1. Awal Kehidupan dan Pendidikan
Epeli Nailatikau lahir pada 5 Juli 1941 di Suva, Fiji. Ia berasal dari keluarga kepala suku yang berpengaruh secara politik. Ia adalah putra kedua dari Ratu Edward Cakobau, yang memimpin Batalyon Fiji dalam Perang Dunia II. Melalui garis keturunan ayahnya, ia memiliki gelar Ratu. Ia juga merupakan cicit dari Seru Epenisa Cakobau, penguasa monarki pertama yang menyatukan kerajaan Fiji dan menyerahkan Kepulauan Fiji kepada Britania Raya pada tahun 1874. Selain itu, ia adalah cucu dari George Tupou II, Raja Tonga, melalui ayahnya yang merupakan keturunan dari Raja George Tupou II dan Litia Cakobau.
Pendidikan awal Nailatikau ditempuh di berbagai sekolah di Fiji, termasuk Sekolah Distrik Bau, Sekolah Fiji Draiba, Sekolah Umum Levuka, dan Sekolah Ratu Victoria. Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya, ia melanjutkan pelatihan sebagai tentara di Selandia Baru, yang menjadi fondasi bagi karier militernya yang panjang.
2. Karier Militer
Karier militer Epeli Nailatikau berlangsung selama 20 tahun di Angkatan Bersenjata Republik Fiji. Pada tahun 1966, ia ditugaskan ke Batalyon 1, Resimen Infanteri Kerajaan Selandia Baru, dan ditempatkan di Sarawak, Malaysia, selama Konfrontasi yang melibatkan Indonesia melawan Malaysia. Selama dinasnya, ia dikenal sebagai perwira yang populer dan sangat dihormati.
Setelah kembali ke Resimen Infanteri Fiji, ia terus menanjak dalam hierarki militer. Pada tahun 1987, ia telah mencapai pangkat Brigadir Jenderal dan menjabat sebagai Komandan Angkatan Bersenjata Kerajaan Fiji. Namun, saat ia sedang mengunjungi Australia, ia dilengserkan dari jabatannya ketika perwira peringkat ketiga, Letnan Kolonel Sitiveni Rabuka, melancarkan kudeta pertama dari dua kudeta dan merebut kekuasaan.
3. Karier Diplomatik
Setelah mengakhiri karier militernya, Epeli Nailatikau beralih ke dinas diplomatik. Ia menempuh Kursus Dinas Luar Negeri di Universitas Oxford di Britania Raya untuk mempersiapkan diri dalam bidang ini.
Setelah menyelesaikan pelatihannya, ia diangkat sebagai Komisaris Tinggi untuk Britania Raya dan diakreditasi sebagai Duta Besar Fiji untuk beberapa negara, termasuk Denmark, Mesir, Jerman, Israel, dan Takhta Suci. Kemudian, ia menjabat sebagai duta besar keliling dan komisaris tinggi Fiji untuk negara-negara anggota Forum Kepulauan Pasifik. Pada tahun 1999, ia mengambil posisi sebagai Sekretaris Tetap untuk Urusan Luar Negeri dan Perdagangan Luar Negeri, yang menandai puncak karier diplomatiknya sebelum ia memasuki panggung politik.
4. Karier Politik
Karier politik Epeli Nailatikau sangat signifikan dalam sejarah Fiji modern, mencakup berbagai jabatan penting dari Wakil Perdana Menteri hingga Presiden dan Ketua Parlemen. Ia memainkan peran krusial dalam periode transisi dan krisis politik negara.
4.1. Partisipasi Politik Awal
Epeli Nailatikau memasuki dunia politik setelah Kudeta Fiji 2000, sebuah peristiwa yang ia tentang keras. Dalam upaya untuk membangun kembali institusi Fiji yang hancur, ia dinominasikan untuk posisi Perdana Menteri Fiji. Namun, ia kemudian menarik pencalonannya demi Laisenia Qarase, yang dianggap sebagai kandidat konsensus. Meskipun demikian, Nailatikau diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri Fiji dan Menteri Urusan Fiji dalam kabinet interim pada Agustus 2000. Ia kembali menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri di bawah Laisenia Qarase pada tahun 2001.
4.2. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fiji
Pada tahun 2001, setelah demokrasi dipulihkan melalui pemilihan umum, Epeli Nailatikau terpilih sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fiji. Ia berhasil mengalahkan Joeli Kalou dengan perolehan suara 41 berbanding 29. Ia memegang posisi ini hingga setelah pemilihan umum tahun 2006. Selama masa jabatannya sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, ia juga menjabat sebagai ketua Komite Alokasi Parlemen dan Komite Dewan.
4.3. Jabatan Pemerintah Interim
Setelah Kudeta Fiji 2006 pada 5 Desember 2006, Nailatikau dilantik sebagai Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Luar Negeri interim dalam pemerintahan interim baru di bawah Perdana Menteri Fiji Frank Bainimarama pada 8 Januari 2007. Pada 25 September 2007, ia diangkat sebagai penjabat perdana menteri sementara Bainimarama berada di New York City.
Pada 23 September 2008, Bainimarama mengumumkan bahwa Nailatikau akan dipindahkan ke posisi Menteri Pembangunan Provinsi dan Urusan Multi-Etnis mulai 5 Oktober 2008. Bainimarama menyatakan bahwa keputusan ini didasarkan pada "pengetahuan luas dan pengalaman praktisnya dalam kerja pelayanan sipil, peran pemerintah dalam pembangunan pedesaan, dan sumber bantuan yang tersedia untuk memfasilitasi pembangunan tersebut." Ia juga menambahkan bahwa Nailatikau memiliki "daya tarik hubungan masyarakat yang sangat baik, yang sangat dibutuhkan dalam menjangkau dan berinteraksi dengan masyarakat pedesaan." Pada Oktober 2008, ia juga menjadi Menteri Urusan Adat dan secara efektif menjabat sebagai Ketua Dewan Agung Kepala Suku.
4.4. Wakil Presiden Fiji
Pada 10 April 2007, Nailatikau dinominasikan untuk menjadi Wakil Presiden baru oleh Presiden Fiji saat itu, Josefa Iloilo. Namun, nominasi ini ditolak oleh Dewan Agung Kepala Suku.
Pada 17 April 2009, setelah Fiji mengalami krisis konstitusional, Ratu Epeli diangkat sebagai Wakil Presiden oleh pemerintah militer. Ia menjabat sebagai penjabat presiden setelah pensiunnya Presiden Iloilo yang berusia 88 tahun pada 30 Juli 2009.
4.5. Presiden Fiji
Pada 5 November 2009, Epeli Nailatikau secara resmi dilantik sebagai Presiden Fiji. Ia menjabat sebagai kepala negara hingga tahun 2015. Selama masa jabatannya, ia memimpin negara melalui periode penting dalam sejarah politik Fiji. Ia digantikan oleh George Konrote yang terpilih pada Oktober 2015.
4.6. Ketua Parlemen Fiji
Pada 11 Februari 2019, Epeli Nailatikau kembali ke panggung politik sebagai Ketua Parlemen Fiji. Ia memenangkan pemilihan untuk posisi tersebut dengan 30 suara melawan 21 suara yang diperoleh kandidat oposisi, pengacara Suva Tanya Waqanika. Ia menjabat sebagai Ketua Parlemen hingga tahun 2022, sebelum digantikan oleh Naiqama Lalabalavu.
5. Kampanye Anti-AIDS
Pada 14 Juni 2005, Epeli Nailatikau diangkat sebagai perwakilan khusus UNAIDS untuk Pasifik. Pemilihannya didasarkan pada posisi politiknya, rasa hormat yang ia peroleh di seluruh wilayah Pasifik, dan keterusterangannya dalam isu-isu terkait AIDS. Sebelumnya, ia telah menjabat sebagai juru bicara UNAIDS Pasifik. Pada Oktober 2004, ia memimpin konferensi pertama Parlemen Pasifik tentang Peran Parlemen Pasifik dalam perang melawan HIV/AIDS di Suva.
Seruan Nailatikau yang vokal untuk mengatasi krisis AIDS telah menarik perhatian dan kadang-kadang kontroversi. Pada 22 November 2005, ia menyerukan masyarakat untuk mengakui realitas bahwa pergaulan bebas memang ada, dan bahwa seks aman perlu dipromosikan untuk memerangi risiko AIDS yang terkait. Ia menganggap tidak realistis untuk menyangkal pergaulan bebas dan hanya mempromosikan pantangan, menambahkan bahwa ini adalah masalah hidup dan mati. Ia juga menyerukan gereja-gereja untuk menghadapi kenyataan bahwa pergaulan bebas ada di antara jemaat mereka sendiri, dan untuk menghadapi masalah ini "secara langsung" serta berperan dalam mempromosikan penggunaan kondom.
Pada Agustus 2006, ia mewakili Asosiasi Parlemen Persemakmuran (CPA) pada Konferensi AIDS Dunia di Toronto, Kanada.
6. Kehidupan Pribadi
Epeli Nailatikau memiliki gelar Ratu, yang merupakan gelar kepala suku yang ia warisi melalui garis keturunan ayahnya, dan juga melalui nenek dari pihak ibunya yang merupakan cucu dari Ratu Seru Cakobau. Ayahnya, Ratu Edward Cakobau, adalah seorang komandan Batalyon Fiji selama Perang Dunia II. Ia juga merupakan cicit dari Seru Epenisa Cakobau, penguasa monarki pertama yang menyatukan kerajaan Fiji dan menyerahkan Kepulauan Fiji kepada Britania Raya pada tahun 1874. Selain itu, ia adalah cucu dari George Tupou II, Raja Tonga, karena ayahnya adalah keturunan dari Raja George Tupou II dan Litia Cakobau, yang dikirim ke Tonga sebagai calon pengantin untuk Raja.
Pada tahun 1981, ia menikah dengan Adi Koila Mara, putri kedua dari mantan Perdana Menteri dan Presiden Fiji modern, Ratu Sir Kamisese Mara. Adi Koila juga memiliki karier politik yang signifikan; seperti suaminya, ia pernah menjadi Anggota Parlemen, Menteri Kabinet, dan Senator Fiji. Mereka dikaruniai dua orang anak: seorang putra bernama Kamisese Vuna (dinamai sesuai nama ayah Adi Koila), dan seorang putri bernama Litia Cakobau.
7. Tanda Kehormatan dan Penghargaan
Epeli Nailatikau telah menerima berbagai tanda kehormatan nasional dan internasional sepanjang karier militernya, diplomatik, dan politiknya.
- Tanda Kehormatan Nasional
- Fiji
Companions of the Order of Fiji (CF) Meritorious Service Decoration (MSD)
- Fiji
- Tanda Kehormatan Asing
- Tonga
Grand Cross of the Order of the Crown of Tonga (31 Juli 2008)
- Britania Raya
Honorary Lieutenant of the Royal Victorian Order (LVO) Honorary Officer of the Order of the British Empire (OBE) Knight of the Most Venerable Order of Saint John (KStJ)
- Tonga