1. Early life and education
Anne Elizabeth Applebaum lahir pada 25 Juli 1964 di Washington, D.C., Amerika Serikat. Ia adalah putri sulung dari tiga bersaudara dari pasangan Harvey M. Applebaum dan Elizabeth Applebaum. Keluarganya menganut Reformasi Yudaisme. Ayahnya adalah seorang alumni Yale University dan menjabat sebagai penasihat senior di praktik Antitrust dan Perdagangan Internasional Covington & Burling, sementara ibunya adalah koordinator program di Corcoran Gallery of Art. Menurut Applebaum, kakek-nenek buyutnya berimigrasi ke Amerika Utara selama masa pemerintahan Alexander III dari Rusia dari wilayah yang sekarang dikenal sebagai Belarus.
Setelah menempuh pendidikan di Sidwell Friends School di Washington, D.C., Applebaum melanjutkan studinya di Yale University. Selama semester Musim Gugur 1982, ia mempelajari sejarah Uni Soviet di bawah bimbingan Wolfgang Leonhard. Pengalamannya menghabiskan musim panas 1985 di Leningrad, Uni Soviet (sekarang Saint Petersburg, Rusia), sangat memengaruhi pandangan-pandangannya.
Applebaum meraih gelar BA dari Yale pada tahun 1986 dengan predikat summa cum laude dalam bidang sejarah dan sastra, dan ia juga terpilih sebagai anggota Phi Beta Kappa. Ia kemudian menerima Marshall Scholarship selama dua tahun untuk melanjutkan studi di London School of Economics, di mana ia memperoleh gelar MSc dalam hubungan internasional pada tahun 1987. Selain itu, ia juga belajar di St Antony's College, Oxford, sebelum memulai kariernya sebagai koresponden untuk The Economist dan pindah ke Warsawa, Polandia, pada tahun 1988. Pada November 1989, Applebaum melakukan perjalanan dari Warsawa ke Berlin untuk melaporkan peristiwa runtuhnya Tembok Berlin.
2. Career
Anne Applebaum memiliki karier yang luas di bidang jurnalisme, media, akademik, dan lembaga pemikir (think tank), dengan fokus pada isu-isu internasional dan sejarah.
2.1. Journalism and Media Roles
Sebagai koresponden asing untuk The Economist dan The Independent, Applebaum meliput peristiwa penting seperti runtuhnya Tembok Berlin dan runtuhnya komunisme di Eropa. Pada tahun 1991, ia kembali ke Inggris untuk bekerja di The Economist, dan kemudian diangkat sebagai editor asing dan wakil editor di The Spectator, serta editor politik di Evening Standard.
Dari tahun 2002 hingga 2006, ia menjadi anggota dewan editorial The Washington Post, dan selama tujuh belas tahun ia juga menjadi kolumnis di surat kabar tersebut. Pada tahun 2001, ia mewawancarai Perdana Menteri Britania Raya saat itu, Tony Blair. Sejak Januari 2020, Applebaum bergabung dengan The Atlantic sebagai penulis staf. Pada Juli 2020, ia menjadi salah satu dari 153 penandatangan "Harper's Letter" (juga dikenal sebagai "A Letter on Justice and Open Debate"), sebuah surat terbuka yang menyatakan keprihatinan bahwa "pertukaran bebas informasi dan ide, yang merupakan urat nadi masyarakat liberal, semakin hari semakin terbatas."
2.2. Academic and Think Tank Affiliations
Selain kiprahnya di dunia jurnalisme, Applebaum juga aktif di lingkungan akademik dan lembaga pemikir. Ia pernah menjabat sebagai adjunct fellow di American Enterprise Institute, sebuah lembaga pemikir konservatif.
Dari tahun 2011 hingga 2016, ia mendirikan dan menjalankan Transitions Forum di Legatum Institute, sebuah lembaga pemikir dan badan amal pendidikan internasional yang berbasis di London. Di sana, ia mengelola berbagai proyek, termasuk program dua tahun yang mengkaji hubungan antara demokrasi dan pertumbuhan ekonomi di Brasil, India, dan Afrika Selatan. Ia juga memimpin proyek Future of Syria dan Future of Iran yang membahas perubahan institusional di kedua negara tersebut, serta menugaskan serangkaian makalah tentang korupsi di Georgia, Moldova, dan Ukraina.
Bersama majalah Foreign Policy, ia menciptakan Democracy Lab, sebuah situs web yang berfokus pada negara-negara yang sedang dalam transisi menuju atau menjauhi demokrasi. Situs ini kemudian berkembang menjadi Democracy Post di The Washington Post. Applebaum juga menjalankan Beyond Propaganda, sebuah program yang dimulai pada tahun 2014 untuk mengkaji propaganda dan disinformasi di abad ke-21, yang mengantisipasi perdebatan tentang "berita palsu" di kemudian hari.
Pada tahun 2016, ia meninggalkan Legatum Institute karena perbedaan pandangan terkait Brexit setelah penunjukan Philippa Stroud yang Euroskeptis sebagai CEO. Ia kemudian bergabung dengan London School of Economics sebagai Profesor Praktik di Institute for Global Affairs, di mana ia mengelola program Arena yang berfokus pada disinformasi dan propaganda abad ke-21. Pada musim gugur 2019, ia memindahkan proyek ini ke Agora Institute di Johns Hopkins University, tempat ia kini menjabat sebagai peneliti senior.
Applebaum adalah anggota Council on Foreign Relations dan juga menjabat di dewan National Endowment for Democracy serta Renew Democracy Initiative. Ia pernah menjadi anggota dewan direksi internasional Institute for War and Peace Reporting. Ia juga merupakan Senior Adjunct Fellow di Center for European Policy Analysis (CEPA), di mana ia bersama-sama memimpin inisiatif penting yang bertujuan untuk melawan disinformasi Rusia di Eropa Tengah dan Timur. Selain itu, ia pernah menjadi anggota dewan editorial untuk The American Interest dan Journal of Democracy. Pada Januari 2022, Applebaum diundang untuk bersaksi di hadapan Komite Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat AS dalam sebuah dengar pendapat berjudul "Bolstering Democracy in the Age of Rising Authoritarianism".
3. Major Writings and Publications
Anne Applebaum telah menulis beberapa buku penting yang sebagian besar berfokus pada sejarah dan politik Eropa Timur, komunisme, dan ancaman terhadap demokrasi. Karya-karyanya meliputi:
- Between East and West: Across the Borderlands of Europe (1994): Buku pertamanya ini adalah sebuah catatan perjalanan yang menggambarkan kebangkitan nasionalisme di negara-negara baru di bekas Uni Soviet.
- Gulag: A History (2003): Karya monumental ini mengkaji sistem kamp penjara Soviet. Buku ini memenangkan Pulitzer Prize for General Nonfiction pada tahun 2004 dan juga dinominasikan untuk National Book Award, Los Angeles Times book award, dan National Book Critics Circle Award.
- Gulag Voices: An Anthology (2011): Sebuah antologi yang melengkapi karya sebelumnya.
- Iron Curtain: The Crushing of Eastern Europe, 1944-1956 (2012): Buku sejarah ini membahas pembentukan komunisme di Eropa Timur pasca-Perang Dunia II. Karya ini dinominasikan untuk National Book Award dan masuk daftar pendek untuk PEN/John Kenneth Galbraith Award 2013.
- From a Polish Country House Kitchen (2012): Sebuah buku resep yang juga mencerminkan kehidupan pribadinya di Polandia.
- Red Famine: Stalin's War on Ukraine (2017): Buku sejarah ini mengupas Holodomor, kelaparan buatan di Ukraina yang diakibatkan oleh kebijakan Stalin. Buku ini memenangkan Lionel Gelber Prize dan Duff Cooper Prize, menjadikannya satu-satunya penulis yang memenangkan Duff Cooper Prize dua kali.
- Twilight of Democracy: The Seductive Lure of Authoritarianism (2020): Karya ini merupakan gabungan memoar dan analisis politik yang mengeksplorasi daya tarik otoritarianisme. Buku ini menjadi Der Spiegel dan New York Times bestseller.
- Wybór (Choice) (2021): Sebuah karya yang diterbitkan di Polandia.
- Autocracy, Inc.: The Dictators Who Want to Run the World (2024): Buku terbarunya yang menganalisis bagaimana rezim otoriter modern beroperasi dan berkolaborasi secara internasional.

4. Thought and Critical Analysis
Pemikiran Anne Applebaum berpusat pada demokrasi, otoritarianisme, dan sejarah Eropa pasca-komunis. Ia dikenal karena analisisnya yang tajam terhadap rezim otoriter dan dampaknya terhadap masyarakat.
4.1. Critique of Russia and Authoritarianism
Applebaum adalah seorang komentator politik yang sangat kritis terhadap Rusia dan rezim Putin. Baginya, runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989 bukan hanya sebuah kisah geopolitik, melainkan sebuah kisah moral dan vonis sejarah. Ia meyakini bahwa identitas politiknya terbentuk dari kekagumannya terhadap keberanian moral para pembangkang Eropa Timur dan keyakinannya pada potensi Amerika Serikat untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik.
Sejak awal 1990-an, Applebaum telah menulis tentang Uni Soviet dan Rusia. Pada tahun 2000, ia menggambarkan hubungan antara Vladimir Putin, yang saat itu baru menjabat sebagai presiden Rusia, dengan mantan pemimpin Soviet Yuri Andropov dan mantan KGB. Sejak tahun 2008, ia mulai berbicara tentang "Putinisme" sebagai ideologi anti-demokrasi, meskipun pada saat itu sebagian besar masih menganggap Putin sebagai pragmatis pro-Barat.
Applebaum telah menjadi kritikus vokal terhadap perilaku Barat terkait intervensi militer Rusia di Ukraina. Dalam sebuah artikel di The Washington Post pada 5 Maret 2014, ia menyatakan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya tidak boleh terus membiarkan "keberadaan rezim Rusia yang korup yang mengganggu stabilitas Eropa", seraya mencatat bahwa tindakan Presiden Vladimir Putin telah melanggar "serangkaian perjanjian internasional". Pada 7 Maret, dalam artikel lain di The Daily Telegraph, ia membahas perang informasi dan berpendapat bahwa "kampanye yang kuat untuk mengatakan kebenaran tentang Krimea diperlukan untuk melawan kebohongan Moskow". Pada akhir Agustus, ia mempertanyakan apakah Ukraina harus bersiap untuk "perang total" dengan Rusia dan apakah negara-negara Eropa Tengah harus bergabung dengan mereka.
Pada tahun 2014, ia menulis di The New York Review of Books (dalam ulasan buku Putin's Kleptocracy karya Karen Dawisha) dan mempertanyakan apakah "kisah terpenting dalam dua puluh tahun terakhir mungkin bukan kegagalan demokrasi, melainkan kebangkitan bentuk baru otoritarianisme Rusia". Ia menggambarkan "mitos penghinaan Rusia" dan berpendapat bahwa NATO dan ekspansi Uni Eropa telah menjadi "kesuksesan fenomenal". Pada Juli 2016, sebelum pemilihan umum AS, ia menulis tentang hubungan antara Donald Trump dan Rusia, dan berpendapat bahwa dukungan Rusia terhadap Trump adalah bagian dari kampanye politik Rusia yang lebih luas yang dirancang untuk mengganggu stabilitas Barat. Pada Desember 2019, ia menulis di The Atlantic bahwa "di abad ke-21, kita juga harus menghadapi fenomena baru: intelektual sayap kanan, yang kini sangat kritis terhadap masyarakat mereka sendiri, yang mulai menjilat diktator sayap kanan yang tidak menyukai Amerika." Pada November 2022, Applebaum menjadi salah satu dari 200 warga negara AS yang sanksi oleh Rusia karena "promosi kampanye Russophobia dan dukungan terhadap rezim di Kiev."
4.2. Analysis of Central and Eastern Europe
Applebaum banyak menulis tentang sejarah Eropa Tengah dan Eropa Timur, khususnya Polandia. Dalam kesimpulan bukunya Iron Curtain, Applebaum berpendapat bahwa rekonstruksi masyarakat sipil adalah tantangan terpenting dan tersulit bagi negara-negara pasca-komunis di Eropa Tengah. Dalam esai lain, ia berpendapat bahwa obsesi otoriter modern terhadap penindasan masyarakat sipil berawal dari Vladimir Lenin. Ia telah menulis esai tentang pembuat film Polandia Andrzej Wajda, tentang pendudukan ganda Nazi-Soviet di Eropa Tengah, dan tentang mengapa tidak akurat untuk mendefinisikan "Eropa Timur" sebagai satu entitas tunggal.
4.3. Nationalism and Populism
Pada Maret 2016, delapan bulan sebelum pemilihan Presiden Donald Trump, Applebaum menulis kolom di The Washington Post yang mempertanyakan, "Apakah ini akhir dari Barat seperti yang kita kenal?", yang berpendapat bahwa "kita hanya berjarak dua atau tiga pemilihan buruk dari akhir NATO, akhir Uni Eropa dan mungkin akhir dari tatanan dunia liberal." Applebaum mendukung kampanye Hillary Clinton untuk menjadi presiden pada Juli 2016 dengan alasan bahwa Trump adalah "seorang pria yang tampaknya bertekad untuk menghancurkan aliansi yang menjaga perdamaian internasional dan kekuatan Amerika."
Kolom Applebaum di The Washington Post pada Maret 2016 mendorong surat kabar Swiss Tages-Anzeiger dan majalah Jerman Der Spiegel untuk mewawancarainya. Artikel-artikel tersebut muncul pada Desember 2016 dan Januari 2017. Ia berpendapat sejak awal bahwa gerakan populis internasional yang sering diidentifikasi sebagai "sayap kanan" atau "alt-right" sebenarnya tidak bersifat konservatif seperti yang telah lama didefinisikan oleh istilah "konservatif". Ia menulis bahwa kelompok-kelompok populis di Eropa memiliki "ide dan ideologi, teman dan pendiri", dan bahwa, tidak seperti konservatif Burkean, mereka berusaha untuk "menggulingkan institusi masa kini untuk mengembalikan hal-hal yang ada di masa lalu-atau yang mereka yakini ada di masa lalu-dengan paksa." Applebaum telah menggarisbawahi bahaya "Internasional Nasionalis" yang baru, sebuah persatuan partai-partai xenofobia dan nasionalis seperti Hukum dan Keadilan di Polandia, Liga Utara di Italia, dan Partai Kebebasan di Austria.
5. Personal Life
Pada tahun 1992, Anne Applebaum menikah dengan Radosław Sikorski, seorang politikus Polandia yang kemudian menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Marshal Sejm (Ketua Parlemen), dan anggota Parlemen Eropa. Sejak tahun 2023, Sikorski kembali menjabat sebagai Menteri Luar Negeri. Pasangan ini memiliki dua putra, Aleksander dan Tadeusz.
Applebaum memperoleh kewarganegaraan Polandia pada tahun 2013. Selain bahasa Inggris, ia juga fasih berbahasa Polandia dan Rusia.
6. Awards and Honors
Anne Applebaum telah menerima berbagai penghargaan dan pengakuan atas kontribusinya yang signifikan dalam bidang jurnalisme, sejarah, dan wacana publik. Beberapa penghargaan dan kehormatan penting yang telah diterimanya meliputi:
- 1992: Charles Douglas-Home Memorial Trust Award
- 2003: Finalis National Book Award untuk Nonfiksi, Gulag: A History
- 2003: Duff Cooper Prize untuk Gulag: A History
- 2004: Pulitzer Prize for General Nonfiction untuk Gulag: A History
- 2008: Order of the Cross of Terra Mariana kelas tiga dari Estonia
- 2008: Lithuanian Millennium Star
- 2010: Petőfi Prize
- 2012: Officer's Cross of the Order of Merit of the Republic of Poland
- 2012: Finalis National Book Award untuk Nonfiksi, Iron Curtain: The Crushing of Eastern Europe 1944-1956
- 2013: Cundill Prize in Historical Literature untuk Iron Curtain: The Crushing of Eastern Europe 1944-1956
- 2013: Duke of Westminster's Medal for Military Literature untuk Iron Curtain: The Crushing of Eastern Europe 1944-1956
- 2017: Doctor of Humane Letters Honoris Causa dari Georgetown University
- 2017: Honorary Doctorate dari National University of Kyiv-Mohyla Academy
- 2017: Duff Cooper Prize untuk bukunya Red Famine: Stalin's War on Ukraine
- 2017: Antonovych Prize
- 2018: Lionel Gelber Prize untuk bukunya Red Famine: Stalin's War on Ukraine
- 2018: Honorary Fritz Stern Professor dari University of Wrocław
- 2019: Premio Nonino "Maestro del nostro tempo" ("Master of our Time")
- 2019: Order of Princess Olga, kelas tiga
- 2021: Finalis National Magazine Awards dalam kategori "Essays and Criticism" dan "Columns and Commentary"
- 2021: Premio Internacional de Periodismo de EL MUNDO
- 2022: Order of Princess Olga, kelas dua
- 2024: Friedenspreis des Deutschen Buchhandels (German Peace Prize)
