1. Masa Muda dan Awal Karier
Masa muda Edward Gierek ditandai oleh latar belakang keluarga penambang dan pengalaman di luar negeri yang membentuk pandangan politiknya.
1.1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang Keluarga
Edward Gierek lahir di Porąbka, yang kini menjadi bagian dari Sosnowiec, pada 6 Januari 1913, dari keluarga penambang batu bara. Ayahnya meninggal dalam kecelakaan di tambang ketika Gierek baru berusia empat tahun. Kakek dan kakek buyutnya juga adalah penambang yang meninggal dalam kecelakaan tambang. Ibunya, yang menjanda, bekerja keras untuk membesarkan Gierek dan saudara perempuannya. Pada tahun 1923, ibunya menikah lagi, dan keluarganya beremigrasi ke wilayah utara Prancis pada tahun 1923, ketika Gierek berusia 10 tahun, untuk mencari pekerjaan.
1.2. Pengalaman di Prancis dan Belgia
Di Prancis, Gierek menyelesaikan sekolah dasar dan mulai bekerja di tambang batu bara sejak usia 13 tahun. Pada tahun 1931, ia bergabung dengan Partai Komunis Prancis. Karena keterlibatannya dalam mengorganisir mogok kerja, ia dideportasi kembali ke Polandia pada tahun 1934. Setelah menyelesaikan wajib militer selama dua tahun di Stryi, Polandia bagian tenggara (1934-1936), Gierek menikah dengan Stanisława Jędrusik. Namun, ia kesulitan mendapatkan pekerjaan yang stabil di Polandia.
Oleh karena itu, Edward dan Stanisława Gierek pindah ke Belgia, di mana Edward kembali bekerja di tambang batu bara di Waterschei, Genk. Akibat pekerjaannya sebagai penambang batu bara, ia mengidap pneumokoniosis, sebuah penyakit paru-paru hitam. Pada tahun 1939, Gierek bergabung dengan Partai Komunis Belgia.
1.3. Aktivitas Komunis Awal dan Perang Dunia II
Selama pendudukan Jerman di Belgia, Gierek secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan perlawanan komunis anti-Jerman Nazi. Setelah perang, ia tetap aktif secara politik di antara komunitas imigran Polandia di Belgia. Ia adalah salah satu pendiri cabang Belgia dari Partai Pekerja Polandia (PPR) dan menjabat sebagai ketua Dewan Nasional Polandia di Belgia. Sebagai seorang pekerja muda yang terampil dalam organisasi dan tidak tercemar oleh faksi atau perdebatan teoretis partai sebelum perang, Gierek menarik perhatian markas besar Partai Komunis Polandia di Warsawa.
2. Karier dalam Partai Persatuan Pekerja Polandia (PZPR)
Perjalanan karier Edward Gierek dalam struktur partai komunis Polandia sangat signifikan, dimulai dari tingkat lokal hingga mencapai puncak kepemimpinan nasional.

2.1. Kembali ke Polandia dan Aktivitas Partai
Pada tahun 1948, Edward Gierek yang saat itu berusia 35 tahun dan telah menghabiskan 22 tahun di luar negeri, diperintahkan oleh otoritas PPR untuk kembali ke Polandia, yang ia lakukan bersama istri dan kedua putranya. Pada Desember 1948, sebagai delegasi dari Sosnowiec, ia berpartisipasi dalam kongres penyatuan PPR dan Partai Sosialis Polandia (PPS) di Katowice, yang menghasilkan pembentukan Partai Persatuan Pekerja Polandia (PZPR). Pada tahun 1949, ia ditunjuk untuk mengikuti kursus partai tingkat tinggi selama dua tahun di Warsawa, di mana ia dinilai kurang cocok untuk kegiatan intelektual tetapi memiliki motivasi tinggi untuk pekerjaan partai. Pada tahun 1951, Roman Zambrowski menugaskan Gierek untuk memulihkan ketertiban di sebuah tambang batu bara yang sedang mogok. Gierek berhasil menyelesaikan situasi tersebut dengan persuasi, sehingga penggunaan kekerasan dapat dihindari. Ia menjadi anggota Sejm, parlemen Polandia, sejak tahun 1952.
2.2. Peran di Wilayah Katowice: Membangun Basis Kekuatan
Pada Maret 1954, selama Kongres Kedua PZPR, ia terpilih sebagai anggota Komite Sentral partai. Sebagai kepala Divisi Industri Berat Komite Sentral, ia bekerja langsung di bawah Sekretaris Pertama Bolesław Bierut di Warsawa. Namun, ia lebih memilih kembali ke Górny Śląsk (Silesia Atas), tempat basis kekuatannya, dan pada Maret 1957, Gierek menjadi Sekretaris Pertama organisasi PZPR Provinsi Katowice, posisi yang ia pegang hingga tahun 1970.
Di wilayah industri Katowice, Gierek membangun basis kekuatan pribadinya dan menjadi pemimpin nasional yang diakui dari faksi teknokrat muda partai. Di satu sisi, Gierek dianggap sebagai manajer yang pragmatis, non-ideologis, dan berorientasi pada kemajuan ekonomi. Namun, di sisi lain, ia dikenal karena sikapnya yang sangat patuh terhadap para pemimpin Soviet, di mana ia menjadi sumber informasi mengenai PZPR dan tokoh-tokohnya. Supremasi industri di wilayah Silesia Atas yang dikelola dengan baik oleh Gierek, ditambah dengan hubungan istimewa yang ia bina dengan Soviet, membuat banyak pihak percaya bahwa Gierek adalah penerus yang paling mungkin untuk Gomułka. Ia bahkan dijuluki 'Tshombe' oleh sebagian orang, dan Silesia disebut 'Katanga Polandia', merujuk pada otonomi yang ia nikmati di wilayah tersebut.
Profesor hukum Universitas Warsawa, Mieczysław Maneli, yang mengenal Gierek sejak tahun 1960, menggambarkan Gierek pada tahun 1971 sebagai "seorang Komunis kuno, tetapi tanpa fanatisme atau semangat berlebihan. Marxisme-nya tidak terlalu banyak dibebani dogma. Itu hampir pragmatis. Ia sangat percaya pada peran utama yang diberikan sejarah kepada partai-partai Komunis dan hidup dengan pepatah bahwa pemerintah harus kuat dan berkuasa dengan kokoh." Maneli juga mencatat Gierek sebagai "pengorganisir berbakat dengan bakat nyata dalam menemukan anak buah yang efisien dan loyal."
2.3. Naik ke Komite Sentral dan Politbiro
Pada Maret 1956, ketika Edward Ochab menjadi Sekretaris Pertama partai, Gierek menjadi sekretaris Komite Sentral, meskipun ia sendiri secara terbuka menyatakan keraguan tentang kualifikasinya. Pada 28 Juni 1956, ia dikirim ke Poznań, di mana protes buruh sedang berlangsung. Setelah itu, yang didelegasikan oleh Politbiro, ia memimpin komisi yang bertugas menyelidiki penyebab dan jalannya peristiwa Poznań. Mereka menyerahkan laporan pada 7 Juli, menyalahkan konspirasi anti-sosialis yang terinspirasi asing yang memanfaatkan ketidakpuasan buruh di perusahaan-perusahaan Poznań. Pada Juli, Gierek menjadi anggota Politbiro PZPR, tetapi hanya bertahan di posisi itu hingga Oktober, ketika Władysław Gomułka menggantikan Ochab sebagai Sekretaris Pertama. Nikita Khrushchev mengkritik Gomułka karena tidak mempertahankan Gierek di Politbiro; namun, ia tetap menjadi sekretaris Komite Sentral yang bertanggung jawab atas urusan ekonomi. Ia kembali ke Politbiro pada Maret 1959, pada Kongres Ketiga PZPR.
Gierek juga berupaya memperkuat posisinya selama Krisis politik Polandia 1968. Segera setelah unjuk rasa mahasiswa pada 8 Maret di Warsawa, pada 14 Maret di Katowice ia memimpin pertemuan massal 100.000 anggota partai dari seluruh provinsi. Ia adalah anggota Politbiro pertama yang berbicara secara terbuka mengenai isu protes yang sedang berlangsung dan kemudian mengklaim bahwa motivasinya adalah untuk menunjukkan dukungan bagi pemerintahan Gomułka, yang terancam oleh konspirasi intra-partai Mieczysław Moczar. Gierek menggunakan bahasa yang keras untuk mengutuk "musuh Republik Rakyat Polandia" yang "mengganggu kedamaian Silesia". Ia menghujani mereka dengan julukan propaganda dan menyinggung tentang tulang-tulang mereka yang akan hancur jika mereka terus berusaha menjauhkan "bangsa" dari "arah yang dipilihnya." Peristiwa tahun 1968 ini menguatkan posisi Gierek, juga di mata para pendukungnya di Moskow.
3. Masa Jabatan sebagai Sekretaris Pertama (1970-1980)
Edward Gierek mengambil alih kepemimpinan Polandia pada tahun 1970, menandai dekade dengan kebijakan ekonomi yang ambisius, keterbukaan terhadap Barat, tetapi juga akumulasi utang besar dan gejolak sosial.
3.1. Pengambilalihan Kekuasaan dan Kebijakan Awal
Ketika unjuk rasa Polandia 1970 ditumpas dengan kekerasan, Edward Gierek menggantikan Władysław Gomułka sebagai Sekretaris Pertama partai pada Desember 1970, menjadikannya politikus paling berkuasa di Polandia. Di akhir Januari 1971, ia mempertaruhkan otoritas barunya dan melakukan perjalanan ke Szczecin dan Gdańsk untuk bernegosiasi secara pribadi dengan para pekerja yang mogok. Kenaikan harga konsumen yang telah memicu pemberontakan baru-baru ini dibatalkan.
Salah satu langkah populer Gierek adalah keputusan untuk membangun kembali Istana Kerajaan di Warsawa, yang hancur selama Perang Dunia II dan tidak termasuk dalam restorasi Kota Tua pascaperang. Media yang dikendalikan negara menekankan latar belakang asuhannya di luar negeri dan kefasihannya dalam bahasa Prancis, menggambarkan citra yang lebih modern dan terbuka.
Kedatangan tim Gierek menandai penggantian generasi terakhir dari elit komunis yang berkuasa, sebuah proses yang dimulai pada tahun 1968 di bawah Gomułka. Ribuan aktivis partai, termasuk para pemimpin senior penting dengan latar belakang di Partai Komunis Polandia sebelum perang, dicopot dari posisi tanggung jawab dan digantikan dengan orang-orang yang memulai kariernya setelah Perang Dunia II. Sebagian besar perombakan ini dilakukan selama dan setelah Kongres VI PZPR, yang diselenggarakan pada Desember 1971. Kelas penguasa yang dihasilkan termasuk yang termuda di Eropa. Peran administrasi diperluas dengan mengorbankan partai, sesuai dengan maksim "partai memimpin, pemerintah memerintah". Sepanjang tahun 1970-an, anggota kepemimpinan teratas yang paling terlihat setelah Gierek adalah Perdana Menteri Piotr Jaroszewicz. Sejak Mei 1971, saingan politik Gierek, Mieczysław Moczar, semakin terpinggirkan.
3.2. Modernisasi Ekonomi dan Pembangunan Industri
Karena kerusuhan yang menggulingkan Gomułka sebagian besar disebabkan oleh kesulitan ekonomi, Gierek menjanjikan reformasi ekonomi dan meluncurkan program untuk memodernisasi industri serta meningkatkan ketersediaan barang konsumsi. "Reformasi" ini terutama didasarkan pada pinjaman asing skala besar, tanpa disertai restrukturisasi sistemik yang besar. Kebutuhan akan reformasi yang lebih mendalam tertutupi oleh ledakan investasi yang dinikmati negara pada paruh pertama tahun 1970-an.
3.2.1. Proyek Industri Utama
Gierek memprakarsai sejumlah proyek industri besar untuk memodernisasi ekonomi Polandia. Proyek-proyek penting termasuk pembangunan Pabrik Baja Katowice, yang menjadi salah satu kompleks industri terbesar di Polandia. Selain itu, pada masa pemerintahannya, ia juga bertanggung jawab untuk memulai produksi mobil Fiat 126 di Polandia, sebuah mobil kompak yang populer. Gierek juga memimpin pembangunan Stasiun Kereta Api Warszawa Centralna, yang pada saat penyelesaiannya pada 5 Desember 1975, dianggap sebagai stasiun Eropa paling modern. Pada tahun 1976, ia membuka jalan raya pertama yang berfungsi penuh di Polandia, yang menghubungkan Warsawa ke Katowice.


3.2.2. Peningkatan Standar Hidup dan Konsumsi
Standar hidup meningkat secara signifikan di Polandia pada paruh pertama tahun 1970-an, dan untuk sementara waktu Gierek dipuji sebagai pembuat mukjizat. Warga Polandia, pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dapat membeli barang-barang konsumsi yang diinginkan seperti mobil kompak, melakukan perjalanan ke Barat dengan cukup bebas, dan bahkan solusi untuk masalah pasokan perumahan yang sulit teratasi tampaknya akan segera terwujud, dengan lebih dari 1,8 juta unit apartemen dibangun untuk menampung populasi yang terus bertambah. Puluhan tahun kemudian, banyak yang mengenang periode ini sebagai masa paling makmur dalam hidup mereka.


3.3. Hubungan dengan Barat dan Kebijakan Luar Negeri
Hubungan baik Sekretaris Pertama Gierek dengan para pemimpin Barat, terutama Valéry Giscard d'Estaing dari Prancis dan Helmut Schmidt dari Jerman Barat, menjadi katalisator bagi Polandia untuk menerima bantuan dan pinjaman asing. Gierek secara luas diakui telah membuka Polandia terhadap pengaruh politik dan ekonomi dari Barat. Ia sendiri banyak melakukan perjalanan ke luar negeri dan menerima tamu-tamu asing penting di Polandia, termasuk tiga Presiden Amerika Serikat.
Meskipun demikian, Gierek juga sangat dipercaya oleh Leonid Brezhnev, yang berarti ia dapat mengejar kebijakan-kebijakannya, termasuk globalisasi ekonomi Polandia, tanpa banyak campur tangan dari Uni Soviet. Namun, untuk mendapatkan kepercayaan tersebut, ia bersedia memberikan konsesi kepada Soviet yang mungkin dianggap bertentangan dengan kepentingan nasional Polandia oleh pendahulunya, Gomułka.
3.4. Peran Gereja Katolik
Menurut sejarawan Krzysztof Pomian, pada awal masa jabatannya, Gierek meninggalkan praktik konfrontasi yang telah lama dilakukan rezim dengan Gereja Katolik Polandia, dan memilih kerja sama. Kebijakan ini memberikan posisi istimewa bagi Gereja dan para pemimpinnya selama masa pemerintahan komunis di Polandia. Gereja secara nyata memperluas infrastruktur fisiknya dan juga menjadi kekuatan politik pihak ketiga yang krusial, sering kali terlibat dalam mediasi konflik antara otoritas dan aktivis oposisi.
3.5. Krisis Ekonomi dan Utang Luar Negeri
Meskipun ada upaya modernisasi, ekonomi Polandia mulai goyah selama Krisis minyak 1973. Pada tahun 1976, kenaikan harga menjadi tidak terhindarkan. Akumulasi utang luar negeri terbesar terjadi pada akhir 1970-an, ketika rezim berjuang untuk mengatasi dampak krisis. Pemerintah Gierek tidak mampu membayar para krediturnya, dan negara itu sangat terlilit utang sehingga penjatahan harus diberlakukan karena kelangkaan barang. Politik "pembangunan dinamis" yang dicanangkan Gierek pun berakhir. Sebagai contoh, "kupon barang dagangan" diperkenalkan pada Agustus 1976 untuk menjatah gula. Kartu jatah tersebut tetap dipertahankan hingga Juli 1989. Dilihat secara retrospektif, utang lebih dari 24.00 B USD yang dipinjam pada tahun 1970-an tidak dimanfaatkan dengan baik.
3.6. Protes Sosial dan Munculnya Oposisi
Periode pemerintahan Gierek juga menonjol karena bangkitnya oposisi terorganisir di Polandia.

Perubahan konstitusi yang diusulkan oleh rezim menyebabkan kontroversi yang cukup besar pada pergantian tahun 1975 dan 1976. Amendemen yang dimaksudkan meliputi formalisasi "karakter sosialis negara", peran utama PZPR, dan aliansi Polandia-Soviet. Perubahan yang ditentang secara luas ini menyebabkan banyak surat protes dan tindakan lainnya, tetapi didukung pada Kongres VII PZPR pada Desember 1975 dan sebagian besar dilaksanakan oleh Sejm pada Februari 1976. Lingkaran oposisi terorganisir berkembang secara bertahap dan mencapai 3.000-4.000 anggota pada akhir dekade tersebut.
3.6.1. Protes Juni 1976
Karena situasi ekonomi yang memburuk, pada akhir tahun 1975, pihak berwenang mengumumkan bahwa pembekuan harga pangan tahun 1971 harus dicabut. Perdana Menteri Jaroszewicz memaksakan kenaikan harga, dikombinasikan dengan kompensasi finansial yang menguntungkan kelompok berpenghasilan tinggi; kebijakan ini pada akhirnya diadopsi meskipun ada keberatan kuat dari kepemimpinan Soviet. Kenaikan, yang didukung oleh Gierek, diumumkan oleh Jaroszewicz di Sejm pada 24 Juni 1976. Mogok kerja pecah pada hari berikutnya, dengan gangguan yang sangat serius, yang ditekan secara brutal oleh polisi, terjadi di Radom, di Pabrik Ursus Warsawa, dan di Płock. Pada 26 Juni, Gierek melibatkan diri dalam mode operasi tradisional partai dalam menghadapi krisis, memerintahkan pertemuan publik massal di kota-kota Polandia untuk menunjukkan dukungan rakyat yang seharusnya bagi partai dan mengutuk "pembuat onar".

Diperintahkan oleh Brezhnev untuk tidak mencoba manipulasi lebih lanjut dengan harga, Gierek dan pemerintahannya mengambil langkah-langkah lain untuk menyelamatkan pasar yang tidak stabil pada musim panas 1976. Pada Agustus, "kupon barang dagangan" diperkenalkan untuk menjatah gula. Politik "pembangunan dinamis" telah berakhir, seperti yang ditunjukkan oleh kartu jatah tersebut, yang dipertahankan hingga Juli 1989.
3.6.2. Pembentukan Komite Pertahanan Buruh (KOR)
Setelah protes Juni 1976, sebuah kelompok oposisi besar, Komite Pertahanan Buruh (KOR), memulai kegiatannya pada September untuk membantu para pekerja yang dianiaya karena berpartisipasi dalam protes tersebut. Organisasi oposisi lainnya juga didirikan pada tahun 1977-1979, tetapi secara historis KOR terbukti sangat penting.
3.6.3. Kunjungan Paus Yohanes Paulus II
Pada tahun 1979, para komunis yang berkuasa di Polandia dengan enggan mengizinkan Paus Yohanes Paulus II (terlahir Karol Wojtyła, seorang Polandia) melakukan kunjungan kepausan pertamanya ke Polandia (2-10 Juni), meskipun ada saran dari Soviet untuk menolaknya. Gierek, yang sebelumnya telah bertemu Paus Paulus VI di Vatikan, berbicara dengan Paus Yohanes Paulus II selama kunjungannya.
4. Kejatuhan dan Pengasingan Politik
Kegagalan kebijakan ekonomi dan meningkatnya gejolak sosial pada akhirnya membawa pada akhir kekuasaan Edward Gierek dan mengantarkannya ke pengasingan politik.

Meskipun Gierek, yang tertekan oleh kegagalan kebijakan kenaikan harga tahun 1976, dibujuk oleh rekan-rekannya untuk tidak mengundurkan diri, perpecahan di dalam timnya semakin intensif. Satu faksi, yang dipimpin oleh Edward Babiuch dan Piotr Jaroszewicz, ingin ia tetap berkuasa, sementara faksi lain, yang dipimpin oleh Stanisław Kania dan Wojciech Jaruzelski, kurang tertarik untuk mempertahankan kepemimpinannya.
Pada Mei 1980, setelah Invasi Soviet ke Afganistan dan boikot Barat terhadap Uni Soviet, Gierek mengatur pertemuan antara Valéry Giscard d'Estaing dan Leonid Brezhnev di Warsawa. Seperti halnya Władysław Gomułka satu dekade sebelumnya, keberhasilan kebijakan luar negeri menciptakan ilusi bahwa pemimpin partai Polandia aman dalam aura kenegarawannya, sementara fakta politik yang paling utama ditentukan oleh situasi ekonomi yang memburuk dan kerusuhan buruh yang diakibatkannya. Pada Juli, Gierek pergi ke Krimea, tempat liburan biasanya. Untuk terakhir kalinya ia berbicara di sana dengan temannya Brezhnev. Ia menanggapi penilaian suram Brezhnev mengenai situasi di Polandia (termasuk utang yang tidak terkendali) dengan prediksi optimisnya sendiri, mungkin tidak sepenuhnya menyadari keadaan negara, dan kesulitan yang akan ia hadapi.
4.1. Perjanjian Gdańsk dan Munculnya Solidarność
Tingginya utang luar negeri, kelangkaan pangan, dan basis industri yang usang termasuk di antara faktor-faktor yang memaksa putaran baru reformasi ekonomi. Sekali lagi, pada musim panas 1980, kenaikan harga memicu protes di seluruh negeri, terutama di Galangan Kapal Gdańsk dan Galangan Kapal Szczecin. Berbeda dengan kejadian sebelumnya, rezim memutuskan untuk tidak menggunakan kekuatan untuk menekan mogok kerja. Dalam Perjanjian Gdańsk dan perjanjian-perjanjian lain yang dicapai dengan pekerja Polandia, Gierek dipaksa untuk mengakui hak mereka untuk mogok, dan serikat buruh Solidarność lahir.
4.2. Penggantian dan Pemecatan dari Partai
Tak lama setelah itu, pada awal September 1980, Gierek digantikan oleh Stanisław Kania sebagai Sekretaris Pertama partai dalam Pleno VI Komite Sentral, dan dicopot dari kekuasaan. Sebagai pemimpin yang populer dan dipercaya di awal tahun 1970-an, Gierek kini pergi dikelilingi oleh infamia dan ejekan, ditinggalkan oleh sebagian besar kolaboratornya. Pleno VII pada Desember 1980 menyatakan Gierek dan Jaroszewicz secara pribadi bertanggung jawab atas situasi di negara tersebut dan mengeluarkan mereka dari Komite Sentral. Kongres Luar Biasa IX PZPR, dalam langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, pada Juli 1981 memutuskan untuk mengeluarkan Gierek dan rekan-rekan dekatnya dari partai, karena para delegasi menganggap mereka bertanggung jawab atas krisis terkait Solidarność di Polandia, dan Sekretaris Pertama Kania tidak dapat mencegah tindakan mereka.
4.3. Interniran dan Kehidupan Pasca-Politik
Sekretaris Pertama PZPR berikutnya, Jenderal Wojciech Jaruzelski, memberlakukan darurat militer di Polandia pada 13 Desember 1981. Gierek diinterniran selama setahun mulai Desember 1981. Berbeda dengan para aktivis oposisi yang juga diinternir, status interniran tidak membawa rasa hormat sosial bagi Gierek; ia mengakhiri karier politiknya sebagai paria utama era tersebut.

Edward Gierek meninggal pada Juli 2001 karena pneumokoniosis di sebuah rumah sakit di Cieszyn, dekat resor pegunungan selatan Ustroń tempat ia menghabiskan tahun-tahun terakhirnya. Pada saat itu, pemerintahannya dilihat lebih baik oleh sebagian orang, dan lebih dari 10.000 orang menghadiri pemakamannya. Bersama dengan istri seumur hidupnya, Stanisława Jędrusik, Gierek memiliki dua putra, salah satunya adalah MEP Adam Gierek.
5. Warisan dan Evaluasi
Warisan Edward Gierek adalah topik yang kompleks, memicu nostalgia akan kemakmuran dan kritik atas konsekuensi ekonomi yang ia tinggalkan, sekaligus menyoroti perubahan sosial budaya di Polandia.
5.1. Pandangan Publik dan Nostalgia
Pada tahun 1990, dua buku berdasarkan wawancara mendalam dengan Gierek oleh Janusz Rolicki diterbitkan di Polandia; kedua buku tersebut menjadi buku terlaris. Masyarakat Polandia terbagi dalam penilaiannya terhadap Gierek. Pemerintahannya dikenang dengan positif oleh sebagian orang karena standar hidup yang membaik yang dinikmati warga Polandia pada tahun 1970-an di bawah pemerintahannya. Ia adalah satu-satunya pemimpin PZPR di mana masyarakat Polandia menunjukkan tanda-tanda nostalgia, terutama terlihat setelah kematiannya. Sebuah survei tahun 2018 menunjukkan bahwa 45% orang Polandia menilai warisan Gierek sebagian besar positif, sementara hanya 22% menilainya negatif.
5.2. Analisis Ekonomi: Pembangunan vs. Utang
Pihak lain menekankan bahwa peningkatan standar hidup hanya dimungkinkan oleh kebijakan yang tidak bijaksana dan tidak berkelanjutan yang didasarkan pada pinjaman asing yang sangat besar, yang secara langsung menyebabkan krisis ekonomi pada tahun 1970-an dan 1980-an. Dilihat secara retrospektif, utang lebih dari 24.00 B USD yang dipinjam pada tahun 1970-an tidak dimanfaatkan dengan baik.
Salah satu janji Gierek ketika menjadi Sekretaris Pertama pada Desember 1970 adalah bahwa di bawah pengawasannya, rakyat tidak akan ditembak di jalan. Pada tahun 1976, pasukan keamanan memang melakukan intervensi dalam mogok kerja, tetapi hanya setelah mereka melepaskan senjata api mereka. Pada tahun 1980, mereka sama sekali tidak menggunakan kekuatan.
5.3. Perubahan Sosial dan Budaya
Menurut sosiolog dan politikus sayap kiri Maciej Gdula, transformasi sosial dan budaya yang terjadi di Polandia pada tahun 1970-an bahkan lebih mendasar daripada yang terjadi pada tahun 1990-an, setelah transisi politik. Mengenai politik aliansi elit politik dan kemudian juga elit keuangan dengan kelas menengah dengan mengorbankan kelas pekerja, ia menyatakan bahwa "gagasan umum tentang hubungan kekuatan dalam masyarakat kita tetap sama sejak tahun 1970-an, dan periode solidaritas massa adalah pengecualian." Sejak masa Gierek, masyarakat Polandia telah dihegemoni oleh persepsi dan norma budaya kelas menengah yang (pada waktu itu) muncul. Istilah-istilah seperti manajemen, inisiatif, kepribadian, atau maksim individualisme "dapatkan pendidikan, kerja keras, dan majulah dalam hidup", yang dikombinasikan dengan keteraturan, menggantikan kesadaran kelas dan konsep egaliter sosialis, karena para pekerja kehilangan status simbolis mereka, hingga akhirnya terpisah menjadi strata yang termarginalkan.
5.4. Evaluasi Kritis dan Tanggung Jawab
Meskipun Gierek diingat karena upaya modernisasinya dan peningkatan standar hidup awal, ia juga dikritik tajam atas kegagalan ekonominya yang mendalam. Kebijakan utang luar negeri yang tidak berkelanjutan menyebabkan krisis yang melumpuhkan negara, sementara penindasan protes sosial pada tahun 1976 menunjukkan kurangnya komitmen terhadap hak-hak sipil, meskipun ia menghindari penggunaan kekuatan fatal. Ia pada akhirnya dianggap bertanggung jawab oleh partai dan masyarakat atas kondisi krisis yang melanda Polandia, yang menyebabkan kejatuhannya dan memicu bangkitnya gerakan oposisi.
6. Penghargaan dan Tanda Kehormatan
Edward Gierek menerima berbagai penghargaan dan tanda kehormatan selama karier politiknya, baik dari dalam maupun luar negeri.
6.1. Penghargaan Domestik
Tanda Kehormatan | Deskripsi |
---|---|
Orde Pembangun Rakyat Polandia | |
Orde Panji Buruh (Kelas 1) | |
Salib Jasa (Salib Emas) | |
Salib Partisan | |
Medali untuk Pernikahan Jangka Panjang |
6.2. Penghargaan Internasional
Tanda Kehormatan | Negara | |
---|---|---|
![]() | Grand Cordon dari Orde Leopold | Belgia |
![]() | Orde José Martí | Kuba |
Salib Agung Legiun Kehormatan | Prancis | |
Grand Collar dari Orde Pangeran Henry | Portugal | |
![]() | Bintang Agung Orde Bintang Yugoslavia | Yugoslavia |
Orde Lenin | Uni Soviet | |
Medali Yobel "Dalam Peringatan 100 Tahun Kelahiran Vladimir Ilyich Lenin" | Uni Soviet | |
![]() | Orde Revolusi Oktober | Uni Soviet |