1. Gambaran Umum
Bernardus dari Clairvaux, O.Cist. (Bernardus ClaraevallensisBahasa Latin; 1090 - 20 Agustus 1153), yang dihormati sebagai Santo Bernardus, adalah seorang biarawan, mistikus, dan tokoh utama dalam reformasi Ordo Benediktin melalui Ordo Sistersian yang baru muncul. Berasal dari keluarga bangsawan di Fontaine-lès-Dijon, Prancis, ia menjadi kepala biara pertama di Biara Clairvaux, yang didirikannya pada tahun 1115. Di bawah kepemimpinannya, Ordo Sistersian berkembang pesat, mendirikan lebih dari enam puluh biara di seluruh Eropa, termasuk Inggris dan Irlandia, yang menjadikan Clairvaux sebagai pusat spiritual dan intelektual yang sangat berpengaruh.
Bernardus dikenal karena penekanannya pada pengalaman spiritual pribadi, kerendahan hati, dan cinta kepada Kristus, menolak pendekatan rasionalistik skolastisisme dan menekankan iman yang lebih emosional. Ia juga mengembangkan teologi Maria dengan pandangannya tentang peran sentral Bunda Maria sebagai mediatris. Selain kontribusi teologisnya, Bernardus juga memiliki pengaruh politik yang besar di Abad Pertengahan, berperan penting dalam menyelesaikan Skisma Kepausan pada tahun 1130 dengan mendukung Paus Innosensius II dan melakukan perjalanan diplomatik yang luas.
Salah satu peran paling kontroversialnya adalah memobilisasi Perang Salib Kedua (1146-1149) melalui khotbah-khotbahnya yang berapi-api di seluruh Eropa. Meskipun ia berhasil mengumpulkan dukungan besar dari kalangan bangsawan dan rakyat jelata, kegagalan perang salib tersebut menimbulkan kekecewaan besar dan kritik terhadapnya, bahkan ia sendiri akhirnya mengaitkan kegagalan itu dengan dosa-dosa para tentara salib. Selain itu, keterlibatannya dalam perdebatan teologis, seperti perselisihannya dengan Petrus Abelardus, menunjukkan sikap dogmatis yang keras dalam mempertahankan ortodoksi. Bernardus dikanonisasi sebagai santo pada tahun 1174 dan dinyatakan sebagai Doktor Gereja pada tahun 1830, dikenal sebagai "Doktor Mellifluus" (Doktor Manis Laksana Madu) karena retorikanya yang memukau. Warisannya mencakup pengaruh luas pada pemikiran Kristen dan monastisisme, meskipun perannya dalam konflik dan perang salib tetap menjadi subjek evaluasi kritis dalam sejarah.
2. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Bernardus dari Clairvaux menghabiskan masa mudanya di Burgundy, Prancis, di mana ia menerima pendidikan awal dan mulai menunjukkan ketertarikan pada kehidupan spiritual sebelum akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Sistersian.
2.1. Kelahiran dan Keluarga
Bernardus lahir pada tahun 1090 di Fontaine-lès-Dijon, sebuah wilayah di Burgundy, Prancis. Ia adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara, enam di antaranya adalah laki-laki. Orang tuanya adalah Tescelin de Fontaine, seorang tuan tanah dan ksatria dari Fontaine-lès-Dijon, dan Aleth de Montbard, seorang wanita bangsawan yang saleh dan berasal dari keluarga terkemuka di Burgundy. Keluarganya merupakan bagian dari kaum bangsawan tertinggi di wilayah tersebut, dan ibunya dikenal memiliki kesalehan yang mendalam serta perhatian pada pendidikan anak-anaknya.
2.2. Pendidikan dan Ketertarikan Spiritual Awal
Pada usia sembilan tahun, Bernardus dikirim untuk menempuh pendidikan di sebuah sekolah di Châtillon-sur-Seine, yang dikelola oleh para kanon sekuler Saint-Vorles. Di sekolah ini, ia menunjukkan minat yang besar pada sastra dan retorika, kemampuan yang kemudian akan ia gunakan secara efektif dalam khotbah-khotbah dan tulisan-tulisannya. Selama masa pendidikannya dengan para imam, Bernardus sering kali merenungkan panggilan untuk menjadi imam atau biarawan. Keinginan untuk menjalani kehidupan monastik semakin kuat setelah kematian ibunya, yang terjadi saat ia masih muda, memicu perenungan spiritual yang lebih dalam.
2.3. Masuk ke dalam Ordo Cistercian
Pada tahun 1112, Bernardus memutuskan untuk memasuki Biara Cîteaux (menurut sumber lain tahun 1113), sebuah biara perintis yang didirikan pada tahun 1098 oleh Robertus dari Molesme di dekat Dijon. Biara ini didirikan dengan tujuan untuk hidup secara harfiah sesuai dengan Aturan Santo Benediktus, yang menekankan kesederhanaan, kerja keras, dan doa yang mendalam, berbeda dengan praktik yang lebih longgar di biara-biara Benediktin lain pada waktu itu. Bernardus bergabung dengan Ordo Cistercian yang baru ini bersama dengan tiga puluh bangsawan muda lainnya dari Burgundy, banyak di antaranya adalah kerabatnya sendiri. Contoh hidup dan khotbahnya yang meyakinkan bahkan membuat banyak orang, termasuk ayahnya sendiri, mengikuti jejaknya masuk ke dalam kehidupan monastik. Karena pengaruhnya yang besar dalam menarik orang-orang ke kehidupan beragama, Bernardus kemudian dianggap sebagai santo pelindung panggilan religius.
3. Kepala Biara Clairvaux dan Reformasi Cistercian
Bernardus berperan sebagai kepala biara pertama di Clairvaux, di mana ia mendirikan dan mengembangkan biara tersebut, berkontribusi pada perluasan Ordo Sistersian, dan mempertahankan keteguhan dalam kehidupan monastik dari berbagai kritik.
3.1. Pendirian Biara Clairvaux
Komunitas kecil para biarawan Benediktin yang telah direformasi di Cîteaux tumbuh dengan sangat cepat. Tiga tahun setelah Bernardus bergabung, yaitu pada tahun 1115, ia diutus bersama dua belas biarawan lainnya untuk mendirikan sebuah biara baru di Vallée d'Absinthe (Lembah Absinthe), yang terletak di Keuskupan Langres. Pada tanggal 25 Juni 1115, Bernardus menamai tempat ini Claire Vallée, atau yang kemudian dikenal sebagai Clairvaux, dan sejak saat itu nama Bernardus serta Clairvaux menjadi tidak terpisahkan. Ia diangkat sebagai kepala biara oleh William dari Champeaux, yang menjabat sebagai Uskup Châlons-sur-Marne. William dari Champeaux adalah seorang profesor teologi di Notre Dame de Paris dan pendiri Biara St. Victor di Paris, dan hubungan persahabatan yang kuat terjalin antara Bernardus dan uskup tersebut. Permulaan Biara Clairvaux sangatlah ketat, dan Bernardus sendiri menjalani kehidupan yang jauh lebih keras. Ia sering sakit sejak masa novisiatnya karena praktik puasa yang ekstrem, namun demikian, para calon biarawan datang berbondong-bondong kepadanya dalam jumlah besar.
3.2. Ekspansi Ordo Cistercian
Di bawah kepemimpinan Bernardus, Clairvaux segera mulai mendirikan komunitas-komunitas baru. Pada tahun 1118, Biara Trois-Fontaines didirikan di keuskupan Châlons; pada tahun 1119, Biara Fontenay di Keuskupan Autun; dan pada tahun 1121, Biara Foigny di dekat Vervins. Selama masa hidup Bernardus, lebih dari enam puluh biara baru (sumber lain menyebutkan delapan puluh hingga sembilan puluh tiga biara) didirikan atau dialihkan ke Ordo Sistersian di berbagai belahan Eropa, termasuk Jerman, Swedia, Inggris, Irlandia, Portugal, Swiss, dan Italia. Meskipun secara formal Biara Cîteaux adalah pusat Ordo, Clairvaux di bawah Bernardus menjadi biara terpenting dan berpengaruh, hal ini sebagian besar berkat reputasi dan karakter Bernardus.
3.3. Kehidupan Monastik dan Keteguhan Hati
Bernardus dikenal menjalani kehidupan monastik yang sangat keras dan asketis. Ia sering menghabiskan banyak waktu di luar biara sebagai pengkhotbah dan diplomat yang melayani Paus, namun tetap mempertahankan kontemplasi yang mendalam. Ia digambarkan oleh Jean-Baptiste Chautard sebagai "pria paling kontemplatif sekaligus paling aktif di zamannya" dan Bernardus sendiri menyebut dirinya sebagai "kimera di zamannya", yang mencerminkan bagian-bagian yang berbeda dari kepribadiannya. Selain keberhasilan, Bernardus juga menghadapi berbagai cobaan. Ketika ia tidak berada di Clairvaux, kepala biara dari Biara Cluny yang merupakan saingan, pergi ke Clairvaux dan membujuk sepupu Bernardus, Robertus dari Châtillon, untuk menjadi seorang Benediktin. Peristiwa ini memicu salah satu surat Bernardus yang paling panjang dan emosional. Kematian saudaranya, Gerard, juga sangat menghancurkan Bernardus dan menginspirasi salah satu khotbahnya yang paling menyentuh.
3.4. Pembelaan terhadap Ordo Cistercian

Para biarawan Benediktin di Cluny merasa tidak senang melihat Ordo Sistersian mendapatkan keunggulan begitu cepat, terutama karena banyak biarawan Benediktin yang beralih menjadi Sistersian. Mereka mengkritik cara hidup Sistersian yang lebih ketat. Atas dorongan William dari St-Thierry, Bernardus membela Sistersian dengan tulisannya yang berjudul Apologia (nama lengkap: Apologia ad Guillelmum Sancti Theoderici Abbatem), yang bertujuan untuk menjelaskan perbedaan dan keunggulan Ordo Sistersian. Peter the Venerable, kepala biara Cluny, menanggapi Bernardus dengan menyatakan kekaguman dan persahabatannya, serta meluncurkan reformasi di Cluny. Bernardus juga menjalin persahabatan dengan Abbot Suger.
4. Kontribusi Teologis dan Spiritual
Bernardus dari Clairvaux adalah seorang pemikir teologis dan spiritual yang sangat berpengaruh pada masanya, dikenal karena penekanannya pada mistisisme, devosi kepada Bunda Maria, serta kritik terhadap pendekatan rasionalistik dalam teologi.
4.1. Mistisisme dan Devosi kepada Kristus
Sebagai seorang ahli dalam doa dan spiritualitas, Bernardus sangat menekankan pentingnya pengalaman pribadi dan persahabatan yang mendalam dengan Yesus Kristus. Ia menganjurkan mistisisme Kristen, di mana individu mencari kesatuan spiritual dan emosional dengan Tuhan melalui kontemplasi dan cinta. Bagi Bernardus, kerendahan hati dan penyangkalan diri adalah langkah-langkah penting dalam penyucian spiritual yang pada akhirnya akan menuntun manusia pada kontemplasi dan kesatuan kehendak dengan Tuhan, bukan penyatuan substansi. Retorikanya yang puitis dan penuh afeksi bertujuan untuk memupuk iman yang lebih langsung dan mendalam, berbeda dengan pendekatan intelektual semata.
4.2. Teologi Maria (Mariologi)
Bernardus adalah seorang mariolog yang kuat, yang menekankan peran sentral Bunda Maria dalam teologi Kristen. Ia secara efektif berkhotbah tentang devosi kepada Maria dan mengembangkan teologi mengenai perannya sebagai Kopenebus (Co-Redemptrix) dan mediatris, yang menjadi jembatan antara manusia dan Yesus Kristus. Meskipun demikian, Bernardus tidak menyetujui doktrin Dikandung Tanpa Noda (Immaculate Conception), yang menyatakan bahwa Maria dikandung tanpa dosa asal; ia berpendapat bahwa hanya Yesus Kristus yang dikandung tanpa dosa.
4.3. Kritik terhadap Skolastisisme
Bernardus secara tegas menolak pendekatan rasional dan intelektual dalam memahami Tuhan yang dianut oleh para skolastik, seperti Petrus Abelardus. Ia percaya bahwa iman harus lebih berakar pada pengalaman emosional dan pertobatan pribadi, bukan pada analisis logis atau akal budi semata. Ia adalah seorang ahli retorika Kristen, dan penggunaan bahasanya dianggap sebagai warisan universalnya yang paling abadi. Pendekatannya yang puitis dan persuasif, yang mengedepankan afeksi dan iman, berlawanan dengan metode dialektika yang populer di kalangan para sarjana di Paris.
4.4. Karya Teologis Utama
Bernardus menghasilkan banyak karya tulis yang berpengaruh dalam sejarah gereja dan teologi. Edisi kritis modern dari karyanya adalah Sancti Bernardi operaBahasa Latin (1957-1977), yang disunting oleh Jean Leclercq. Karya-karya utamanya meliputi:
- De gradibus humilitatis et superbiaeBahasa Latin (Langkah-langkah Kerendahan Hati dan Kesombongan, sekitar 1120).
- Apologia ad Guillelmum Sancti Theoderici AbbatemBahasa Latin (Pembelaan kepada Kepala Biara William dari St. Thierry) - ditulis untuk membela Ordo Sistersian.
- De conversione ad clericos sermo seu liberBahasa Latin (Tentang Pertobatan Klerus, 1122) - sebuah khotbah kepada para sarjana dan klerus mahasiswa.
- De gratia et libero arbitrioBahasa Latin (Tentang Anugerah dan Kehendak Bebas, sekitar 1128) - sebuah risalah teologis akademis.
- De diligendo DeiBahasa Latin (Tentang Mengasihi Tuhan) - salah satu karyanya yang paling terkenal, yang mengulas tentang cinta ilahi.
- Liber ad milites templi de laude novae militiaeBahasa Latin (Dalam Pujian atas Kesatriaan Baru, 1129) - yang menyajikan garis besar aturan bagi Ksatria Templar.
- De praecepto et dispensatione libriBahasa Latin (Kitab tentang Perintah dan Dispensasi, sekitar 1144).
- De considerationeBahasa Latin (Tentang Pertimbangan, sekitar 1150) - ditujukan kepada Paus Eugenius III, berpendapat bahwa reformasi gereja harus dimulai dari paus, dan kesalehan serta meditasi harus mendahului tindakan.
- Liber De vita et rebus gestis Sancti Malachiae Hiberniae EpiscopiBahasa Latin (Kehidupan dan Kematian Santo Malachy, Uskup Irlandia).
- De moribus et officio episcoporumBahasa Latin (Tentang Tugas Uskup-Uskup) - sebuah surat kepada Henri Sanglier, Uskup Agung Sens.
- Contra Errores Petri Abaelardi (Melawan Kesalahan-kesalahan Petrus Abelardus).
Bernardus juga menulis lirik untuk Himne Sistersian.
5. Peran dalam Politik Gereja dan Skisma Kepausan
Bernardus dari Clairvaux adalah sosok yang memiliki karisma dan pengaruh besar dalam urusan politik gereja dan diplomasi pada masanya, terutama dalam menyelesaikan Skisma Kepausan yang memecah belah Gereja Katolik.
5.1. Aktivitas Diplomatik dan Tata Kelola Gereja
Bernardus meninggalkan kesan sebagai pribadi yang penuh percaya diri dan memiliki karisma yang tak terbantahkan di mata para sezamannya; sejarawan Holdsworth menulis, "Mukjizat pertama dan terbesarnya adalah dirinya sendiri." Ia membela hak-hak gereja dari campur tangan raja dan pangeran, serta mengingatkan Henri Sanglier, Uskup Agung Sens, dan Stephen dari Senlis, Uskup Paris, akan tugas mereka. Ia menghabiskan banyak waktu di luar biara sebagai pengkhotbah dan diplomat yang melayani paus. Karena pengaruhnya yang luas, ia pernah ditawari jabatan Uskup Agung Milan, namun ia menolaknya dan memilih untuk kembali ke biara.
5.2. Penyelesaian Skisma Kepausan
Ketika Paus Honorius II meninggal pada tahun 1130, sebuah skisma pecah di Gereja dengan terpilihnya dua paus: Paus Innosensius II dan Antipaus Anacletus II. Paus Innosensius II, setelah diusir dari Roma oleh Anacletus, mencari perlindungan di Prancis. Raja Louis VI dari Prancis mengadakan dewan nasional para uskup Prancis di Étampes, dan Bernardus, yang dipanggil oleh para uskup, dipilih untuk memutuskan antara kedua paus yang bersaing tersebut. Ia memutuskan untuk mendukung Paus Innosensius II, menjadi salah satu pendukung utamanya dan secara efektif memperjuangkan legitimasi Innosensius.
Bernardus kemudian melakukan perjalanan ke Italia dan mendamaikan Pisa dengan Genoa, serta Milan dengan Paus. Pada tahun yang sama, Bernardus kembali hadir di Konsili Reims di sisi Innosensius II. Ia kemudian pergi ke Aquitaine di mana ia berhasil untuk sementara waktu melepaskan William X, Adipati Aquitaine, dari dukungan Anacletus. Jerman telah memutuskan untuk mendukung Innosensius melalui Norbert dari Xanten, seorang teman Bernardus. Paus Innosensius, bagaimanapun, bersikeras untuk ditemani Bernardus ketika ia bertemu dengan Lothair II, Kaisar Romawi Suci. Lothair II menjadi sekutu terkuat Innosensius di antara kaum bangsawan. Meskipun konsili-konsili di Étampes, Würzburg, Konsili Clermont, dan Rheims semuanya mendukung Innosensius, sebagian besar dunia Kristen masih mendukung Anacletus.
Dalam sebuah surat kepada Kaisar Jerman Lothair mengenai Antipaus Anacletus, Bernardus menulis, "Adalah aib bagi Kristus bahwa seorang Yahudi duduk di takhta Santo Petrus" dan "Anacletus bahkan tidak memiliki reputasi baik di antara teman-temannya, sementara Innosensius terkenal tanpa keraguan." (Salah satu leluhur Anacletus, Benedictus, mungkin Baruch dalam bahasa Ibrani, adalah seorang Yahudi yang telah masuk Kristen-tetapi Anacletus sendiri bukan Yahudi, dan keluarganya telah menjadi Kristen selama tiga generasi). Setelah membujuk Gerard dari Angoulême (dalam Surat 126), yang Bernardus anggap sebagai lawan terberatnya selama skisma, Bernardus mengunjungi William X dari Aquitaine lagi pada akhir 1134 setelah William kembali ke skisma. Pada Ekaristi, Bernardus "menasihati sang Adipati agar tidak meremehkan Tuhan seperti ia meremehkan para hamba-Nya." William akhirnya menyerah dan skisma pun berakhir.
Pada tahun 1132, Bernardus menemani Innosensius II ke Italia, dan di Cluny, Paus menghapus iuran yang biasa dibayar Clairvaux kepada biara tersebut, yang menimbulkan perselisihan antara Biarawan Putih (Sistersian) dan Biarawan Hitam (Cluny) yang berlangsung selama 20 tahun. Pada Mei tahun itu, Paus, didukung oleh pasukan Lothair III, memasuki Roma, tetapi Lothair III, merasa terlalu lemah untuk menahan partisan Anacletus, mundur ke seberang Pegunungan Alpen, dan Innosensius mencari perlindungan di Pisa pada September 1133. Bernardus telah kembali ke Prancis pada Juni dan melanjutkan pekerjaan perdamaian yang dimulainya pada tahun 1130.
Ia kembali ke Italia, di mana Roger II dari Sisilia berusaha menarik Pisans dari kesetiaan mereka kepada Innosensius. Ia memanggil kembali kota Milan untuk tunduk kepada Paus karena mereka telah mengikuti Anselm V, Uskup Agung Milan yang digulingkan. Untuk ini, ia ditawari, dan ia menolak, tahta Milan. Ia kemudian kembali ke Clairvaux. Merasa akhirnya aman di biaranya, Bernardus mencurahkan dirinya untuk menyusun karya-karya yang memberinya gelar "Doktor Gereja", seperti khotbah-khotbahnya tentang Kidung Agung.
Pada tahun 1137, ia kembali dipaksa meninggalkan biara atas perintah Paus untuk mengakhiri perselisihan antara Lothair dan Roger dari Sisilia. Pada konferensi yang diadakan di Palermo, Bernardus berhasil meyakinkan Roger tentang hak-hak Innosensius II. Ia juga membungkam para pendukung terakhir yang mempertahankan skisma. Anacletus meninggal karena "kesedihan dan kekecewaan" pada tahun 1138, dan bersamanya, skisma berakhir. Pada tahun 1139, Bernardus membantu Konsili Lateran Kedua, di mana para penganut skisma yang masih hidup secara definitif dikutuk. Sekitar waktu yang sama, Bernardus dikunjungi di Clairvaux oleh Malachy, Primata Seluruh Irlandia, dan terjalin persahabatan yang sangat dekat di antara mereka. Malachy ingin menjadi seorang Sistersian, tetapi Paus tidak memberikan izin. Malachy meninggal di Clairvaux pada tahun 1148.
5.3. Hubungan dengan Kaisar dan Raja
Bernardus sering berinteraksi dengan penguasa sekuler terkemuka pada zamannya, termasuk Raja Louis VI dari Prancis dan Kaisar Lothair II, Kaisar Romawi Suci. Keterlibatannya dalam Skisma Kepausan mengharuskannya untuk bernegosiasi dan mempengaruhi raja-raja dan kaisar-kaisar agar mendukung Paus yang sah. Ia bahkan melakukan perjalanan ke Jerman untuk meyakinkan Conrad III dan Frederick Barbarossa untuk berpartisipasi dalam Perang Salib. Pengaruhnya terhadap para penguasa menunjukkan betapa besar kekuasaan moral dan diplomatik yang ia miliki di Eropa abad ke-12.
6. Konflik dan Perdebatan Intelektual
Bernardus dari Clairvaux adalah sosok yang gigih dalam mempertahankan ortodoksi teologis, yang membuatnya terlibat dalam beberapa konflik dan perdebatan intelektual penting, termasuk perselisihannya dengan Petrus Abelardus dan perjuangannya melawan berbagai ajaran sesat.
6.1. Debat dengan Petrus Abelardus

Menjelang akhir abad ke-11, semangat independensi berkembang dalam sekolah-sekolah filsafat dan teologi, yang menemukan advokat yang gigih dan kuat dalam diri Petrus Abelardus. Risalah Abelardus tentang Tritunggal telah dikutuk sebagai ajaran sesat pada tahun 1121, dan ia dipaksa untuk membakar bukunya sendiri. Namun, Abelardus terus mengembangkan ajaran-ajaran kontroversialnya. Bernardus dilaporkan mengadakan pertemuan dengan Abelardus dengan maksud membujuknya untuk mengubah tulisannya, di mana Abelardus bertobat dan berjanji untuk melakukannya. Namun, setelah tidak berada di hadapan Bernardus, ia mengingkari janjinya.
Bernardus kemudian mengecam Abelardus kepada Paus dan para kardinal Kurta. Abelardus mencari debat dengan Bernardus, tetapi Bernardus awalnya menolak, mengatakan bahwa ia merasa masalah sepenting itu tidak boleh diselesaikan dengan analisis logis. Surat-surat Bernardus kepada William dari St-Thierry juga mengungkapkan kekhawatirannya tentang menghadapi logikawan terkemuka tersebut. Abelardus terus mendesak untuk debat publik, dan membuat tantangannya diketahui secara luas, sehingga Bernardus sulit menolak. Pada tahun 1141, atas desakan Abelardus, Uskup Agung Sens memanggil sebuah konsili uskup, di mana Abelardus dan Bernardus akan mengajukan kasus mereka masing-masing agar Abelardus memiliki kesempatan untuk membersihkan namanya.
Bernardus melobi para prelatus pada malam sebelum debat, mempengaruhi banyak dari mereka ke pandangannya. Keesokan harinya, setelah Bernardus menyampaikan pernyataan pembukanya, Abelardus memutuskan untuk mundur tanpa mencoba menjawab. Konsili memutuskan mendukung Bernardus dan keputusan mereka dikonfirmasi oleh Paus. Abelardus menyerah tanpa perlawanan, dan ia pensiun ke Cluny untuk hidup di bawah perlindungan Peter the Venerable, di mana ia meninggal dua tahun kemudian.
6.2. Perjuangan Melawan Ajaran Sesat
Setelah berhasil mengakhiri skisma di dalam Gereja, Bernardus kini dipanggil untuk memerangi ajaran sesat. Ia telah sibuk mengirim rombongan biarawan dari biaranya yang padat ke berbagai negara, termasuk Jerman, Swedia, Inggris, Irlandia, Portugal, Swiss, dan Italia. Beberapa di antaranya, atas perintah Innosensius II, mengambil alih Biara Tre Fontane, dari mana Paus Eugenius III dipilih pada tahun 1145.
Henry dari Lausanne, seorang mantan biarawan Cluny, telah mengadopsi ajaran Petrobrusian, pengikut Peter dari Bruys, dan menyebarkannya dalam bentuk modifikasi setelah Peter. Pengikut Henry dari Lausanne kemudian dikenal sebagai Henrician. Pada Juni 1145, atas undangan Kardinal Alberic dari Ostia, Bernardus melakukan perjalanan ke Prancis selatan. Khotbahnya, yang dibantu oleh penampilannya yang asketis dan pakaian sederhana, membantu menghentikan penyebaran sekte-sekte baru tersebut. Baik iman Henrician maupun Petrobrusian mulai meredup pada akhir tahun itu. Tak lama setelah itu, Henry dari Lausanne ditangkap, dihadapkan di hadapan uskup Toulouse, dan kemungkinan dipenjara seumur hidup. Dalam sebuah surat kepada penduduk Toulouse, yang tidak diragukan lagi ditulis pada akhir tahun 1146, Bernardus menyerukan agar mereka memusnahkan sisa-sisa terakhir bidat tersebut. Ia juga berkhotbah melawan Katarianisme. Sebelum sidang kedua Gilbert dari Poitiers di Konsili Reims (1148), Bernardus mengadakan pertemuan pribadi dengan sejumlah peserta, mencoba menekan mereka untuk mengutuk Gilbert. Ini menyinggung berbagai kardinal yang hadir, yang kemudian bersikeras bahwa mereka adalah satu-satunya orang yang dapat mengadili kasus tersebut, dan tidak ada vonis bidat yang dijatuhkan terhadap Gilbert.
7. Khotbah dan Gerakan Perang Salib
Bernardus dari Clairvaux dikenal sebagai pengkhotbah yang ulung, dan perannya dalam memobilisasi Perang Salib Kedua memiliki dampak yang signifikan namun juga menghadapi kritik historis.
7.1. Khotbah kepada Biarawan dan Klerus
Sebagai kepala biara, Bernardus sering berkhotbah kepada komunitasnya di Clairvaux, namun ia juga berbicara kepada komunitas monastik lainnya dan, dalam satu kasus yang sangat terkenal, kepada para mahasiswa teologi di Paris. Ia menyampaikan khotbah Ad clericos de conversioneBahasa Latin (kepada klerus tentang pertobatan) pada akhir tahun 1139 atau awal 1140, kepada sekelompok sarjana dan klerus mahasiswa. Banyak khotbahnya mengenai Kidung Agung termasuk dalam khotbah-khotbah yang sering dipelajari dan ia sampaikan kepada para biarawan di Clairvaux.
7.2. Ajakan untuk Perang Salib Kedua

Pada masa ini, berita dari Tanah Suci yang mengkhawatirkan Dunia Kristen tiba. Pasukan Kristen telah dikalahkan dalam Pengepungan Edessa (1144), dan sebagian besar wilayah tersebut jatuh ke tangan Turki Seljuk. Kerajaan Yerusalem dan negara-negara Tentara Salib lainnya terancam bencana serupa. Delegasi para uskup dari Kerajaan Armenia Kilikia meminta bantuan dari Paus, dan Raja Louis VII dari Prancis juga mengirim utusan. Pada tahun 1144, Paus Eugenius III menugaskan Bernardus untuk mengkhotbahkan Perang Salib Kedua dan memberikan indulgensi yang sama seperti yang telah diberikan Paus Urbanus II untuk Perang Salib Pertama.
Pada awalnya, tidak ada antusiasme populer yang berarti untuk perang salib, berbeda dengan tahun 1095. Bernardus merasa perlu untuk menekankan bahwa "mengambil salib" adalah cara ampuh untuk mendapatkan pengampunan dosa dan mencapai rahmat. Pada tanggal 31 Maret 1146, dengan kehadiran Raja Louis VII dari Prancis, ia berkhotbah kepada kerumunan besar di sebuah lapangan di Vézelay, menyampaikan "khotbah hidupnya." Ketika ia selesai, banyak pendengarnya mendaftar; kain yang digunakan untuk membuat salib bagi rekrutan baru bahkan kabarnya sampai habis.
Berbeda dengan Perang Salib Pertama, upaya baru ini menarik bangsawan, seperti Ratu Eleanor dari Aquitaine dan banyak bangsawan tinggi serta uskup. Namun, dukungan yang lebih besar datang dari rakyat jelata. Bernardus menulis kepada Paus Eugenius beberapa hari kemudian, "Kota-kota dan kastil-kastil kini kosong. Tidak tersisa satu laki-laki untuk tujuh wanita, dan di mana-mana ada janda dari suami yang masih hidup," menggambarkan skala pendaftaran yang masif.
Bernardus kemudian melanjutkan perjalanannya ke Jerman, dengan mukjizat-mukjizat yang dilaporkan turut berkontribusi pada keberhasilan misinya. Raja Conrad III dan keponakannya Frederick Barbarossa menerima salib dari tangan Bernardus. Paus Eugenius bahkan datang secara langsung ke Prancis untuk mendorong usaha ini. Seperti dalam Perang Salib Pertama, khotbah-khotbah ini menyebabkan serangan terhadap kaum Yahudi; seorang biarawan fanatik Prancis bernama Radulf sang Sistersian tampaknya menginspirasi pembantaian Yahudi di Rhineland, Köln, Mainz, Worms, dan Speyer, dengan Radulf mengklaim bahwa orang Yahudi tidak berkontribusi secara finansial untuk penyelamatan Tanah Suci. Uskup Agung Köln dan Uskup Agung Mainz sangat menentang serangan-serangan ini dan meminta Bernardus untuk mengecamnya. Bernardus melakukannya, tetapi ketika kampanye berlanjut, ia melakukan perjalanan dari Flandria ke Jerman untuk menangani masalah tersebut secara pribadi. Ia kemudian menemukan Radulf di Mainz dan berhasil membungkamnya, mengembalikannya ke biaranya.
7.3. Dukungan terhadap Perang Salib Wendish
Meskipun Bernardus tidak secara langsung mengkhotbahkan Perang Salib Wendish, ia menulis sebuah surat yang menganjurkan penaklukan kelompok Slavia Barat ini agar mereka tidak menjadi penghalang bagi Perang Salib Kedua. Ia menganjurkan pertempuran melawan mereka "sampai pada suatu waktu, dengan pertolongan Tuhan, mereka akan bertobat atau dihapuskan." Sebuah dekrit yang dikeluarkan di Frankfurt menyatakan bahwa surat tersebut harus diumumkan secara luas dan dibacakan, sehingga "surat itu berfungsi sebagai khotbah." Ini menunjukkan sisi agresif dan tanpa kompromi dalam visinya mengenai penyebaran kekristenan.
7.4. Dampak dan Kritik atas Ajakan Perang Salib
Tahun-tahun terakhir kehidupan Bernardus diselimuti kesedihan akibat kegagalan Perang Salib Kedua yang ia khotbahkan, serta seluruh tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Bernardus mengirimkan pembelaan diri kepada Paus, yang dimasukkan dalam bagian kedua bukunya De consideratione. Di sana ia menjelaskan bahwa dosa-dosa para tentara salib adalah penyebab kemalangan dan kegagalan mereka. Meskipun Bernardus adalah seorang pengkhotbah yang sangat berpengaruh dan karismatik, perannya dalam memobilisasi Perang Salib, terutama dengan konsekuensi tragis dan kekerasan terhadap non-Kristen (seperti Yahudi), telah menjadi subjek evaluasi kritis dalam sejarah. Kekalahan telak ini merusak reputasinya dan meninggalkan beban berat di akhir hidupnya.
8. Tahun-Tahun Akhir dan Kematian
Meskipun disibukkan dengan berbagai aktivitas gerejawi dan politik, Bernardus juga menghadapi kenyataan usia tua dan kematian, yang ia renungkan dengan mendalam.
8.1. Masa Tua dan Refleksi
Kematian orang-orang sezamannya menjadi peringatan bagi Bernardus akan akhir hidupnya sendiri yang semakin mendekat. Yang pertama meninggal adalah Abbot Suger pada tahun 1152, tentang siapa Bernardus menulis kepada Paus Eugenius III, "Jika ada bejana berharga yang menghiasi istana Raja segala Raja, itu adalah jiwa Suger yang terhormat." Conrad III dan putranya Henry meninggal pada tahun yang sama. Meskipun ia menghadapi berbagai peristiwa dan kontroversi, serta kehilangan sahabat karib, Bernardus tetap memiliki pikiran yang jernih hingga akhir hayatnya, seperti yang dibuktikan oleh karya terakhirnya, De consideratione.
8.2. Kematian dan Pemakaman
Bernardus meninggal pada usia enam puluh tiga tahun, pada tanggal 20 Agustus 1153, setelah empat puluh tahun menjalani kehidupan monastik. Ia dimakamkan di Biara Clairvaux, biara yang ia dirikan sendiri dan menjadi tempat terakhirnya. Setelah penghancuran Biara Clairvaux pada tahun 1792 oleh pemerintah Revolusi Prancis, jenazahnya dipindahkan ke Katedral Troyes, di mana ia dihormati hingga kini.
9. Warisan dan Evaluasi
Warisan Bernardus dari Clairvaux sangat luas, mencakup pengaruh teologis dan monastik yang mendalam, pengakuan gerejawi, serta kritik historis terhadap beberapa aspek dari tindakan dan pandangannya.
9.1. Pengaruh terhadap Pemikiran Abad Pertengahan dan Selanjutnya

Teologi dan mariologi Bernardus terus memiliki arti penting. Teks-teksnya merupakan bacaan wajib dalam kongregasi Sistersian. Ia memperkenalkan pergeseran besar, "reorientasi fundamental" dalam teologi abad pertengahan. Meskipun ia adalah seorang mistikus dan menolak rasionalisme ekstrem dalam skolastisisme, pemikiran spiritualnya memengaruhi banyak tokoh selanjutnya. Martin Luther dan Jean Calvin, dua reformator Protestan terkemuka, mengutip Bernardus beberapa kali untuk mendukung doktrin Sola Fide (hanya iman) dan kebenaran yang diperhitungkan (imputed righteousness). Dante Alighieri juga menjadikan Bernardus sebagai pemandu terakhirnya dalam Divine Comedy saat ia melakukan perjalanan melalui Empyrean.
9.2. Pengakuan sebagai Santo dan Doktor Gereja
Bernardus dikanonisasi hanya 21 tahun setelah kematiannya oleh Paus Aleksander III pada tanggal 18 Januari 1174. Pada tahun 1830, Paus Pius VIII menyatakan Bernardus sebagai Doktor Gereja, memberinya gelar kehormatan "Doktor Mellifluus" (Doktor Manis Laksana Madu) karena retorikanya yang luar biasa. Pada tahun 1953, dalam rangka peringatan 800 tahun kematiannya, Paus Pius XII menerbitkan ensiklik Doctor Mellifluus yang khusus membahas Bernardus, menjulukinya sebagai "Bapa-Bapa terakhir" Gereja. Hari rayanya dirayakan pada tanggal 20 Agustus. Bernardus juga merupakan santo pelindung bagi panggilan religius, peternak lebah, pembuat lilin, penggali pasir, dan pekerja.
9.3. Pendirian Biara dan Ekspansi Cistercian
Bernardus memainkan peran sentral dalam mendirikan 163 biara di berbagai bagian Eropa, yang menunjukkan dampaknya yang luar biasa terhadap penyebaran dan pengaruh Ordo Sistersian. Para Sistersian menghormatinya sebagai salah satu tokoh Sistersian awal terbesar. Kontribusinya dalam memperluas Ordo ini menjadikan jaringan biara Sistersian sebagai salah satu kekuatan spiritual dan ekonomi terbesar di Eropa Abad Pertengahan. Couvent et Basilique Saint-Bernard, sebuah kompleks bangunan yang berasal dari abad ke-12, ke-17, dan ke-19, didedikasikan untuk Bernardus dan berdiri di tempat kelahirannya di Fontaine-lès-Dijon. Banyak gereja dan kapel yang menjadikan Santo Bernardus sebagai santo pelindung mereka.
9.4. Kritik dan Evaluasi Historis

Meskipun dihormati sebagai seorang santo, Bernardus juga diakui sebagai "seorang santo yang sulit" karena beberapa aspek dari kehidupan dan karyanya yang kontroversial. Perannya yang berapi-api dalam memobilisasi Perang Salib Kedua, meskipun dilakukan dengan niat religius yang kuat, secara tidak langsung berkontribusi pada kekerasan dan tragedi, termasuk pembantaian orang Yahudi oleh massa fanatik yang terinspirasi oleh seruan perang salib. Kekalahan telak perang salib ini juga membebani reputasinya di akhir hidupnya.
Selain itu, pendekatannya yang keras dalam perdebatan teologis, seperti dengan Petrus Abelardus dan Gilbert dari Poitiers, menunjukkan penolakannya terhadap rasionalisme dan intelektualisme yang berkembang pesat pada masanya. Meskipun ia menekankan pengalaman iman dan mistisisme, sikap ini terkadang dianggap sebagai hambatan terhadap perkembangan intelektual dan kebebasan berpikir dalam teologi. Perselisihan yang ia ciptakan, meski bermaksud mempertahankan ortodoksi, juga dapat dilihat sebagai contoh bagaimana otoritas keagamaan dapat membatasi eksplorasi intelektual yang berbeda. Namun demikian, Bernardus tetap diakui sebagai salah satu figur paling berpengaruh dalam sejarah kekristenan, yang membentuk arah monastisisme, teologi, dan politik gereja di Abad Pertengahan.
10. Karya Tulis
Bernardus dari Clairvaux adalah seorang penulis yang produktif, menghasilkan berbagai risalah teologis, kumpulan khotbah, dan surat-surat yang memiliki dampak abadi. Edisi kritis modern dari karya-karyanya adalah Sancti Bernardi operaBahasa Latin (1957-1977), yang disunting oleh Jean Leclercq.
10.1. Risalah Utama
- De gradibus humilitatis et superbiaeBahasa Latin (Langkah-langkah Kerendahan Hati dan Kesombongan, sekitar 1120)
- Apologia ad Guillelmum Sancti Theoderici AbbatemBahasa Latin (Pembelaan kepada Kepala Biara William dari St. Thierry) - sebuah risalah untuk membela Ordo Sistersian terhadap klaim dari para biarawan Cluny.
- De conversione ad clericos sermo seu liberBahasa Latin (Tentang Pertobatan Klerus, 1122)
- De gratia et libero arbitrioBahasa Latin (Tentang Anugerah dan Kehendak Bebas, sekitar 1128)
- De diligendo DeiBahasa Latin (Tentang Mengasihi Tuhan)
- Liber ad milites templi de laude novae militiaeBahasa Latin (Dalam Pujian atas Kesatriaan Baru, 1129) - yang menguraikan aturan Ksatria Templar.
- De praecepto et dispensatione libriBahasa Latin (Kitab tentang Perintah dan Dispensasi, sekitar 1144)
- De considerationeBahasa Latin (Tentang Pertimbangan, sekitar 1150) - sebuah nasihat untuk Paus Eugenius III mengenai reformasi gereja.
- Liber De vita et rebus gestis Sancti Malachiae Hiberniae EpiscopiBahasa Latin (Kehidupan dan Kematian Santo Malachy, Uskup Irlandia)
- De moribus et officio episcoporumBahasa Latin (Tentang Perilaku dan Tugas Uskup-Uskup) - sebuah surat kepada Henri Sanglier, Uskup Agung Sens.
- Contra Errores Petri Abaelardi (Melawan Kesalahan-kesalahan Petrus Abelardus).
10.2. Kumpulan Khotbah
Khotbah-khotbah Bernardus juga sangat banyak dan berpengaruh:
- Yang paling terkenal adalah Sermones super Cantica CanticorumBahasa Latin (Khotbah-khotbah tentang Kidung Agung). Ini mungkin berasal dari khotbah-khotbah yang disampaikan kepada para biarawan Clairvaux. Khotbah ini berisi bagian otobiografi, Khotbah ke-26, yang meratapi kematian saudaranya, Gerard. Setelah Bernardus meninggal, Sistersian Inggris Gilbert dari Hoyland melanjutkan seri 86 khotbah Bernardus yang belum lengkap ini.
- Terdapat 125 khotbah yang masih ada, berjudul Sermones per annumBahasa Latin (Khotbah-khotbah Tahun Liturgi).
- Ada juga Sermones de diversisBahasa Latin (Khotbah-khotbah tentang Berbagai Topik).
10.3. Surat-surat
Sebanyak 547 surat Bernardus masih bertahan hingga saat ini. Korespondensi ini memiliki nilai historis yang penting, memberikan wawasan tentang pemikiran, aktivitas diplomatik, dan interaksinya dengan tokoh-tokoh penting pada masanya.
10.4. Karya yang Salah Atribusi
Sejumlah surat, risalah, dan karya-karya lain secara keliru diatribusikan kepada Bernardus, meskipun kemudian terbukti bukan karyanya. Ini termasuk:
- L'échelle du cloître (Tangga Biara, sekitar 1150) - karya Guigo I.
- Meditatio (Meditasi) - kemungkinan ditulis pada abad ke-13, beredar luas di Abad Pertengahan dengan nama Bernardus, dan merupakan salah satu karya religius paling populer di Abad Pertengahan akhir. Temanya adalah pengenalan diri sebagai permulaan kebijaksanaan.
- L'édification de la maison intérieure.
- Himne Jesu dulcis memoria.
- Aforisma terkenal: "Jalan menuju neraka diaspal dengan niat baik" (L'enfer est plein de bonnes volontés ou désirs). Meskipun secara luas dikaitkan dengan Bernardus, tidak ada karya aslinya yang ditemukan mengandung peribahasa ini.