1. Overview
Hugh dari Cluny (13 Mei 1024 - 28 April 1109), kadang-kadang dikenal sebagai Hugh Agung atau Hugh dari Semur, adalah seorang Abbas Cluny dari tahun 1049 hingga kematiannya. Ia merupakan salah satu pemimpin monastik paling berpengaruh pada Abad Pertengahan, yang dikenal atas perannya dalam memperluas Ordo Cluny, memimpin pembangunan Basilika Ketiga Cluny yang megah, dan berpartisipasi aktif dalam urusan politik serta diplomatik Gereja Katolik. Artikel ini akan mengulas kehidupannya, pencapaian utamanya, pengaruh politik, dan warisan historisnya.
2. Biografi
Hugh dari Cluny berasal dari salah satu keluarga bangsawan terkemuka di Bourgogne, Prancis. Biografi Hugh mencakup perjalanan hidupnya dari masa kecilnya hingga ia menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di zamannya, ditandai dengan pendidikan yang mendalam, dedikasi pada kehidupan monastik, dan kepemimpinannya yang cemerlang sebagai abbas.
2.1. Kelahiran dan Masa Kecil
Hugh lahir pada 13 Mei 1024, sebagai putra sulung dari Dalmas I dari Semur, seorang Seigneur, dan Aremberge dari Vergy, yang merupakan putri dari Henry I, Adipati Bourgogne. Meskipun ayahnya berkeinginan agar ia menjadi seorang ksatria, Hugh menunjukkan ketidaksukaan yang jelas terhadap kehidupan militer. Karena itu, ia dipercayakan kepada paman buyutnya, Hugh, Uskup Auxerre, untuk mempersiapkan diri bagi kehidupan gerejawi.
2.2. Pendidikan dan Masuk Kehidupan Monastik
Di bawah perlindungan Uskup Hugh dari Auxerre, Hugh menerima pendidikan awalnya di sekolah biara yang terhubung dengan Priorat St. Marcellus. Pada tahun 1037, ia memasuki Biara Saint-Marcel di Chalon. Pada usia empat belas tahun, ia memasuki novisiat di Biara Cluny dan pada usia lima belas tahun, ia mengucapkan kaul monastiknya. Kemudian, ia diangkat menjadi Prior di sana. Pada tahun 1044, ia ditahbiskan sebagai imam di biara yang sama.
2.3. Penunjukan sebagai Abbas dan Kegiatan Awal
Pada tahun 1048, Prior Hugh mendampingi Bruno dari Egisheim-Dagsburg, yang kemudian terpilih sebagai Paus Leo IX, dalam perjalanannya ke Roma. Pada tahun berikutnya, 1049, Prior Hugh terpilih sebagai Abbas Cluny, menggantikan Odilo dari Cluny. Ia menjadi abbas pada usia dua puluh empat tahun dan memegang jabatan ini selama lebih dari enam puluh tahun. Pada tahun yang sama, ia menghadiri Konsili Reims. Pada tahun 1050, 1059, dan 1063, ia juga menghadiri konsili-konsili provinsi di Roma. Pada tahun 1054, ia berpartisipasi dalam Konsili Tours. Pada Maret 1058, ia berada di Firenze, mendampingi Paus Stefanus IX di ranjang kematiannya. Pada tahun 1072, ia juga menghadiri Parlemen Worms.
3. Pencapaian dan Kegiatan Utama
Sebagai abbas, Hugh dari Cluny memimpin Biara Cluny pada puncak kejayaannya, dan mencapai banyak pencapaian signifikan yang memperkuat posisi dan pengaruh ordo monastik tersebut di seluruh Eropa.
3.1. Pembangunan Basilika Ketiga Cluny

Selama masa jabatannya sebagai abbas, Hugh bertanggung jawab atas pembangunan Basilika Ketiga Cluny, sebuah proyek arsitektur monumental yang menjadi struktur terbesar di Eropa selama berabad-abad. Pembangunan ini dibiayai oleh dana besar yang berasal dari Fernando I dari León, yang pada periode 1053 hingga 1065 memberlakukan sensus tahunan khusus untuk mendukung biara. Dana ini kemudian dikonfirmasi kembali oleh Alfonso VI dari León dan Kastilia pada tahun 1077 dan dua kali lipat pada tahun 1090. Jumlah ini, awalnya sekitar 1.000 aurei dan kemudian berlipat ganda, merupakan jumlah dana pensiun tahunan terbesar yang pernah diterima Biara Cluny dari seorang raja.
Dengan dukungan finansial ini, Hugh memulai pembangunan Basilika Ketiga Cluny yang megah pada tahun 1088. Bangunan ini memiliki panjang 187 m, dilengkapi dengan narteks, lima navis, ruang tunggu, koor panjang dengan kapel radial, transept ganda, dan lima menara. Basilika ini tetap menjadi bangunan keagamaan terbesar di Eropa hingga pembangunan kembali Basilika Santo Petrus di Vatikan pada abad ke-16. Pada Oktober 1085, Paus Urbanus II, yang sebelumnya adalah seorang prior di Cluny di bawah kepemimpinan Hugh, mengkonsekrasikan altar utama basilika ini.
3.2. Perluasan Ordo Reformasi Cluny
Hugh juga berperan penting dalam perluasan dan penyebaran semangat reformasi Ordo Cluny. Pada tahun 1089, ia mendirikan Priorat St. Pancras di Lewes, yang menjadi rumah Cluniac pertama di Inggris. Kontribusi lainnya adalah penerimaan Biara Saint Bertin di Flandria, yang diberikan kepada Hugh oleh Klementia dari Bourgogne setelah pernikahannya. Tindakan ini secara signifikan memperluas kehadiran Ordo Cluny ke utara Sungai Loire dan memulai reformasi monastik di wilayah Flandria. Selain itu, pada tahun 1079, Raja Philip I dari Prancis menyerahkan Biara Saint-Martin-des-Champs di Paris kepada Biara Cluny, semakin memperkuat pengaruhnya.
4. Pengaruh Politik dan Aktivitas Diplomatik
Hugh dari Cluny tidak hanya seorang pemimpin rohani, tetapi juga tokoh sentral dalam arena politik dan diplomatik pada Abad Pertengahan, menjalin hubungan dengan penguasa sekuler dan gerejawi.
4.1. Hubungan dengan Kerajaan dan Kepausan

Hubungan Hugh dengan raja-raja seperti Fernando I dari León dan Alfonso VI dari León dan Kastilia sangat berpengaruh, termasuk dalam pembebasan Alfonso dari penjara saudaranya, Sancho II dari Kastilia dan León. Sebagai bapa baptis dari Kaisar Henry IV, Hugh memainkan peran sebagai mediator penting dalam konflik antara Paus Gregorius VII dan Henry IV selama Kontroversi Penobatan (Perang Penobatan). Meskipun upaya mediasi ini, yang terkenal dengan peristiwa Penghinaan Canossa, pada akhirnya tidak berhasil sepenuhnya, perannya menyoroti pengaruhnya yang besar di antara kekuatan-kekuatan Eropa. Pengaruhnya terhadap Paus Urbanus II, yang pernah menjadi prior di Cluny di bawah kepemimpinan Hugh, menjadikannya salah satu tokoh paling kuat dan berpengaruh pada akhir abad ke-11.
4.2. Kontribusi Diplomatik
Di samping perannya sebagai mediator, Hugh juga seorang diplomat aktif yang mewakili kepentingan Gereja. Ia melakukan berbagai misi diplomatik ke berbagai wilayah, termasuk Jerman dan Hongaria, untuk menyelesaikan perselisihan dan memperkuat otoritas Gereja di tingkat internasional. Kehadirannya dalam acara-acara penting seperti Parlemen Worms pada tahun 1072 juga menunjukkan keterlibatannya dalam urusan kenegaraan dan gerejawi yang lebih luas.
5. Kematian
Abbas Hugh dari Cluny meninggal dunia pada malam Senin Paskah, 28 April 1109, di Kapel Bunda Maria di Cluny. Pada saat kematiannya, ia berusia 85 tahun.
6. Warisan dan Penilaian
Warisan Hugh dari Cluny sangat luas, mencakup kanonisasi dirinya, dampak jangka panjang terhadap Gereja dan monastisisme, serta nasib reliknya yang tragis.
6.1. Kanonisasi dan Penghormatan
Setelah kematiannya, Hugh dihormati sebagai seorang santo oleh Gereja Katolik. Pada 6 Januari 1120, Paus Kallistus II melakukan kunjungan ke Cluny dan, atas permintaan para biarawan, secara resmi mengkanonisasikan Hugh sebagai santo. Hari perayaannya ditetapkan pada 29 April. Dalam Roman Martyrology, ia digambarkan sebagai seorang abbas yang "selama 61 tahun dengan bijak memerintah biara Cluny, selalu tekun dalam sedekah dan doa, penjaga disiplin monastik, pendorongnya yang giat, pengelola Gereja suci yang bersemangat, dan seorang penginjil". Seorang biarawan bernama Gilles dari Paris, yang kemudian menjadi Kardinal dari Frascati, menulis biografi Hugh yang berjudul Vie de Saint-Hugues (Kehidupan Santo Hugh).
6.2. Penilaian Historis dan Dampak
Hugh dari Cluny meninggalkan dampak yang mendalam pada Gereja dan sistem monastik pada Abad Pertengahan. Di bawah kepemimpinannya, Ordo Cluny mencapai puncak kemuliaannya, tidak hanya dalam hal pembangunan fisik dan perluasan jumlah biara, tetapi juga dalam hal reformasi spiritual dan pengaruh politik. Ia mengkonsolidasikan Ordo Cluny sebagai kekuatan moral dan intelektual utama di Eropa, mendorong disiplin monastik dan memajukan pendidikan. Pembangunan Basilika Ketiga Cluny juga menjadi simbol kekuatan dan prestise ordo tersebut. Kontribusinya membantu membentuk lanskap agama dan politik Eropa selama periode penting dalam sejarah Gereja.
6.3. Relik dan Nasibnya
Meskipun Hugh dihormati sebagai santo, nasib reliknya cukup tragis. Pada tahun 1562, Biara Cluny dijarah oleh kaum Huguenots, dan relik-relik Hugh beserta para santo lainnya dihancurkan atau dijarah. Beberapa catatan menyebutkan bahwa tubuh Hugh dan relik para santo lainnya dibakar, dan abunya disebarkan ke angin, menghapus jejak fisik dari peninggalan suci ini. Peristiwa ini terjadi lagi pada tahun 1575.