1. Ikhtisar

Clarissa Ward (lahir 31 Januari 1980) adalah seorang jurnalis televisi berkebangsaan Britania Raya dan Amerika Serikat yang menjabat sebagai koresponden internasional utama untuk CNN. Kariernya yang luas berpusat pada pelaporan dari zona konflik dan peristiwa global yang krusial, yang menunjukkan komitmennya terhadap jurnalisme investigatif mendalam. Artikel ini akan membahas secara rinci kehidupan awal dan pendidikannya, perkembangan kariernya melalui berbagai perusahaan berita besar seperti Fox News, ABC News, dan CBS News, serta peran utamanya di CNN. Fokus akan diberikan pada laporan-laporan signifikan dari medan perang, termasuk di Perang Saudara Suriah, Afganistan di bawah Taliban, invasi Rusia ke Ukraina, dan Perang Israel-Hamas, serta penghargaan yang telah diterimanya. Artikel ini juga akan menyentuh aspek kehidupan pribadinya dan publikasi-publikasi pentingnya, terutama memoarnya "On All Fronts: The Education of a Journalist".
2. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Clarissa Ward lahir pada 31 Januari 1980 di London, Inggris, dari ayah berkebangsaan Britania dan ibu berkebangsaan Amerika. Ia menghabiskan masa kecilnya di London dan Kota New York. Untuk pendidikannya, Ward menempuh pendidikan di sekolah asrama Godstowe dan Wycombe Abbey di Inggris, yang membentuk dasar pendidikannya di usia muda. Setelah menyelesaikan studinya di Inggris, ia melanjutkan pendidikan tinggi di Amerika Serikat. Ward berhasil lulus dari Universitas Yale pada tahun 2002. Atas kontribusinya, ia juga menerima gelar doktor kehormatan bidang sastra dari Middlebury College.
3. Karier
Karier jurnalistik Clarissa Ward telah mencakup penugasan di beberapa organisasi berita paling terkemuka di dunia, memberikan liputan dari berbagai belahan dunia, terutama dari zona konflik dan wilayah dengan gejolak politik.
3.1. Karier Awal dan Fox News
Ward memulai karier jurnalistiknya pada tahun 2003 sebagai asisten meja semalam di Fox News. Dari tahun 2004 hingga 2005, ia menjabat sebagai editor penugasan untuk Fox News di Kota New York. Selama periode ini, ia bekerja di meja internasional, mengkoordinasikan liputan berita-berita penting seperti penangkapan Saddam Hussein, gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004, serta kematian Yasir Arafat dan Paus Yohanes Paulus II.
Pada tahun 2006, ia menjabat sebagai produser lapangan untuk Fox News, di mana ia memproduksi liputan tentang berbagai peristiwa besar. Ini termasuk Perang Lebanon 2006 antara Israel dan Lebanon, penculikan Gilad Shalit dan aksi militer Israel selanjutnya di Jalur Gaza, pengadilan Saddam Hussein, dan referendum konstitusi Irak 2005. Sebelum Oktober 2007, Ward ditempatkan di Beirut, Lebanon, sebagai koresponden untuk Fox News. Di sana, ia meliput eksekusi Saddam Hussein, peningkatan pasukan Perang Irak pada tahun 2007, kerusuhan di Universitas Arab Beirut, dan pengeboman Bikfaya 2007. Ia juga melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh penting seperti Jenderal David Petraeus, Wakil Perdana Menteri Irak Barham Salih, dan Presiden Lebanon Emile Lahoud. Selain itu, ia menghabiskan waktu bersama militer Amerika Serikat di Irak, terutama di Baquba.
3.2. ABC News
Dari Oktober 2007 hingga Oktober 2010, Clarissa Ward menjabat sebagai koresponden ABC News yang berbasis di Moskow, Rusia. Dari sana, ia melaporkan untuk berbagai program dan platform ABC News, termasuk "World News with Charles Gibson", "Nightline", dan "Good Morning America", serta ABC News Radio dan ABC News Now. Selama penugasannya di Rusia, ia meliput pemilihan presiden Rusia 2008. Ia juga berada di Georgia saat terjadi Perang Rusia-Georgia.
Setelah itu, ia dipindahkan ke Beijing, Tiongkok, untuk bertugas sebagai koresponden ABC News untuk Asia. Dari posisi ini, ia meliput peristiwa penting seperti gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011 di Jepang. Ia juga meliput perang di Afganistan.
3.3. CBS News
Karier Clarissa Ward di CBS News dimulai pada Oktober 2011, ketika ia bergabung sebagai koresponden berita asing jaringan tersebut. Selama masa jabatannya di CBS, ia juga berkontribusi untuk program "60 Minutes" dan sering kali bertindak sebagai jangkar pengganti untuk "CBS This Morning" mulai Januari 2014.
3.4. CNN
Pada 21 September 2015, CNN mengumumkan bahwa Clarissa Ward akan bergabung dengan jaringan tersebut, melaporkan untuk semua platform CNN dan tetap berbasis di London. Dengan lebih dari satu dekade pengalaman sebagai koresponden perang, pada 8 Agustus 2016, ia berbicara dalam pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai situasi di Aleppo yang dilanda perang saudara di Suriah. Pada Juli 2018, CNN menunjuknya sebagai koresponden internasional utama mereka, menggantikan Christiane Amanpour.
3.4.1. Pelaporan Utama dan Liputan Zona Konflik
Sebagai koresponden internasional utama CNN, Clarissa Ward telah melakukan liputan yang sangat penting dari berbagai zona konflik dan peristiwa internasional yang menonjol. Pada tahun 2019, ia menjadi salah satu jurnalis Barat pertama yang melaporkan langsung tentang kehidupan di daerah-daerah yang dikuasai oleh Taliban di Afganistan, memberikan pandangan langka tentang realitas di lapangan.
Pada Agustus 2020, muncul laporan bahwa ia dan timnya berada di bawah pengawasan saat berada di Republik Afrika Tengah pada Mei 2019. Pada Desember 2020, dalam investigasi bersama oleh "The Insider" dan Bellingcat, bekerja sama dengan CNN dan "Der Spiegel", Ward melaporkan bagaimana anggota Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) membuntuti Alexei Navalny selama bertahun-tahun, termasuk tepat sebelum keracunan Alexei Navalny pada Agustus 2020. Investigasi tersebut merinci unit khusus FSB yang mengkhususkan diri pada zat kimia, dan para penyelidik melacak anggota unit tersebut menggunakan data telekomunikasi dan perjalanan.
Pada Februari 2022, CNN menugaskan Ward ke kota Kharkiv untuk meliput awal Invasi Rusia ke Ukraina 2022. Setelah beberapa hari pertama perang, ia dipindahkan ke Kyiv, di mana ia terlibat dalam serangkaian laporan masa perang tentang pergerakan pasukan Rusia dan pengungsian pengungsi Ukraina yang melarikan diri dari serangan artileri Rusia. Ia termasuk di antara jurnalis yang melakukan perjalanan ke Ukraina untuk memberikan gambaran tentang situasi kemanusiaan bagi anak-anak dan warga sipil yang terluka di rumah sakit Ukraina di tengah konflik yang sedang berlangsung.
Pada Desember 2023, Ward meliput Perang Israel-Hamas. Dalam laporan video berdurasi enam menit, ia menggambarkan kondisi mengerikan di Jalur Gaza, menekankan dampaknya pada warga sipil dan menggambarkannya sebagai yang terburuk yang pernah ia lihat di daerah tersebut selama 20 tahun kariernya sebagai reporter. Saat mengunjungi rumah sakit lapangan yang dioperasikan Uni Emirat Arab, Ward menyaksikan staf medis yang kewalahan dan mewawancarai seorang gadis yang terluka. Meskipun laporannya menerima pujian, beberapa pihak mengkritik perhatian yang diberikan kepadanya, mendesak pengakuan yang sama untuk jurnalis dan pekerja bantuan Palestina. Ward juga menghadapi kontroversi di masa lalu, termasuk tuduhan memalsukan laporan langsung dan salah mengutip statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam liputannya tentang Gaza.
3.4.2. Kontroversi Liputan Rezim Assad
Pada Desember 2024, di tengah Kejatuhan rezim Assad di Suriah, Clarissa Ward dituduh memalsukan wawancara dengan seorang yang diduga tahanan dari rezim tersebut. Pria itu ditampilkan ditemukan oleh timnya di sebuah penjara, bersembunyi di bawah selimut, lalu diberitahu bahwa ia bebas untuk pergi dan ditampilkan berjalan keluar sambil menggenggam lengan Ward. Namun, pria itu tampak sehat dan selnya bersih, menimbulkan pertanyaan mengenai keaslian situasi tersebut. CNN membantah telah merekayasa laporan tersebut dan membela Ward.
Setelah laporan ini, kelompok pemeriksa fakta Suriah, Verify-Sy, menemukan bahwa pria tersebut memberikan identitas palsu. CNN kemudian mengonfirmasi bahwa pria yang ditampilkan tersebut adalah seorang perwira intelijen, bukan warga sipil biasa yang dipenjara. Awalnya mengidentifikasi dirinya sebagai Adel Ghurbal, ia kemudian diketahui bernama Salama Mohammad Salama, seorang letnan di Direktorat Intelijen Angkatan Udara rezim Assad. Insiden ini menimbulkan perdebatan luas mengenai integritas pelaporan jurnalistik di zona konflik.
4. Penghargaan dan Pengakuan
Clarissa Ward telah menerima berbagai penghargaan dan kehormatan atas karya jurnalistiknya yang luar biasa, terutama dalam pelaporan dari zona konflik dan peristiwa internasional.
Pada 21 Mei 2012, ia menerima Penghargaan Peabody di Kota New York atas liputan jurnalistiknya di Suriah selama Pemberontakan Suriah. Pada Oktober 2014, Universitas Negeri Washington mengumumkan bahwa ia akan menerima Penghargaan Murrow untuk Pelaporan Internasional pada April 2015.
Selain itu, Ward juga telah meraih tujuh Penghargaan Emmy, sebuah Alfred I. duPont-Columbia Silver Baton, dan penghargaan dari Asosiasi Koresponden Radio dan Televisi.
5. Kehidupan Pribadi
Clarissa Ward menikah dengan Philipp von Bernstorff, seorang manajer dana berkebangsaan Jerman, pada November 2016 di Chelsea Old Town Hall di London. Mereka pertama kali bertemu pada sebuah pesta makan malam di Moskow pada tahun 2007. Pasangan ini memiliki tiga orang putra, yang lahir masing-masing pada tahun 2018, 2020, dan 2023. Putra tertua Ward didiagnosis menderita anomali genetik langka. Sebagai respons terhadap diagnosis ini, Ward turut mendirikan Foundation for ARID1B Research, sebuah organisasi yang berdedikasi untuk penelitian kondisi tersebut.
Ward dikenal memiliki kemampuan multibahasa. Ia fasih berbahasa Inggris, Prancis, dan Italia. Ia juga dapat berkomunikasi dalam bahasa Rusia, Arab, dan Spanyol, serta memiliki pemahaman dasar dalam bahasa Mandarin Tiongkok.
6. Bibliografi
Clarissa Ward telah mengabadikan pengalaman dan pandangannya dalam beberapa publikasi. Yang paling menonjol adalah memoarnya yang berjudul "On All Fronts: The Education of a Journalist". Buku ini diterbitkan pada tahun 2020 oleh Penguin di New York, dengan ISBN 9780525561477. Memoar ini memberikan wawasan mendalam tentang perjalanan kariernya sebagai seorang jurnalis, terutama dalam meliput konflik dan krisis di seluruh dunia.