mempelajari geografi di University of Hawaii. Soetoro lulus dari University of Hawaii dengan gelar MA dalam geografi pada Juni 1964. Pada tahun 1965, Soetoro dan Dunham menikah di Hawaii. Pada tahun 1966, Soetoro kembali ke Indonesia. Dunham lulus dari University of Hawaii dengan gelar B.A. dalam antropologi pada 6 Agustus 1967, dan pada Oktober tahun yang sama, ia pindah bersama putranya yang berusia enam tahun ke Jakarta, Indonesia, untuk bergabung kembali dengan suaminya.
Di Indonesia, Soetoro pertama kali bekerja sebagai surveyor topografi dengan gaji rendah untuk pemerintah Indonesia, dan kemudian di kantor hubungan pemerintah Union Oil Company. Keluarga itu pertama kali tinggal di Jalan Kyai Haji Ramli Tengah Nomor 16 di lingkungan yang baru dibangun di Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan selama dua setengah tahun. Putranya bersekolah di sekolah Katolik berbahasa Indonesia, Santo Fransiskus Asisi, untuk kelas 1, 2, dan sebagian kelas 3. Kemudian pada tahun 1970, mereka pindah dua mil ke utara ke Jalan Taman Amir Hamzah Nomor 22 di lingkungan Matraman Dalam, Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat. Putranya kemudian bersekolah di sekolah negeri berbahasa Indonesia, Sekolah Dasar Negeri Menteng 01 Besuki, yang berjarak satu setengah mil ke timur di wilayah eksklusif Menteng untuk sebagian kelas 3 dan kelas 4.
Pada 15 Agustus 1970, Soetoro dan Dunham memiliki seorang putri, Maya Kassandra Soetoro. Di Indonesia, Dunham memperkaya pendidikan putranya dengan kursus korespondensi Bahasa Inggris, rekaman Mahalia Jackson, dan pidato-pidato Martin Luther King Jr.. Pada tahun 1971, ia mengirim Barack Obama muda kembali ke Hawaii untuk bersekolah di Punahou School mulai kelas 5, daripada tetap bersamanya di Indonesia. Pekerjaan Madelyn Dunham di Bank of Hawaii, di mana ia telah merintis karir selama satu dekade dari seorang pegawai hingga menjadi salah satu dari dua wakil presiden perempuan pertama pada tahun 1970, membantu membayar biaya sekolah yang mahal, dengan sedikit bantuan dari beasiswa.
Setahun kemudian, pada Agustus 1972, Dunham dan putrinya kembali ke Hawaii, baik untuk berkumpul kembali dengan putranya maupun agar Dunham dapat memulai studi pascasarjana dalam antropologi di University of Hawaii at Manoa. Pekerjaan pascasarjana Dunham didukung oleh beasiswa Asia Foundation dari Agustus 1972 hingga Juli 1973, dan oleh beasiswa East-West Center Technology and Development Institute dari Agustus 1973 hingga Desember 1978.
Dunham menyelesaikan mata kuliahnya di University of Hawaii untuk gelar M.A. dalam antropologi pada Desember 1974. Setelah tiga tahun di Hawaii, Dunham, didampingi putrinya Maya, kembali ke Indonesia pada tahun 1975 untuk melakukan kerja lapangan antropologis. Putranya memilih untuk tidak ikut kembali ke Indonesia, lebih memilih untuk menyelesaikan sekolah menengah di Punahou School di Honolulu sambil tinggal bersama kakek-neneknya. Lolo Soetoro dan Dunham bercerai pada 5 November 1980. Lolo Soetoro menikah dengan Erna Kustina pada tahun 1980 dan memiliki dua anak, seorang putra, Yusuf Aji Soetoro (lahir 1981), dan seorang putri, Rahayu Nurmaida Soetoro (lahir 1987). Lolo Soetoro meninggal dunia pada usia 52 tahun pada 2 Maret 1987, karena kegagalan hati.
Dunham tidak pernah putus hubungan dengan kedua mantan suaminya dan mendorong anak-anaknya untuk merasa terhubung dengan ayah mereka, menunjukkan kematangan emosional dan komitmennya terhadap kesejahteraan keluarganya.
### Anak-anak ===
Ann Dunham memiliki dua anak:
- Barack Obama (lahir 4 Agustus 1961), dari pernikahannya dengan Barack Obama Sr. Ia kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat ke-44.
- Maya Soetoro-Ng (lahir 15 Agustus 1970), dari pernikahannya dengan Lolo Soetoro.
Dunham sangat berdedikasi dalam mendidik anak-anaknya, bahkan saat tinggal di Indonesia, ia menyediakan kursus korespondensi Bahasa Inggris dan materi inspiratif seperti rekaman Mahalia Jackson dan pidato Martin Luther King Jr.. Keputusannya untuk mengirim Barack kembali ke Hawaii untuk bersekolah di Punahou School mencerminkan keinginannya untuk memberikan pendidikan terbaik bagi putranya, meskipun itu berarti berjauhan. Ia menanamkan nilai-nilai keadilan sosial dan progresivisme kepada anak-anaknya, yang kemudian sangat mempengaruhi pandangan dunia dan karir politik Barack Obama.
3. Pendidikan dan Karier Akademik
Perjalanan akademis Ann Dunham, khususnya studinya dalam antropologi, membentuk dasar bagi kontribusi penelitiannya yang signifikan, terutama dalam memahami masyarakat pedesaan.
### Latar Belakang Akademik ===
Ann Dunham menempuh jalur pendidikan yang panjang dan berdedikasi di bidang antropologi. Ia menempuh studinya di University of Hawaii at Mānoa dan East-West Center di Honolulu. Pada tahun 1967, ia memperoleh gelar Sarjana Seni (B.A.) dalam antropologi. Kemudian, ia melanjutkan studinya dan menerima gelar Master of Arts (M.A.) pada tahun 1974, dan akhirnya gelar Doktor (Ph.D.) pada tahun 1992, juga dalam bidang antropologi dari University of Hawaii. Ia juga sempat mengenyam pendidikan di University of Washington di Seattle dari tahun 1961 hingga 1962. Dedikasi akademisnya ini menjadi fondasi bagi karyanya yang inovatif dalam pembangunan dan ekonomi pedesaan.
### Minat dan Fokus Penelitian ===
Minat akademis utama Ann Dunham mencakup antropologi ekonomi, pembangunan pedesaan di Indonesia, dan peran perempuan dalam industri rumahan. Ia tertarik pada kerajinan tangan, tenun, dan khususnya, pekerjaan pandai besi di Indonesia. Penelitiannya berfokus pada pekerjaan perempuan di Jawa dan pandai besi di Indonesia, menyoroti kelompok-kelompok yang terpinggirkan dan bagaimana mereka bertahan dan berkembang dalam menghadapi berbagai tantangan. Melalui karyanya, Dunham berusaha memahami struktur ekonomi dan sosial masyarakat pedesaan, serta potensi mereka untuk mencapai kemandirian ekonomi.
### Disertasi Doktoral ===
Disertasi doktoral Ann Dunham, yang selesai pada 9 Agustus 1992 di bawah bimbingan Alice G. Dewey dari University of Hawaii, berjudul "Peasant blacksmithing in Indonesia: surviving and thriving against all oddsPandai Besi Petani di Indonesia: Bertahan dan Berkembang Melawan Segala RintanganBahasa Inggris". Disertasi setebal 1.043 halaman ini menggambarkan penelitian antropologi yang mendalam dan berakar pada kenyataan lapangan, berfokus pada industri yang berusia 1.200 tahun.
Antropolog Michael Dove menggambarkan disertasi ini sebagai "klasik, mendalam, studi antropologis di lapangan tentang industri berusia 1.200 tahun." Menurut Dove, disertasi Dunham menantang persepsi populer mengenai kelompok-kelompok yang terpinggirkan secara ekonomi dan politik. Ia membantah gagasan bahwa akar kemiskinan terletak pada diri kaum miskin itu sendiri, atau bahwa perbedaan budaya bertanggung jawab atas kesenjangan antara negara-negara kurang berkembang dan Barat yang terindustrialisasi.
Sebaliknya, Dunham menemukan bahwa para penduduk desa yang ia teliti di Jawa Tengah memiliki banyak kebutuhan ekonomi, keyakinan, dan aspirasi yang sama dengan kapitalis Barat yang paling gigih sekalipun. Para pengrajin desa, tulisnya, "sangat tertarik pada keuntungan", dan semangat kewirausahaan "tersedia melimpah di pedesaan Indonesia", yang telah menjadi "bagian dari budaya tradisional" di sana selama satu milenium. Berdasarkan pengamatan ini, Dr. Dunham menyimpulkan bahwa keterbelakangan ekonomi di komunitas-komunitas ini diakibatkan oleh kelangkaan modal, yang alokasinya merupakan masalah politik, bukan budaya. Program anti-kemiskinan yang mengabaikan kenyataan ini, secara aneh, berpotensi memperparah ketimpangan sosial karena hanya akan memperkuat kekuasaan para elit. Seperti yang ia tulis dalam disertasinya, "banyak program pemerintah secara tidak sengaja mendorong stratifikasi sosial dengan menyalurkan sumber daya melalui pejabat desa", yang kemudian menggunakan uang tersebut untuk semakin memperkuat status mereka sendiri.
Disertasi Dunham menunjukkan komitmennya yang kuat terhadap keadilan sosial dan pemahaman akar masalah kemiskinan secara holistik, melampaui stereotip budaya. Karya ini memiliki signifikansi akademis yang besar dalam memperluas pemahaman tentang pembangunan pedesaan dan antropologi ekonomi.
4. Kehidupan Profesional dan Kontribusi
Karier profesional Ann Dunham sangat berfokus pada pembangunan pedesaan, keuangan mikro, dan advokasinya untuk pemberdayaan ekonomi perempuan, yang mencerminkan komitmennya yang teguh terhadap keadilan sosial dan peningkatan kualitas hidup kelompok yang terpinggirkan.
### Pekerjaan di Indonesia ===
Dari Januari 1968 hingga Desember 1969, Dunham mengajar Bahasa Inggris dan menjabat sebagai asisten direktur di Lembaga Persahabatan Indonesia Amerika (LIA), yang disubsidi oleh pemerintah Amerika Serikat. Dari Januari 1970 hingga Agustus 1972, ia mengajar Bahasa Inggris, menjadi kepala departemen, dan direktur di Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen (LPPM).
Dari tahun 1968 hingga 1972, Dunham juga merupakan salah satu pendiri dan anggota aktif Ganesha Volunteers (Indonesian Heritage Society) di Museum Nasional Indonesia di Jakarta. Kemudian, dari tahun 1972 hingga 1975, ia menjadi instruktur kerajinan (dalam tenun, batik, dan pewarnaan) di Bishop Museum di Honolulu.
Pada Maret 1977, di bawah pengawasan profesor ekonomi pertanian Leon A. Mears, Dunham mengembangkan dan mengajar kursus singkat di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) di Jakarta untuk staf BAPPENAS. Dari Juni 1977 hingga September 1978, Dunham melakukan penelitian tentang industri pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan beasiswa mahasiswa dari East-West Center. Sebagai seorang penenun, Dunham sangat tertarik pada industri desa dan pindah ke Kota Yogyakarta, pusat kerajinan Jawa.
Pada Mei dan Juni 1978, Dunham menjadi konsultan jangka pendek di kantor International Labour Organization (ILO) di Jakarta, menulis rekomendasi tentang industri desa dan usaha non-pertanian lainnya untuk rencana pembangunan lima tahun ketiga pemerintah Indonesia (REPELITA III). Dari Oktober 1978 hingga Desember 1980, Dunham adalah konsultan industri pedesaan di Jawa Tengah pada Program Pembangunan Provinsi (PDP I) Kementerian Perindustrian Indonesia, yang didanai oleh USAID di Jakarta dan dilaksanakan melalui Development Alternatives, Inc. (DAI).
### Advokasi Pembangunan Pedesaan dan Keuangan Mikro ===
Dari Januari 1981 hingga November 1984, Ann Dunham menjabat sebagai pejabat program untuk perempuan dan pekerjaan di kantor regional Asia Tenggara Ford Foundation di Jakarta. Selama bekerja di Ford Foundation, ia mengembangkan model keuangan mikro yang kini menjadi standar di Indonesia, sebuah negara yang menjadi pemimpin dunia dalam sistem mikro-kredit. Peter Geithner, ayah dari Tim Geithner (yang kemudian menjadi Menteri Keuangan A.S. dalam pemerintahan putranya), adalah kepala pemberi hibah Asia di yayasan tersebut saat itu.
Dunham kemudian membangun karier di bidang pembangunan pedesaan, memperjuangkan pekerjaan perempuan dan mikro-kredit bagi masyarakat miskin dunia. Ia bekerja sama dengan para pemimpin dari organisasi yang mendukung hak asasi manusia, hak-hak perempuan, dan pembangunan akar rumput.
Dari Mei hingga November 1986 dan dari Agustus hingga November 1987, Dunham adalah konsultan pengembangan industri rumahan untuk Agricultural Development Bank of Pakistan (ADBP) di bawah Proyek Pembangunan Pedesaan Terpadu Gujranwala (GADP). Komponen kredit proyek ini diimplementasikan di distrik Gujranwala di provinsi Punjab, Pakistan dengan pendanaan dari Asian Development Bank dan IFAD. Dunham bekerja sama erat dengan kantor Lahore dari Punjab Small Industries Corporation (PSIC).
Dari Januari 1988 hingga 1995, Dunham menjadi konsultan dan koordinator penelitian untuk bank tertua di Indonesia, Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Jakarta, dengan pekerjaannya didanai oleh USAID dan Bank Dunia. Pada Maret 1993, Dunham menjadi koordinator penelitian dan kebijakan untuk Women's World Banking (WWB) di New York. Ia membantu WWB mengelola Pertemuan Kelompok Ahli tentang Perempuan dan Keuangan di New York pada Januari 1994, dan membantu WWB mengambil peran penting dalam Konferensi Dunia Keempat tentang Perempuan PBB yang diadakan pada 4-15 September 1995 di Beijing, serta dalam konferensi regional PBB dan forum LSM yang mendahuluinya.
### Keterlibatan Akademik dan Budaya ===
Selain kontribusinya di bidang pembangunan pedesaan dan keuangan mikro, Ann Dunham juga aktif terlibat dalam institusi pendidikan dan organisasi budaya. Karyanya di Universitas Indonesia untuk BAPPENAS dan penelitian lapangan yang luas di Yogyakarta menunjukkan dedikasinya terhadap pengembangan kapasitas lokal melalui pengetahuan akademis. Perannya sebagai instruktur kerajinan di Bishop Museum di Honolulu dan sebagai salah satu pendiri Ganesha Volunteers (Indonesian Heritage Society) di Museum Nasional Indonesia di Jakarta menyoroti minatnya yang mendalam pada seni, budaya, dan warisan, serta komitmennya untuk melestarikan dan mempromosikannya. Keterlibatan ini mencerminkan pendekatan holistik Dunham terhadap pembangunan masyarakat, di mana aspek budaya dan pendidikan dipandang sama pentingnya dengan pembangunan ekonomi.
5. Keyakinan dan Nilai Pribadi
Ann Dunham memiliki pandangan filosofis yang kuat dan progresif yang sangat membentuk hidupnya serta memengaruhi anak-anaknya. Komitmennya terhadap keadilan sosial, hak asasi manusia, dan kesetaraan ekonomi adalah inti dari nilai-nilai pribadinya.
### Pandangan Agama dan Dunia ===
Dalam memoarnya tahun 1995, Dreams from My FatherMimpi dari AyahkuBahasa Inggris, Barack Obama menulis, "Keyakinan ibu saya pada nilai-nilai yang membutuhkan ketekunan bergantung pada keyakinan yang tidak saya miliki... Di negeri [Indonesia] di mana fatalisme tetap menjadi alat yang diperlukan untuk menanggung kesulitan... ia adalah saksi yang kesepian bagi humanisme sekuler, seorang prajurit bagi New Deal, Peace Corps, liberalisme berbasis kertas posisi."
Dalam bukunya tahun 2006, The Audacity of Hope, Obama menulis, "Saya tidak dibesarkan dalam rumah tangga yang religius... Pengalaman ibu saya sendiri... hanya memperkuat skeptisisme yang diwariskan ini. Kenangannya tentang orang-orang Kristen yang mengisi masa mudanya bukanlah kenangan yang menyenangkan... Namun, di balik semua sekularismenya yang diakui, ibu saya dalam banyak hal adalah orang yang paling terbangun secara spiritual yang pernah saya kenal." Obama juga menambahkan bahwa baginya, agama "hanyalah salah satu dari banyak cara-dan belum tentu cara terbaik-bahwa manusia berusaha mengendalikan hal yang tidak diketahui dan memahami kebenaran yang lebih dalam tentang hidup kita."
Adiknya, Maya Soetoro-Ng, menggambarkan filosofi hidup ibu mereka: "Dia merasa bahwa entah somehow, mengembara melalui wilayah yang belum dipetakan, kita mungkin akan menemukan sesuatu yang, dalam sekejap, akan mewakili siapa kita pada intinya. Itulah filosofi hidupnya-untuk tidak dibatasi oleh ketakutan atau definisi sempit, untuk tidak membangun dinding di sekitar diri kita dan melakukan yang terbaik untuk menemukan kekerabatan dan keindahan di tempat-tempat yang tidak terduga."
Maxine Box, sahabat Dunham di SMA, mengatakan bahwa Dunham "menyatakan dirinya sebagai ateis, dan itu adalah sesuatu yang telah ia baca dan bisa ia perdebatkan. Ia selalu menantang dan berdebat dan membandingkan. Ia sudah memikirkan hal-hal yang belum kita pikirkan." Namun, Maya Soetoro-Ng membantah bahwa ibunya adalah seorang ateis, melainkan seorang agnostik. Maya menyatakan, "Ia pada dasarnya memberi kami semua buku-buku yang baik-Alkitab, Upanishad Hindu, naskah Buddha, Tao Te Ching-dan ingin kami mengakui bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang indah untuk disumbangkan." Dunham merasa bahwa "Yesus adalah contoh yang luar biasa. Tetapi ia merasa bahwa banyak orang Kristen berperilaku dengan cara yang tidak Kristen."
Dalam pidatonya pada tahun 2007, Obama membandingkan keyakinan ibunya dengan keyakinan kakek-neneknya: "Ibu saya, yang orang tuanya adalah Baptis dan Metodis yang tidak mempraktikkan agama, adalah salah satu jiwa paling spiritual yang pernah saya kenal. Tetapi ia memiliki skeptisisme yang sehat terhadap agama sebagai sebuah institusi."
### Perspektif Sosial dan Politik ===
Ann Dunham adalah seorang idealist dan praktisi yang teguh dalam keyakinan politik dan sosialnya. Ia sangat berkomitmen pada keadilan sosial, hak asasi manusia, dan kesetaraan ekonomi. Sejak usia muda, ia menunjukkan kecenderungan politik yang progresif. Teman SMA-nya menggambarkannya sebagai "feminis asli" dan seseorang yang "liberal sebelum kami tahu apa itu liberal."
Karyanya dalam antropologi ekonomi dan pembangunan pedesaan, terutama fokusnya pada keuangan mikro dan pemberdayaan ekonomi perempuan, secara langsung mencerminkan nilai-nilai progresifnya. Ia meyakini bahwa kemiskinan bukanlah kegagalan individu atau budaya, melainkan akibat dari sistem politik dan ekonomi yang tidak adil yang membatasi akses terhadap modal dan kekuasaan. Disertasinya secara tajam mengkritik program-program pembangunan yang tanpa disadari memperburuk ketimpangan sosial dengan hanya menguntungkan elit. Komitmennya untuk bekerja langsung dengan masyarakat akar rumput dan mempromosikan solusi yang memberdayakan individu, khususnya perempuan, menunjukkan dedikasinya pada prinsip-prinsip ini.
Dunham juga menunjukkan penolakan yang kuat terhadap diskriminasi rasial, menekankan bahwa karakter seseorang lebih penting daripada ras mereka. Keyakinan ini sangat memengaruhi Barack Obama, yang tumbuh dengan menghargai pentingnya integritas individu di atas perbedaan identitas. Sikapnya yang optimis dan idealistis terlihat dari keyakinannya yang teguh terhadap potensi putranya. Beberapa teman bahkan bersaksi bahwa Dunham pernah menyatakan keyakinannya bahwa putranya, Barack, suatu hari nanti bisa menjadi Presiden Amerika Serikat.
Secara keseluruhan, Ann Dunham adalah sosok yang mandiri, berpandangan luas, dan tidak konvensional, yang menjunjung tinggi humanisme sekuler dan pragmatisme dalam pendekatannya terhadap masalah-masalah sosial. Ia percaya pada kebebasan individu dan pentingnya menantang norma-norma demi kemajuan sosial.
6. Penyakit dan Kematian
Pada akhir tahun 1994, Ann Dunham tinggal dan bekerja di Indonesia. Suatu malam, saat makan malam di rumah seorang teman di Jakarta, ia merasakan sakit perut yang parah. Kunjungan ke dokter setempat awalnya menghasilkan diagnosis gangguan pencernaan.
Dunham kembali ke Amerika Serikat pada awal tahun 1995 dan diperiksa di Memorial Sloan-Kettering Cancer Center di Kota New York, di mana ia didiagnosis menderita kanker rahim. Pada saat itu, kanker telah menyebar ke indung telurnya. Ia kemudian pindah kembali ke Hawaii untuk tinggal di dekat ibunya yang janda, dan meninggal pada 7 November 1995, 22 hari sebelum ulang tahunnya yang ke-53. Setelah upacara peringatan di University of Hawaii, Obama dan saudara perempuannya menyebarkan abu jenazah ibu mereka di Samudra Pasifik di Lanai Lookout di sisi selatan Oahu. Obama menyebarkan abu neneknya, Madelyn Dunham, di tempat yang sama pada 23 Desember 2008, beberapa minggu setelah terpilih sebagai presiden.
Barack Obama berbicara tentang kematian Dunham dalam iklan kampanye 30 detik berjudul "Mother", yang mengadvokasi reformasi layanan kesehatan. Iklan tersebut menampilkan foto Dunham sedang menggendong Obama kecil, sementara Obama berbicara tentang hari-hari terakhir ibunya yang khawatir tentang tagihan medis yang mahal. Topik ini juga muncul dalam pidatonya pada tahun 2007 di Santa Barbara:
"Saya ingat ibu saya. Ia berusia 52 tahun ketika meninggal karena kanker ovarium, dan tahukah Anda apa yang ia pikirkan di bulan-bulan terakhir hidupnya? Ia tidak memikirkan untuk sembuh. Ia tidak memikirkan untuk berdamai dengan kefanaannya sendiri. Ia telah didiagnosis saat ia sedang beralih pekerjaan. Dan ia tidak yakin apakah asuransi akan menanggung biaya medis karena mereka mungkin menganggap ini sebagai kondisi yang sudah ada sebelumnya. Saya ingat betapa pedihnya melihat ia berjuang dengan tumpukan dokumen dan tagihan medis serta formulir asuransi. Jadi, saya telah melihat bagaimana rasanya ketika seseorang yang Anda cintai menderita karena sistem layanan kesehatan yang rusak. Dan itu salah. Itu bukan siapa kita sebagai suatu bangsa."
Asuransi kesehatan yang diberikan oleh perusahaan Dunham menanggung sebagian besar biaya perawatan medisnya, menyisakan ia untuk membayar deductible dan biaya yang tidak ditanggung, yang mencapai beberapa ratus dolar per bulan. Asuransi disabilitas yang diberikan oleh perusahaannya menolak klaimnya untuk biaya yang tidak ditanggung karena perusahaan asuransi menyatakan bahwa kankernya adalah kondisi yang sudah ada sebelumnya. Situasi ini menyoroti tantangan yang dihadapi dalam sistem layanan kesehatan di Amerika Serikat, terutama terkait dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya dan beban keuangan yang ditanggung pasien.
7. Pengakuan Anumerta dan Warisan
Setelah kematiannya, kehidupan dan karya Ann Dunham terus dikenang, dipelajari, dan dihormati, baik melalui publikasi akademis maupun berbagai inisiatif peringatan yang mencerminkan dampak jangka panjangnya dalam antropologi, pembangunan, dan warisan pribadinya.
### Publikasi dan Pencapaian Penelitian ===
Pada September 2008, University of Hawaii at Mānoa mengadakan simposium tentang Dunham, menyoroti kontribusi penelitiannya. Pada Desember 2009, Duke University Press menerbitkan versi disertasinya dengan judul Surviving against the Odds: Village Industry in IndonesiaBertahan Melawan Segala Rintangan: Industri Desa di IndonesiaBahasa Inggris. Buku ini direvisi dan diedit oleh pembimbing pascasarjana Dunham, Alice G. Dewey, dan Nancy I. Cooper. Putri Dunham, Maya Soetoro-Ng, menulis kata pengantar untuk buku tersebut. Dalam epilognya, antropolog Boston University Robert W. Hefner menggambarkan penelitian Dunham sebagai "visioner" dan warisannya sebagai "relevan hari ini untuk antropologi, studi Indonesia, dan beasiswa yang terlibat". Buku ini diluncurkan pada pertemuan tahunan American Anthropological Association 2009 di Philadelphia dengan Panel Kepresidenan khusus tentang karya Dunham; pertemuan 2009 ini direkam oleh C-SPAN.
Selain disertasinya, Dunham juga menghasilkan sejumlah makalah profesional yang kini disimpan dalam koleksi National Anthropological Archives (NAA). Putrinya mendonasikan koleksi tersebut yang dikategorikan sebagai S. Ann Dunham papers, 1965-2013. Koleksi ini berisi studi kasus, korespondensi, buku catatan lapangan, kuliah, foto, laporan, berkas penelitian, proposal penelitian, survei, dan disket yang mendokumentasikan penelitian disertasinya tentang pandai besi, serta pekerjaan profesionalnya sebagai konsultan untuk organisasi seperti Ford Foundation dan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Koleksi ini disimpan di Smithsonian National Museum of Natural History.
Pada 11 November 2010, atas penelitiannya mengenai peran perempuan, pemberdayaan sosial-ekonomi, dan mikro-kredit di desa-desa, putranya Barack Obama menerima penghargaan Bintang Jasa Utama atas namanya dari Pemerintah Indonesia, sebagai penghargaan sipil tertinggi. Pada tahun 2020, Smithsonian Magazine mencatat bahwa sebuah proyek telah didirikan untuk mentranskripsikan catatan lapangannya yang telah didigitalisasi. Partisipasi publik dalam proyek transkripsi diumumkan pada saat yang sama.
### Proyek Peringatan dan Penilaian Ulang ===
Kehidupan dan warisan Ann Dunham terus dihormati melalui berbagai proyek dan inisiatif peringatan:
- Pada tahun 2009, pameran koleksi tekstil batik Jawa milik Dunham, berjudul "A Lady Found a Culture in its Cloth: Barack Obama's Mother and Indonesian BatiksSeorang Wanita Menemukan Budaya dalam Kainnya: Ibu Barack Obama dan Batik IndonesiaBahasa Inggris", berkeliling di enam museum di Amerika Serikat, mengakhiri tur di Textile Museum di Washington, D.C., pada bulan Agustus.
- Pada Desember 2010, Dunham dianugerahi Bintang Jasa Utama, penghargaan sipil tertinggi di Indonesia.
- Biografi utama yang panjang tentang Dunham oleh mantan reporter New York Times, Janny Scott, berjudul A Singular WomanSeorang Wanita yang Luar BiasaBahasa Inggris, diterbitkan pada tahun 2011.
- University of Hawaii Foundation telah mendirikan Ann Dunham Soetoro Endowment, yang mendukung posisi fakultas di Departemen Antropologi di University of Hawaiʻi at Mānoa, dan Ann Dunham Soetoro Graduate Fellowships, yang memberikan dana bagi mahasiswa yang terkait dengan East-West Center (EWC) di Honolulu, Hawaii.
- Pada tahun 2010, Beasiswa Stanley Ann Dunham didirikan untuk perempuan muda yang lulus dari Mercer Island High School, almamater Ann. Dalam enam tahun pertamanya, dana beasiswa tersebut telah memberikan sebelas beasiswa perguruan tinggi.
- Pada 1 Januari 2012, Presiden Obama dan keluarganya mengunjungi pameran karya antropologis ibunya yang dipamerkan di East-West Center.
- Film biografi berdurasi panjang tentang Ann Dunham karya pembuat film Vivian Norris, berjudul Obama Mama (judul Prancis: La mère d'Obama), tayang perdana pada 31 Mei 2014, sebagai bagian dari Festival Film Internasional Seattle ke-40.
- Dalam film Barry (2016), sebuah dramatisasi kehidupan Barack Obama sebagai mahasiswa sarjana, Dunham diperankan oleh Ashley Judd.
### Dampak Sosial ===
Pengaruh abadi Ann Dunham sangat terasa dalam bidang keuangan mikro, pemberdayaan ekonomi perempuan, dan perannya dalam membentuk nilai-nilai serta pandangan dunia putranya, Barack Obama. Pekerjaannya yang inovatif di Indonesia dan Pakistan membantu merintis model keuangan mikro yang berfokus pada individu dan komunitas yang terpinggirkan, memberikan mereka akses ke modal dan alat untuk mencapai kemandirian ekonomi. Advokasinya yang gigih untuk hak-hak perempuan dan keadilan sosial menunjukkan komitmen mendalamnya untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dari bawah ke atas.
Sebagai seorang ibu, Dunham menanamkan nilai-nilai humanisme sekuler, skeptisisme yang sehat terhadap institusi, dan komitmen terhadap kesetaraan dan keadilan sosial pada Barack Obama. Obama sendiri telah menyatakan bahwa ibunya adalah "sosok dominan dalam tahun-tahun pembentukannya" dan bahwa "nilai-nilai yang ia ajarkan kepada saya terus menjadi batu pijakan saya dalam menjalani dunia politik." Hal ini menunjukkan bahwa warisan Dunham tidak hanya terbatas pada kontribusi akademis dan profesionalnya, tetapi juga dalam membentuk karakter dan pandangan pemimpin dunia, yang terus membawa pengaruhnya pada isu-isu global seperti pembangunan, kesetaraan, dan hak asasi manusia.