1. Gambaran Umum
Jiro Watanabe (渡辺二郎Watanabe JirōBahasa Jepang, lahir 16 Maret 1955) adalah seorang mantan petinju profesional Jepang yang dikenal karena karir tinjunya yang cemerlang serta kehidupan pasca-pensiun yang penuh kontroversi hukum. Ia tercatat sebagai salah satu juara dunia pertama di divisi kelas terbang super (atau disebut juga kelas bantam junior), sebuah divisi yang relatif baru saat ia meraih gelar. Watanabe, yang memiliki tinggi 165 cm dan jangkauan 170 cm, mengukir namanya dalam sejarah tinju dengan memegang gelar juara dunia WBA dan WBC di divisi tersebut. Setelah pensiun dari tinju, ia terlibat dalam berbagai kegiatan bisnis dan publik, namun kemudian menghadapi serangkaian masalah hukum serius, termasuk dakwaan pemerasan, kepemilikan senjata api, dan dugaan keterlibatan dengan organisasi Yakuza, yang sangat mempengaruhi citra dan statusnya di dunia tinju.
2. Masa Muda dan Karier Amatir
Jiro Watanabe lahir pada 16 Maret 1955 di Yakage, Distrik Oda, Prefektur Okayama, Jepang. Namun, ia tumbuh besar di Prefektur Osaka. Sejak muda, Watanabe menunjukkan minat pada seni bela diri dan olahraga. Ia menempuh pendidikan di SMA Nami Sho (sekarang SMA dan SMP Osaka Taiiku Daigaku Namisho) dan kemudian melanjutkan studi di Departemen Sastra Inggris-Amerika, Fakultas Sastra, Universitas Otemon Gakuin.
Selama masa sekolahnya, Watanabe aktif dalam berbagai kegiatan olahraga. Di SMA, ia merupakan anggota klub renang. Di universitas, ia bergabung dengan klub Kenpo Jepang, di mana ia menunjukkan bakat luar biasa dan bahkan berhasil meraih peringkat keempat dalam Kejuaraan Dunia Kenpo. Setelah lulus kuliah, Watanabe mulai beralih fokus ke tinju, khususnya tinju berbasis berat badan, dan mendaftar sebagai petinju amatir di Osaka Teiken Gym. Dengan rekor amatir yang mengesankan, yaitu empat kemenangan tanpa kekalahan dalam empat pertandingan, ia kemudian memutuskan untuk beralih ke jalur profesional.
3. Karier Tinju Profesional
Jiro Watanabe memulai perjalanan profesionalnya sebagai petinju pada tahun 1979 dan dengan cepat menaiki tangga peringkat tinju dunia, meraih gelar juara dunia di dua organisasi besar. Karirnya ditandai dengan gaya bertarung yang cerdas dan serangkaian kemenangan penting.
3.1. Pertandingan Awal
Watanabe membuat debut profesionalnya pada 27 Maret 1979, meraih kemenangan knockout (KO) di ronde ketiga atas Keizo Miyazaki dalam pertarungan yang diselenggarakan di kota kelahirannya, Okayama. Setelah debut yang sukses ini, ia mencatatkan tiga kemenangan KO lagi, termasuk dua di ronde pertama melawan Noboru Iishi. Meskipun pertarungan ulangnya dengan Iishi memberikan tantangan yang lebih berat, Watanabe tetap keluar sebagai pemenang dengan KO di ronde keenam.
Kemenangan KO beruntun terus berlanjut, termasuk dua di ronde pertama, salah satunya melawan Koji Kobayashi, yang kemudian menjadi juara dunia kelas terbang WBC dan merupakan saudara dari mantan juara dunia Royal Kobayashi. Watanabe pertama kali harus bertarung hingga ronde penuh saat menghadapi Jin-Hyun Chun di Nagoya, di mana ia memenangkan keputusan enam ronde. Setelah dua kemenangan keputusan lagi, Watanabe terbang ke Korea Selatan untuk menghadapi tantangan gelar dunia pertamanya pada 22 April 1981, melawan juara dunia kelas terbang super WBC, Kim Chul-ho dari Korea Selatan. Namun, dalam pertarungan 15 ronde yang ketat, Watanabe kalah dengan keputusan angka. Kembali ke Jepang, ia mengakhiri tahun 1981 dengan empat kemenangan beruntun, tiga di antaranya dengan KO. Salah satu lawan yang ia kalahkan adalah Tito Abella, yang pada saat itu berada di peringkat satu penantang kelas terbang super dunia, dikalahkan dengan KO di ronde keempat.
3.2. Kejuaraan Kelas Terbang Super WBA
Pada 8 April 1982, Jiro Watanabe mendapatkan kesempatan kedua untuk merebut gelar juara dunia. Di Osaka, ia menantang juara dunia kelas terbang super WBA, Rafael Pedroza dari Panama, yang merupakan sepupu dari Eusebio Pedroza. Watanabe memenangkan pertarungan 15 ronde tersebut dengan keputusan mutlak, dan resmi menjadi juara dunia WBA.
Watanabe berhasil mempertahankan gelarnya sebanyak enam kali. Pertahanan pertamanya adalah melawan Gustavo Ballas dari Argentina, yang ia kalahkan dengan penghentian wasit (RTD) di ronde kesembilan pada 29 Juli 1982. Selanjutnya, ia menghadapi mantan juara dunia dua kali, Shoji Oguma, pada 11 November 1982, mengalahkannya dengan KO di ronde ke-12. Tahun 1983 menjadi tahun yang sibuk bagi Watanabe, di mana ia mempertahankan gelar tiga kali: mengalahkan Luis Ibañez dengan KO di ronde kedelapan, Roberto Ramirez dari Meksiko dengan keputusan 15 ronde, dan Soon-Chun Kwon dengan keputusan teknis di ronde ke-11. Pertarungan melawan Kwon menjadi kontroversial; meskipun Watanabe telah unggul poin signifikan, tabrakan kepala di ronde ke-10 menyebabkan luka parah di kepala Watanabe. Dokter menghentikan pertarungan di ronde ke-11, namun karena luka tersebut disebabkan oleh tabrakan kepala yang tidak disengaja, pertarungan diserahkan ke kartu penilaian, dan Watanabe dinyatakan sebagai pemenang. Pada 15 Maret 1984, ia mengalahkan penantang asal Venezuela, Celso Chavez, dengan TKO di ronde ke-15, menandai pertahanan gelar WBA keenamnya.
3.3. Kejuaraan Kelas Terbang Super WBC dan Unifikasi
Pada 5 Juli 1984, Jiro Watanabe berencana untuk menghadapi juara dunia kelas terbang super WBC, Payao Poontarat dari Thailand, dalam upaya untuk menyatukan gelar. Namun, WBA tidak menyetujui pertarungan unifikasi tersebut karena perbedaan aturan (WBA menggunakan 15 ronde, sementara WBC menggunakan 12 ronde) dan Watanabe menolak untuk mempertahankan gelar melawan penantang nomor satu mereka, Khaosai Galaxy. Akibatnya, WBA melucuti gelar Watanabe segera setelah pertarungan melawan Poontarat dimulai. Meskipun demikian, Watanabe berhasil mengalahkan Poontarat dengan keputusan terpisah 12 ronde, sehingga ia berhasil meraih gelar WBC. Dengan demikian, ia secara singkat memegang kedua gelar WBA dan WBC sebelum dilucuti oleh WBA. Peristiwa ini juga menjadikannya juara lineal pertama di divisi tersebut.
Meskipun Watanabe memenangkan gelar WBC, pertarungan melawan Poontarat pertama dinilai kontroversial, dengan keputusan yang tipis 2-1 untuk Watanabe, bahkan Watanabe sendiri mengakui bahwa Poontarat lebih unggul dalam aspek tinju. Payao mengajukan banding atas keputusan tersebut. Pada 29 November 1984, Watanabe dan Payao Poontarat kembali bertemu dalam pertarungan ulang untuk mempertahankan gelar WBC. Kali ini, Watanabe tampil dominan, mengalahkan mantan juara dunia itu dengan TKO di ronde ke-11, mengakhiri persaingan di antara mereka.
Watanabe berhasil mempertahankan gelar WBC-nya sebanyak empat kali. Selain kemenangan TKO atas Poontarat, ia mengalahkan Julio Soto Solano dengan keputusan 12 ronde pada 9 Mei 1985. Kemudian, ia menang KO atas Katsuo Katsuma di ronde ketujuh pada 17 September 1985. Pada 13 Desember 1985, dalam pertahanan gelar keempatnya, ia mengalahkan Yoon Suk-hwan dengan KO di ronde kelima di Daegu, Korea Selatan, setelah menjatuhkan lawannya enam kali. Kemenangan ini menjadikannya petinju Jepang pertama yang berhasil mempertahankan gelar juara dunia di luar negeri. Selama periode ini, Watanabe mencatatkan 12 kemenangan berturut-turut dalam pertarungan gelar dunia, sebuah rekor yang hanya dilampaui oleh Yoko Gushiken dengan 14 kemenangan berturut-turut di Jepang.
3.4. Pensiun dari Tinju
Pada 30 Maret 1986, Jiro Watanabe mempertahankan gelar WBC-nya melawan Gilberto Román dari Meksiko di Sports Centre, Itami, Jepang. Ia kalah dari Román dengan keputusan 12 ronde, kehilangan gelar juara dunia WBC-nya. Pertarungan ini menjadi yang terakhir dalam karir profesionalnya. Setelah kekalahan tersebut, Watanabe mengumumkan pengunduran dirinya dari tinju profesional. Berbeda dengan banyak petinju lain yang mencoba kembali setelah pensiun, Watanabe mampu menjauh dari godaan untuk kembali ke ring.
Meskipun tidak pernah bertarung langsung, penerus Watanabe di gelar WBA adalah Khaosai Galaxy. Galaxy kemudian memenangkan gelar yang kosong melawan Eusebio Espinal dan mencatatkan 19 kali pertahanan gelar berturut-turut di kelas terbang super sebelum pensiun, menjadi salah satu juara terlama di divisi tersebut.
Secara resmi, Watanabe mengumumkan pensiunnya pada 8 November 1991. Pada September 1992, ia mengadakan upacara pensiun di Osaka-jo Hall, sebagai bagian dari acara pra-pertarungan untuk pertahanan gelar pertama rekan sesama gymnya, Joichiro Tatsuyoshi. Pada November 1994, ia juga melakukan pertandingan ekshibisi melawan Khaosai Galaxy di Korakuen Hall, yang merupakan pertarungan yang seharusnya terjadi saat Watanabe masih menjadi juara WBA. Alasan pribadinya untuk pensiun, meskipun secara fisik masih mampu, adalah setelah melakukan sparing dengan Tatsuyoshi, ia sangat terkejut dengan bakat dan intuisi Tatsuyoshi yang luar biasa. Ia kemudian mengenang bagaimana ia membeli dan menghisap sebatang rokok di malam hari setelah pertarungan Román, dan berpikir "Ah, ini sudah berakhir," merasakan air mata mengalir di pipinya.
4. Kehidupan Setelah Pensiun dan Kontroversi Hukum
Setelah pensiun dari tinju, Jiro Watanabe beralih ke dunia bisnis dan hiburan, menjadi seorang pengusaha, komentator tinju, dan tokoh televisi. Namun, kehidupannya pasca-pensiun juga diwarnai oleh berbagai masalah hukum dan kontroversi yang signifikan, terutama terkait dengan dugaan keterlibatannya dalam kegiatan kriminal.
4.1. Aktivitas Awal
Setelah pensiun dari dunia tinju profesional, Watanabe tidak hanya mengakhiri karirnya sebagai petinju tetapi juga mengukir jalan baru sebagai seorang pengusaha, komentator tinju, dosen, dan tokoh televisi. Ia menjalankan bisnis impor di Osaka. Ia juga menulis kolom di majalah Boxing Magazine, di mana ia memberikan pandangan yang realistis dan terkadang keras mengenai dunia tinju. Dalam tulisannya, ia menyatakan bahwa "jika seseorang menyadari bahwa mereka tidak memiliki bakat sebagai petinju, mereka seharusnya tidak melakukannya. Dunia tinju adalah tempat yang lebih sulit dan kejam bagi mereka yang lemah." Ia juga berbagi metode pelatihan unik seperti "melatih ketajaman visual dengan mengamati pemandangan di luar kereta" dan etiket seperti "mengganti kaus yang basah kuyup karena keringat agar tidak membuat tidak nyaman rekan latihan lain."
4.2. Insiden Hukum dan Penangkapan
Kehidupan Watanabe setelah pensiun mulai diwarnai oleh serangkaian insiden hukum. Pada Agustus 1995, ia ditangkap atas dugaan percobaan pemerasan terkait pengembalian pinjaman dari lembaga keuangan. Ia dituduh mengancam akan memukuli debitur sampai mati. Meskipun awalnya ditangkap, ia dibebaskan dengan penangguhan tuntutan.
Pada Oktober 1999, Watanabe kembali ditangkap atas tuduhan pelanggaran Undang-Undang Pengendalian Senjata Api dan Pedang karena memberikan senapan otomatis yang digunakan dalam kasus pembunuhan kepada seorang teman. Pada Juli 2000, ia dijatuhi hukuman empat tahun enam bulan penjara dan dibebaskan pada tahun 2004.
Setelah dibebaskan, ia kembali ditangkap pada 4 Juni 2007, atas dugaan intimidasi saksi karena memaksa korban insiden penyerangan yang melibatkan seorang kenalannya untuk tidak mengajukan laporan polisi. Namun, ia dibebaskan seminggu kemudian dengan penangguhan tuntutan.
Pada 30 Juni 2007, Watanabe ditangkap dan didakwa lagi atas dugaan pemerasan, kali ini terkait dengan Kasus Penipuan Saham Tidak Terdaftar Kenji Haga, bersama dengan mantan aktor Kenji Haga dan seorang anggota Yakuza dari Yamaguchi-gumi. Meskipun ia membantah tuduhan tersebut, pada 28 November 2008, ia awalnya divonis tidak bersalah oleh Pengadilan Distrik Osaka, dengan hakim meragukan kesaksian korban. Namun, pada 17 Juni 2011, Pengadilan Tinggi Osaka membatalkan putusan tersebut dan menjatuhkan vonis dua tahun penjara. Bandingnya ditolak pada 1 April 2013, sehingga vonis dua tahun penjara tersebut menjadi final. Dalam kasus ini, seorang saksi pembela yang memberikan kesaksian yang menguntungkan bagi Watanabe dan Haga juga didakwa dengan sumpah palsu.
Pada 30 November 2012, Watanabe kembali ditangkap atas dugaan penipuan bersama seorang eksekutif senior Yamaguchi-gumi, karena menyembunyikan afiliasi mereka dengan organisasi kriminal terorganisir saat menggunakan fasilitas lapangan golf. Namun, pada 28 Desember 2012, ia dibebaskan dari tuduhan ini karena kurangnya bukti.
4.3. Dugaan Keterlibatan Yakuza dan Citra Publik
Selama persidangan kasus penipuan saham yang melibatkan Kenji Haga, dilaporkan bahwa Jiro Watanabe adalah seorang anggota dan penasihat dari Kyokushin Rengokai, sebuah faksi dalam Yamaguchi-gumi, salah satu organisasi Yakuza terbesar di Jepang. Meskipun Kyokushin Rengokai dibubarkan pada tahun 2019, keberadaan Watanabe saat ini tidak diketahui publik.
Dugaan kuat keterlibatannya dengan Yakuza memiliki dampak besar pada citra publiknya dan statusnya di dunia tinju. Pada 27 Juli 2007, setelah penangkapannya terkait kasus pemerasan dengan Kenji Haga, Komisi Tinju Jepang (JBC) melarang Watanabe untuk selamanya dari semua kegiatan terkait tinju, termasuk mencabut lisensinya dan menempatkannya dalam daftar hitam mantan juara dunia. Ini secara efektif merupakan pengusiran permanen dari dunia tinju.
Pada tahun 2011, nama Watanabe kembali menjadi berita utama dalam kontroversi pensiun mendadak selebriti Shimada Shinsuke. Dilaporkan bahwa pesan-pesan yang menjadi penyebab pengunduran diri Shimada terkait dengan Jiro Watanabe.
4.4. Gugatan Pencemaran Nama Baik
Pada 4 Februari 2016, Jiro Watanabe mengajukan gugatan pencemaran nama baik sebesar 10.00 M JPY terhadap perusahaan media TV Asahi. Gugatan ini terkait dengan laporan yang disiarkan di program berita 'Hodo Station' pada hari yang sama, di mana seorang mantan detektif memberikan kesaksian yang secara implisit menghubungkan Watanabe dengan mantan pemain bisbol Kazuhiro Kiyohara dan dugaan pengenalan anggota Yakuza.
Pada 29 Juni 2017, Pengadilan Distrik Osaka memutuskan bahwa laporan TV Asahi memang mencemarkan nama baik Watanabe. Pengadilan menyatakan bahwa "tidak sulit bagi pemirsa untuk mengasosiasikan Watanabe dengan laporan tersebut, mengingat latar belakangnya di masa lalu," dan memerintahkan TV Asahi untuk membayar ganti rugi sebesar 1.50 M JPY kepada Watanabe.
5. Gaya Bertinju dan Anecdote
Gaya bertinju Jiro Watanabe dikenal dengan julukan "komputer bertarung" karena pendekatan strategis dan cerdasnya di atas ring. Ia adalah seorang southpaw yang dikonversi, yang berarti ia aslinya dominan tangan kanan tetapi bertarung dengan gaya kidal. Ia memiliki kemampuan analisis yang tinggi terhadap lawan dan pertarungan, memungkinkan dirinya untuk bergerak dan bereaksi dengan presisi. Meskipun efektif, gaya ini terkadang dianggap kurang spektakuler dan kurang memancing kegembiraan penonton karena cenderung tidak menghasilkan pertarungan yang penuh baku hantam.
Setelah pensiun, Watanabe menulis kolom di majalah Boxing Magazine, di mana ia berbagi pandangan dan anekdot yang menarik dari karir dan kehidupannya. Ia seringkali memberikan nasihat yang pragmatis dan jujur, bahkan kadang-kadang keras, kepada calon petinju. Misalnya, ia pernah menyatakan bahwa "jika Anda menyadari tidak memiliki bakat sebagai petinju, Anda tidak boleh melakukannya. Dunia tinju lebih sulit dan kejam bagi yang lemah." Ia juga mengajarkan metode pelatihan unik, seperti "melatih penglihatan dinamis dengan melihat pemandangan di luar kereta api" dan menekankan pentingnya etiket seperti "mengganti kaus yang basah kuyup karena keringat agar tidak membuat tidak nyaman rekan latihan lain."
Salah satu anekdot terkenal tentang Watanabe adalah kritiknya terhadap Fighting Harada, juara dunia Jepang legendaris lainnya. Ketika Harada berbicara tentang bagaimana ia harus menurunkan berat badan belasan kilogram untuk pertarungan, Watanabe menyatakan bahwa "menambah berat badan sebanyak itu adalah tanda kurangnya kontrol diri. Itu bukan sesuatu untuk dibanggakan, melainkan sesuatu yang harus dimalukan."
Meskipun secara fisik masih mampu setelah kekalahannya dari Román, Watanabe memutuskan untuk pensiun karena pengalaman sparring dengan Joichiro Tatsuyoshi, seorang petinju muda di gym yang sama. Ia sangat terkesan dengan bakat dan intuisi alami Tatsuyoshi, yang membuatnya menyadari bahwa sudah waktunya untuk mengakhiri karirnya. Watanabe, yang tidak pernah merokok selama karir tinjunya, kemudian mengenang momen setelah kekalahannya ketika ia melihat mesin penjual rokok di malam hari, membeli sebatang, menghisapnya, dan bergumam, "Ah, ini sudah berakhir," sambil meneteskan air mata.
6. Penilaian dan Dampak
Jiro Watanabe meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di dunia tinju Jepang, baik melalui prestasi luar biasanya maupun kontroversi yang mengiringi kehidupannya.
6.1. Prestasi Tinju
Sebagai salah satu juara dunia pertama di divisi kelas terbang super, Watanabe memainkan peran penting dalam mempopulerkan kategori berat badan tersebut. Ia dikenal sebagai petinju dengan teknik dan strategi yang unggul, yang membuatnya dijuluki "komputer bertarung". Prestasinya yang paling menonjol adalah kemampuannya meraih dan mempertahankan dua gelar juara dunia, WBA dan WBC, serta menjadi juara lineal pertama di divisinya.
Salah satu catatan gemilang dalam karirnya adalah 12 kemenangan berturut-turut dalam pertarungan gelar dunia, sebuah pencapaian yang menempatkannya di posisi kedua dalam sejarah tinju Jepang, hanya di bawah rekor 14 kemenangan berturut-turut milik Yoko Gushiken. Watanabe juga mencetak sejarah sebagai petinju Jepang pertama yang berhasil mempertahankan gelar juara dunia di luar negeri, menunjukkan keberanian dan dominasinya di arena internasional. Kemampuannya untuk mengalahkan lawan-lawan tangguh dan mempertahankan gelar dalam beberapa kesempatan menegaskan statusnya sebagai salah satu petinju Jepang terhebat di eranya.
6.2. Kritik dan Kontroversi
Meskipun prestasinya di atas ring tak terbantahkan, citra Jiro Watanabe di mata publik dan komunitas tinju sangat ternoda oleh serangkaian masalah hukum dan dugaan keterlibatannya dengan Yakuza. Penangkapan atas tuduhan pemerasan, kepemilikan senjata api, dan penipuan saham tidak hanya merusak reputasinya tetapi juga menyebabkan pengusiran permanennya dari dunia tinju oleh Komisi Tinju Jepang.
Keterlibatannya dalam kasus-kasus kriminal dan afiliasinya dengan organisasi Yamaguchi-gumi secara signifikan mengurangi apresiasi publik terhadap pencapaian tinjunya. Meskipun ia memenangkan gugatan pencemaran nama baik terkait laporan media, fakta bahwa ia menghadapi banyak dakwaan dan hukuman penjara menimbulkan pertanyaan serius tentang perilakunya di luar ring. Kontroversi ini menjadi pengingat yang menyakitkan tentang potensi bahaya ketika seorang tokoh olahraga terkenal terlibat dalam kegiatan di luar jalur hukum, dan bagaimana hal tersebut dapat menutupi warisan karir yang gemilang.
7. Catatan Tinju Profesional
Berikut adalah catatan lengkap pertandingan tinju profesional Jiro Watanabe:
No. | Hasil | Rekor | Lawan | Tipe | Ronde, waktu | Tanggal | Lokasi | Catatan |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
28 | Kalah | 26-2 | Gilberto Román | UD | 12 | 30 Maret 1986 | Sports Centre, Itami, Jepang | Kehilangan gelar kelas terbang super WBC |
27 | Menang | 26-1 | Suk Hwan Yun | TKO | 5 (12), 2:34 | 13 Desember 1985 | Stadion Kota, Daegu, Korea Selatan | Mempertahankan gelar kelas terbang super WBC |
26 | Menang | 25-1 | Kazou Katsuma | TKO | 12 (12), 1:26 | 17 September 1985 | Osaka-Jo Hall, Osaka, Jepang | Mempertahankan gelar kelas terbang super WBC |
25 | Menang | 24-1 | Julio Soto Solano | UD | 12 | 9 Mei 1985 | Korakuen Hall, Jepang | Mempertahankan gelar kelas terbang super WBC |
24 | Menang | 23-1 | Payao Poontarat | TKO | 11 (12), 1:54 | 29 November 1984 | Prefectural Gymnasium, Kumamoto, Jepang | Mempertahankan gelar kelas terbang super WBC |
23 | Menang | 22-1 | Payao Poontarat | SD | 12 | 5 Juli 1984 | Osaka-Jo Hall, Osaka, Jepang | Meraih gelar kelas terbang super WBC |
22 | Menang | 21-1 | Celso Chavez | TKO | 15 (15) | 15 Maret 1984 | Osaka-Jo Hall, Osaka, Jepang | Mempertahankan gelar kelas terbang super WBA |
21 | Menang | 20-1 | Soon Chun Kwon | TD | 11 (12), 3:00 | 6 Oktober 1983 | Prefectural Gymnasium, Osaka, Jepang | Mempertahankan gelar kelas terbang super WBA |
20 | Menang | 19-1 | Roberto Ramirez | MD | 15 | 23 Juni 1983 | Miyagi Sports Center, Sendai, Jepang | Mempertahankan gelar kelas terbang super WBA |
19 | Menang | 18-1 | Luis Ibanez | KO | 8 (15), 1:22 | 14 Februari 1983 | Municipal Gym, Tsu, Jepang | Mempertahankan gelar kelas terbang super WBA |
18 | Menang | 17-1 | Shoji Oguma | TKO | 12 (15) | 11 November 1982 | City Gymnasium, Hamamatsu, Jepang | Mempertahankan gelar kelas terbang super WBA |
17 | Menang | 16-1 | Gustavo Ballas | RTD | 9 (15), 3:00 | 29 Juli 1982 | Prefectural Gymnasium, Osaka, Jepang | Mempertahankan gelar kelas terbang super WBA |
16 | Menang | 15-1 | Rafael Pedroza | UD | 15 | 8 April 1982 | Prefectural Gymnasium, Osaka, Jepang | Meraih gelar kelas terbang super WBA |
15 | Menang | 14-1 | Tito Abella | KO | 4 (10), 1:46 | 25 November 1981 | Prefectural Gymnasium, Osaka, Jepang | |
14 | Menang | 13-1 | Ali Baba Lukklongyan | KO | 5 (10), 2:25 | 10 Oktober 1981 | Korakuen Hall, Jepang | |
13 | Menang | 12-1 | Kwang Suk Lee | UD | 10 | 9 Agustus 1981 | Korakuen Hall, Jepang | |
12 | Menang | 11-1 | Berlin Olivetti | KO | 2 (10), 2:22 | 29 Juni 1981 | Prefectural Gymnasium, Osaka, Jepang | |
11 | Kalah | 10-1 | Chul Ho Kim | UD | 15 | 22 April 1981 | Changchung Gymnasium, Seoul, Korea Selatan | Untuk gelar kelas terbang super WBC |
10 | Menang | 10-0 | Phaktai Lipovitan | PTS | 10 | 15 Desember 1980 | Prefectural Gymnasium, Osaka, Jepang | |
9 | Menang | 9-0 | Chakhtep Chuwatana | PTS | 10 | 2 September 1980 | Korakuen Hall, Jepang | |
8 | Menang | 8-0 | Jin Hyun Chan | PTS | 6 | 14 Juni 1980 | Aichi Prefectural Gym, Nagoya, Jepang | |
7 | Menang | 7-0 | Koji Kobayashi | KO | 1 (6), 2:15 | 21 Februari 1980 | Prefectural Gymnasium, Osaka, Jepang | |
6 | Menang | 6-0 | Yoshihiko Kawahira | KO | 4 (6), 1:47 | 19 Januari 1980 | City Gymnasium, Yokkaichi, Jepang | |
5 | Menang | 5-0 | Shinji Takagi | KO | 1 (6), 1:46 | 1 Desember 1979 | Budokan, Okayama City, Jepang | |
4 | Menang | 4-0 | Noboru Ishii | KO | 6 (6), 2:16 | 1 November 1979 | Prefectural Gymnasium, Osaka, Jepang | |
3 | Menang | 3-0 | Noboru Ishii | KO | 1 (4), 1:25 | 28 Juli 1979 | Sakuranomiya Skating Rink, Osaka, Jepang | |
2 | Menang | 2-0 | Yoshihiko Kawahira | KO | 1 (4), 2:35 | 19 Mei 1979 | Suzuyo Gym, Shimizu, Jepang | |
1 | Menang | 1-0 | Kiezo Miyazaki | KO | 3 (4), 2:50 | 27 Maret 1979 | Budokan, Okayama City, Jepang |