1. Early Life and Education
1.1. Childhood and Family Background
Guðni adalah putra dari Margrét Thorlacius, seorang guru dan jurnalis, dan Jóhannes Sæmundsson, seorang instruktur olahraga. Ayahnya meninggal dunia karena kanker pada usia 42 tahun. Ia memiliki dua saudara laki-laki: Patrekur Jóhannesson, yang merupakan mantan pemain tim nasional bola tangan putra Islandia dan saat ini menjabat sebagai pelatih tim nasional bola tangan putra Austria serta ayah dari rapper JóiPé; dan Jóhannes, yang bekerja sebagai analis sistem. Semasa mudanya, Guðni juga bermain bola tangan baik di Islandia maupun di Britania Raya.
1.2. Education
Guðni lulus dari Menntaskólinn í Reykjavík, sebuah perguruan tinggi junior di pusat Reykjavík, pada tahun 1987. Selama di Menntaskólinn í Reykjavík, ia berkompetisi dalam Gettu betur, sebuah acara kuis tim Islandia untuk mahasiswa perguruan tinggi junior. Ia memperoleh gelar sarjana dalam bidang sejarah dan ilmu politik dari Universitas Warwick di Inggris pada tahun 1991. Kemudian, ia meraih gelar Master of Arts dalam sejarah dari Universitas Islandia pada tahun 1997. Ia juga pernah belajar bahasa Jerman dan Rusia di tingkat universitas. Pada tahun 1999, ia menyelesaikan gelar MSt dalam sejarah di St Antony's College di Universitas Oxford. Pada tahun 2003, ia menerima gelar PhD dalam sejarah dari Queen Mary, Universitas London. Pada tahun 2024, ia dianugerahi doktor kehormatan di Universitas Oulu.
2. Academic and Professional Career
Guðni Thorlacius Jóhannesson memiliki karier akademis dan profesional yang cemerlang sebagai sejarawan dan profesor, dengan fokus pada sejarah modern Islandia.
2.1. Historian and Professor
Guðni telah bekerja sebagai dosen di Universitas Islandia, Bifröst University, dan Universitas London. Pada saat pencalonan dirinya sebagai presiden, ia menjabat sebagai dosen senior sejarah di Universitas Islandia. Bidang penelitiannya adalah sejarah Islandia modern, di mana ia telah menerbitkan sejumlah karya, termasuk tentang Perang Kod, krisis finansial Islandia 2008-2011, dan kepresidenan Islandia. Ia telah menulis biografi Gunnar Thoroddsen dan sebuah buku tentang kepresidenan Kristján Eldjárn. Dari tahun 2011 hingga 2015, Guðni menjabat sebagai presiden Sögufélag, yaitu perkumpulan sejarah Islandia. Antara tahun 1992 dan 1997, ia juga menerjemahkan empat karya Stephen King ke dalam bahasa Islandia.
3. Presidential Candidacy
Pencalonan Guðni Thorlacius Jóhannesson sebagai presiden pada tahun 2016 dipicu oleh meningkatnya dukungan publik setelah ia memberikan komentar historis terkait skandal politik, yang kemudian mengarah pada kampanye yang menekankan reformasi konstitusi dan persatuan nasional, dan akhirnya ia memenangkan pemilihan dengan selisih suara yang signifikan.
Sebelum pencalonannya, ia sering tampil di televisi langsung untuk memberikan komentar dan konteks sejarah menyusul publikasi Panama Papers, yang menciptakan skandal bagi perdana menteri Islandia saat itu, Sigmundur Davíð Gunnlaugsson, dan akhirnya menyebabkan pengunduran dirinya. Sebagai seorang sarjana kepresidenan Islandia, Guðni menjelaskan di televisi langsung pilihan-pilihan yang tersedia bagi presiden petahana Ólafur Ragnar Grímsson dan aktor politik Islandia lainnya. Setelah penampilannya di televisi, muncul seruan agar Guðni sendiri mencalonkan diri sebagai presiden.
Platform kampanyenya mencakup dukungan untuk ketentuan referendum inisiatif warga negara dalam Konstitusi. Jajak pendapat awal menunjukkan dukungan yang signifikan, dan menyusul keputusan presiden petahana Ólafur Ragnar Grímsson untuk mundur dari pencalonan, popularitas Guðni meningkat yang tercermin dalam berbagai jajak pendapat, menempatkannya di posisi pertama dengan 67% hingga 69%, jauh di depan kandidat lainnya. Guðni terpilih pada 25 Juni 2016 setelah menerima pluralitas 39,1% suara.
Guðni tidak berafiliasi dengan partai politik mana pun di Islandia. Ia menyatakan bahwa ia akan menjadi "presiden yang kurang politis" dibandingkan pendahulunya karena kurangnya keberpihakan. Guðni telah menekankan pentingnya persatuan bagi negara kecil tersebut.

4. Presidency of Iceland
Guðni Thorlacius Jóhannesson menjabat sebagai Presiden Islandia dari tahun 2016 hingga 2024, periode yang ditandai dengan dukungan publik yang tinggi dan pendekatannya yang unik terhadap jabatan tersebut.
4.1. Term and Key Activities
Guðni mulai menjabat sebagai Presiden Islandia pada 1 Agustus 2016, setelah memenangkan suara terbanyak dalam pemilihan presiden Islandia 2016 dengan 71.356 suara (39,1%). Pada usia 48 tahun, ia menjadi presiden termuda Islandia. Sekitar satu bulan setelah masa jabatannya, Guðni memiliki tingkat persetujuan sebesar 68,6% dalam survei MMR, tingkat persetujuan tertinggi yang pernah diukur oleh lembaga survei ini untuk seorang presiden Islandia sejak didirikan pada tahun 2011.
Di awal masa jabatannya, Guðni harus mengawasi negosiasi untuk membentuk pemerintahan di Islandia menyusul pemilihan parlemen Islandia 2016 pada 29 Oktober. Negosiasi ini sulit, karena tidak ada koalisi pra-pemilihan yang memiliki mayoritas, dan semua koalisi mayoritas yang mungkin memiliki partai-partai dengan posisi kebijakan yang sangat berbeda. Pada Desember 2016, Guðni memiliki tingkat persetujuan sebesar 97%. Tingkat persetujuan setinggi itu untuk politikus Islandia belum pernah terjadi sebelumnya. Pada April 2019, tingkat persetujuannya mencapai 93,5% di antara mereka yang mengambil posisi dalam survei.
4.2. Presidency Events and Assessment
Guðni menarik perhatian internasional pada Februari 2017 ketika ia secara bercanda bersumpah untuk melarang nanas sebagai topping pizza.
Dalam pemilihan presiden Islandia 2020, Guðni terpilih kembali dengan 92,2% suara, menjadikannya kemenangan pemilihan terbesar kedua sejak awal. Pada 1 Januari 2024, Guðni mengumumkan dalam pidato Tahun Baru kepada rakyat Islandia bahwa ia tidak akan mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden Islandia 2024. Masa jabatannya berakhir pada 1 Agustus 2024.


5. Personal Life
Kehidupan pribadi Guðni Thorlacius Jóhannesson mencerminkan latar belakang keluarga yang kuat dan pandangan filosofis yang berakar pada hak asasi manusia.
5.1. Religious Beliefs
Guðni tidak berafiliasi dengan agama terorganisir, tetapi ia dibesarkan dalam keyakinan Katolik. Ia meninggalkan Gereja Katolik karena responsnya yang lambat dan tidak jelas terhadap laporan-laporan penyalahgunaan kriminal oleh para pastor. Kredonya adalah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang menyatakan bahwa "manusia dilahirkan bebas, setara dalam martabat dan hak. Manusia dikaruniai akal dan hati nurani dan harus bertindak dalam semangat persaudaraan satu sama lain."
5.2. Family
Guðni adalah putra dari Margrét Thorlacius, seorang guru dan jurnalis, dan Jóhannes Sæmundsson, seorang guru pendidikan jasmani dan pelatih. Ayahnya meninggal karena kanker pada usia 42 tahun. Ia memiliki dua saudara laki-laki, Patrekur, seorang mantan pemain tim nasional bola tangan putra Islandia yang kini menjadi pelatih tim nasional bola tangan putra Austria dan ayah dari rapper JóiPé, serta Jóhannes, seorang analis sistem.
Guðni menikah dengan Eliza Jean Reid, seorang warga negara Kanada, pada tahun 2004 dan mereka memiliki empat anak. Pasangan ini, yang bertemu saat belajar di Britania Raya, pindah ke Islandia pada tahun 2003. Reid menjadi Ibu Negara Islandia ketika suaminya dilantik. Guðni juga memiliki seorang putri dari pernikahan sebelumnya.
5.3. Ancestry
Guðni memiliki hubungan kekerabatan jauh dengan mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama: mereka adalah sepupu ke-24 yang terpisah 8 generasi. Hubungan ini berasal dari garis keturunan Skotlandia Obama. Guðni juga memiliki hubungan leluhur dengan presiden AS Donald Trump melalui keturunan mereka dari Haakon V dari Norwegia.
6. Publications
Guðni telah menulis banyak buku tentang topik-topik sejarah.
6.1. Books
Pada 1 September 2022, ia meluncurkan sebuah buku tentang Perang Kod Islandia dengan Britania Raya, berjudul Stund milli stríða. Saga landhelgismálsins, 1961-1971 (Jeda dalam Perang Kod. Islandia dan Perairan Teritorialnya 1961-1971) pada peringatan 50 tahun bentrokan tahun 1972.
Berikut adalah beberapa buku penting lainnya yang diterbitkan oleh Guðni:
- Kári í jötunmóð. Saga Íslenskrar erfðagreiningar dan Kára Stefánssonar (Reykjavík: Nýja bókafélagið, 1999).
- Völundarhús valdsín. Stjórnarmyndanir, stjórnarslit dan staða forseta Íslands í embættistíð Kristjáns Eldjárns, 1968-1980 (Reykjavík: Mál og menning, 2005). Ini adalah buku tentang kepresidenan Kristján Eldjárn.
- Óvinir ríkisins. Ógnir dan innra öryggi í kalda stríðinu á Íslandi (Reykjavík: Mál og menning, 2006) [https://www.forlagid.is/vara/ovinir-rikisins/ Bókabúð Forlagið]. Buku ini membahas pengawasan rahasia terhadap ancaman keamanan internal setelah Islandia bergabung dengan NATO pada tahun 1949 dan Amerika Serikat mendirikan pangkalan udara di dekat Keflavík pada tahun 1951. Buku ini dinominasikan untuk Penghargaan Buku Islandia 2006.
- Þorskastríðin þrjú. Saga landhelgismálsins 1948-1976 (Reykjavík: Hafréttarstofnun Íslands, 2006).
- Hrunið: Ísland á barmi gjaldþrots dan upplausnar (Reykjavík: JPV, 2009) [https://www.forlagid.is/vara/hruni%c3%b0/ Bókabúð Forlagið]. Buku ini membahas krisis finansial tahun 2008.
- Gunnar Thoroddsen - Ævisaga (Reykjavík: JPV, 2010) [https://www.forlagid.is/vara/gunnar-thoroddsen-%c3%a6visaga/ Bókabúð Forlagið]. Ini adalah biografi mantan perdana menteri Islandia, Gunnar Thoroddsen.
- Fyrstu forsetarnir. (Reykjavík: Sögufélag, 2016).
6.2. Translations
Guðni telah menerjemahkan empat buku karya Stephen King ke dalam bahasa Islandia.
7. Honors and Awards
Guðni Thorlacius Jóhannesson telah menerima berbagai kehormatan dan penghargaan baik dari dalam negeri maupun internasional selama kariernya.
7.1. National Honours
- Islandia: Grand Master dan Grand Cross with Collar dari Order of the Falcon (1 Agustus 2016)

7.2. Foreign Honours
- Denmark: Knight dari Order of the Elephant (24 Januari 2017).
- Finlandia: Grand Cross with Collar dari Order of the White Rose of Finland (31 Mei 2017).

- Jerman: Grand Cross Special Class dari Order of Merit of the Federal Republic of Germany (12 Juni 2019).
- Latvia: Commander Grand Cross with Chain dari Order of the Three Stars (16 November 2018).
- Norwegia: Grand Cross dari Order of St. Olav (21 Maret 2017).
- Swedia: Knight dari Royal Order of the Seraphim (17 Januari 2018).
- Swedia: Penerima Medali Peringatan Yubileum Emas Yang Mulia Raja (15 September 2023).
