1. Gambaran Umum
Fiji, secara resmi Republik Fiji, adalah sebuah negara kepulauan di Melanesia, Oseania selatan, yang terletak di Samudra Pasifik. Negara ini merupakan sebuah kepulauan yang terdiri lebih dari 330 pulau, dengan sekitar 110 di antaranya dihuni secara permanen. Sejarahnya diwarnai oleh permukiman awal bangsa Austronesia dan Melanesia, diikuti kontak dengan Eropa dan periode kolonial Inggris yang membawa pekerja kontrak India, menciptakan masyarakat multikultural yang kompleks. Fiji meraih kemerdekaan pada tahun 1970, namun perjalanan politiknya diwarnai oleh serangkaian kudeta yang berdampak pada stabilitas demokrasi dan hubungan antar-etnis. Dari perspektif kiri-tengah/liberalisme sosial, perkembangan Fiji menyoroti tantangan dalam membangun institusi demokrasi yang kuat, mengatasi ketegangan etnis warisan kolonial, serta memperjuangkan hak asasi manusia dan keadilan sosial bagi seluruh warganya. Ekonomi Fiji bergantung pada pariwisata, pertanian (terutama gula), dan pengiriman uang dari pekerja di luar negeri, namun menghadapi isu-isu terkait distribusi kekayaan dan dampak lingkungan. Masyarakat Fiji kaya akan keragaman budaya, bahasa, dan agama, namun juga menghadapi perdebatan mengenai identitas nasional dan inklusivitas.
2. Etimologi
Nama Fiji berasal dari nama pulau utamanya, Viti Levu, melalui pelafalan tetangganya di Tonga. Penduduk asli menyebut rumah mereka "Viti", namun orang Tonga menyebutnya "Fisi". Pelafalan asing inilah, "Fiji", yang pertama kali disebarluaskan oleh Kapten James Cook, yang menjadi nama kepulauan ini dikenal hingga sekarang. Ejaan "Feejee", yang merupakan anglisisasi dari pelafalan Tonga, muncul dalam catatan dan tulisan para misionaris serta pelancong lain yang mengunjungi Fiji hingga akhir abad ke-19.
Pada tahun 1998, nama resmi negara diubah dari Republik Fiji menjadi Republik Kepulauan Fiji, namun pada bulan Februari 2011, dikembalikan lagi menjadi Republik Fiji. Dalam aksara Hanzi, Fiji ditulis sebagai "斐濟".
3. Sejarah
Sejarah Fiji mencakup periode panjang dari permukiman awal oleh manusia, interaksi dengan penjelajah Eropa, era kolonialisme Inggris yang membawa perubahan sosial-ekonomi signifikan, hingga perjuangan menuju kemerdekaan dan tantangan dalam membangun negara modern yang stabil dan demokratis. Perkembangan ini dipengaruhi oleh dinamika internal antar suku, dampak kebijakan kolonial, serta perubahan politik global.
3.1. Permukiman Awal dan Kontak dengan Bangsa Eropa


Seni tembikar dari kota-kota di Fiji menunjukkan bahwa Fiji telah dihuni oleh orang-orang Austronesia setidaknya sejak 3500 hingga 1000 SM, dengan orang Melanesia menyusul sekitar seribu tahun kemudian, meskipun masih banyak pertanyaan terbuka mengenai tanggal spesifik dan pola migrasi manusia. Diyakini bahwa orang-orang budaya Lapita atau nenek moyang orang Polinesia pertama kali menghuni pulau-pulau tersebut, tetapi tidak banyak yang diketahui tentang apa yang terjadi pada mereka setelah kedatangan orang Melanesia; budaya lama mungkin memiliki pengaruh pada budaya baru, dan bukti arkeologis menunjukkan bahwa beberapa migran pindah ke Samoa, Tonga, dan bahkan Hawaii. Bukti arkeologis juga menunjukkan tanda-tanda permukiman manusia di Pulau Moturiki yang dimulai setidaknya sejak 600 SM dan mungkin sejauh 900 SM. Meskipun beberapa aspek budaya Fiji mirip dengan budaya Melanesia di Pasifik barat, budaya Fiji memiliki hubungan yang lebih kuat dengan budaya Polinesia yang lebih tua. Bukti jelas menunjukkan adanya perdagangan antara Fiji dan kepulauan tetangga jauh sebelum orang Eropa melakukan kontak dengan Fiji.
Pada abad ke-10, Kekaisaran Tuʻi Tonga didirikan di Tonga, dan Fiji masuk dalam lingkup pengaruhnya. Pengaruh Tonga membawa adat istiadat dan bahasa Polinesia ke Fiji. Kekaisaran ini mulai menurun pada abad ke-13.
Fiji telah lama memiliki permukiman permanen, tetapi masyarakatnya juga memiliki sejarah mobilitas. Selama berabad-abad, praktik budaya Fiji yang unik berkembang. Orang Fiji membangun perahu air yang besar dan elegan dengan layar yang disebut drua dan mengekspor beberapa ke Tonga. Orang Fiji juga mengembangkan gaya arsitektur desa yang khas, yang terdiri dari perumahan komunal dan individu bure dan vale, serta sistem benteng dan parit canggih yang biasanya dibangun di sekitar permukiman yang lebih penting. Babi didomestikasi untuk makanan, dan berbagai usaha pertanian, seperti perkebunan pisang, sudah ada sejak tahap awal. Desa-desa disuplai air yang dibawa melalui saluran air kayu yang dibangun. Orang Fiji hidup dalam masyarakat yang dipimpin oleh kepala suku, tetua, dan prajurit terkemuka. Pemimpin spiritual, sering disebut bete, juga merupakan tokoh budaya penting, dan produksi serta konsumsi yaqona merupakan bagian dari upacara seremonial dan komunitas mereka. Orang Fiji mengembangkan sistem moneter di mana gigi paus sperma yang dipoles, disebut tambua, menjadi mata uang aktif. Jenis tulisan yang ada dapat dilihat hari ini dalam berbagai petroglif di sekitar pulau. Orang Fiji mengembangkan industri tekstil kain masi yang halus, dan menggunakan kain yang mereka produksi untuk membuat layar dan pakaian seperti malo dan liku. Seperti kebanyakan peradaban manusia kuno lainnya, peperangan atau persiapan untuk peperangan merupakan bagian penting dari kehidupan sehari-hari di Fiji pra-kolonial. Orang Fiji terkenal karena penggunaan senjata mereka yang khas, terutama gada perang. Orang Fiji menggunakan berbagai jenis gada yang secara luas dapat dibagi menjadi dua kelompok, gada dua tangan dan gada lempar kecil khusus yang disebut ula.


Dengan kedatangan orang Eropa pada abad ke-17, dan kolonisasi Eropa pada akhir abad ke-19, banyak elemen budaya Fiji ditekan atau dimodifikasi untuk memastikan kontrol Eropa - khususnya, Inggris. Hal ini terutama berlaku sehubungan dengan kepercayaan spiritual tradisional Fiji. Kolonis dan misionaris awal menunjuk praktik kanibalisme di Fiji sebagai landasan moral yang membenarkan kolonisasi. Orang Eropa melabeli banyak adat istiadat asli Fiji sebagai rendah atau primitif, memungkinkan banyak kolonis melihat Fiji sebagai "surga yang disia-siakan oleh kanibal buas". Penulis seperti Deryck Scarr telah melanggengkan klaim abad ke-19 tentang "mayat yang baru dibunuh ditumpuk untuk dimakan" dan pengorbanan manusia massal seremonial dalam pembangunan rumah dan perahu baru. Faktanya, selama masa kolonial, Fiji dikenal sebagai Kepulauan Kanibal. Penelitian arkeologi modern yang dilakukan di situs-situs Fiji menunjukkan bahwa orang Fiji memang mempraktikkan kanibalisme, yang telah membantu para sarjana modern menilai keakuratan beberapa catatan Eropa kolonial ini. Studi yang dilakukan oleh para sarjana termasuk Degusta, Cochrane, dan Jones memberikan bukti kerangka manusia yang dibakar atau dipotong, menunjukkan bahwa kanibalisme dipraktikkan di Fiji. Namun, catatan arkeologis ini menunjukkan bahwa praktik kanibalisme kemungkinan lebih bersifat sporadis dan tidak begitu meluas seperti yang tersirat oleh para pemukim Eropa; tampaknya kanibalisme lebih sering bersifat non-kekerasan dan ritualistik.

Penjelajah Belanda Abel Tasman adalah pengunjung Eropa pertama yang diketahui ke Fiji, melihat pulau utara Vanua Levu dan kepulauan Taveuni Utara pada tahun 1643 saat mencari Benua Selatan Besar. James Cook, navigator Inggris, mengunjungi salah satu pulau Lau selatan pada tahun 1774. Namun, baru pada tahun 1789 pulau-pulau tersebut dipetakan, ketika William Bligh, kapten HMS Bounty yang terdampar, melewati Ovalau dan berlayar di antara pulau-pulau utama Viti Levu dan Vanua Levu dalam perjalanan ke Batavia (sekarang Jakarta), di Indonesia. Bligh Water, selat di antara dua pulau utama, dinamai menurut namanya dan untuk sementara waktu, Kepulauan Fiji dikenal sebagai Kepulauan Bligh.
Orang Eropa pertama yang menjalin kontak substansial dengan orang Fiji adalah pedagang kayu cendana, pemburu paus, dan pedagang "beche-de-mer" (teripang). Kapal penangkap paus pertama yang diketahui telah berkunjung adalah Ann and Hope pada tahun 1799, dan diikuti oleh banyak kapal lainnya pada abad ke-19. Kapal-kapal ini datang untuk mendapatkan air minum, makanan, dan kayu bakar, dan kemudian, untuk mendapatkan orang untuk membantu mengawaki kapal mereka. Beberapa orang Eropa yang datang ke Fiji pada periode ini diterima oleh penduduk setempat dan diizinkan tinggal sebagai penduduk.
Pada tahun 1820-an, Levuka didirikan sebagai kota gaya Eropa pertama di Fiji, di pulau Ovalau. Pasar untuk "beche-de-mer" di Tiongkok sangat menguntungkan, dan pedagang Inggris serta Amerika mendirikan stasiun pemrosesan di berbagai pulau. Penduduk Fiji setempat dimanfaatkan untuk mengumpulkan, menyiapkan, dan mengemas produk yang kemudian akan dikirim ke Asia. Muatan yang baik akan menghasilkan keuntungan setengah tahunan sekitar 25.00 K USD bagi pedagang. Para pekerja Fiji sering diberi senjata api dan amunisi sebagai imbalan atas kerja mereka, dan pada akhir tahun 1820-an sebagian besar kepala suku Fiji memiliki senapan dan banyak yang terampil menggunakannya. Beberapa kepala suku Fiji segera merasa cukup percaya diri dengan senjata baru mereka untuk secara paksa mendapatkan persenjataan yang lebih merusak dari orang Eropa. Pada tahun 1834, orang-orang dari Viwa dan Bau berhasil menguasai kapal Prancis L'amiable Josephine dan menggunakan meriamnya untuk melawan musuh mereka di Sungai Rewa, meskipun mereka kemudian mengandaskannya.
Misionaris Kristen seperti David Cargill juga tiba pada tahun 1830-an dari daerah yang baru saja dikonversi seperti Tonga dan Tahiti, dan pada tahun 1840 pemukiman Eropa di Levuka telah berkembang menjadi sekitar 40 rumah dengan mantan pemburu paus David Whippey sebagai penduduk terkemuka. Konversi agama orang Fiji adalah proses bertahap yang diamati langsung oleh Kapten Charles Wilkes dari Ekspedisi Penjelajahan Amerika Serikat. Wilkes menulis bahwa "semua kepala suku tampaknya memandang Kekristenan sebagai perubahan di mana mereka akan banyak kehilangan dan sedikit mendapatkan". Orang Fiji yang dikristenkan, selain meninggalkan kepercayaan spiritual mereka, ditekan untuk memotong rambut mereka pendek, mengadopsi bentuk pakaian sulu dari Tonga dan secara fundamental mengubah tradisi pernikahan dan pemakaman mereka. Proses perubahan budaya paksa ini disebut lotu. Intensifikasi konflik antara budaya meningkat, dan Wilkes terlibat dalam pengorganisasian ekspedisi hukuman besar terhadap orang-orang Malolo. Dia memerintahkan serangan dengan roket yang berfungsi sebagai alat pembakar darurat. Desa itu, dengan penghuni yang terperangkap di dalamnya, dengan cepat menjadi neraka dengan Wilkes mencatat bahwa "teriakan para pria bercampur dengan tangisan dan jeritan para wanita dan anak-anak" saat mereka terbakar sampai mati. Wilkes menuntut agar para penyintas "memohon belas kasihan" dan jika tidak "mereka harus berharap untuk dimusnahkan". Sekitar 57 hingga 87 orang Malolo tewas dalam pertemuan ini.
3.2. Era Cakobau dan Upaya Penyatuan Suku


Tahun 1840-an adalah masa konflik di mana berbagai klan Fiji berusaha untuk menegaskan dominasi satu sama lain. Akhirnya, seorang panglima perang bernama Seru Epenisa Cakobau dari Pulau Bau berhasil menjadi pengaruh kuat di wilayah tersebut. Ayahnya adalah Ratu Tanoa Visawaqa, Vunivalu (gelar kepala suku yang berarti panglima perang, sering juga diterjemahkan sebagai kepala suku tertinggi) yang sebelumnya telah menaklukkan sebagian besar Fiji barat. Cakobau, melanjutkan jejak ayahnya, menjadi begitu dominan sehingga ia mampu mengusir orang Eropa dari Levuka selama lima tahun karena perselisihan tentang pemberian senjata mereka kepada musuh lokalnya. Pada awal 1850-an, Cakobau melangkah lebih jauh dan menyatakan perang terhadap semua orang Kristen. Rencananya digagalkan setelah para misionaris di Fiji menerima dukungan dari orang Tonga yang sudah dikonversi dan kehadiran kapal perang Inggris. Pangeran Tonga Enele Maʻafu, seorang Kristen, telah memantapkan dirinya di pulau Lakeba pada tahun 1848, secara paksa mengkonversi penduduk setempat ke Gereja Metodis. Cakobau dan kepala suku lainnya di barat Fiji menganggap Maʻafu sebagai ancaman bagi kekuasaan mereka dan menentang upayanya untuk memperluas kekuasaan Tonga. Namun, pengaruh Cakobau mulai memudar, dan pengenaan pajaknya yang berat kepada kepala suku Fiji lainnya, yang melihatnya paling banter sebagai yang pertama di antara yang sederajat, menyebabkan mereka membelot darinya.
Sekitar waktu ini Amerika Serikat juga menjadi tertarik untuk menegaskan kekuasaan mereka di wilayah tersebut, dan mereka mengancam intervensi setelah sejumlah insiden yang melibatkan konsul mereka di kepulauan Fiji, John Brown Williams. Pada tahun 1849, toko dagang Williams dijarah setelah kebakaran yang tidak disengaja, yang disebabkan oleh tembakan meriam nyasar selama perayaan Empat Juli, dan pada tahun 1853 pemukiman Eropa di Levuka dibakar habis. Williams menyalahkan Cakobau atas kedua insiden ini, dan perwakilan AS ingin ibu kota Cakobau di Bau dihancurkan sebagai pembalasan. Blokade angkatan laut malah didirikan di sekitar pulau yang semakin menekan Cakobau untuk menyerah dalam perangnya melawan orang asing dan sekutu Kristen mereka. Akhirnya, pada tanggal 30 April 1854, Cakobau menawarkan soro (permohonan) dan menyerah kepada kekuatan-kekuatan ini. Dia menjalani lotu dan masuk Kristen. Kuil-kuil tradisional Fiji di Bau dihancurkan, dan pohon-pohon nokonoko suci ditebang. Cakobau dan orang-orangnya yang tersisa kemudian dipaksa untuk bergabung dengan orang Tonga, yang didukung oleh Amerika dan Inggris, untuk menaklukkan kepala suku yang tersisa di wilayah itu yang masih menolak untuk masuk Kristen. Kepala suku ini segera dikalahkan dengan Qaraniqio dari Rewa diracuni dan Ratu Mara dari Kaba digantung pada tahun 1855. Setelah perang ini, sebagian besar wilayah Fiji, kecuali daerah dataran tinggi pedalaman, telah dipaksa untuk melepaskan banyak sistem tradisional mereka dan sekarang menjadi bawahan kepentingan Barat. Cakobau dipertahankan sebagai perwakilan simbolis dari beberapa orang Fiji dan diizinkan untuk mengambil gelar ironis dan memproklamirkan diri "Tui Viti" ("Raja Fiji"), tetapi kontrol menyeluruh sekarang berada di tangan kekuatan asing.

Kenaikan harga kapas setelah Perang Saudara Amerika (1861-1865) menyebabkan masuknya ratusan pemukim ke Fiji pada tahun 1860-an dari Australia dan Amerika Serikat untuk mendapatkan tanah dan menanam kapas. Karena masih kurangnya pemerintahan yang berfungsi di Fiji, para penanam ini sering kali dapat memperoleh tanah dengan cara kekerasan atau curang seperti menukar senjata atau alkohol dengan orang Fiji yang mungkin atau mungkin bukan pemilik sebenarnya. Meskipun hal ini membuat akuisisi tanah menjadi murah, klaim tanah yang bersaing antara para penanam menjadi masalah karena tidak adanya pemerintahan terpadu untuk menyelesaikan perselisihan. Pada tahun 1865, para pemukim mengusulkan konfederasi tujuh kerajaan pribumi utama di Fiji untuk membentuk semacam pemerintahan. Ini awalnya berhasil, dan Cakobau terpilih sebagai presiden pertama konfederasi.
Dengan tingginya permintaan akan tanah, para penanam kulit putih mulai merambah ke pedalaman berbukit Viti Levu. Hal ini membuat mereka berkonfrontasi langsung dengan Kai Colo, istilah umum untuk menggambarkan berbagai klan Fiji yang tinggal di distrik pedalaman ini. Kai Colo masih menjalani gaya hidup yang sebagian besar tradisional, mereka belum dikristenkan, dan mereka tidak berada di bawah kekuasaan Cakobau atau konfederasi. Pada tahun 1867, seorang misionaris keliling bernama Thomas Baker dibunuh oleh Kai Colo di pegunungan di hulu Sungai Sigatoka. Konsul Inggris yang menjabat, John Bates Thurston, menuntut agar Cakobau memimpin pasukan orang Fiji dari daerah pesisir untuk menekan Kai Colo. Cakobau akhirnya memimpin kampanye ke pegunungan tetapi menderita kekalahan memalukan dengan 61 pejuangnya tewas. Para pemukim juga berkonflik dengan penduduk Kai Colo timur setempat yang disebut Wainimala. Thurston memanggil bagian Stasiun Australia dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris untuk meminta bantuan. Angkatan Laut mengirim Komandan Rowley Lambert dan HMS Challenger (1858) untuk melakukan misi hukuman terhadap Wainimala. Pasukan bersenjata yang terdiri dari 87 orang menembaki dan membakar desa Deoka, dan terjadi pertempuran kecil yang mengakibatkan kematian lebih dari 40 orang Wainimala.
Setelah runtuhnya konfederasi, Enele Maʻafu mendirikan pemerintahan yang stabil di Kepulauan Lau dan Tonga. Kekuatan asing lainnya seperti Amerika Serikat mempertimbangkan kemungkinan untuk mencaplok Fiji. Situasi ini tidak menarik bagi banyak pemukim, yang hampir semuanya adalah warga negara Inggris dari Australia. Namun, Inggris menolak untuk mencaplok negara itu, dan diperlukan kompromi.

Pada bulan Juni 1871, George Austin Woods, seorang mantan letnan Angkatan Laut Kerajaan, berhasil mempengaruhi Cakobau dan mengorganisir sekelompok pemukim dan kepala suku yang berpikiran sama untuk membentuk pemerintahan. Cakobau dinyatakan sebagai raja (Tui Viti) dan Kerajaan Fiji didirikan. Sebagian besar kepala suku Fiji setuju untuk berpartisipasi, dan bahkan Ma'afu memilih untuk mengakui Cakobau dan berpartisipasi dalam monarki konstitusional. Namun, banyak pemukim datang dari Australia, di mana negosiasi dengan penduduk asli hampir secara universal melibatkan pemaksaan mereka untuk menerima syarat-syarat yang sangat tidak menguntungkan. Harapan para pemukim ini untuk mendominasi dengan kekerasan membuat mereka membentuk beberapa kelompok agresif yang bermotif rasial, seperti British Subjects Mutual Protection Society. Satu kelompok menyebut diri mereka Ku Klux Klan sebagai penghormatan kepada kelompok supremasi kulit putih di Amerika. Namun, ketika individu-individu terhormat seperti Charles St Julian, Robert Sherson Swanston, dan John Bates Thurston diangkat oleh Cakobau, tingkat otoritas tertentu berhasil ditegakkan.
Dengan meningkatnya jumlah pemukim kulit putih yang masuk ke negara itu, keinginan untuk mengakuisisi tanah juga meningkat. Sekali lagi, konflik dengan Kai Colo di pedalaman Viti Levu terjadi. Pada tahun 1871, pembunuhan dua pemukim di dekat Sungai Ba di barat laut pulau memicu ekspedisi hukuman besar yang terdiri dari petani kulit putih, pekerja budak impor, dan orang Fiji pesisir. Kelompok yang terdiri dari sekitar 400 vigilante bersenjata ini, termasuk veteran Perang Saudara AS, bertempur dengan Kai Colo di dekat desa Cubu, di mana kedua belah pihak harus mundur. Desa itu hancur, dan Kai Colo, meskipun bersenjata senapan, menderita banyak korban. Kai Colo merespons dengan sering melakukan serangan terhadap pemukiman orang kulit putih dan orang Fiji Kristen di seluruh distrik Ba. Demikian pula, di timur pulau di hulu Sungai Rewa, desa-desa dibakar, dan banyak Kai Colo ditembak oleh pasukan vigilante pemukim yang disebut Rewa Rifles.
Meskipun pemerintah Cakobau tidak menyetujui para pemukim mengambil keadilan ke tangan mereka sendiri, pemerintah memang ingin Kai Colo ditundukkan dan tanah mereka dijual. Solusinya adalah membentuk tentara. Robert S. Swanston, menteri Urusan Pribumi di Kerajaan, mengorganisir pelatihan dan persenjataan sukarelawan dan tahanan Fiji yang cocok untuk menjadi tentara dalam apa yang secara bervariasi disebut Pasukan Raja atau Resimen Pribumi. Dalam sistem yang mirip dengan Polisi Pribumi yang ada di koloni-koloni Australia, dua pemukim kulit putih, James Harding dan W. Fitzgerald, diangkat sebagai perwira kepala brigade paramiliter ini. Pembentukan pasukan ini tidak disenangi oleh banyak pemilik perkebunan kulit putih karena mereka tidak mempercayai tentara Fiji untuk melindungi kepentingan mereka.
Situasi semakin memanas pada awal tahun 1873 ketika keluarga Burns dibunuh oleh serangan Kai Colo di daerah Sungai Ba. Pemerintah Cakobau mengerahkan 50 Pasukan Raja ke wilayah tersebut di bawah komando Mayor Fitzgerald untuk memulihkan ketertiban. Orang kulit putih setempat menolak penempatan mereka, dan pengerahan 50 pasukan lainnya di bawah Kapten Harding dikirim untuk menekankan otoritas pemerintah. Untuk membuktikan nilai Resimen Pribumi, pasukan yang diperbesar ini masuk ke pedalaman dan membantai sekitar 170 orang Kai Colo di Na Korowaiwai. Setelah kembali ke pantai, pasukan itu disambut oleh para pemukim kulit putih yang masih melihat pasukan pemerintah sebagai ancaman. Pertempuran antara pasukan pemerintah dan brigade pemukim kulit putih hanya dapat dicegah oleh intervensi Kapten William Cox Chapman dari HMS Dido (1869), yang menahan para pemimpin pemukim, memaksa kelompok itu untuk bubar. Otoritas Pasukan Raja dan pemerintah Cakobau untuk menghancurkan Kai Colo sekarang menjadi total.
Dari Maret hingga Oktober 1873, pasukan sekitar 200 Pasukan Raja di bawah administrasi umum Swanston dengan sekitar 1.000 orang Fiji pesisir dan sukarelawan kulit putih tambahan, memimpin kampanye di seluruh dataran tinggi Viti Levu untuk memusnahkan Kai Colo. Mayor Fitzgerald dan Mayor H.C. Thurston (saudara John Bates Thurston) memimpin serangan dua arah di seluruh wilayah. Pasukan gabungan dari berbagai klan Kai Colo bertahan di desa Na Culi. Kai Colo dikalahkan dengan dinamit dan api yang digunakan untuk mengusir mereka dari posisi pertahanan mereka di antara gua-gua gunung. Banyak Kai Colo tewas, dan salah satu pemimpin utama klan bukit, Ratu Dradra, terpaksa menyerah dengan sekitar 2.000 pria, wanita, dan anak-anak ditawan dan dikirim ke pantai. Dalam bulan-bulan setelah kekalahan ini, satu-satunya perlawanan utama datang dari klan di sekitar desa Nibutautau. Mayor Thurston menghancurkan perlawanan ini dalam dua bulan setelah pertempuran di Na Culi. Desa-desa dibakar, Kai Colo dibunuh, dan sejumlah besar tahanan lainnya ditangkap. Sekitar 1.000 tahanan (pria, wanita, dan anak-anak) dikirim ke Levuka di mana beberapa digantung dan sisanya dijual menjadi perbudakan dan dipaksa bekerja di berbagai perkebunan di seluruh pulau.
3.3. Masa Kolonial
Periode kolonial Inggris di Fiji dimulai pada tahun 1874 dan berlangsung hingga kemerdekaan pada tahun 1970. Masa ini ditandai dengan perubahan signifikan dalam struktur sosial, ekonomi, dan politik Fiji, termasuk pengenalan sistem pekerja kontrak dari India, eksploitasi sumber daya alam dan tenaga kerja, serta munculnya gerakan perlawanan dari masyarakat pribumi. Dampak kebijakan kolonial, khususnya dalam hal pembagian etnis dan penguasaan tanah, terus mempengaruhi Fiji hingga saat ini. Perang Dunia I dan II juga membawa dampak bagi Fiji, baik dalam hal keterlibatan militer maupun perubahan sosial-ekonomi. Dalam menganalisis periode ini, penting untuk menyoroti bagaimana kolonialisme membentuk ketidaksetaraan dan konflik yang berkelanjutan, serta bagaimana masyarakat Fiji merespons dan berjuang untuk hak-hak mereka, sejalan dengan nilai-nilai liberalisme sosial dan keadilan.
3.3.1. Pengenalan Pekerja Kontrak India
Gubernur Sir Arthur Gordon memutuskan pada tahun 1878 untuk mengimpor pekerja kontrak dari India untuk bekerja di ladang tebu yang telah menggantikan perkebunan kapas. Sebanyak 463 orang India tiba pada tanggal 14 Mei 1879 - yang pertama dari sekitar 61.000 orang yang akan datang sebelum skema tersebut berakhir pada tahun 1916. Rencana tersebut melibatkan membawa pekerja India ke Fiji dengan kontrak lima tahun, setelah itu mereka dapat kembali ke India dengan biaya sendiri; jika mereka memilih untuk memperbarui kontrak mereka untuk masa jabatan lima tahun kedua, mereka akan diberi pilihan untuk kembali ke India dengan biaya pemerintah, atau tetap tinggal di Fiji. Sebagian besar memilih untuk tinggal. Undang-Undang Queensland, yang mengatur tenaga kerja kontrak di Queensland, juga diberlakukan di Fiji.
Antara tahun 1879 dan 1916, puluhan ribu orang India pindah ke Fiji untuk bekerja sebagai buruh kontrak, terutama di perkebunan tebu. Mengingat arus kapal yang terus-menerus membawa buruh kontrak India ke Fiji hingga tahun 1916, orang India yang dipulangkan umumnya menaiki kapal yang sama dalam perjalanan kembali mereka. Jumlah total repatriat di bawah sistem kontrak Fiji tercatat sebanyak 39.261, sedangkan jumlah kedatangan dikatakan sebanyak 60.553. Karena angka pengembalian mencakup anak-anak yang lahir di Fiji, banyak buruh kontrak India tidak pernah kembali ke India. Kedatangan pekerja kontrak India secara fundamental mengubah demografi dan struktur sosial Fiji, menciptakan masyarakat multietnis dengan tantangan dan dinamika tersendiri. Dampak ekonomi dari sistem ini signifikan, terutama dalam industri gula, namun juga menimbulkan isu-isu sosial dan politik terkait hak-hak pekerja dan hubungan antar etnis yang terus bergema hingga periode pasca-kolonial.
3.3.2. Eksploitasi Tenaga Kerja dan Isu Hak Asasi Manusia (Blackbirding dan Perbudakan)


Era blackbirding dimulai di Fiji pada tahun 1865 ketika para pekerja pertama dari Hebrida Baru (sekarang Vanuatu) dan Kepulauan Solomon diangkut ke sana untuk bekerja di perkebunan kapas. Perang Saudara Amerika telah memutus pasokan kapas AS ke pasar internasional ketika Union memblokade pelabuhan Konfederasi. Budidaya kapas berpotensi menjadi bisnis yang sangat menguntungkan. Ribuan penanam Eropa berbondong-bondong ke Fiji untuk mendirikan perkebunan, tetapi menemukan bahwa penduduk asli tidak mau beradaptasi dengan rencana mereka. Mereka mencari tenaga kerja dari kepulauan Melanesia. Pada tanggal 5 Juli 1865, Ben Pease menerima lisensi pertama untuk menyediakan 40 pekerja dari Hebrida Baru ke Fiji.
Pemerintah Inggris dan Queensland mencoba mengatur perekrutan dan pengangkutan tenaga kerja ini. Pekerja Melanesia direkrut untuk jangka waktu tiga tahun, dibayar tiga pound per tahun, diberi pakaian dasar, dan diberi akses ke toko perusahaan untuk perbekalan. Sebagian besar orang Melanesia direkrut dengan tipu daya, biasanya dibujuk naik kapal dengan hadiah, dan kemudian dikurung. Pada tahun 1875, kepala petugas medis di Fiji, Sir William MacGregor, mencatat tingkat kematian sebesar 540 dari setiap 1.000 pekerja. Setelah berakhirnya kontrak tiga tahun, pemerintah mewajibkan kapten untuk mengangkut para pekerja kembali ke desa mereka, tetapi sebagian besar kapten kapal menurunkan mereka di pulau pertama yang mereka lihat di lepas perairan Fiji. Inggris mengirim kapal perang untuk menegakkan hukum (Pacific Islanders Protection Act 1872), tetapi hanya sebagian kecil pelaku yang dituntut.
Sebuah insiden terkenal dari perdagangan blackbirding adalah pelayaran brig Carl pada tahun 1871, yang diorganisir oleh Dr. James Patrick Murray untuk merekrut pekerja untuk bekerja di perkebunan Fiji. Murray menyuruh anak buahnya membalik kerah mereka dan membawa buku hitam, agar tampak seperti misionaris gereja. Ketika penduduk pulau dibujuk untuk menghadiri kebaktian, Murray dan anak buahnya akan mengeluarkan senjata dan memaksa penduduk pulau naik ke kapal. Selama pelayaran, Murray menembak sekitar 60 penduduk pulau. Dia tidak pernah diadili atas tindakannya, karena dia diberi kekebalan sebagai imbalan atas pemberian bukti terhadap anggota krunya. Kapten Carl, Joseph Armstrong, kemudian dijatuhi hukuman mati.

Selain tenaga kerja yang diculik dari pulau-pulau Pasifik lainnya, ribuan orang pribumi kepulauan Fiji dijual menjadi budak di perkebunan. Ketika pemerintah Cakobau yang didukung pemukim kulit putih, dan kemudian pemerintah kolonial Inggris, menaklukkan wilayah-wilayah di Fiji, para tawanan perang yang dihasilkan secara teratur dijual dalam lelang kepada para penanam. Ini menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah dan juga menyebarkan para pemberontak ke pulau-pulau yang berbeda, seringkali terpencil, tempat perkebunan berada. Tanah yang ditempati oleh orang-orang ini sebelum mereka menjadi budak kemudian juga dijual untuk pendapatan tambahan. Contohnya adalah orang Lovoni dari Ovalau, yang setelah dikalahkan dalam perang dengan pemerintah Cakobau pada tahun 1871, dikumpulkan dan dijual kepada para pemukim seharga £6 per kepala. Dua ribu pria, wanita, dan anak-anak Lovoni dijual, dan masa perbudakan mereka berlangsung selama lima tahun. Demikian pula, setelah perang Kai Colo pada tahun 1873, ribuan orang dari suku-suku bukit Viti Levu dikirim ke Levuka dan dijual menjadi budak. Peringatan dari Angkatan Laut Kerajaan yang ditempatkan di daerah itu bahwa membeli orang-orang ini ilegal sebagian besar diberikan tanpa penegakan, dan konsul Inggris di Fiji, Edward Bernard Marsh, secara teratur menutup mata terhadap jenis perdagangan tenaga kerja ini. Praktik-praktik ini merupakan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia dan meninggalkan luka mendalam dalam sejarah Fiji, menyoroti eksploitasi brutal yang menjadi ciri khas periode kolonial di banyak bagian dunia.
Meskipun mencapai kemenangan militer atas Kai Colo, pemerintah Cakobau dihadapkan pada masalah legitimasi dan kelangsungan ekonomi. Penduduk asli Fiji dan pemukim kulit putih menolak membayar pajak, dan harga kapas telah runtuh. Dengan masalah-masalah utama ini dalam pikiran, John Bates Thurston mendekati pemerintah Inggris, atas permintaan Cakobau, dengan tawaran lain untuk menyerahkan pulau-pulau tersebut. Pemerintah Inggris Tory yang baru terpilih di bawah Benjamin Disraeli mendorong ekspansi kekaisaran dan karena itu jauh lebih simpatik untuk mencaplok Fiji daripada sebelumnya. Pembunuhan Uskup John Patteson dari Misi Melanesia di Nukapu di Kepulauan Reef telah memicu kemarahan publik, yang diperparah oleh pembantaian oleh anggota kru lebih dari 150 orang Fiji di atas brig Carl. Dua komisaris Inggris dikirim ke Fiji untuk menyelidiki kemungkinan aneksasi. Pertanyaan itu diperumit oleh manuver kekuasaan antara Cakobau dan saingan lamanya, Ma'afu, dengan kedua pria itu bimbang selama berbulan-bulan. Pada tanggal 21 Maret 1874, Cakobau membuat tawaran terakhir, yang diterima Inggris. Pada tanggal 23 September, Sir Hercules Robinson, yang akan segera diangkat menjadi Gubernur Inggris Fiji, tiba dengan HMS Dido dan menerima Cakobau dengan salut 21 senjata kerajaan. Setelah beberapa kebimbangan, Cakobau setuju untuk melepaskan gelar Tui Viti-nya, mempertahankan gelar Vunivalu, atau Pelindung. Penyerahan resmi berlangsung pada tanggal 10 Oktober 1874, ketika Cakobau, Ma'afu, dan beberapa kepala suku senior Fiji menandatangani dua salinan Akta Penyerahan. Dengan demikian, Koloni Fiji didirikan; 96 tahun pemerintahan Inggris menyusul.
Untuk merayakan aneksasi Fiji, Hercules Robinson, yang saat itu adalah Gubernur New South Wales, membawa Cakobau dan kedua putranya ke Sydney. Terjadi wabah campak di kota itu dan ketiga orang Fiji itu semuanya jatuh sakit. Sekembalinya ke Fiji, administrator kolonial memutuskan untuk tidak mengarantina kapal tempat para penyembuh itu bepergian. Ini terlepas dari kenyataan bahwa Inggris memiliki pengetahuan yang sangat luas tentang efek buruk penyakit menular pada populasi yang tidak terpapar. Pada tahun 1875-76, epidemi campak yang diakibatkannya menewaskan lebih dari 40.000 orang Fiji, sekitar sepertiga dari populasi Fiji. Beberapa orang Fiji menuduh bahwa kegagalan karantina ini adalah tindakan yang disengaja untuk memasukkan penyakit tersebut ke negara itu. Sejarawan tidak menemukan bukti seperti itu; penyakit itu menyebar sebelum gubernur Inggris yang baru dan petugas medis kolonial tiba, dan tidak ada aturan karantina di bawah rezim yang akan berakhir.
Robinson digantikan sebagai Gubernur Fiji pada Juni 1875 oleh Sir Arthur Hamilton Gordon. Gordon segera dihadapkan pada pemberontakan orang Qalimari dan Kai Colo. Pada awal 1875, administrator kolonial Edgar Leopold Layard telah bertemu dengan ribuan klan dataran tinggi di Navuso untuk meresmikan penaklukan mereka di bawah pemerintahan Inggris dan Kekristenan. Layard dan delegasinya berhasil menyebarkan epidemi campak ke penduduk dataran tinggi, menyebabkan kematian massal pada populasi ini. Akibatnya, kemarahan terhadap penjajah Inggris berkobar di seluruh wilayah, dan pemberontakan yang meluas dengan cepat mengakar. Desa-desa di sepanjang Sungai Sigatoka dan di dataran tinggi di atas daerah ini menolak kontrol Inggris, dan Gordon ditugaskan untuk memadamkan pemberontakan ini.
Dalam apa yang disebut Gordon sebagai "Perang Kecil", penindasan pemberontakan ini mengambil bentuk dua kampanye militer terkoordinasi di bagian barat Viti Levu. Yang pertama dilakukan oleh sepupu kedua Gordon, Arthur John Lewis Gordon, melawan pemberontak Qalimari di sepanjang Sungai Sigatoka. Kampanye kedua dipimpin oleh Louis Knollys melawan Kai Colo di pegunungan di utara sungai. Gubernur Gordon memberlakukan semacam darurat militer di daerah di mana Arthur John Lewis Gordon dan Knollys memiliki kekuasaan absolut untuk melakukan misi mereka di luar batasan legislasi apa pun. Kedua kelompok pemberontak diisolasi satu sama lain oleh pasukan yang dipimpin oleh Walter Carew dan George Le Hunte yang ditempatkan di Nasaucoko. Carew juga memastikan pemberontakan tidak menyebar ke timur dengan mengamankan kesetiaan orang Wainimala di dataran tinggi timur. Perang tersebut melibatkan penggunaan tentara dari Resimen Pribumi lama Cakobau yang didukung oleh sekitar 1.500 sukarelawan Kristen Fiji dari daerah lain di Viti Levu. Pemerintah kolonial Selandia Baru menyediakan sebagian besar senjata canggih untuk tentara termasuk 100 senapan Snider.
Kampanye di sepanjang Sungai Sigatoka dilakukan di bawah kebijakan bumi hangus di mana banyak desa pemberontak dibakar dan ladang mereka dijarah. Setelah penangkapan dan penghancuran kota-kota benteng utama Koroivatuma, Bukutia dan Matanavatu, Qalimari menyerah secara massal. Mereka yang tidak terbunuh dalam pertempuran ditawan dan dikirim ke kota pesisir Cuvu. Ini termasuk 827 pria, wanita dan anak-anak serta Mudu, pemimpin pemberontak. Para wanita dan anak-anak didistribusikan ke tempat-tempat seperti Nadi dan Nadroga. Dari para pria, 15 dijatuhi hukuman mati dalam persidangan yang dilakukan dengan tergesa-gesa di Sigatoka. Gubernur Gordon hadir, tetapi memilih untuk menyerahkan tanggung jawab yudisial kepada kerabatnya, Arthur John Lewis Gordon. Empat orang digantung dan sepuluh, termasuk Mudu, ditembak dengan satu tahanan berhasil melarikan diri. Pada akhir proses, gubernur mencatat bahwa "kaki saya benar-benar berlumuran darah yang telah saya tumpahkan".
Kampanye utara melawan Kai Colo di dataran tinggi serupa tetapi melibatkan pengusiran pemberontak dari gua-gua besar yang terlindungi dengan baik di wilayah tersebut. Knollys berhasil membersihkan gua-gua "setelah beberapa waktu yang cukup lama dan pengeluaran amunisi yang besar". Penghuni gua-gua ini termasuk seluruh komunitas, dan akibatnya banyak pria, wanita, dan anak-anak tewas atau terluka dalam operasi ini. Sisanya ditawan dan dikirim ke kota-kota di pantai utara. Kepala petugas medis di Fiji Inggris, William MacGregor, juga mengambil bagian dalam membunuh Kai Colo dan merawat mereka yang terluka. Setelah gua-gua direbut, Kai Colo menyerah dan pemimpin mereka, Bisiki, ditangkap. Berbagai persidangan diadakan, sebagian besar di Nasaucoko di bawah Le Hunte, dan 32 pria digantung atau ditembak termasuk Bisiki, yang tewas saat mencoba melarikan diri.
Pada akhir Oktober 1876, "Perang Kecil" berakhir, dan Gordon berhasil menaklukkan para pemberontak di pedalaman Viti Levu. Pemberontak yang tersisa dikirim ke pengasingan dengan kerja paksa hingga 10 tahun. Beberapa non-kombatan diizinkan untuk kembali membangun kembali desa mereka, tetapi banyak daerah di dataran tinggi diperintahkan oleh Gordon untuk tetap tidak berpenghuni dan dalam reruntuhan. Gordon juga membangun benteng militer, Fort Canarvon, di hulu Sungai Sigatoka di mana kontingen besar tentara ditempatkan untuk mempertahankan kontrol Inggris. Dia mengganti nama Resimen Pribumi menjadi Polisi Bersenjata Pribumi untuk mengurangi penampilannya sebagai kekuatan militer.
Untuk lebih mengkonsolidasikan kontrol sosial di seluruh koloni, Gubernur Gordon memperkenalkan sistem kepala suku yang ditunjuk dan polisi desa di berbagai distrik untuk memberlakukan perintahnya dan melaporkan setiap ketidakpatuhan dari penduduk. Gordon mengadopsi gelar kepala suku Roko dan Buli untuk menggambarkan para deputi ini dan membentuk Dewan Agung Kepala Suku yang secara langsung tunduk pada otoritasnya sebagai Kepala Suku Tertinggi. Badan ini tetap ada sampai ditangguhkan oleh pemerintah sementara yang didukung militer pada tahun 2007 dan baru dihapuskan pada tahun 2012. Gordon juga menghapuskan kemampuan orang Fiji untuk memiliki, membeli atau menjual tanah sebagai individu, kontrol dialihkan ke otoritas kolonial.
Dengan hampir semua aspek kehidupan sosial pribumi Fiji dikendalikan oleh otoritas kolonial Inggris, sejumlah individu karismatik yang memberitakan perbedaan pendapat dan kembali ke budaya pra-kolonial mampu membentuk pengikut di antara mereka yang kehilangan haknya. Gerakan-gerakan ini disebut Tuka, yang secara kasar diterjemahkan sebagai "mereka yang berdiri". Gerakan Tuka pertama dipimpin oleh Ndoongumoy, lebih dikenal sebagai Navosavakandua, yang berarti "dia yang berbicara hanya sekali". Dia mengatakan kepada para pengikutnya bahwa jika mereka kembali ke cara-cara tradisional dan menyembah dewa-dewa tradisional seperti Degei dan Rokola, kondisi mereka saat ini akan berubah, dengan orang kulit putih dan kepala suku Fiji boneka mereka akan tunduk kepada mereka. Navosavakandua sebelumnya diasingkan dari dataran tinggi Viti Levu pada tahun 1878 karena mengganggu ketertiban, dan Inggris dengan cepat menangkapnya dan para pengikutnya setelah demonstrasi pemberontakan terbuka ini. Dia diasingkan lagi, kali ini ke Rotuma di mana dia meninggal segera setelah hukuman 10 tahunnya berakhir.
Namun, organisasi Tuka lainnya segera muncul. Administrasi kolonial Inggris dengan kejam menindas baik para pemimpin maupun pengikut, dengan tokoh-tokoh seperti Sailose diasingkan ke rumah sakit jiwa selama 12 tahun. Pada tahun 1891, seluruh populasi desa yang bersimpati pada ideologi Tuka dideportasi sebagai hukuman. Tiga tahun kemudian di dataran tinggi Vanua Levu, di mana penduduk setempat telah kembali terlibat dalam agama tradisional, Gubernur Thurston memerintahkan Polisi Bersenjata Pribumi untuk menghancurkan kota-kota dan peninggalan agama. Para pemimpin dipenjara dan penduduk desa diasingkan atau dipaksa untuk bergabung ke dalam komunitas yang dikelola pemerintah. Kemudian, pada tahun 1914, Apolosi Nawai muncul ke permukaan perlawanan Tuka Fiji dengan mendirikan Viti Kabani, sebuah perusahaan koperasi yang secara hukum akan memonopoli sektor pertanian dan memboikot para penanam Eropa. Inggris dan proksi mereka, Dewan Kepala Suku, tidak dapat mencegah kebangkitan Viti Kabani, dan sekali lagi para penjajah terpaksa mengirim Polisi Bersenjata Pribumi. Apolosi dan para pengikutnya ditangkap pada tahun 1915, dan perusahaan itu runtuh pada tahun 1917. Selama 30 tahun berikutnya, Apolosi ditangkap kembali, dipenjara, dan diasingkan, dengan Inggris memandangnya sebagai ancaman hingga kematiannya pada tahun 1946.
Fiji hanya terlibat secara marginal dalam Perang Dunia I. Satu insiden yang tak terlupakan terjadi pada September 1917 ketika Pangeran Felix von Luckner tiba di Pulau Wakaya, di lepas pantai timur Viti Levu, setelah kapalnya, SMS Seeadler (1915), kandas di Kepulauan Cook setelah penembakan Papeete di koloni Prancis di Tahiti. Pada tanggal 21 September, inspektur polisi distrik membawa sejumlah orang Fiji ke Wakaya, dan von Luckner, yang tidak menyadari bahwa mereka tidak bersenjata, tanpa sadar menyerah.
Dengan alasan tidak mau mengeksploitasi rakyat Fiji, otoritas kolonial tidak mengizinkan orang Fiji untuk mendaftar wajib militer. Seorang Fiji dari kalangan kepala suku, cicit dari Cakobau, bergabung dengan Legiun Asing Prancis dan menerima dekorasi militer tertinggi Prancis, Croix de Guerre. Setelah menyelesaikan gelar sarjana hukum di Universitas Oxford, kepala suku yang sama ini kembali ke Fiji pada tahun 1921 sebagai pahlawan perang dan lulusan universitas pertama di negara itu. Pada tahun-tahun berikutnya, Ratu Sir Lala Sukuna, sebagaimana ia kemudian dikenal, memantapkan dirinya sebagai kepala suku paling kuat di Fiji dan membentuk lembaga-lembaga embrio untuk apa yang kemudian menjadi negara Fiji modern.
Pada masa Perang Dunia II, Inggris telah membalikkan kebijakannya untuk tidak mendaftarkan penduduk asli, dan ribuan orang Fiji secara sukarela bergabung dengan Resimen Infanteri Fiji, yang berada di bawah komando Ratu Sir Edward Cakobau, cicit lain dari Cakobau. Resimen tersebut tergabung dalam unit tentara Selandia Baru dan Australia selama perang. Karena lokasinya yang sentral, Fiji dipilih sebagai pangkalan pelatihan untuk Sekutu. Sebuah landasan udara dibangun di Nadi (yang kemudian menjadi bandara internasional), dan instalasi senjata menghiasi pantai. Orang Fiji mendapatkan reputasi atas keberanian mereka dalam kampanye Kepulauan Solomon, dengan seorang koresponden perang menggambarkan taktik penyergapan mereka sebagai "kematian dengan sarung tangan beludru". Kopral Sefanaia Sukanaivalu, dari Yucata, secara anumerta dianugerahi Salib Victoria, sebagai hasil dari keberaniannya dalam Pertempuran Bougainville.
3.4. Kemerdekaan dan Politik Modern

Perkembangan politik Fiji setelah kemerdekaan pada tahun 1970 ditandai oleh upaya membangun institusi demokrasi yang stabil di tengah tantangan ketegangan etnis dan intervensi militer. Meskipun meraih kemerdekaan dengan harapan besar, Fiji mengalami serangkaian kudeta yang mengganggu proses demokrasi dan menimbulkan pertanyaan serius tentang supremasi hukum dan hak asasi manusia. Perjuangan menuju demokrasi yang sesungguhnya menghadapi berbagai rintangan, termasuk penyusunan konstitusi yang inklusif dan upaya rekonsiliasi nasional. Situasi politik terkini terus mencerminkan kompleksitas warisan sejarah ini, dengan upaya berkelanjutan untuk memperkuat institusi demokrasi dan memastikan partisipasi semua kelompok masyarakat dalam proses politik.
Sebuah konferensi konstitusional diadakan di London pada bulan Juli 1965 untuk membahas perubahan konstitusional dengan tujuan memperkenalkan pemerintahan yang bertanggung jawab. Orang Indo-Fiji, yang dipimpin oleh A. D. Patel, menuntut pengenalan segera pemerintahan sendiri penuh, dengan badan legislatif yang sepenuhnya dipilih, yang akan dipilih melalui hak pilih universal pada daftar pemilih umum. Tuntutan ini ditolak keras oleh delegasi etnis Fiji, yang masih khawatir kehilangan kendali atas tanah dan sumber daya milik pribumi jika pemerintahan yang didominasi Indo-Fiji berkuasa. Namun, Inggris menjelaskan bahwa mereka bertekad untuk membawa Fiji ke pemerintahan sendiri dan kemerdekaan akhirnya. Menyadari kurangnya pilihan mereka, para kepala suku Fiji memutuskan untuk bernegosiasi untuk mendapatkan kesepakatan terbaik yang bisa mereka dapatkan.
Serangkaian kompromi menyebabkan pembentukan sistem pemerintahan kabinet pada tahun 1967, dengan Ratu Kamisese Mara sebagai Kepala Menteri pertama. Negosiasi yang sedang berlangsung antara Mara dan Sidiq Koya, yang telah mengambil alih kepemimpinan Partai Federasi Nasional yang sebagian besar beranggotakan Indo-Fiji setelah kematian Patel pada tahun 1969, menghasilkan konferensi konstitusional kedua di London, pada bulan April 1970, di mana Dewan Legislatif Fiji menyetujui formula pemilihan kompromi dan jadwal kemerdekaan sebagai negara berdaulat dan merdeka penuh di dalam Persemakmuran. Dewan Legislatif akan digantikan dengan Parlemen bikameral, dengan Senat yang didominasi oleh kepala suku Fiji dan Dewan Perwakilan Rakyat yang dipilih secara populer. Di Dewan yang beranggotakan 52 orang, penduduk asli Fiji dan Indo-Fiji masing-masing akan dialokasikan 22 kursi, di mana 12 akan mewakili konstituensi komunal yang terdiri dari pemilih yang terdaftar dalam daftar etnis yang ketat, dan 10 lainnya mewakili konstituensi nasional di mana anggota dialokasikan berdasarkan etnis tetapi dipilih melalui hak pilih universal. 8 kursi lebih lanjut dicadangkan untuk "pemilih umum" - orang Eropa, orang Tionghoa, penduduk Pulau Banaba, dan minoritas lainnya; 3 di antaranya adalah "komunal" dan 5 "nasional". Dengan kompromi ini, disepakati bahwa Fiji akan merdeka.
Bendera Inggris, Union Jack, diturunkan untuk terakhir kalinya saat matahari terbenam pada tanggal 9 Oktober 1970 di ibu kota Suva. Bendera Fiji dikibarkan setelah fajar pada pagi hari tanggal 10 Oktober 1970; negara itu secara resmi merdeka pada tengah malam.
3.4.1. Kudeta 1987
Inggris memberikan kemerdekaan kepada Fiji pada tahun 1970. Pemerintahan demokratis terganggu oleh dua kudeta militer pada tahun 1987 yang dipicu oleh persepsi yang berkembang bahwa pemerintah didominasi oleh komunitas Indo-Fiji (India). Kudeta kedua tahun 1987 menyebabkan monarki Fiji dan Gubernur Jenderal digantikan oleh presiden non-eksekutif dan nama negara diubah dari Dominion Fiji menjadi Republik Fiji dan kemudian pada tahun 1997 menjadi Republik Kepulauan Fiji. Dua kudeta dan kerusuhan sipil yang menyertainya berkontribusi pada emigrasi besar-besaran orang Indo-Fiji; hilangnya populasi yang diakibatkannya menyebabkan kesulitan ekonomi dan memastikan bahwa orang Melanesia menjadi mayoritas.
Pada tahun 1990, konstitusi baru melembagakan dominasi etnis Fiji dalam sistem politik. Group Against Racial Discrimination (GARD) dibentuk untuk menentang konstitusi yang diberlakukan secara sepihak dan untuk memulihkan konstitusi tahun 1970. Pada tahun 1992 Sitiveni Rabuka, Letnan Kolonel yang melakukan kudeta tahun 1987, menjadi Perdana Menteri setelah pemilihan umum yang diadakan di bawah konstitusi baru. Tiga tahun kemudian, Rabuka membentuk Komisi Peninjauan Konstitusi, yang pada tahun 1997 menulis konstitusi baru yang didukung oleh sebagian besar pemimpin komunitas pribumi Fiji dan Indo-Fiji. Fiji diterima kembali ke Persemakmuran Bangsa-Bangsa.
Kudeta tahun 1987, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Sitiveni Rabuka, merupakan titik balik kritis dalam sejarah politik Fiji. Kudeta ini didorong oleh ketakutan di kalangan sebagian etnis Fiji pribumi (iTaukei) bahwa kepentingan mereka akan terpinggirkan oleh pemerintah koalisi yang baru terpilih, yang memiliki representasi Indo-Fiji yang kuat. Kudeta pertama pada Mei 1987 menggulingkan pemerintah Perdana Menteri Timoci Bavadra. Setelah periode ketidakstabilan, kudeta kedua pada September 1987 menghapuskan monarki Fiji (dengan Ratu Elizabeth II sebagai kepala negara) dan memproklamasikan republik.
Dampak dari kudeta ini sangat signifikan. Secara politik, kudeta ini mengarah pada penyusunan konstitusi baru pada tahun 1990 yang secara eksplisit memberikan keunggulan politik kepada etnis iTaukei. Hal ini memicu kritik internasional dan menyebabkan Fiji keluar sementara dari Persemakmuran Bangsa-Bangsa. Secara sosial, kudeta memperburuk ketegangan antar-etnis dan memicu gelombang emigrasi besar-besaran dari komunitas Indo-Fiji, yang berdampak negatif pada ekonomi negara. Penggulingan pemerintah yang terpilih secara demokratis dan pemberlakuan konstitusi yang diskriminatif berdasarkan etnis bertentangan dengan prinsip-prinsip kesetaraan dan supremasi hukum. Meskipun konstitusi kemudian diamendemen pada tahun 1997 untuk menjadi lebih inklusif, warisan kudeta 1987 terus mempengaruhi lanskap politik Fiji, menyoroti tantangan berkelanjutan dalam membangun masyarakat yang benar-benar demokratis dan menghormati hak semua warga negara tanpa memandang latar belakang etnis.
3.4.2. Kudeta 2000
Pada tahun 2000, sebuah kudeta dihasut oleh George Speight, yang secara efektif menggulingkan pemerintahan Mahendra Chaudhry, yang pada tahun 1997 telah menjadi Perdana Menteri Indo-Fiji pertama di negara itu setelah adopsi konstitusi baru. Komodor Frank Bainimarama mengambil alih kekuasaan eksekutif setelah pengunduran diri, mungkin dipaksa, dari Presiden Ratu Sir Kamisese Mara. Kemudian pada tahun 2000, Fiji diguncang oleh dua pemberontakan ketika tentara pemberontak mengamuk di Barak Ratu Elizabeth di Suva. Pengadilan Tinggi memerintahkan pemulihan konstitusi, dan pada bulan September 2001, untuk memulihkan demokrasi, pemilihan umum diadakan yang dimenangkan oleh partai Soqosoqo Duavata ni Lewenivanua pimpinan Perdana Menteri sementara Laisenia Qarase.
Kudeta tahun 2000, yang dipimpin oleh George Speight, sekali lagi menjerumuskan Fiji ke dalam krisis politik dan konstitusional. Penyebab utama kudeta ini adalah ketidakpuasan di kalangan nasionalis iTaukei garis keras terhadap pemerintahan Perdana Menteri Mahendra Chaudhry, seorang Indo-Fiji. Speight dan para pendukungnya menyerbu parlemen, menyandera Chaudhry dan anggota pemerintahannya selama beberapa minggu.
Kudeta ini berdampak besar pada stabilitas sosial dan politik Fiji. Selain melumpuhkan pemerintahan, kudeta ini memicu kerusuhan dan penjarahan, serta memperdalam perpecahan etnis. Militer akhirnya turun tangan, dipimpin oleh Komodor Frank Bainimarama, untuk memulihkan ketertiban. Meskipun Speight akhirnya ditangkap dan diadili, krisis ini menyebabkan pengunduran diri Presiden Ratu Sir Kamisese Mara dan penangguhan konstitusi 1997.
Tindakan Speight dan para pendukungnya tidak hanya menggulingkan pemerintah yang sah tetapi juga mengancam hak-hak sipil dan politik warga negara, khususnya komunitas Indo-Fiji. Meskipun demokrasi akhirnya dipulihkan melalui pemilihan umum pada tahun 2001, kudeta ini meninggalkan warisan ketidakpercayaan dan ketidakstabilan, serta menyoroti kerapuhan institusi demokrasi Fiji dalam menghadapi tekanan etno-nasionalisme. Upaya rekonsiliasi dan penegakan keadilan pasca-kudeta menjadi tantangan signifikan bagi pemerintah selanjutnya.
3.4.3. Kudeta 2006 dan Perkembangan Selanjutnya
Pada akhir November dan awal Desember 2006, Bainimarama berperan penting dalam kudeta Fiji 2006. Bainimarama menyerahkan daftar tuntutan kepada Qarase setelah sebuah RUU diajukan ke parlemen, yang sebagian akan menawarkan pengampunan kepada para peserta dalam upaya kudeta tahun 2000. Dia memberi Qarase ultimatum tanggal 4 Desember untuk menyetujui tuntutan ini atau mengundurkan diri dari jabatannya. Qarase dengan tegas menolak untuk menyerah atau mengundurkan diri, dan pada tanggal 5 Desember Presiden Ratu Josefa Iloilo menandatangani perintah hukum yang membubarkan parlemen setelah bertemu dengan Bainimarama.
Dengan alasan korupsi dalam pemerintahan, Bainimarama melakukan pengambilalihan militer pada tanggal 5 Desember 2006 terhadap perdana menteri yang telah dia lantik setelah kudeta tahun 2000. Komodor mengambil alih kekuasaan kepresidenan dan membubarkan parlemen, membuka jalan bagi militer untuk melanjutkan pengambilalihan. Kudeta tersebut merupakan puncak dari spekulasi selama berminggu-minggu setelah konflik antara perdana menteri terpilih, Laisenia Qarase, dan Bainimarama. Bainimarama telah berulang kali mengeluarkan tuntutan dan tenggat waktu kepada perdana menteri. Isu khusus adalah undang-undang yang sebelumnya tertunda untuk mengampuni mereka yang terlibat dalam kudeta tahun 2000. Bainimarama menunjuk Jona Senilagakali sebagai perdana menteri sementara. Minggu berikutnya Bainimarama mengatakan dia akan meminta Dewan Agung Kepala Suku untuk mengembalikan kekuasaan eksekutif kepada presiden, Ratu Josefa Iloilo.
Pada tanggal 4 Januari 2007, militer mengumumkan bahwa mereka mengembalikan kekuasaan eksekutif kepada Iloilo, yang membuat siaran yang mendukung tindakan militer. Hari berikutnya, Iloilo menunjuk Bainimarama sebagai perdana menteri sementara, menunjukkan bahwa militer masih secara efektif memegang kendali. Setelah pengambilalihan tersebut, muncul laporan tentang dugaan intimidasi terhadap beberapa pihak yang mengkritik rezim sementara.
Pada bulan April 2009, Pengadilan Banding Fiji membatalkan keputusan Pengadilan Tinggi bahwa pengambilalihan pemerintahan Qarase oleh Bainimarama adalah sah dan menyatakan pemerintah sementara ilegal. Bainimarama setuju untuk segera mundur sebagai perdana menteri sementara, bersama dengan pemerintahannya, dan Presiden Iloilo akan menunjuk perdana menteri baru. Presiden Iloilo membatalkan konstitusi, dan memberhentikan semua pejabat di bawah konstitusi termasuk semua hakim dan gubernur Bank Sentral. Dengan kata-katanya sendiri, ia "menunjuk [dirinya] sebagai Kepala Negara Fiji di bawah tatanan hukum baru". Ia kemudian mengangkat kembali Bainimarama di bawah "Tatanan Baru" sebagai perdana menteri sementara dan memberlakukan "Peraturan Darurat Publik" yang membatasi perjalanan internal dan mengizinkan sensor pers.
Pada tanggal 2 Mei 2009, Fiji menjadi negara pertama yang pernah ditangguhkan partisipasinya dalam Forum Kepulauan Pasifik, karena kegagalannya mengadakan pemilihan umum demokratis pada tanggal yang dijanjikan. Meskipun demikian, Fiji tetap menjadi anggota Forum tersebut.
Pada tanggal 1 September 2009, Fiji ditangguhkan dari Persemakmuran Bangsa-Bangsa. Tindakan ini diambil karena Bainimarama gagal mengadakan pemilihan umum pada tahun 2010 sebagaimana yang diminta oleh Persemakmuran Bangsa-Bangsa setelah kudeta tahun 2006. Bainimarama menyatakan perlunya lebih banyak waktu untuk mengakhiri sistem pemungutan suara yang sangat menguntungkan etnis Fiji dengan mengorbankan minoritas multi-etnis. Para kritikus mengklaim bahwa ia telah menangguhkan konstitusi dan bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia dengan menangkap dan menahan para penentang.
Dalam pidato Tahun Baru 2010, Bainimarama mengumumkan pencabutan Peraturan Darurat Publik (PER). Namun, PER baru dicabut pada Januari 2012, dan Klub Filsafat Suva menjadi organisasi pertama yang mengatur kembali dan mengadakan pertemuan publik. PER telah diberlakukan pada April 2009 ketika konstitusi sebelumnya dibatalkan. PER telah mengizinkan pembatasan berbicara, pertemuan publik, dan sensor media berita serta telah memberikan kekuatan tambahan kepada pasukan keamanan. Ia juga mengumumkan proses konsultasi nasional yang mengarah pada konstitusi baru di mana pemilihan umum tahun 2014 diadakan. Nama resmi negara dikembalikan menjadi Republik Fiji pada Februari 2011.
Pada tanggal 14 Maret 2014, Commonwealth Ministerial Action Group memberikan suara untuk mengubah penangguhan penuh Fiji dari Persemakmuran Bangsa-Bangsa menjadi penangguhan dari dewan-dewan Persemakmuran, yang memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam sejumlah kegiatan Persemakmuran, termasuk Pesta Olahraga Persemakmuran 2014. Penangguhan tersebut dicabut pada bulan September 2014.
Partai FijiFirst, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Frank Bainimarama, memenangkan mayoritas mutlak di parlemen negara yang memiliki 51 kursi baik dalam pemilihan umum 2014 maupun secara tipis dalam pemilihan umum 2018. Pada Oktober 2021, Tui Macuata Ratu Wiliame Katonivere terpilih sebagai Presiden Fiji yang baru oleh parlemen.
Pada tanggal 24 Desember 2022, Sitiveni Rabuka, pemimpin partai People's Alliance (PAP), menjadi perdana menteri ke-12 Fiji, menggantikan Bainimarama, setelah pemilihan umum Desember 2022.
Kudeta tahun 2006 yang dipimpin oleh Komodor Frank Bainimarama merupakan episode lain dalam sejarah politik Fiji yang penuh gejolak. Dalih kudeta ini adalah tuduhan korupsi terhadap pemerintahan Perdana Menteri Laisenia Qarase dan penolakan pemerintah terhadap tuntutan militer, termasuk terkait RUU Rekonsiliasi yang kontroversial. Pasca-kudeta, Bainimarama mengambil alih kekuasaan, menangguhkan konstitusi, dan memberlakukan keadaan darurat.
Perkembangan selanjutnya ditandai oleh krisis konstitusional pada tahun 2009 ketika pengadilan menyatakan pemerintahan Bainimarama ilegal, yang direspons dengan pembatalan konstitusi oleh Presiden dan pengangkatan kembali Bainimarama sebagai Perdana Menteri interim. Rezim Bainimarama berjanji akan melakukan reformasi untuk menghilangkan politik berbasis ras dan menyelenggarakan pemilihan umum yang demokratis. Pemilihan umum akhirnya diadakan pada tahun 2014, yang dimenangkan oleh partai FijiFirst pimpinan Bainimarama, dan ia kembali memenangkan pemilu pada tahun 2018.
Periode pemerintahan militer berikutnya menimbulkan kekhawatiran serius mengenai penindasan hak-hak sipil dan politik, kebebasan pers, dan supremasi hukum. Meskipun rezim Bainimarama mengklaim bertujuan untuk menciptakan Fiji yang lebih bersatu dan non-rasial, metode yang digunakan dan penundaan pemulihan demokrasi menuai kritik. Pemilihan umum tahun 2014 dan 2018, meskipun dianggap kredibel oleh pengamat internasional, tetap diawasi secara ketat terkait kebebasan dan keadilan prosesnya. Transisi menuju demokrasi yang stabil dan berkelanjutan, yang menghormati hak asasi manusia dan partisipasi semua kelompok, tetap menjadi tantangan utama bagi Fiji.
4. Geografi


Fiji terletak sekitar 5.10 K km barat daya Hawaii dan sekitar 3.15 K km dari Sydney, Australia. Fiji adalah pusat Pasifik Barat Daya, di tengah-tengah antara Vanuatu dan Tonga. Kepulauan ini terletak antara 176° 53′ bujur timur dan 178° 12′ bujur barat. Kepulauan ini mencakup sekitar NaN Q km2 (1289814079 K m2 (498.00 K mile2)) dan kurang dari 2 persen adalah daratan kering. Meridian ke-180 melewati Taveuni, tetapi Garis Tanggal Internasional dibelokkan untuk memberikan waktu yang seragam (UTC+12) kepada seluruh kelompok Fiji. Dengan pengecualian Rotuma, kelompok Fiji terletak antara 15° 42′ dan 20° 02′ lintang selatan. Rotuma terletak 410 km (220 nmi) di utara kelompok, 670 km (360 nmi) dari Suva, 12° 30′ selatan khatulistiwa.

Fiji mencakup total area sekitar 194.00 K km2 di mana sekitar 10% adalah daratan. Fiji terdiri dari 332 pulau (di mana 106 dihuni) dan 522 pulau kecil. Dua pulau terpenting adalah Viti Levu dan Vanua Levu, yang menyumbang sekitar tiga perempat dari total luas daratan negara itu. Pulau-pulau tersebut bergunung-gunung, dengan puncak hingga 1.32 K m, dan ditutupi hutan tropis yang lebat.
Titik tertinggi adalah Gunung Tomanivi di Viti Levu. Viti Levu menjadi tuan rumah ibu kota Suva dan merupakan rumah bagi hampir tiga perempat populasi. Kota-kota penting lainnya termasuk Nadi (lokasi bandar udara internasional), dan Lautoka, kota terbesar kedua di Fiji dengan pabrik gula tebu besar dan pelabuhan.
Kota-kota utama di Vanua Levu adalah Labasa dan Savusavu. Pulau dan kelompok pulau lainnya termasuk Taveuni dan Kadavu (pulau terbesar ketiga dan keempat, masing-masing), Grup Mamanuca (tepat di lepas Nadi) dan Grup Yasawa, yang merupakan tujuan wisata populer, Grup Lomaiviti, di lepas Suva, dan Grup Lau yang terpencil. Rotuma memiliki status administrasi khusus di Fiji. Ceva-i-Ra, sebuah karang tak berpenghuni, terletak sekitar 460 km (250 nmi) barat daya kepulauan utama.
Fiji berisi dua ekoregion: hutan lembab tropis Fiji dan hutan kering tropis Fiji. Fiji memiliki skor rata-rata Indeks Integritas Lanskap Hutan 2018 sebesar 8,35/10, menempatkannya di peringkat ke-24 secara global dari 172 negara.
4.1. Iklim
Iklim di Fiji adalah iklim laut tropis dan hangat sepanjang tahun dengan sedikit suhu ekstrem. Musim hangat berlangsung dari November hingga April, dan musim dingin berlangsung dari Mei hingga Oktober. Suhu di musim dingin rata-rata 22 °C. Curah hujan bervariasi, dengan musim hangat mengalami curah hujan yang lebih deras, terutama di pedalaman. Untuk pulau-pulau yang lebih besar, curah hujan lebih tinggi di bagian tenggara pulau daripada di bagian barat laut, dengan konsekuensi bagi pertanian di daerah tersebut. Angin bertiup sedang, meskipun siklon terjadi sekitar sekali setahun (10-12 kali per dekade).
Perubahan iklim di Fiji merupakan isu yang sangat mendesak bagi negara ini - sebagai negara kepulauan, Fiji sangat rentan terhadap kenaikan permukaan air laut, erosi pantai, dan cuaca ekstrem. Perubahan-perubahan ini, bersama dengan kenaikan suhu, akan menggusur komunitas Fiji dan akan mengganggu ekonomi nasional - pariwisata, pertanian, dan perikanan, kontributor terbesar PDB negara, akan sangat terdampak oleh perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan kemiskinan dan kerawanan pangan. Sebagai pihak dalam Protokol Kyoto dan Persetujuan Iklim Paris, Fiji berharap dapat mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050 yang, bersama dengan kebijakan nasional, akan membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Pemerintah Fiji dan negara-negara kepulauan lain yang berisiko akibat perubahan iklim (Niue, Kepulauan Solomon, Tuvalu, Tonga, dan Vanuatu) meluncurkan "Panggilan Port Vila untuk Transisi yang Adil menuju Pasifik Bebas Bahan Bakar Fosil", menyerukan penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap dan 'transisi yang cepat dan adil' menuju energi terbarukan serta penguatan hukum lingkungan termasuk memperkenalkan kejahatan ekosida.
4.2. Ekosistem
Fiji memiliki keanekaragaman hayati yang kaya, baik di darat maupun di laut. Hutan hujan tropis menutupi sebagian besar pulau-pulau, menjadi rumah bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan, termasuk banyak yang endemik atau hanya ditemukan di Fiji. Ekosistem terumbu karang di sekitar Fiji juga sangat beragam dan penting secara ekologis serta menjadi daya tarik pariwisata.
Beberapa spesies endemik yang terkenal termasuk berbagai jenis palem Fiji, burung decu Fiji, dan iguana jambul Fiji. Hutan-hutan di Fiji dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, seperti hutan dataran rendah, hutan pegunungan, dan hutan bakau di pesisir. Kawasan ekologis utama meliputi Taman Warisan Nasional Sigatoka Sand Dunes dan Taman Hutan Colo-i-Suva.
Upaya konservasi lingkungan di Fiji menghadapi berbagai tantangan, termasuk deforestasi, praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, penangkapan ikan berlebih, dan dampak perubahan iklim seperti kenaikan permukaan air laut dan pemutihan karang. Pemerintah Fiji, bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah dan komunitas lokal, telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk melindungi keanekaragaman hayati dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Ini termasuk penetapan kawasan lindung, program reboisasi, pengelolaan perikanan yang lebih baik, dan upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Dari perspektif liberalisme sosial, konservasi lingkungan harus berjalan seiring dengan keadilan sosial, memastikan bahwa masyarakat lokal, terutama kelompok rentan, mendapatkan manfaat dari upaya konservasi dan tidak terpinggirkan oleh kebijakan lingkungan.
5. Politik

Politik di Fiji biasanya berlangsung dalam kerangka republik demokrasi perwakilan parlementer di mana Perdana Menteri Fiji adalah kepala pemerintahan dan Presiden adalah Kepala Negara, dan sistem multipartai. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh pemerintah, kekuasaan legislatif berada di tangan pemerintah dan Parlemen Fiji, dan yudikatif independen dari eksekutif dan legislatif.
Bagian ini akan menguraikan pembagian administratif negara dan struktur militernya.
5.1. Pembagian Administratif
Fiji dibagi menjadi empat divisi utama yang selanjutnya dibagi lagi menjadi 14 provinsi. Divisi-divisi tersebut adalah:
- Divisi Tengah memiliki 5 provinsi: Naitasiri, Namosi, Rewa, Serua, dan Tailevu. Ibu kotanya adalah Suva.
- Divisi Timur memiliki 3 provinsi: Kadavu, Lau, dan Lomaiviti. Ibu kotanya adalah Levuka.
- Divisi Utara memiliki 3 provinsi: Bua, Cakaudrove, dan Macuata. Ibu kotanya adalah Labasa.
- Divisi Barat memiliki 3 provinsi: Ba, Nadroga-Navosa, dan Ra. Ibu kotanya adalah Lautoka.
Pulau Rotuma, yang terletak di utara kepulauan utama, memiliki status administratif khusus dan dianggap sebagai dependensi. Meskipun secara statistik kadang-kadang dimasukkan ke dalam Divisi Timur, Rotuma memiliki otonomi sendiri.
Selain pembagian administratif formal, Fiji secara historis juga dibagi menjadi tiga konfederasi atau pemerintahan selama masa pemerintahan Seru Epenisa Cakobau. Meskipun ini bukan lagi pembagian politik resmi, konfederasi ini masih dianggap penting dalam pembagian sosial masyarakat pribumi Fiji:
Konfederasi | Kepala Suku (saat ini atau terakhir diketahui) |
---|---|
Kubuna | Kosong |
Burebasaga | Ro Teimumu Vuikaba Kepa |
Tovata | Ratu Naiqama Tawake Lalabalavu |
5.2. Militer
Militer Fiji terdiri dari Angkatan Bersenjata Republik Fiji dengan total personel aktif sebanyak 3.500 tentara dan 6.000 cadangan, termasuk unit Angkatan Laut dengan 300 personel. Angkatan darat terdiri dari Resimen Infanteri Fiji (pasukan reguler dan teritorial yang diorganisir menjadi enam batalion infanteri ringan), Resimen Zeni Fiji, Unit Dukungan Logistik, dan Grup Pelatihan Pasukan. Relatif terhadap ukurannya, Fiji memiliki angkatan bersenjata yang cukup besar dan telah menjadi kontributor utama untuk misi penjaga perdamaian PBB di berbagai belahan dunia. Selain itu, sejumlah besar mantan personel militer telah bertugas di sektor keamanan yang menguntungkan di Irak setelah invasi pimpinan AS tahun 2003. Tugas utama militer adalah pertahanan nasional, keamanan internal, dan partisipasi dalam operasi penjaga perdamaian internasional. Keterlibatan militer dalam politik domestik, terutama melalui kudeta, telah menjadi isu kontroversial yang mempengaruhi stabilitas dan perkembangan demokrasi di Fiji.
Cabang penegakan hukum terdiri dari Kepolisian Fiji dan Layanan Pemasyarakatan Fiji.
6. Hubungan Luar Negeri
Fiji secara tradisional menjaga hubungan baik dengan negara-negara tetangganya di Pasifik, serta dengan negara-negara besar seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Tiongkok. Kebijakan luar negerinya berfokus pada isu-isu regional Pasifik, perubahan iklim, dan partisipasi dalam organisasi internasional. Namun, hubungan dengan beberapa mitra tradisional sempat tegang akibat kudeta militer. Fiji adalah anggota aktif Perserikatan Bangsa-Bangsa, Forum Kepulauan Pasifik, dan Persemakmuran Bangsa-Bangsa (meskipun keanggotaannya pernah ditangguhkan).
6.1. Hubungan dengan Korea Selatan
Korea Selatan mengakui Fiji pada tahun 1970 setelah kemerdekaannya, dan kedua negara secara resmi menjalin hubungan diplomatik pada Januari 1971. Kedutaan Besar Korea Selatan di Suva juga merangkap sebagai perwakilan untuk beberapa negara kepulauan Pasifik lainnya. Terdapat komunitas kecil Korea di Fiji. Bidang pertukaran utama meliputi perdagangan dalam skala kecil, bantuan pembangunan dari Korea Selatan, dan potensi kerja sama di bidang pariwisata dan perikanan. Pada tahun 2011, Fiji mengumumkan rencana untuk membuka kedutaan besar di Seoul untuk meningkatkan perdagangan, investasi, dan pertukaran orang. Hubungan kedua negara umumnya bersahabat.
6.2. Hubungan dengan Australia dan Selandia Baru
Australia dan Selandia Baru adalah mitra tradisional dan tetangga penting bagi Fiji, dengan hubungan sejarah, politik, ekonomi, dan budaya yang erat. Kedua negara ini merupakan sumber utama turis, investasi, dan bantuan pembangunan bagi Fiji. Banyak warga Fiji tinggal dan bekerja di Australia dan Selandia Baru, dan sebaliknya. Namun, hubungan ini sempat tegang secara signifikan setelah kudeta tahun 2006 di Fiji, di mana Australia dan Selandia Baru memberlakukan sanksi dan mengkritik keras rezim militer. Sejak pemulihan demokrasi parsial di Fiji, hubungan mulai membaik, meskipun isu-isu terkait tata kelola dan hak asasi manusia kadang-kadang masih menjadi perhatian. Kerja sama utama meliputi bidang keamanan regional, pembangunan ekonomi, dan penanggulangan bencana.
6.3. Hubungan dengan Republik Rakyat Tiongkok
Hubungan Fiji dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, terutama setelah kudeta tahun 2006 ketika Fiji mencari mitra alternatif di tengah sanksi dari negara-negara Barat. RRT telah menjadi sumber bantuan ekonomi, investasi infrastruktur (seperti jalan, jembatan, dan fasilitas pemerintah), dan dukungan politik yang signifikan bagi Fiji. Tiongkok juga meningkatkan kehadiran diplomatik dan militernya di kawasan Pasifik, termasuk Fiji. Peningkatan pengaruh RRT di Fiji dan Pasifik secara lebih luas telah menjadi subjek analisis dan perdebatan internasional, dengan beberapa pihak menyuarakan keprihatinan tentang keberlanjutan utang dan implikasi strategis jangka panjang. Fiji secara resmi menganut kebijakan Satu Tiongkok.
6.4. Sengketa Teritorial
Fiji memiliki sengketa klaim teritorial dengan Tonga atas Karang Minerva (disebut Ongo Teleki Tonga oleh Tonga, dan Ceva-i-Ra oleh Fiji). Karang Minerva adalah sepasang atol karang yang terletak di antara Fiji dan Tonga. Pada tahun 1972, sebuah kelompok anarkis Amerika mencoba mendirikan negara mikro bernama Republik Minerva di karang tersebut, namun Tonga mengirim pasukan dan menganeksasi karang tersebut. Fiji tidak secara resmi mengakui klaim Tonga dan juga mengklaim kedaulatan atas karang tersebut, yang terletak di dalam zona ekonomi eksklusif yang diklaim Fiji berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Sengketa ini sebagian besar bersifat laten, tetapi isu kepemilikan atas fitur maritim dan hak sumber daya terkait tetap ada. Pada tahun 2005, Fiji mengajukan klaim ke Komisi Batas Landas Kontinen PBB yang mencakup Karang Minerva.
7. Ekonomi


Diberkahi dengan sumber daya hutan, mineral, dan ikan, Fiji adalah salah satu ekonomi kepulauan Pasifik yang paling maju, meskipun masih memiliki sektor subsisten yang besar. Beberapa kemajuan dialami oleh sektor ini ketika Marion M. Ganey memperkenalkan serikat kredit ke pulau-pulau tersebut pada tahun 1950-an. Sumber daya alam meliputi kayu, ikan, emas, tembaga, minyak lepas pantai, dan tenaga air. Fiji mengalami periode pertumbuhan pesat pada tahun 1960-an dan 1970-an tetapi mengalami stagnasi pada tahun 1980-an. Kudeta tahun 1987 menyebabkan kontraksi lebih lanjut.
Liberalisasi ekonomi pada tahun-tahun setelah kudeta menciptakan ledakan di industri garmen dan tingkat pertumbuhan yang stabil meskipun ketidakpastian mengenai kepemilikan tanah di industri gula meningkat. Berakhirnya masa sewa bagi petani tebu (bersama dengan berkurangnya efisiensi pertanian dan pabrik) telah menyebabkan penurunan produksi gula meskipun ada subsidi untuk gula yang disediakan oleh UE. Industri pertambangan emas Fiji berbasis di Vatukoula.
Urbanisasi dan ekspansi di sektor jasa telah berkontribusi pada pertumbuhan PDB baru-baru ini. Ekspor gula dan industri pariwisata yang berkembang pesat - dengan jumlah wisatawan mencapai 430.800 pada tahun 2003 dan meningkat pada tahun-tahun berikutnya - merupakan sumber utama devisa. Fiji sangat bergantung pada pariwisata untuk pendapatan. Pengolahan gula mencakup sepertiga dari aktivitas industri. Masalah jangka panjang termasuk investasi rendah dan hak properti yang tidak pasti.
Bursa Efek Pasifik Selatan (SPSE) adalah satu-satunya bursa efek berlisensi di Fiji dan berbasis di Suva. Visinya adalah menjadi bursa regional.
Pembangunan ekonomi Fiji menghadapi tantangan untuk mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan secara serius. Pertumbuhan ekonomi yang inklusif, yang mengurangi ketidaksetaraan dan memastikan manfaatnya dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, bukan hanya segelintir elit, menjadi tujuan penting. Kebijakan ekonomi pemerintah diharapkan mendukung diversifikasi ekonomi, penciptaan lapangan kerja yang layak, dan perlindungan hak-hak pekerja. Selain itu, eksploitasi sumber daya alam perlu dilakukan secara berkelanjutan, dengan memperhatikan konservasi lingkungan dan hak-hak masyarakat adat atas tanah dan sumber daya mereka.
7.1. Pariwisata


Fiji memiliki sektor pariwisata yang signifikan dengan daerah populer seperti Nadi, Coral Coast, Pulau Denarau, dan Kepulauan Mamanuca. Sumber pengunjung internasional terbesar berdasarkan negara adalah Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Fiji memiliki sejumlah besar terumbu karang lunak, dan selam scuba adalah kegiatan wisata yang umum. Daya tarik utama Fiji bagi wisatawan terutama adalah pantai berpasir putih dan pulau-pulau yang indah secara estetika dengan cuaca tropis sepanjang tahun. Secara umum, Fiji adalah tujuan liburan/vakansi dengan harga menengah dengan sebagian besar akomodasi berada dalam kisaran ini. Fiji juga memiliki berbagai resor dan hotel bintang lima kelas dunia. Lebih banyak resor dengan anggaran terbatas sedang dibuka di daerah-daerah terpencil, yang akan memberikan lebih banyak peluang pariwisata. CNN menobatkan Laucala Island Resort di Fiji sebagai salah satu dari lima belas hotel pulau terindah di dunia.
Statistik resmi menunjukkan bahwa pada tahun 2012, 75% pengunjung menyatakan bahwa mereka datang untuk liburan/vakansi. Bulan madu sangat populer begitu juga dengan liburan romantis secara umum. Terdapat juga resor ramah keluarga dengan fasilitas untuk anak kecil termasuk klub anak-anak dan pilihan pengasuh. Fiji memiliki beberapa destinasi wisata populer. Kebun Raya Thursten di Suva, Gumuk Pasir Sigatoka, dan Taman Hutan Colo-I-Suva adalah tiga pilihan di daratan utama (Viti Levu). Atraksi utama di pulau-pulau terluar adalah selam scuba.

Menurut Biro Statistik Fiji, sebagian besar pengunjung yang tiba di Fiji untuk jangka pendek berasal dari negara atau wilayah tempat tinggal berikut:
Negara | 2019 | 2018 | 2017 | 2016 | 2015 |
---|---|---|---|---|---|
Australia | 367.020 | 365.660 | 365.689 | 360.370 | 367.273 |
Selandia Baru | 205.998 | 198.718 | 184.595 | 163.836 | 138.537 |
Amerika Serikat | 96.968 | 86.075 | 81.198 | 69.628 | 67.831 |
Tiongkok | 47.027 | 49.271 | 48.796 | 49.083 | 40.174 |
Britania Raya | 16.856 | 16.297 | 16.925 | 16.712 | 16.716 |
Kanada | 13.269 | 13.220 | 12.421 | 11.780 | 11.709 |
Jepang | 14.868 | 11.903 | 6.350 | 6.274 | 6.092 |
Korea Selatan | 6.806 | 8.176 | 8.871 | 8.071 | 6.700 |
Total | 894.389 | 870.309 | 842.884 | 792.320 | 754.835 |
Fiji juga telah menjadi lokasi untuk berbagai film Hollywood mulai dari Mr. Robinson Crusoe pada tahun 1932 hingga The Blue Lagoon (1980) yang dibintangi Brooke Shields dan Return to the Blue Lagoon (1991) dengan Milla Jovovich. Film populer lainnya yang syuting di Fiji termasuk Cast Away (2000) dan Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid (2004).
Versi AS dari acara realitas televisi Survivor telah memfilmkan semua musim semi-tahunan di Kepulauan Mamanuca sejak musim ke-33 pada tahun 2016. Biasanya, dua kompetisi 39 hari akan difilmkan secara berurutan, dengan musim pertama ditayangkan pada musim gugur tahun itu, dan musim kedua ditayangkan pada musim semi tahun berikutnya. Ini menandai periode terlama berturut-turut Survivor syuting di satu lokasi. Sebelum penayangan musim ke-35 (Survivor: Heroes vs. Healers vs. Hustlers), pembawa acara Jeff Probst mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Entertainment Weekly bahwa Mamanucas adalah lokasi optimal untuk acara tersebut dan ia ingin tinggal di sana secara permanen.
Pengelolaan industri pariwisata secara berkelanjutan menjadi krusial untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan budaya lokal. Upaya menuju pariwisata berkelanjutan yang memberdayakan komunitas lokal dan menghormati hak-hak mereka merupakan prioritas dalam pengembangan sektor ini.
7.2. Transportasi


Airports Fiji Limited (AFL) bertanggung jawab atas pengoperasian 15 bandara publik di Kepulauan Fiji. Ini termasuk dua bandara internasional: Bandar Udara Internasional Nadi, gerbang internasional utama Fiji, dan Bandara Nausori, hub domestik Fiji, serta 13 bandara di pulau-pulau terluar. Maskapai utama Fiji adalah Fiji Airways. Bandar Udara Internasional Nadi terletak 9 km di utara pusat Nadi dan merupakan hub terbesar Fiji. Bandar Udara Internasional Nausori berjarak sekitar 23 km timur laut pusat kota Suva dan sebagian besar melayani lalu lintas domestik dengan penerbangan dari Australia dan Selandia Baru. Bandara utama di pulau terbesar kedua Vanua Levu adalah Bandar Udara Labasa yang terletak di Waiqele, barat daya Kota Labasa. Pesawat terbesar yang ditangani oleh Bandara Labasa adalah ATR 72.

Pulau-pulau besar di Fiji memiliki rute bus yang luas yang terjangkau dan konsisten dalam layanan. Ada halte bus, dan di daerah pedesaan bus seringkali hanya dihentikan saat mendekat. Bus adalah bentuk utama transportasi umum dan pergerakan penumpang antar kota di pulau-pulau utama. Bus juga melayani feri antar-pulau. Tarif dan rute bus diatur oleh Otoritas Transportasi Darat (LTA). Pengemudi bus dan taksi memegang Lisensi Layanan Publik yang dikeluarkan oleh LTA. Taksi dilisensikan oleh LTA dan beroperasi secara luas di seluruh negeri. Selain taksi perkotaan berbasis kota, ada taksi lain yang dilisensikan untuk melayani daerah pedesaan atau semi-pedesaan.
Feri antar-pulau menyediakan layanan antara pulau-pulau utama Fiji, dan kapal-kapal besar mengoperasikan layanan roll-on-roll-off seperti Patterson Brothers Shipping Company, mengangkut kendaraan dan sejumlah besar kargo antara pulau utama Viti Levu dan Vanua Levu, serta pulau-pulau kecil lainnya.
7.3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Fiji adalah satu-satunya negara Kepulauan Pasifik berkembang dengan data terkini untuk pengeluaran domestik bruto untuk penelitian dan pengembangan (GERD), dengan pengecualian Papua Nugini. Biro Statistik nasional menyebutkan rasio GERD/PDB sebesar 0,15% pada tahun 2012. Penelitian dan pengembangan (R&D) sektor swasta dapat diabaikan. Investasi pemerintah dalam penelitian dan pengembangan cenderung mendukung pertanian. Pada tahun 2007, pertanian dan produksi primer menyumbang hampir setengah dari pengeluaran pemerintah untuk R&D, menurut Biro Statistik Nasional Fiji. Pangsa ini telah meningkat menjadi hampir 60% pada tahun 2012. Namun, para ilmuwan lebih banyak menerbitkan di bidang geosains dan kesehatan daripada di bidang pertanian. Kenaikan pengeluaran pemerintah untuk penelitian pertanian telah merugikan penelitian di bidang pendidikan, yang turun menjadi 35% dari total pengeluaran penelitian antara tahun 2007 dan 2012. Pengeluaran pemerintah untuk penelitian kesehatan tetap cukup konstan, sekitar 5% dari total pengeluaran penelitian pemerintah, menurut Biro Statistik Nasional Fiji.
Kementerian Kesehatan Fiji berupaya mengembangkan kapasitas penelitian endogen melalui Fiji Journal of Public Health, yang diluncurkan pada tahun 2012. Serangkaian pedoman baru kini diberlakukan untuk membantu membangun kapasitas endogen dalam penelitian kesehatan melalui pelatihan dan akses ke teknologi baru.
Fiji juga berencana untuk mendiversifikasi sektor energinya melalui penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tahun 2015, Sekretariat Komunitas Pasifik mengamati bahwa "sementara Fiji, Papua Nugini, dan Samoa memimpin dengan proyek-proyek tenaga air skala besar, ada potensi besar untuk memperluas penyebaran opsi energi terbarukan lainnya seperti surya, angin, panas bumi, dan sumber energi berbasis laut".
Pada tahun 2014, Pusat Energi Terbarukan mulai beroperasi di Universitas Fiji, dengan bantuan program Pengembangan Keterampilan dan Kapasitas Energi Terbarukan di Negara-Negara Kepulauan Pasifik (EPIC) yang didanai oleh Uni Eropa. Dari tahun 2013 hingga 2017, Uni Eropa mendanai program EPIC, yang mengembangkan dua program magister dalam manajemen energi terbarukan, satu di Universitas Papua Nugini dan yang lainnya di Universitas Fiji, keduanya diakreditasi pada tahun 2016. Di Fiji, 45 mahasiswa telah mendaftar untuk gelar magister sejak peluncuran program dan 21 mahasiswa lainnya telah mengikuti program diploma terkait yang diperkenalkan pada tahun 2019.
Pada tahun 2020, Kantor Pusat Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional Regional Pasifik di Fiji diluncurkan untuk mendukung mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Penulis Pasifik di garis depan perubahan iklim tetap kurang terwakili dalam literatur ilmiah tentang dampak bencana dan strategi ketahanan iklim.
Arah kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi di Fiji adalah untuk mendukung pembangunan berkelanjutan yang berkeadilan, dengan fokus pada kebutuhan masyarakat, khususnya dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatkan kualitas hidup. Upaya memastikan akses yang setara terhadap pendidikan dan teknologi bagi semua warga negara, termasuk perempuan dan kelompok minoritas, menjadi aspek penting dalam pengembangan bidang ini.
8. Masyarakat
Masyarakat Fiji adalah masyarakat multikultural yang kompleks, hasil dari sejarah migrasi dan interaksi antar kelompok etnis. Komposisi penduduk, bahasa, agama, dan sistem pendidikan mencerminkan keragaman ini. Isu-isu sosial seperti kesetaraan etnis, hak asasi manusia, dan akses terhadap layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan menjadi perhatian penting dari perspektif liberalisme sosial.
8.1. Demografi
Sensus 2017 menemukan bahwa populasi Fiji adalah 884.887, dibandingkan dengan populasi 837.271 dalam sensus 2007. Kepadatan penduduk pada saat sensus 2007 adalah 45,8 jiwa per kilometer persegi. Angka harapan hidup di Fiji adalah 72,1 tahun. Sejak tahun 1930-an populasi Fiji telah meningkat dengan laju 1,1% per tahun. Usia median populasi adalah 29,9, dan rasio jenis kelamin adalah 1,03 pria per 1 wanita.
Skor Fiji pada Indeks Kelaparan Global (GHI) 2024 adalah 10,2, yang menunjukkan tingkat kelaparan sedang.
Berikut adalah daftar kota-kota terbesar di Fiji berdasarkan populasi:
Peringkat | Kota | Divisi | Populasi (Perkiraan 2023) |
---|---|---|---|
1 | Suva | Tengah | 88.271 |
2 | Nadi | Barat | 71.048 |
3 | Nausori | Tengah | 57.882 |
4 | Lautoka | Barat | 52.220 |
5 | Labasa | Utara | 27.949 |
6 | Lami | Tengah | 20.529 |
7 | Nakasi | Tengah | 18.919 |
8 | Ba | Barat | 18.526 |
9 | Sigatoka | Barat | 9.622 |
10 | Navua | Tengah | 5.812 |


8.2. Kelompok Etnis


Populasi Fiji sebagian besar terdiri dari pribumi Fiji (54,3%), yang merupakan orang Melanesia, meskipun banyak juga yang memiliki keturunan Polinesia; dan Indo-Fiji (38,1%), keturunan pekerja kontrak India yang dibawa ke pulau-pulau tersebut oleh kekuatan kolonial Inggris pada abad ke-19. Persentase populasi keturunan Indo-Fiji telah menurun secara signifikan selama dua dekade terakhir karena migrasi karena berbagai alasan. Orang Indo-Fiji mengalami pembalasan untuk periode setelah kudeta tahun 2000. Hubungan antara etnis Fiji dan Indo-Fiji di arena politik seringkali tegang, dan ketegangan antara kedua komunitas telah mendominasi politik di pulau-pulau tersebut selama generasi terakhir. Tingkat ketegangan politik bervariasi di berbagai wilayah negara.
Sekitar 1,2% dari populasi adalah orang Rotuma - penduduk asli Pulau Rotuma, yang budayanya lebih mirip dengan negara-negara seperti Tonga atau Samoa daripada dengan seluruh Fiji. Ada juga kelompok kecil namun signifikan secara ekonomi dari orang Eropa, Tionghoa, dan minoritas pulau Pasifik lainnya.
Keanggotaan kelompok etnis lain adalah sekitar 4,5%. Sekitar 3.000 orang atau 0,3% dari orang yang tinggal di Fiji berasal dari Australia.
Konsep keluarga dan komunitas sangat penting bagi budaya Fiji. Dalam komunitas adat, banyak anggota keluarga besar akan mengadopsi gelar dan peran tertentu sebagai wali langsung. Kekerabatan ditentukan melalui garis keturunan seorang anak kepada pemimpin spiritual tertentu, sehingga klan didasarkan pada ikatan adat tradisional yang bertentangan dengan hubungan biologis aktual. Klan-klan ini, berdasarkan pemimpin spiritual, dikenal sebagai matangali. Di dalam matangali terdapat sejumlah kolektif yang lebih kecil, yang dikenal sebagai mbito. Garis keturunan bersifat patrilineal, dan semua status berasal dari pihak ayah.
Upaya mempromosikan kesetaraan, keadilan, dan harmoni sosial antar semua kelompok etnis menjadi agenda penting. Penghapusan diskriminasi berdasarkan etnis dan perlindungan hak-hak semua warga negara, termasuk minoritas, serta upaya rekonsiliasi dan dialog antar-etnis, dipandang krusial untuk membangun Fiji yang bersatu dan inklusif.
8.3. Kontroversi Nama Negara dan Sebutan Warga Negara

Konstitusi Fiji mengacu pada semua warga negara Fiji sebagai "Fijians". Konstitusi sebelumnya mengacu pada warga negara Fiji sebagai "Fiji Islanders", meskipun istilah Fiji nationals digunakan untuk tujuan resmi. Pada Agustus 2008, sesaat sebelum usulan Piagam Rakyat untuk Perubahan, Perdamaian dan Kemajuan akan dirilis ke publik, diumumkan bahwa piagam tersebut merekomendasikan perubahan nama warga negara Fiji. Jika usulan tersebut diadopsi, semua warga negara Fiji, apapun etnis mereka, akan disebut "Fijians". Usulan tersebut akan mengubah nama Inggris untuk pribumi Fiji dari "Fijians" menjadi iTaukei, endonym bahasa Fiji untuk pribumi Fiji. Perdana Menteri yang digulingkan Laisenia Qarase bereaksi dengan menyatakan bahwa nama "Fijian" secara eksklusif milik pribumi Fiji, dan bahwa ia akan menentang setiap perubahan dalam undang-undang yang memungkinkan non-pribumi Fiji untuk menggunakannya. Gereja Metodis, di mana sebagian besar pribumi Fiji menjadi anggotanya, juga bereaksi keras terhadap usulan tersebut, menyatakan bahwa mengizinkan setiap warga negara Fiji untuk menyebut diri mereka "Fijian" akan menjadi "perampokan di siang bolong" yang menimpa penduduk asli.
Dalam pidato kepada bangsa selama krisis konstitusional April 2009, pemimpin militer dan Perdana Menteri sementara Voreqe Bainimarama, yang berada di garis depan upaya untuk mengubah definisi "Fijian", menyatakan:
:Saya tahu kita semua memiliki etnisitas yang berbeda, budaya kita yang berbeda dan kita harus, kita wajib, merayakan keragaman dan kekayaan kita. Namun, pada saat yang sama kita semua adalah orang Fiji. Kita semua adalah warga negara yang setara. Kita semua harus setia kepada Fiji; kita harus patriotik; kita harus menempatkan Fiji terlebih dahulu.
Pada Mei 2010, Jaksa Agung Aiyaz Sayed-Khaiyum menegaskan kembali bahwa istilah "Fijian" harus berlaku untuk semua warga negara Fiji, tetapi pernyataan tersebut kembali mendapat protes. Seorang juru bicara untuk Asosiasi Pemilik Tanah dan Sumber Daya Viti mengklaim bahwa bahkan keturunan generasi keempat dari migran tidak sepenuhnya memahami "apa yang diperlukan untuk menjadi seorang Fiji", dan menambahkan bahwa istilah tersebut mengacu pada status hukum, karena undang-undang memberikan hak khusus kepada "Fijians" (artinya, dalam undang-undang tersebut, pribumi Fiji).
Perdebatan ini mencerminkan kompleksitas dalam membangun identitas nasional yang inklusif, di mana sejarah kolonial dan politik pasca-kemerdekaan telah membentuk garis pemisah etnis. Pencarian solusi yang menghormati hak semua kelompok etnis dan mempromosikan rasa kebangsaan bersama yang melampaui perbedaan etnis, sambil tetap mengakui dan melindungi hak-hak unik masyarakat adat iTaukei, menjadi diskursus yang berkelanjutan.
8.4. Bahasa
Fiji memiliki tiga bahasa resmi berdasarkan konstitusi 1997 (dan tidak dicabut oleh Konstitusi 2013): Inggris, Fiji (iTaukei), dan Hindi Fiji.
Bahasa Fiji adalah bahasa Austronesia dari keluarga Melayu-Polinesia yang digunakan di Fiji. Bahasa ini memiliki 350.000 penutur asli, dan 200.000 lainnya menggunakannya sebagai bahasa kedua. Terdapat banyak dialek bahasa di seluruh Kepulauan Fiji, yang dapat diklasifikasikan menjadi dua cabang utama-timur dan barat. Para misionaris pada tahun 1840-an memilih dialek timur, yaitu dialek Pulau Bau, sebagai standar tertulis bahasa Fiji. Pulau Bau adalah rumah bagi Seru Epenisa Cakobau, kepala suku yang akhirnya menjadi Raja Fiji yang memproklamirkan diri.
Bahasa Hindi Fiji, juga dikenal sebagai Fijian Baat atau Fijian Hindustani, adalah bahasa yang digunakan oleh sebagian besar warga negara Fiji keturunan India. Bahasa ini terutama berasal dari varietas Awadhi dan Bhojpuri dari bahasa Hindi. Bahasa ini juga meminjam banyak kata dari bahasa Fiji dan bahasa Inggris. Hubungan antara Hindi Fiji dan Hindi Baku mirip dengan hubungan antara Afrikaans dan Belanda. Pekerja kontrak India awalnya dibawa ke Fiji terutama dari distrik-distrik di timur Uttar Pradesh, Bihar, North-West Frontier dan India Selatan seperti dari Andhra dan Tamil Nadu. Mereka menggunakan banyak dialek dan bahasa, terutama Hindi, tergantung pada distrik asal mereka.
Bahasa Inggris, sisa dari pemerintahan kolonial Inggris atas pulau-pulau tersebut, adalah satu-satunya bahasa resmi hingga tahun 1997 dan banyak digunakan dalam pemerintahan, bisnis, dan pendidikan sebagai lingua franca.
Inggris | halo/hai | selamat pagi | selamat tinggal |
---|---|---|---|
Fiji | bulabulaBahasa Fiji | yadrayandraBahasa Fiji | mocemotheBahasa Fiji |
Hindi Fiji | नमस्तेnamasteBahasa Hindi (Namaste secara umum) राम रामraam raamBahasa Hindi (Ram Ram untuk Hindu) السلام علیکمas-salamu alaikumBahasa Arab (As-salamu alaykum untuk Muslim) | सुप्रभातsuprabhaatBahasa Hindi | अलविदाalavidaBahasa Hindi |
Kebijakan bahasa nasional diharapkan dapat mempromosikan penggunaan dan pelestarian semua bahasa resmi, serta bahasa-bahasa minoritas lainnya, sambil memastikan akses yang setara terhadap pendidikan dan layanan publik bagi semua penutur bahasa.
8.5. Agama
Menurut sensus 2007, komposisi agama di Fiji adalah: 64,4% Kristen (dengan Metodis sebagai denominasi terbesar yaitu 34,6% dari total populasi atau 54% dari umat Kristen, diikuti Katolik 14,2%, Sidang Jemaat Allah 8,9%, Advent Hari Ketujuh 6,0%, dan Anglikan 1,2%), 27,9% Hindu (mayoritas Sanatan), 6,3% Muslim (mayoritas Sunni), 0,3% Sikh, dan 0,8% tidak beragama atau menganut agama lainnya (0,3%).
Denominasi Kristen terbesar adalah Gereja Metodis Fiji dan Rotuma. Dengan 34,6% dari populasi (termasuk hampir dua pertiga etnis Fiji), proporsi populasi yang menganut Metodisme lebih tinggi di Fiji daripada di negara lain. Umat Katolik Fiji dikelola oleh Keuskupan Agung Suva. Keuskupan agung ini adalah takhta metropolitan dari sebuah provinsi gerejawi yang mencakup Keuskupan Rarotonga (di Kepulauan Cook, untuk mereka dan Niue, keduanya negara yang terkait dengan Selandia Baru) dan Tarawa dan Nauru (dengan takhta di Tarawa di Kiribati, juga untuk Nauru) dan Misi sui iuris Tokelau (Selandia Baru).
Denominasi Sidang Jemaat Allah dan Advent Hari Ketujuh terwakili secara signifikan. Fiji adalah basis untuk Keuskupan Anglikan Polinesia (bagian dari Gereja Anglikan di Aotearoa, Selandia Baru, dan Polinesia). Denominasi-denominasi ini dan lainnya memiliki sejumlah kecil anggota Indo-Fiji; umat Kristen dari semua jenis terdiri dari 6,1% populasi Indo-Fiji dalam sensus 1996. Umat Hindu di Fiji sebagian besar menganut sekte Sanatan (74,3% dari semua umat Hindu) atau tidak ditentukan (22%). Umat Muslim di Fiji sebagian besar adalah Sunni (96,4%).
Meskipun kebebasan beragama dijamin oleh konstitusi dan peran agama dalam masyarakat signifikan, menjadi penting untuk memastikan bahwa kebebasan ini dihormati dan agama tidak digunakan untuk membenarkan diskriminasi atau kekerasan. Dialog antaragama dan pemahaman lintas budaya terus didorong untuk mempromosikan toleransi dan harmoni sosial.
8.6. Pendidikan
Fiji memiliki tingkat melek huruf yang tinggi (91,6 persen), dan meskipun tidak ada wajib belajar, lebih dari 85 persen anak-anak berusia antara 6 dan 13 tahun bersekolah di sekolah dasar. Sekolah gratis dan disediakan oleh sekolah negeri dan sekolah yang dikelola gereja. Secara umum, anak-anak Fiji dan Hindu bersekolah di sekolah terpisah, yang mencerminkan perpecahan politik yang ada di negara tersebut.
Pendidikan | Sekolah/tingkat | Kelas | Tahun | Catatan |
---|---|---|---|---|
Dasar | Pendidikan dasar | 1-8 | 8 | Pendidikan tidak wajib tetapi gratis hingga delapan tahun pertama. Sekolah dari pra-sekolah hingga menengah sebagian besar dikelola oleh pemerintah, agama (Katolik, Metodis, Sabha atau Muslim) atau provinsi. |
Menengah | Pendidikan menengah | 9-13 | 5 | Mata pelajaran meliputi pertukangan, pekerjaan logam, pekerjaan kayu, tata graha, ilmu pertanian, ekonomi, akuntansi, biologi, kimia, fisika, sejarah, geografi. Bahasa Inggris dan matematika wajib. |
Tersier | Program diploma | 2 | Pendidikan tinggi ditawarkan di institut teknik dan disusun berdasarkan program diploma dua tahun. Ada juga program gelar profesional empat atau lima tahun di bidang tertentu. | |
Gelar sarjana | 3-5 | |||
Gelar master | 1-3 |
8.6.1. Pendidikan Dasar
Di Fiji, peran pemerintah dalam pendidikan adalah menyediakan lingkungan di mana anak-anak menyadari potensi penuh mereka, dan sekolah gratis dari usia 6 hingga 14 tahun. Sistem sekolah dasar terdiri dari delapan tahun sekolah dan dihadiri oleh anak-anak dari usia 6 hingga 14 tahun. Setelah menyelesaikan sekolah dasar, sertifikat diberikan dan siswa berhak mengikuti ujian sekolah menengah.
8.6.2. Pendidikan Menengah
Pendidikan sekolah menengah dapat berlanjut selama total lima tahun setelah ujian masuk. Siswa dapat keluar setelah tiga tahun dengan sertifikat kelulusan sekolah Fiji, atau tetap melanjutkan untuk menyelesaikan dua tahun terakhir mereka dan memenuhi syarat untuk pendidikan tinggi. Masuk ke sistem sekolah menengah, yang totalnya lima tahun, ditentukan oleh ujian kompetitif. Siswa yang lulus ujian kemudian mengikuti kursus tiga tahun yang mengarah ke Sertifikat Kelulusan Sekolah Fiji dan kesempatan untuk menghadiri sekolah menengah atas. Di akhir tingkat ini, mereka dapat mengikuti ujian Formulir VII, yang mencakup empat atau lima mata pelajaran. Penyelesaian proses ini dengan sukses memberi siswa akses ke pendidikan tinggi.
8.6.3. Pendidikan Tinggi
Universitas Pasifik Selatan, yang disebut persimpangan Pasifik Selatan karena melayani sepuluh wilayah berbahasa Inggris di Pasifik Selatan, adalah penyedia utama pendidikan tinggi. Penerimaan ke universitas membutuhkan ijazah sekolah menengah, dan semua siswa harus mengambil kursus dasar satu tahun di universitas terlepas dari jurusan mereka. Pendanaan untuk universitas berasal dari biaya sekolah, dana dari pemerintah Fiji dan wilayah lain, serta bantuan dari Australia, Selandia Baru, Kanada, dan Inggris. Selain universitas, Fiji juga memiliki perguruan tinggi pelatihan guru, serta sekolah kedokteran, teknologi, dan pertanian. Guru sekolah dasar dilatih selama dua tahun, sedangkan guru sekolah menengah dilatih selama tiga tahun; mereka kemudian memiliki pilihan untuk menerima diploma pendidikan atau membaca untuk gelar sarjana seni atau sains dan melanjutkan selama satu tahun tambahan untuk mendapatkan sertifikat pascasarjana pendidikan.
Sekolah Politeknik Fiji menawarkan pelatihan dalam berbagai perdagangan, kursus magang, dan kursus lain yang mengarah ke diploma dalam teknik, katering hotel, dan studi bisnis. Beberapa penawaran kursus juga dapat mengarah ke beberapa Ujian City and Guilds of London Institute. Selain sistem pendidikan tradisional, Fiji juga menawarkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan melalui pembelajaran jarak jauh. Layanan Ekstensi Universitas menyediakan pusat dan jaringan terminal di sebagian besar wilayah regional. Untuk siswa yang mengambil kursus non-kredit, tidak diperlukan kualifikasi formal. Namun, siswa yang mendaftar dalam kursus kredit dapat diberikan gelar atau sertifikat yang sesuai setelah berhasil menyelesaikan studi mereka melalui layanan ekstensi.
Akses yang setara dan berkualitas terhadap pendidikan di semua tingkatan menjadi fundamental bagi pembangunan sosial dan ekonomi Fiji. Kebijakan pendidikan diarahkan untuk mengatasi kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta antara kelompok etnis yang berbeda.
8.7. Kesehatan
Sistem layanan kesehatan di Fiji terdiri dari fasilitas kesehatan publik dan swasta. Layanan kesehatan publik disediakan oleh Kementerian Kesehatan dan Layanan Medis, dengan jaringan rumah sakit, pusat kesehatan, dan puskemas di seluruh negeri. Rumah sakit utama terletak di Suva, Lautoka, dan Labasa. Aksesibilitas layanan medis, terutama di daerah pedesaan dan pulau-pulau terpencil, masih menjadi tantangan.
Indikator kesehatan utama menunjukkan kemajuan dalam beberapa dekade terakhir, tetapi tantangan tetap ada. Angka harapan hidup telah meningkat, tetapi penyakit tidak menular seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker menjadi penyebab utama kematian. Penyakit menular seperti demam berdarah dan tuberkulosis juga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Kebijakan kesehatan pemerintah berfokus pada peningkatan layanan kesehatan primer, pencegahan penyakit, dan promosi gaya hidup sehat. Namun, keterbatasan sumber daya, kekurangan tenaga kesehatan, dan tantangan geografis menghambat upaya ini. Dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, akses universal terhadap layanan kesehatan berkualitas dipandang sebagai hak asasi manusia. Pemerintah diharapkan terus berupaya memastikan bahwa semua warga negara, tanpa memandang status sosial ekonomi atau lokasi geografis, memiliki akses yang adil terhadap layanan kesehatan, melalui investasi yang lebih besar dalam infrastruktur kesehatan, sumber daya manusia, dan program kesehatan masyarakat.
8.8. Keamanan Publik
Secara umum, Fiji dianggap sebagai negara yang relatif aman, terutama bagi wisatawan. Namun, seperti di banyak negara, kejahatan tetap menjadi masalah. Jenis kejahatan utama yang dilaporkan meliputi pencurian kecil (seperti pencopetan dan penjambretan), perampokan, dan penyerangan, terutama di daerah perkotaan dan pusat-pusat wisata. Kejahatan terkait narkoba dan kekerasan dalam rumah tangga juga menjadi perhatian.
Wisatawan disarankan untuk mengambil tindakan pencegahan standar, seperti menjaga barang-barang berharga mereka, menghindari daerah sepi pada malam hari, dan waspada terhadap lingkungan sekitar mereka.
Pemerintah Fiji, melalui Kepolisian Fiji, bertanggung jawab untuk menjaga keamanan publik dan ketertiban. Upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kehadiran polisi dan memperkuat penegakan hukum. Namun, tantangan seperti keterbatasan sumber daya dan kebutuhan untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap polisi tetap ada. Pencapaian keamanan publik diharapkan melalui pendekatan yang menghormati hak asasi manusia dan supremasi hukum. Reformasi sektor keamanan yang berfokus pada akuntabilitas, transparansi, dan pelayanan masyarakat dianggap penting.
8.9. Hak Asasi Manusia
Situasi hak asasi manusia di Fiji telah menjadi subjek perhatian domestik dan internasional, terutama setelah serangkaian kudeta militer yang mengganggu stabilitas politik dan supremasi hukum. Isu-isu utama meliputi:
- Kebebasan Politik dan Sipil**: Pembatasan terhadap kebebasan berekspresi, kebebasan berkumpul, dan kebebasan berserikat telah dilaporkan, terutama selama periode pemerintahan militer. Kebebasan pers juga menghadapi tantangan. Meskipun pemilihan umum telah diadakan, kekhawatiran tentang keadilan dan kebebasan proses politik tetap ada.
- Hak-Hak Minoritas**: Meskipun Fiji adalah masyarakat multikultural, ketegangan antar-etnis, khususnya antara iTaukei (pribumi Fiji) dan Indo-Fiji, telah menjadi isu yang berkelanjutan. Diskriminasi berdasarkan etnis dan agama menjadi perhatian.
- Kesetaraan Gender**: Perempuan di Fiji masih menghadapi diskriminasi dan kekerasan berbasis gender. Keterwakilan perempuan dalam politik dan posisi kepemimpinan masih rendah.
- Hak-Hak Pekerja**: Meskipun ada serikat pekerja, hak-hak pekerja, termasuk hak untuk berorganisasi dan berunding secara kolektif, terkadang menghadapi pembatasan.
- Kekerasan oleh Aparat Keamanan**: Laporan tentang kebrutalan polisi dan perlakuan buruk terhadap tahanan telah muncul.
- Hak atas Tanah**: Sengketa tanah, terutama yang melibatkan hak-hak masyarakat adat iTaukei, merupakan isu yang sensitif.
Berbagai laporan dari organisasi hak asasi manusia domestik dan internasional, serta mekanisme PBB, telah menyoroti tantangan ini. Pemerintah Fiji telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi masalah hak asasi manusia, termasuk pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia dan Anti-Diskriminasi Fiji. Namun, implementasi dan penegakan standar hak asasi manusia yang efektif tetap menjadi pekerjaan rumah yang besar.
Perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia merupakan prioritas. Upaya berkelanjutan diperlukan dari pemerintah untuk memastikan bahwa semua warga negara menikmati hak-hak mereka tanpa diskriminasi, pelaku pelanggaran hak asasi manusia dimintai pertanggungjawaban, dan institusi demokrasi yang kuat serta independen ditegakkan untuk melindungi supremasi hukum.
9. Budaya

Budaya Fiji adalah permadani dari penduduk asli Fiji, India, Eropa, Tiongkok, dan kebangsaan lainnya. Pemerintahan budaya, tradisi, bahasa, makanan, kostum, sistem kepercayaan, arsitektur, seni, kerajinan, musik, tarian, dan olahraga akan dibahas dalam artikel ini untuk memberi Anda indikasi komunitas asli Fiji tetapi juga berbagai komunitas yang membentuk Fiji sebagai budaya dan kehidupan modern. Budaya asli adalah bagian aktif dan hidup dari kehidupan sehari-hari bagi sebagian besar penduduk.
Budaya Fiji telah berevolusi dengan diperkenalkannya budaya termasuk budaya India, Tiongkok, Eropa, dan berbagai budaya dari tetangga Pasifik Fiji; khususnya budaya Tonga dan Rotuma. Budaya Fiji, termasuk bahasa, telah menciptakan identitas komunal dan nasional yang unik. Penduduk Fiji modern berlatar belakang asli Fiji, serta keturunan India, Tiongkok, dan Eropa. Budaya pribumi telah membentuk bangsa dan merupakan bagian aktif dan kehidupan sehari-hari bagi mayoritas rakyat bahagia yang tinggal di sini. Perpaduan budaya yang unik dapat dilihat di seluruh Fiji, dan di hampir setiap aspek, termasuk makanan, festival, ritual, dan seni.
Budaya Fiji dipamerkan di Pameran Dunia yang diadakan di Vancouver, Kanada, pada tahun 1986 dan baru-baru ini di Shanghai World Expo 2010, bersama dengan negara-negara Pasifik lainnya di Paviliun Pasifik.
9.1. Kuliner
Masakan Fiji secara tradisional sangat bergantung pada bahan-bahan segar yang tersedia secara lokal. Makanan pokok termasuk umbi-umbian seperti talas (dalo), ubi jalar (kumala), dan singkong (tavioka), serta buah-buahan seperti pisang, nanas, dan mangga. Kelapa adalah bahan penting lainnya, digunakan dalam berbagai bentuk (santan, kelapa parut). Makanan laut juga merupakan bagian penting dari diet, dengan berbagai jenis ikan, kepiting, dan kerang yang umum dikonsumsi.
Salah satu hidangan paling terkenal adalah lovo, yaitu makanan yang dimasak dalam oven tanah tradisional. Daging (ayam, babi, ikan) dan sayuran umbi-umbian dibungkus dengan daun pisang atau daun talas dan dimasak perlahan di atas batu panas yang terkubur di dalam tanah. Hidangan populer lainnya adalah kokoda, yaitu ikan mentah yang diasinkan dalam jus lemon atau jeruk nipis dan dicampur dengan santan, bawang, tomat, dan cabai.
Masakan Indo-Fiji juga sangat berpengaruh, dengan hidangan seperti kari, roti, dan dhal (sup lentil) menjadi makanan sehari-hari bagi banyak orang Fiji. Penggunaan rempah-rempah yang kaya adalah ciri khas masakan Indo-Fiji.
Minuman khas termasuk kava (disebut yaqona dalam bahasa Fiji), minuman non-alkohol yang terbuat dari akar tanaman kava, yang memiliki efek menenangkan dan sering dikonsumsi dalam upacara sosial dan seremonial. Bir lokal seperti Fiji Bitter dan Fiji Gold juga populer.
Budaya kuliner Fiji mencerminkan perpaduan pengaruh Melanesia, Polinesia, dan India, menciptakan cita rasa yang unik dan beragam. Makan bersama adalah aspek penting dari budaya Fiji, sering kali melibatkan pertemuan keluarga dan komunitas yang besar.
9.2. Arsitektur
Arsitektur tradisional Fiji, khususnya rumah adat yang dikenal sebagai bure, mencerminkan adaptasi terhadap iklim tropis dan ketersediaan bahan bangunan lokal. Bure biasanya dibangun dari kayu, bambu, dan atap jerami dari daun pandan atau alang-alang. Strukturnya dirancang untuk ventilasi alami dan ketahanan terhadap cuaca. Terdapat berbagai jenis bure, mulai dari tempat tinggal keluarga hingga bure kalou (rumah roh atau kuil) yang lebih besar dan lebih rumit, yang memainkan peran penting dalam kehidupan spiritual tradisional. Desa Navala di dataran tinggi Viti Levu terkenal karena mempertahankan arsitektur bure tradisional.
Arsitektur modern di Fiji, terutama di daerah perkotaan seperti Suva dan Nadi, menunjukkan pengaruh gaya Barat dan internasional. Bangunan komersial, gedung pemerintah, dan hotel sering kali menggunakan beton, baja, dan kaca. Namun, ada upaya untuk mengintegrasikan elemen desain tradisional Fiji ke dalam arsitektur kontemporer untuk menciptakan identitas arsitektur yang unik. Beberapa resor wisata juga mengadopsi gaya bure atau elemen desain Pasifik untuk memberikan pengalaman yang otentik bagi pengunjung.
Bangunan-bangunan penting di Fiji termasuk Gedung Parlemen, Istana Presiden, dan Katedral Hati Kudus di Suva, serta berbagai kuil Hindu dan masjid yang mencerminkan keragaman agama di negara tersebut.
9.3. Musik dan Tarian
Musik tradisional Fiji sangat beragam, dengan variasi regional dalam gaya dan instrumen. Nyanyian vokal, sering kali dalam bentuk harmoni polifonik, merupakan ciri khas musik Fiji. Alat musik tradisional termasuk lali (drum kayu besar yang dipukul), derua (tabung bambu yang distempel), dan berbagai jenis seruling hidung dan mulut.
Tarian tradisional, yang dikenal sebagai meke, adalah bentuk ekspresi budaya yang penting. Meke menggabungkan nyanyian, tarian, dan musik perkusi untuk menceritakan kisah-kisah sejarah, legenda, atau peristiwa penting. Ada berbagai jenis meke, seperti meke ni wau (meke gada perang) dan meke iri (meke kipas), masing-masing dengan gerakan, kostum, dan makna yang khas.
Musik Indo-Fiji juga memiliki tradisi yang kaya, dengan pengaruh dari musik klasik India, musik rakyat, dan bhajan (lagu-lagu pujian Hindu). Alat musik seperti harmonium, tabla, dan dholak sering digunakan.
Musik populer modern di Fiji mencakup berbagai genre, termasuk reggae, hip hop, pop, dan musik gereja kontemporer. Banyak musisi Fiji menggabungkan elemen musik tradisional dengan gaya modern, menciptakan suara yang unik. Festival musik dan pertunjukan live adalah bagian penting dari kancah musik Fiji.
9.4. Sastra
Tradisi sastra lisan Fiji sangat kaya, mencakup mitos, legenda, puisi, dan cerita rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi lisan ini memainkan peran penting dalam melestarikan sejarah, nilai-nilai budaya, dan pengetahuan lokal.
Sastra modern Fiji dalam bentuk tulisan mulai berkembang pada abad ke-20, dengan munculnya penulis-penulis Fiji dan Indo-Fiji yang menulis dalam bahasa Inggris, Fiji, dan Hindi Fiji. Karya-karya sastra ini seringkali mengeksplorasi tema-tema identitas, kolonialisme, konflik etnis, perubahan sosial, dan kehidupan di Pasifik.
Beberapa penulis Fiji yang terkenal termasuk Raymond Pillai, Subramani, Pio Manoa, dan Vilsoni Hereniko. Karya-karya mereka telah memberikan kontribusi penting bagi perkembangan sastra Pasifik secara lebih luas. Puisi, cerita pendek, dan novel adalah bentuk sastra yang umum.
Tren sastra terkini menunjukkan minat yang meningkat pada penulisan kreatif dalam bahasa Fiji dan Hindi Fiji, serta eksplorasi isu-isu kontemporer seperti perubahan iklim, globalisasi, dan hak asasi manusia. Organisasi seperti Asosiasi Penulis Fiji dan Universitas Pasifik Selatan memainkan peran dalam mendukung dan mempromosikan sastra Fiji.
9.5. Olahraga
Olahraga sangat populer di Fiji, terutama olahraga yang melibatkan kontak fisik. Olahraga nasional Fiji adalah rugbi tujuh. Kriket adalah olahraga minor di Fiji. Cricket Fiji adalah anggota asosiasi dari Dewan Kriket Internasional ("ICC"). Bola jaring adalah olahraga partisipasi wanita paling populer di Fiji. Tim nasional bola jaring telah bersaing secara internasional, di kompetisi Piala Dunia Bola Jaring mencapai posisi ke-6 pada tahun 1999, level tertinggi hingga saat ini. Tim ini memenangkan medali emas di Pesta Olahraga Pasifik 2007 dan 2015.
Karena keberhasilan tim bola basket nasional Fiji, popularitas bola basket telah mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Di masa lalu, negara ini hanya memiliki sedikit lapangan bola basket, yang sangat membatasi orang Fiji yang ingin lebih sering berlatih olahraga tersebut. Melalui upaya baru-baru ini oleh federasi nasional Bola Basket Fiji dan dengan dukungan pemerintah Australia, banyak sekolah telah mampu membangun lapangan dan menyediakan peralatan bola basket bagi siswa mereka.
Vijay Singh, seorang pegolf PGA dari Fiji, menduduki peringkat pegolf pria nomor satu dunia selama total 32 minggu.
9.5.1. Rugbi

Rugbi uni adalah olahraga tim paling populer yang dimainkan di Fiji. Tim rugbi tujuh nasional Fiji adalah tim rugbi tujuh internasional yang populer dan sukses dan telah memenangkan Hong Kong Sevens rekor delapan belas kali sejak didirikan pada tahun 1976. Fiji juga telah memenangkan Piala Dunia Rugbi Tujuh dua kali - pada tahun 1997 dan 2005. Tim rugbi uni tujuh nasional Fiji adalah juara bertahan Seri Dunia Tujuh di Rugbi Dunia. Pada tahun 2016, mereka memenangkan medali Olimpiade pertama Fiji dalam Rugbi tujuh di Olimpiade Musim Panas, memenangkan emas dengan mengalahkan Britania Raya 43-7 di final.
Tim rugbi uni nasional adalah anggota Aliansi Rugbi Kepulauan Pasifik sebelumnya bersama Samoa dan Tonga. Pada tahun 2009, Samoa mengumumkan pengunduran dirinya dari Aliansi Rugbi Kepulauan Pasifik, hanya menyisakan Fiji dan Tonga dalam uni tersebut. Fiji saat ini berada di peringkat kesebelas dunia menurut IRB (per 28 Desember 2015). Tim rugbi uni nasional telah berkompetisi di lima kompetisi Piala Dunia Rugbi, yang pertama adalah pada 1987, di mana mereka mencapai perempat final. Tim tersebut kembali lolos kualifikasi pada Piala Dunia Rugbi 2007 ketika mereka mengalahkan Wales 38-34 untuk melaju ke perempat final di mana mereka kalah dari juara Piala Dunia Rugbi akhirnya, Afrika Selatan.
Fiji berkompetisi di Piala Tri-Nations Pasifik dan Piala Negara Pasifik IRB. Olahraga ini diatur oleh Persatuan Rugbi Fiji yang merupakan anggota Aliansi Rugbi Kepulauan Pasifik, dan berkontribusi pada tim rugbi uni Kepulauan Pasifik. Di tingkat klub terdapat Piala Skipper dan Tantangan Trofi Farebrother.
Tim liga rugbi nasional Fiji, yang dijuluki Bati (diucapkan [mˈbatʃi]), mewakili Fiji dalam olahraga liga rugbi dan telah berpartisipasi dalam kompetisi internasional sejak 1992. Tim ini telah berkompetisi di Piala Dunia Liga Rugbi sebanyak tiga kali, dengan hasil terbaik mereka datang ketika mereka membuat penampilan semifinal berturut-turut di Piala Dunia Liga Rugbi 2008, Piala Dunia Liga Rugbi 2013 dan Piala Dunia Liga Rugbi 2017. Tim ini juga berkompetisi di Piala Pasifik.
9.5.2. Sepak Bola
Sepak bola asosiasi secara tradisional merupakan olahraga minor di Fiji, sebagian besar populer di kalangan komunitas Indo-Fiji, tetapi dengan pendanaan internasional dari FIFA dan manajemen lokal yang baik selama dekade terakhir, olahraga ini telah berkembang popularitasnya di komunitas Fiji yang lebih luas. Sekarang menjadi olahraga terpopuler kedua di Fiji, setelah rugbi untuk pria dan setelah bola jaring untuk wanita.
Asosiasi Sepak Bola Fiji adalah anggota Konfederasi Sepak Bola Oseania. Tim sepak bola nasional mengalahkan Selandia Baru 2-0 di Piala Negara OFC 2008, dalam perjalanan mereka menuju rekor bersama finis di tempat ketiga. Namun, mereka belum pernah mencapai Piala Dunia FIFA hingga saat ini. Fiji memenangkan turnamen sepak bola Pesta Olahraga Pasifik pada 1991 dan 2003. Fiji lolos ke turnamen pria Olimpiade Musim Panas 2016 untuk pertama kalinya dalam sejarah.
9.6. Festival dan Hari Libur Nasional
Fiji merayakan berbagai festival dan hari libur nasional yang mencerminkan keragaman budaya dan agamanya. Beberapa festival utama meliputi:
- Tahun Baru** (1 Januari)
- Jumat Agung dan Senin Paskah** (Maret/April, tanggal bervariasi): Dirayakan oleh komunitas Kristen.
- Hari Ratu Sir Lala Sukuna** (Mei, tanggal bervariasi): Memperingati salah satu negarawan Fiji yang paling dihormati.
- Hari Konstitusi** (September, tanggal bervariasi): Memperingati pengesahan konstitusi.
- Hari Fiji** (10 Oktober): Hari kemerdekaan Fiji dari Inggris pada tahun 1970.
- Diwali** (Oktober/November, tanggal bervariasi): Festival cahaya Hindu, dirayakan secara luas oleh komunitas Indo-Fiji dan juga oleh kelompok lain.
- Maulid Nabi** (tanggal bervariasi berdasarkan kalender Islam): Merayakan kelahiran Nabi Muhammad, dirayakan oleh komunitas Muslim.
- Natal** (25 Desember) dan **Boxing Day** (26 Desember): Dirayakan oleh komunitas Kristen.
Selain hari libur nasional ini, terdapat banyak festival budaya dan regional lainnya yang dirayakan oleh berbagai komunitas di seluruh Fiji. Festival-festival ini sering kali melibatkan musik, tarian, makanan, dan upacara keagamaan atau tradisional, memainkan peran penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Fiji.
9.7. Warisan Dunia
Fiji memiliki satu situs yang terdaftar sebagai Warisan Dunia UNESCO:
- Kota Pelabuhan Bersejarah Levuka**: Terletak di Pulau Ovalau, Levuka adalah ibu kota kolonial pertama Fiji. Situs ini diakui karena lanskap kotanya yang luar biasa, yang mencerminkan perpaduan pengaruh Eropa dan tradisi bangunan lokal Pasifik selama periode kolonial akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Bangunan-bangunan bersejarah di Levuka, termasuk gereja, sekolah, toko, dan tempat tinggal, menunjukkan perkembangan kota pelabuhan Pasifik yang penting dan interaksi budaya antara pemukim Eropa dan masyarakat adat Fiji. Nilai budayanya terletak pada kemampuannya untuk menggambarkan fase penting dalam sejarah manusia, yaitu ekspansi kolonial Eropa di Pasifik dan dampaknya terhadap masyarakat adat. Pengakuan ini juga menyoroti pentingnya pelestarian warisan arsitektur dan budaya unik Levuka.
9.8. Media Massa
Media massa di Fiji terdiri dari surat kabar, stasiun radio, stasiun televisi, dan platform media online.
- Surat Kabar**: Surat kabar utama yang beredar termasuk The Fiji Times (berbahasa Inggris, didirikan tahun 1869), Fiji Sun (berbahasa Inggris), serta beberapa surat kabar dalam bahasa Fiji dan Hindi Fiji.
- Penyiaran Radio**: Terdapat beberapa stasiun radio milik pemerintah dan swasta yang menyiarkan dalam bahasa Inggris, Fiji, dan Hindi Fiji, menjangkau sebagian besar populasi. Contohnya termasuk Fiji Broadcasting Corporation (FBC) yang mengoperasikan beberapa stasiun.
- Penyiaran Televisi**: Fiji memiliki beberapa stasiun televisi, termasuk Fiji Television (Fiji One) yang merupakan stasiun siaran gratis pertama, dan Mai TV. Layanan televisi berbayar seperti Sky Pacific juga tersedia.
- Internet dan Media Online**: Penggunaan internet dan media sosial telah meningkat pesat, menyediakan platform alternatif untuk berita dan informasi. Banyak organisasi berita tradisional juga memiliki kehadiran online.
Lingkungan pers di Fiji telah mengalami pasang surut, terutama terkait dengan periode ketidakstabilan politik dan kudeta. Pembatasan terhadap kebebasan pers dan sensor media telah menjadi isu di masa lalu. Aksesibilitas informasi bervariasi, dengan penetrasi internet lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan daerah pedesaan. Media massa yang bebas, independen, dan beragam dianggap esensial untuk demokrasi yang sehat, akuntabilitas pemerintah, dan partisipasi publik. Upaya untuk memastikan kebebasan berekspresi dan akses terhadap informasi bagi semua warga negara terus menjadi perhatian.