1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Hiromi Taniguchi lahir pada 5 April 1960, di Nango-cho, Distrik Minaminaka, Prefektur Miyazaki, Jepang (sekarang bagian dari Kota Nichinan). Sejak sekolah menengah pertama, ia telah menunjukkan bakat di bidang atletik dengan bergabung dalam tim ekiden dan juga berpartisipasi dalam berbagai disiplin lintasan dan lapangan lainnya, termasuk lompat tinggi dan lompat galah.
1.1. Karier Atletik Mahasiswa
Setelah masuk Sekolah Menengah Atas Kobayashi, Taniguchi berpartisipasi dalam Kejuaraan Ekiden Sekolah Menengah Atas Nasional (全国高等学校駅伝競走大会) selama tiga tahun berturut-turut, dari tahun 1976 hingga 1978. Meskipun pada tahun pertamanya ia menempati posisi ke-14 di seksi 3, ia kemudian menunjukkan peningkatan signifikan dengan meraih posisi ke-2 di seksi yang sama pada tahun kedua dan ketiga. Kontribusinya turut membantu sekolahnya meraih dua gelar juara berturut-turut dalam kompetisi tersebut.
Setelah melanjutkan pendidikannya ke Universitas Ilmu Olahraga Nippon (Nittai University), ia menjadi bagian dari tim Ekiden Hakone dari tahun 1981 hingga 1983. Ia secara berturut-turut memenangkan penghargaan seksi untuk seksi ke-6 selama tiga tahun tersebut. Secara khusus, pada tahun ketiga dan keempatnya, ia memecahkan rekor seksi pada masanya selama dua tahun berturut-turut, yang membuatnya dikenal sebagai "Spesialis Penurunan Gunung" (山下りのスペシャリスト). Pencapaiannya ini menjadi kekuatan pendorong utama bagi kemenangan keseluruhan kesembilan Nittai University pada turnamen ke-59 tahun 1983.
2. Karier Atletik Profesional
Perjalanan Hiromi Taniguchi sebagai atlet maraton profesional dimulai setelah ia menghadapi tantangan dalam mewujudkan aspirasi awalnya sebagai seorang guru. Ia kemudian menorehkan serangkaian kemenangan penting di kancah maraton domestik maupun internasional, mencapai puncak performanya dengan medali emas di Kejuaraan Dunia Atletik.
2.1. Awal Karier dan Aspirasi Sebagai Guru
Awalnya, Taniguchi memiliki cita-cita untuk menjadi guru pendidikan jasmani atau pelatih atletik di sekolah menengah atas. Ia bahkan berencana untuk mengakhiri karier kompetitifnya setelah lulus dari universitas. Namun, ia gagal dalam ujian penerimaan guru. Untuk mempersiapkan diri mengikuti ujian kembali, ia memutuskan untuk bergabung dengan tim atletik profesional Asahi Kasei dengan perjanjian hanya akan bertahan selama dua tahun.
Dalam debut maraton profesionalnya pada tahun 1985, Taniguchi langsung meraih kemenangan di Maraton Beppu-Ōita. Meskipun ia kembali mencoba ujian penerimaan guru setelah itu dan kembali gagal, ia akhirnya memutuskan untuk melanjutkan karier sebagai atlet profesional. Keputusan ini terbukti menjadi titik balik yang positif dalam kariernya.
2.2. Puncak Performa dan Prestasi Internasional
Pada tahun 1987, Hiromi Taniguchi kembali menunjukkan performa gemilangnya dengan memenangkan Maraton Internasional Tokyo (Tokyo International Marathon) dan meraih kemenangan internasional pertamanya di Maraton London. Namun, pada Maraton Internasional Fukuoka tahun 1987, yang merupakan ajang kualifikasi untuk Maraton Olimpiade Seoul 1988, ia harus berjuang dalam kondisi cuaca dingin dan hujan. Ia gagal mengikuti kecepatan tinggi Takeyuki Nakayama yang akhirnya menjadi juara, dan finis di posisi keenam. Upaya kualifikasi keduanya di Maraton Internasional Tokyo 1988 juga berakhir dengan kekecewaan karena ia finis di posisi kesembilan, terpengaruh oleh kondisi fisiknya yang buruk akibat muntah sebelum balapan, sehingga ia tidak terpilih untuk Olimpiade Seoul.
Meskipun demikian, Taniguchi bangkit kembali pada Maraton Internasional Beijing yang diselenggarakan pada bulan Oktober di tahun yang sama. Ia finis di posisi kedua dengan catatan waktu terbaik pribadinya, 2 jam 7 menit 40 detik, hanya terpaut lima detik dari pemenang asal Etiopia, Abebe Mekonnen. Catatan waktunya ini menempatkannya di posisi ketujuh dalam daftar pelari tercepat dunia saat itu. Pada tahun 1989, ia kembali memenangkan Maraton Internasional Tokyo untuk kedua kalinya, dan juga meraih juara di Maraton Hokkaido pada musim panas. Setahun kemudian, pada tahun 1990, ia mengamankan kemenangan internasional keduanya di Maraton Rotterdam.
Puncak karier Taniguchi tiba pada Kejuaraan Dunia Atletik 1991 di Tokyo yang diadakan pada September 1991. Lomba maraton putra, yang menjadi acara penutup, berlangsung dalam kondisi yang sangat ekstrem dengan suhu di atas 30 °C dan kelembapan tinggi. Dari 60 peserta, 24 di antaranya terpaksa mundur. Namun, Taniguchi mampu mengatasi kondisi sulit ini. Pada kilometer ke-39, ia melancarkan sprint, meninggalkan pesaingnya seperti Ahmed Salah dari Djibouti. Ia berhasil melewati garis finis dengan catatan waktu 2 jam 14 menit 57 detik, mengamankan medali emas dan menjadi atlet putra Jepang pertama yang memenangkan medali emas di Kejuaraan Dunia Atletik dalam cabang lari. Kemenangan ini sangat berarti bagi Jepang, bahkan Sachiko Yamashita, peraih medali perak di maraton putri seminggu sebelumnya, berkomentar, "Medali emas memang lebih baik. Menjadi yang pertama itu yang terbaik." Hingga tahun 2019, Taniguchi, bersama dengan Koji Murofushi dan Yusuke Suzuki, adalah satu-satunya atlet putra Jepang yang pernah memenangkan Kejuaraan Dunia Atletik. Di kategori maraton putra, selain Taniguchi, hanya ada Nobuyuki Sato (1999) dan Tsuyoshi Ogata (2005) yang meraih medali perunggu.
Pada Olimpiade Barcelona 1992, Taniguchi menjadi salah satu favorit peraih medali. Namun, pada sekitar kilometer ke-20, saat ia mencapai stasiun air, kaki kirinya terinjak oleh pelari di belakangnya, menyebabkan ia tersandung dan sepatunya terlepas. Insiden ini mengakibatkan ia kehilangan lebih dari 30 detik. Meskipun demikian, ia menunjukkan semangat pantang menyerah dengan meningkatkan posisinya di paruh kedua lomba dan berhasil finis di posisi kedelapan. Setelah mencapai garis finis, ia tersenyum masam dan berkata dalam sebuah wawancara, "Saya tersandung di tengah jalan." (途中で、こけちゃいました atau コケちゃいましたBahasa Jepang), dan menambahkan, "Ini juga takdir. Saya sudah melakukan yang terbaik." Pernyataan ini menjadi kutipan yang sangat terkenal di Jepang, mencerminkan sportivitasnya. Atas insiden tersebut, ia dan Yuko Arimori, rekannya sesama alumni universitas, dianugerahi Penghargaan Fair Play Jepang. Dalam maraton putra Olimpiade Barcelona 1992, ketiga atlet Jepang, termasuk Koichi Morishita (peraih medali perak) dan Takeyuki Nakayama (posisi keempat), berhasil finis di delapan besar.
Meskipun Taniguchi tidak lagi memenangkan maraton penuh setelah Olimpiade Barcelona, ia terus menunjukkan performa yang konsisten. Ia berpartisipasi di Maraton Boston 1993 (4th), Maraton Rotterdam 1994 (4th), Maraton Danau Biwa 1995 (4th), dan Maraton Internasional Fukuoka 1995 (7th). Berdasarkan prestasinya, ia terpilih untuk Olimpiade Atlanta 1996, menjadikannya partisipasi kedua dalam Olimpiade. Ia juga mendapat kehormatan sebagai kapten tim atletik Jepang. Namun, di Atlanta, ia finis di posisi ke-19, meskipun menjadi atlet Jepang dengan posisi terbaik.
2.3. Rekor Penting
Rekor pribadi terbaik Hiromi Taniguchi untuk maraton adalah 2 jam 7 menit 40 detik, yang dicapainya di Maraton Internasional Beijing pada tahun 1988. Pada saat itu, catatan waktu ini menempatkannya di posisi ketujuh dalam sejarah atletik dunia dan posisi ke-19 dalam daftar pelari putra tercepat di Jepang.
3. Karier Pasca-Pensiun
Setelah mengumumkan pensiun dari dunia atletik profesional pada tahun 1997, Hiromi Taniguchi beralih ke jalur kepelatihan dan akademisi. Ia pertama kali menjadi pelatih tim atletik Asahi Kasei pada tahun yang sama, dan kemudian dipromosikan menjadi pelatih kepala pada tahun 1999.
Pada tahun 2001, ia pindah ke tim atletik Oki Electric Industry (yang kemudian dibubarkan pada Maret 2009) sebagai asisten pelatih, sebelum akhirnya diangkat menjadi pelatih pada tahun 2002. Kemudian, pada April 2008, Taniguchi ditunjuk sebagai pelatih tim lari jarak jauh dan ekiden Tokyo Electric Power Company (TEPCO). Di bawah kepemimpinannya, tim tersebut berhasil lolos ke Kejuaraan Ekiden Perusahaan Seluruh Jepang (New Year Ekiden) untuk pertama kalinya pada tahun 2009. Ia menjabat posisi ini hingga September 2010.
Pada 1 April 2011, Taniguchi mengambil peran sebagai asisten pelatih tim atletik di Tokyo University of Agriculture, sekaligus menjadi lektor kepala di Fakultas Informasi Pangan dan Pertanian Internasional di universitas yang sama. Ia menjabat posisi ini hingga Januari 2012. Sejak 1 Agustus 2017, Hiromi Taniguchi memegang posisi sebagai profesor khusus di Universitas Miyazaki.
4. Publikasi dan Dampak Budaya
Hiromi Taniguchi juga dikenal sebagai penulis. Ia menerbitkan sebuah buku berjudul 雑草のごとく 転んでも踏まれても立ち上がれ!Zassou no Gotoku Korondemo Fumaretemo Tachiagare!Bahasa Jepang yang berarti "Seperti Rumput Liar: Bangunlah Meski Terjatuh dan Terinjak!". Buku ini diterbitkan oleh Shuppan Geijutsusha pada Desember 1992 (ISBN 978-4882930488).
Selain itu, ia juga memiliki "lagu tema" atau "lagu citra" yang didedikasikan untuknya. Pada 23 April 2022, sebuah lagu berjudul 希望のひと ~「コケちゃいました! 」谷口浩美イメージソング~Kibou no Hito ~ "Kokeccha Imashita!" Hiromi Taniguchi Image Song~Bahasa Jepang dirilis secara digital oleh Shuhei Toyama melalui Merrow Records. Lirik lagu ini ditulis oleh Kaori Morishita, musik oleh Shuhei Toyama, dan aransemen oleh Hideya Matoba. Lagu ini secara khusus mengacu pada kutipan terkenalnya "Kokeccha imashita!" yang ia ucapkan setelah insiden terjatuh di Olimpiade Barcelona.
5. Prestasi Utama
Berikut adalah ringkasan prestasi utama Hiromi Taniguchi sepanjang karier atletiknya:
5.1. Ekiden
Tahun | Kompetisi | Seksi | Posisi Seksi | Waktu Seksi |
---|---|---|---|---|
1976 | Kejuaraan Ekiden Sekolah Menengah Atas Nasional ke-27 | 3 | 14 | 25 menit 58 detik |
1977 | Kejuaraan Ekiden Sekolah Menengah Atas Nasional ke-28 | 3 | 2 | 25 menit 04 detik |
1978 | Kejuaraan Ekiden Sekolah Menengah Atas Nasional ke-29 | 1 | 2 | 30 menit 34 detik (sama dengan posisi 1) |
1981 | Ekiden Hakone ke-57 | 6 | 1 | 59 menit 33 detik |
1982 | Ekiden Hakone ke-58 | 6 | 1 | 58 menit 04 detik (rekor seksi saat itu) |
1983 | Ekiden Hakone ke-59 | 6 | 1 | 57 menit 47 detik (rekor seksi saat itu) |
5.2. Maraton
Tahun | Kompetisi | Lokasi | Waktu | Posisi | Catatan |
---|---|---|---|---|---|
1985 | Maraton Beppu-Ōita | Beppu-Ōita, Jepang | 2:13:16 | 1st | |
1985 | Maraton Internasional Fukuoka | Fukuoka, Jepang | 2:10:01 | 2nd | |
1986 | Maraton Internasional Tokyo | Tokyo, Jepang | 2:11:42 | 7th | |
1986 | Pesta Olahraga Asia | Seoul, Korea Selatan | 2:10:08 | 2nd | |
1987 | Maraton Internasional Tokyo | Tokyo, Jepang | 2:10:06 | 1st | |
1987 | Maraton London | London, Britania Raya | 2:09:50 | 1st | |
1987 | Maraton Internasional Fukuoka | Fukuoka, Jepang | 2:12:14 | 6th | |
1988 | Maraton Internasional Tokyo | Tokyo, Jepang | 2:13:16 | 9th | |
1988 | Maraton Internasional Beijing | Beijing, Tiongkok | 2:07:40 | 2nd | Rekor pribadi terbaik, peringkat ke-7 dunia saat itu |
1989 | Maraton Internasional Tokyo | Tokyo, Jepang | 2:09:34 | 1st | |
1989 | Maraton Hokkaido | Sapporo, Jepang | 2:13:16 | 1st | Rekor turnamen saat itu |
1990 | Maraton Rotterdam | Rotterdam, Belanda | 2:10:56 | 1st | |
1991 | Maraton Internasional Tokyo | Tokyo, Jepang | 2:11:55 | 9th | |
1991 | Kejuaraan Dunia Atletik | Tokyo, Jepang | 2:14:57 | 1st | Medali emas pertama bagi atlet Jepang di Kejuaraan Dunia |
1992 | Olimpiade Barcelona | Barcelona, Spanyol | 2:14:42 | 8th | Ketiga perwakilan putra Jepang meraih posisi delapan besar |
1993 | Maraton Boston | Boston, Amerika Serikat | 2:11:02 | 4th | |
1994 | Maraton Rotterdam | Rotterdam, Belanda | 2:10:46 | 4th | |
1995 | Maraton Danau Biwa | Ōtsu, Jepang | 2:11:51 | 4th | |
1995 | Maraton Internasional Fukuoka | Fukuoka, Jepang | 2:10:42 | 7th | |
1996 | Olimpiade Atlanta | Atlanta, Amerika Serikat | 2:17:26 | 19th | |
1997 | Maraton Internasional Tokyo | Tokyo, Jepang | 2:11:26 | 4th |
6. Warisan dan Penilaian
Hiromi Taniguchi memegang posisi yang unik dalam sejarah atletik Jepang, terutama sebagai satu-satunya pelari putra Jepang yang berhasil memenangkan medali emas dalam maraton di Kejuaraan Dunia Atletik. Pencapaiannya di Tokyo pada tahun 1991 adalah tonggak sejarah yang mengukuhkan namanya sebagai salah satu atlet terhebat di negaranya.
Selain prestasinya yang luar biasa, Taniguchi juga dikenal luas atas karakter dan semangat fair play-nya. Insiden terjatuhnya di Olimpiade Barcelona 1992 dan responsnya yang tenang dan sportif, dengan kutipan "Saya tersandung di tengah jalan" (コケちゃいましたBahasa Jepang), menjadi momen ikonik yang melekat dalam ingatan publik Jepang. Sikapnya yang rendah hati dan tidak menyalahkan orang lain, bahkan dalam menghadapi kemalangan besar, membuatnya dihormati dan dianugerahi Penghargaan Fair Play Jepang bersama dengan Yuko Arimori. Warisan Hiromi Taniguchi tidak hanya terletak pada medali emasnya, tetapi juga pada semangat ketahanan dan sportivitas yang ia tunjukkan sepanjang karier, menjadi inspirasi bagi banyak atlet dan masyarakat.