1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Ernesto Pérez Balladares menghabiskan masa kecilnya dan menempuh pendidikan tinggi di Amerika Serikat. Ia dikenal sebagai seorang bankir sebelum terjun ke dunia politik dan menjadi bagian dari pemerintahan militer Omar Torrijos. Ia menikah dengan Dora Boyd de Pérez Balladares dan memiliki tiga putri.
1.1. Kelahiran dan Masa Kecil
Ernesto Pérez Balladares González-Revilla lahir pada 29 Juni 1946. Nama julukannya, El ToroSi BantengBahasa Spanyol, melekat padanya sepanjang karier politiknya.
1.2. Pendidikan
Pérez Balladares menempuh pendidikan di Amerika Serikat, meraih gelar master dari Universitas Notre Dame dan Wharton School of the University of Pennsylvania.
2. Karier Awal dan Awal Politik
Sebelum menjadi Presiden Panama, Ernesto Pérez Balladares memiliki latar belakang karier yang beragam, mulai dari perbankan hingga keterlibatan dalam pemerintahan militer dan pendirian partai politik.
2.1. Karier Perbankan
Dari tahun 1971 hingga 1975, Pérez Balladares menjabat sebagai petugas kredit di City Bank untuk wilayah Panama dan Amerika Tengah. Pengalamannya di sektor perbankan memberinya pemahaman yang mendalam tentang ekonomi dan keuangan.
2.2. Peran di Bawah Omar Torrijos
Pérez Balladares kemudian mengabdi di bawah pemerintahan militer Omar Torrijos, menjabat sebagai Menteri Ekonomi dan Keuangan. Pengalaman ini menandai awal keterlibatannya dalam ranah politik tingkat tinggi.
2.3. Pendirian Partai Revolusioner Demokratik dan Peran Awal
Pada bulan Maret 1979, ia adalah salah satu pendiri Partai Revolusioner Demokratik (PRD). Pada tahun 1982, ia terpilih sebagai Sekretaris Partai. Namun, pada tahun 1984, ia berselisih dengan pemimpin militer baru, Manuel Noriega, dan menghabiskan beberapa bulan dalam pengasingan di Spanyol.
2.4. Kampanye Pemilihan Presiden 1989
Pérez Balladares kemudian menjabat sebagai manajer kampanye untuk Carlos Duque, kandidat pilihan Noriega dalam pemilihan presiden Panama 1989. Selama pemerintahan Noriega, kursi kepresidenan Panama dipegang oleh serangkaian presiden yang dijuluki "presiden Kleenex" karena sifatnya yang "dapat dibuang" atau tidak memiliki kekuasaan substantif. Meskipun pengamat internasional melaporkan bahwa kandidat oposisi, Guillermo Endara, memimpin suara dengan selisih 3 banding 1, hasil pemilihan dibatalkan oleh pemerintah Noriega sebelum penghitungan selesai. Selama invasi Amerika Serikat ke Panama pada Desember 1989, Endara akhirnya disertifikasi sebagai pemenang dan dilantik sebagai presiden. Selama invasi tersebut, Pérez Balladares sempat ditahan dan diinterogasi oleh pasukan AS karena hubungannya dengan Noriega, namun kemudian dibebaskan.
Pada pemilihan umum 1989, Pérez Balladares juga mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden Pertama Panama dan meraih 28,38% suara, meskipun kalah dalam pemilihan tersebut.
3. Pencalonan dan Pemilihan Presiden
Ernesto Pérez Balladares mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilihan umum 1994 dan berhasil memenangkan kontestasi yang ketat.
3.1. Pemilihan Presiden 1994
Pérez Balladares sendiri mencalonkan diri sebagai kandidat PRD dalam pemilihan presiden Panama 1994, menentang Mireya Moscoso dari Partai Arnulfista dan penyanyi salsa Rubén Blades, yang saat itu menjabat sebagai presiden partai Papa Egoro. Para lawan Pérez Balladares berusaha menekankan hubungannya dengan Noriega, dengan menyiarkan foto-foto keduanya. Pérez Balladares membantah hubungan tersebut, menggambarkan PRD saat ini sebagai "bertentangan secara diametral" dengan kebijakan Noriega. Sebaliknya, ia berusaha memposisikan dirinya sebagai penerus Torrijos, yang dianggap sebagai pahlawan nasional. Sementara itu, Partai Arnulfista yang berkuasa dianggap lumpuh oleh ketidakpuasan terhadap ketidakkompetenan dan korupsi yang dirasakan dalam pemerintahan Endara. Ia akhirnya memenangkan pemilihan dengan 33,30% suara, dengan Moscoso menerima 29% dan Blades 17%.
4. Kepresidenan (1994-1999)
Masa kepresidenan Ernesto Pérez Balladares (1994-1999) ditandai oleh kebijakan ekonomi pro-pasar bebas, reformasi domestik, serta berbagai kontroversi yang mempengaruhi kebebasan media dan tata kelola pemerintahan. Pemerintahannya juga menghadapi tuduhan korupsi dan upaya yang gagal untuk mengamandemen konstitusi agar ia dapat mencalonkan diri kembali.
4.1. Kebijakan Ekonomi dan Reformasi
Pemerintahan Pérez Balladares dicirikan oleh kebijakan pro-pasar bebas. Ia memasukkan sejumlah ekonom pro-pasar bebas ke dalam kabinetnya. Di bawah pemerintahannya, perusahaan listrik dan telepon diprivatisasi, dan pada tahun 1997, Panama menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pada tahun 1995, ia mereformasi undang-undang ketenagakerjaan Panama, sebuah tindakan yang diprotes oleh 49 serikat pekerja dan menyebabkan popularitasnya menurun.
4.2. Administrasi Domestik dan Kontroversi
Tindakan tidak populer lainnya oleh Pérez Balladares termasuk memberikan pembayaran tunggakan sebesar 35.00 M USD kepada pasukan paramiliter Noriega, Batalion Martabat, dan menggandakan gaji kabinetnya meskipun negara masih dilanda kemiskinan. Ia merehabilitasi sejumlah mantan pejabat Noriega dalam pemerintahannya, termasuk Menteri Perumahannya, seorang dokter yang dituduh membantu menyiksa tahanan politik selama pemerintahan Noriega, dan Wakil Presiden Pertamanya, Tomás Altamirano Duque. Pérez Balladares akhirnya mengampuni lebih dari 200 orang atas kejahatan yang dilakukan selama tahun-tahun Noriega, menyebutnya sebagai langkah menuju rekonsiliasi nasional.
4.3. Hubungan Luar Negeri
Pérez Balladares menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Amerika Serikat, setuju dengan Presiden Bill Clinton untuk menerima 10.000 pengungsi perahu Kuba di pangkalan militer AS yang sebelumnya ditolak oleh Endara. Ia juga memberikan suaka kepada mantan penguasa militer Haiti Raoul Cédras sebagai bagian dari penyelesaian negosiasi. Selain itu, Pérez Balladares berjanji untuk bergabung dengan upaya anti-narkoba AS dan mengesahkan undang-undang baru untuk mencegah pencucian uang.
4.4. Kontroversi Konsesi Minera Petaquilla
Pada tahun 1997, selama masa kepresidenan Ernesto Pérez Balladares, Majelis Nasional Panama mengesahkan Undang-Undang Nomor 9 yang menyetujui kontrak konsesi pertambangan kontroversial antara negara dan perusahaan Minera Petaquilla S.A. (kemudian menjadi Minera Panama S.A.). Kontrak 30 tahun ini memberikan hak eksklusif kepada Minera Panama untuk mengeksplorasi, mengekstraksi, mengeksploitasi, memproses, memurnikan, mengangkut, menjual, dan memasarkan tembaga serta logam mulia lainnya di lahan seluas 13.60 K ha di provinsi Coclé.
Para kritikus berpendapat bahwa kesepakatan yang tidak seimbang ini melanggar kedaulatan hak mineral Panama dan menyerahkan terlalu banyak kendali atas sumber daya alam nasional kepada perusahaan swasta, dengan sedikit pandangan ke depan mengenai dampak jangka panjang. Tuduhan muncul yang mengindikasikan adanya pengaruh atau korupsi yang tidak pantas dalam persetujuan konsesi tersebut.
Pada Desember 2017, Mahkamah Agung Panama memutuskan bahwa undang-undang dan kontrak tahun 1997 ini tidak konstitusional, setelah gugatan hukum diajukan untuk mempertanyakan legalitasnya dan otoritas Pérez Balladares dalam memediasi perjanjian tersebut. Putusan pengadilan ditegaskan kembali dan menjadi final pada Juni 2021 setelah berbagai banding ditolak.
Pada Desember 2022, Lembaran Resmi Panama Nomor 29685 menerbitkan Resolusi Nomor 2022-234 dari Direktorat Nasional Sumber Daya Mineral yang memerintahkan Minera Panama untuk menangguhkan kegiatan pertambangan dan mengajukan rencana untuk melestarikan operasi secara aman, sesuai dengan putusan pengadilan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan dan memperbaiki kondisi yang dapat menyebabkan kerugian pada proyek pertambangan, pekerja, atau lingkungan, mengingat Minera Panama tidak lagi memiliki kontrak konsesi yang sah setelah putusan tahun 2017. Resolusi tersebut menyoroti bahwa upaya pemerintah untuk menegosiasikan kontrak baru yang dapat diterima oleh kedua belah pihak belum berhasil.
4.5. Isu Kebebasan Media dan Tata Kelola
Reporter Peru Gustavo Gorriti, yang bekerja untuk surat kabar Panama La Prensa, melaporkan pada tahun 1996 bahwa seorang agen Kartel Cali Kolombia telah menyumbangkan 51.00 K USD ke kampanye presiden Pérez Balladares. Setelah sempat mengancam akan menggugat atas fitnah dan menyebut laporan itu "terorisme jurnalistik", Pérez Balladares kemudian menyatakan bahwa laporan itu benar, menggambarkannya sebagai "pertama kalinya, mungkin dalam hidup saya, saya harus menelan kata-kata saya sendiri." Namun, ketika visa kerja Gorriti berakhir pada tahun berikutnya, pemerintah Panama menolak memperbaruinya, memicu badai kritik dari LSM pers internasional dan partai oposisi domestik. Di bawah tekanan, pemerintahan Pérez Balladares kemudian mengalah, dan visa Gorriti diperbarui.
Pada tahun 1998, Pérez Balladares mengusulkan amandemen konstitusi untuk memungkinkan hukuman bagi jurnalis domestik atau asing yang "menghasut protes kekerasan", dan untuk melarang penggunaan seragam atau sepatu bot militer.
4.6. Referendum Konstitusi untuk Pemilihan Kembali
Pada tahun 1998, Pérez Balladares menyelenggarakan referendum untuk mengamandemen konstitusi guna memungkinkannya menjabat untuk masa jabatan kedua berturut-turut, menyatakan bahwa ia membutuhkan masa jabatan lain untuk menyelesaikan reformasinya (Konstitusi Panama hanya mengizinkan mantan Presiden untuk mencari jabatan setelah tidak menjabat selama dua masa jabatan berturut-turut). Meskipun PRD mengeluarkan dana besar-besaran, proposal tersebut dikalahkan dengan selisih hampir 2 banding 1, sebuah hasil yang digambarkan oleh The Economist sebagai "membuktikan demokrasi Panama lebih tangguh daripada yang berani diperkirakan banyak orang."
4.7. Akhir Masa Jabatan dan Transisi
Dalam minggu-minggu terakhir kepresidenan Pérez Balladares, Partai Arnulfista dan presiden terpilih Moscoso menuduh pemerintahannya secara ilegal menggunakan dana dari penjualan properti pemerintah, mengeluarkan kontrak menit-menit terakhir kepada sekutu politik, dan menjual visa kepada warga Asia yang ingin masuk secara ilegal ke Amerika Serikat. Para kritikus juga menuduh Pérez Balladares menempatkan rekan bisnis dan "kroninya" di Otoritas Terusan Panama yang baru, yang akan mengawasi Terusan Panama mulai 1 Januari 2000.
5. Masalah Hukum Pasca-Kepresidenan
Setelah masa kepresidenannya, Ernesto Pérez Balladares menghadapi serangkaian masalah hukum dan penyelidikan terkait dugaan korupsi dan pencucian uang, meskipun banyak tuduhan yang akhirnya dibatalkan. Ia juga divonis atas kasus pencemaran nama baik.
5.1. Dugaan Korupsi dan Penyelidikan
Pada November 1999, menyusul tuduhan bahwa ia telah berpartisipasi dalam penjualan visa AS ilegal kepada imigran Tiongkok, AS mencabut visa turis Pérez Balladares.
Pemerintah Panama membuka penyelidikan terhadap mantan presiden tersebut atas pencucian uang pada September 2009, namun tidak ada cukup bukti yang tersedia untuk membuktikan tuduhan tersebut. Pada 14 Januari 2010, ia ditempatkan di bawah tahanan rumah atas tuduhan bahwa ia menerima uang dari kasino Lucky Games S.A. Ini adalah penangkapan pertama seorang mantan presiden Panama. Pada bulan April, rekening bank perusahaannya, Shelf Holding Inc., dibekukan, dan Pérez Balladares diminta untuk menyerahkan paspornya setelah perjalanan ke Peru. Jaksa Distrik Jose Ayu Prado mengumumkan pada Oktober 2010 bahwa ada cukup bukti untuk mendakwa Pérez Balladares dengan pencucian uang. Sidang pendahuluan untuk kasus tersebut diadakan pada 11 April 2011, dan kasus tersebut dibatalkan oleh hakim dua minggu kemudian. Pada Desember 2012, Ayu Prado dinominasikan ke Mahkamah Agung. Pérez Balladares menyatakan melalui Twitter bahwa penunjukan itu adalah barter karena telah menganiayanya.
5.2. Vonis Pencemaran Nama Baik
Pérez Balladares kemudian didakwa atas pencemaran nama baik karena menyebut pengawas Alvin Weeden sebagai kriminal narkoba. Mantan presiden tersebut dinyatakan bersalah pada 17 Februari 2012 dan dijatuhi hukuman denda 3.00 K USD atau satu tahun penjara.
6. Kehidupan Pribadi
Ernesto Pérez Balladares menikah dengan Dora Boyd de Pérez Balladares. Dari pernikahannya, mereka dikaruniai tiga orang putri.
7. Warisan dan Evaluasi
Masa kepresidenan Ernesto Pérez Balladares dari tahun 1994 hingga 1999 meninggalkan warisan yang kompleks di Panama, ditandai oleh reformasi ekonomi yang signifikan serta kontroversi yang menyoroti tantangan tata kelola dan akuntabilitas. Ia diakui karena keputusannya untuk memprivatisasi perusahaan listrik dan telepon negara, serta memasukkan Panama ke dalam Organisasi Perdagangan Dunia, yang sejalan dengan kebijakan pro-pasar bebasnya. Langkah-langkah ini bertujuan untuk memodernisasi ekonomi Panama dan mengintegrasikannya lebih lanjut ke dalam pasar global.
Namun, pemerintahannya juga diwarnai kritik keras. Kebijakan seperti reformasi undang-undang ketenagakerjaan dan pembayaran kepada Batalion Martabat yang kontroversial memicu protes dan penurunan popularitasnya. Keputusan untuk merehabilitasi dan mengampuni sejumlah pejabat dari era Noriega, meskipun disebut sebagai langkah menuju rekonsiliasi nasional, menimbulkan pertanyaan tentang komitmen terhadap keadilan dan penghapusan impunitas.
Isu-isu terkait kebebasan media, termasuk penolakan perpanjangan visa jurnalis Gustavo Gorriti setelah laporan tentang sumbangan kampanye dari Kartel Cali, serta usulan amandemen konstitusi yang berpotensi membatasi pers, menimbulkan kekhawatiran serius tentang komitmen pemerintahannya terhadap nilai-nilai demokratis. Penolakan publik terhadap referendum konstitusi yang akan memungkinkannya mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua, dengan pengeluaran kampanye besar-besaran oleh partainya, menjadi bukti penting tentang ketahanan demokrasi Panama dalam menghadapi upaya konsolidasi kekuasaan.
Pada akhir masa jabatannya, tuduhan penyalahgunaan dana pemerintah, pemberian kontrak menit-menit terakhir kepada sekutu politik, dan penjualan visa ilegal semakin merusak citranya. Kontroversi seputar penempatan staf di Otoritas Terusan Panama juga menunjukkan kekhawatiran tentang kronisme dan nepotisme. Pasca-kepresidenan, ia menjadi mantan presiden Panama pertama yang ditahan, menghadapi penyelidikan pencucian uang dan tuduhan korupsi, yang sebagian besar tuduhan tersebut akhirnya dibatalkan, namun ia divonis atas pencemaran nama baik.
Secara keseluruhan, warisan Pérez Balladares mencerminkan seorang pemimpin yang berusaha mendorong reformasi ekonomi yang ambisius, tetapi juga menghadapi kritik tajam terkait transparansi, akuntabilitas, dan terkadang, kebijakan yang dianggap mengancam kebebasan sipil. Pemerintahannya seringkali dipandang sebagai masa transisi di mana Panama berupaya menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan konsolidasi institusi demokratis yang rapuh.
8. Riwayat Pemilihan
Berikut adalah riwayat pemilihan umum penting di mana Ernesto Pérez Balladares menjadi kandidat:
Nama Pemilihan | Jabatan | Periode | Partai Politik | Persentase Suara | Jumlah Suara | Hasil | Status |
---|---|---|---|---|---|---|---|
pemilihan presiden Panama 1989 | Wakil Presiden Panama ke-1 | - | Partai Revolusioner Demokratik | 28.38% | 188.914 | 2 | Kalah |
pemilihan presiden Panama 1994 | Presiden Panama ke-28 | 28 | Partai Revolusioner Demokratik | 33.30% | 355.307 | 1 | Terpilih |