1. Gambaran Umum

Kim Jae-bum (김재범Kim Jae-bumBahasa Korea) adalah seorang mantan judoka profesional asal Korea Selatan yang lahir pada 25 Januari 1985. Dikenal sebagai salah satu judoka paling dominan di kelas berat setengah menengah (81 kg), Kim Jae-bum berhasil meraih medali perak pada Olimpiade Beijing 2008 dan kemudian memenangkan medali emas pada Olimpiade London 2012. Sepanjang kariernya, ia juga menjadi juara dunia dua kali dan peraih medali emas berkali-kali di berbagai ajang bergengsi seperti Asian Games dan Kejuaraan Judo Asia.
Meskipun sering diganggu oleh cedera serius yang memengaruhi performanya, Kim Jae-bum dikenal karena ketangguhan dan gaya bertandingnya yang agresif dan tanpa henti, yang membuatnya dijuluki "Manusia Kemenangan Satu Lengan", "Harimau Korea", "Kelinci Energizer", dan "Raja Stamina". Namun, kariernya juga diwarnai oleh beberapa insiden kontroversial, termasuk kasus mengemudi dalam keadaan mabuk berulang kali dan insiden penilaian yang diperdebatkan dalam sebuah turnamen. Setelah pensiun pada tahun 2016, ia melanjutkan kariernya sebagai pelatih, meninggalkan warisan sebagai salah satu judoka terbesar Korea Selatan.
2. Kehidupan Pribadi dan Latar Belakang
Kim Jae-bum memiliki latar belakang yang membentuk identitasnya sebagai atlet dan individu, mulai dari tempat kelahirannya hingga keyakinan pribadinya.
2.1. Kelahiran dan Lingkungan Pertumbuhan
Kim Jae-bum lahir pada 25 Januari 1985, di Gimcheon, Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan. Meskipun lahir di Gimcheon, kampung halamannya adalah Seoul. Ia menempuh pendidikan tinggi di Universitas Yongin, sebuah institusi yang terkenal dengan program olahraga dan seni bela dirinya. Ia memiliki tinggi badan 182 cm.
2.2. Agama dan Julukan
Kim Jae-bum adalah seorang Kristen yang taat. Ia dikenal sering berdoa kepada Tuhan dengan mengangkat kedua tangannya sebelum dan sesudah pertandingan, mendedikasikan kemenangannya kepada Tuhan.
Selama kariernya, ia mendapatkan beberapa julukan yang mencerminkan gaya bertanding dan ketahanannya. Ia dijuluki "Manusia Kemenangan Satu Lengan" karena kemampuannya meraih kesuksesan meskipun sering kali bertanding dalam kondisi cedera. Julukan "Harimau Korea" diberikan kepadanya karena gaya bermainnya yang agresif dan statusnya yang ikonik dalam judo Korea Selatan. Selain itu, ia juga dikenal sebagai "Kelinci Energizer" berkat gaya judonya yang cepat dan tanpa henti, serta "Raja Stamina" karena kemampuannya untuk terus menyerang dan memiliki stamina yang luar biasa.
2.3. Pembebasan Wajib Militer
Pada tahun 2010, Kim Jae-bum diberikan pembebasan dari wajib militer di Korea Selatan, sebuah kewajiban bagi seluruh pria warga negara Korea Selatan. Pembebasan ini diberikan setelah ia berhasil meraih medali emas di Asian Games Guangzhou 2010, sebuah prestasi yang sering kali memberikan pengecualian wajib militer bagi atlet yang mengharumkan nama negara.
3. Karier Judo

Perjalanan karier Kim Jae-bum sebagai judoka profesional dimulai dari tingkat junior hingga mencapai puncak prestasi di panggung internasional, ditandai dengan perubahan kelas berat dan dominasinya di kelas 81 kg.
3.1. Karier Awal dan Perubahan Kelas Berat
Kim Jae-bum menunjukkan bakatnya sejak usia muda. Pada tahun 2003, ia memenangkan medali emas di Kejuaraan Judo Junior Asia di Makau pada kelas berat 66 kg. Setahun kemudian, pada tahun 2004, ia meraih medali emas di Kejuaraan Dunia Judo Junior yang diselenggarakan di Budapest, Hungaria, kali ini di kelas berat 73 kg. Ia juga memenangkan medali emas di Kejuaraan Judo Asia 2005 di Tashkent pada kelas 73 kg.
Pada awalnya, Kim Jae-bum dianggap sebagai salah satu dari "Tiga Besar" judoka Korea Selatan di kelas 73 kg, bersama dengan Lee Won-hee dan Wang Ki-chun. Namun, pada tahun 2007, ia memutuskan untuk naik kelas berat ke 81 kg untuk menghindari persaingan sengit di dalam negeri. Keputusan ini terbukti tepat, karena pada tahun 2008, ia berhasil memenangkan medali emas di Kejuaraan Judo Asia 2008 di Jeju pada kelas 81 kg.
3.2. Prestasi Turnamen Utama
Kim Jae-bum telah mengumpulkan sejumlah besar medali dan pencapaian signifikan di berbagai kompetisi judo internasional paling bergengsi.
3.2.1. Olimpiade
Kim Jae-bum berpartisipasi dalam dua edisi Olimpiade Musim Panas.
- Pada Olimpiade Beijing 2008, ia meraih medali perak di kelas 81 kg. Dalam babak penyisihan, ia mengalahkan juara Eropa 2006, Serguei Shundikov dari Belarus, dan juara Eropa 2007, Robert Krawczyk dari Polandia, dengan ippon. Ia juga mengalahkan juara Eropa 2008, João Neto dari Portugal, di perempat final, dan Guillaume Elmont dari Belanda di semifinal. Namun, di babak final, ia kalah dari juara Eropa 2005, Ole Bischof dari Jerman.
- Empat tahun kemudian, pada Olimpiade London 2012, Kim Jae-bum berhasil memenangkan medali emas di divisi 81 kg putra. Dalam pertandingan final yang sangat dinanti, ia kembali berhadapan dengan rival lamanya, Ole Bischof, dan kali ini berhasil mengalahkannya, membalas kekalahannya di Olimpiade sebelumnya. Kemenangan ini juga menandai pencapaian "Grand Slam" baginya, yang mencakup medali emas Olimpiade, Kejuaraan Dunia, Asian Games, Kejuaraan Asia, dan World Masters.
3.2.2. Kejuaraan Dunia
Kim Jae-bum memiliki rekor yang mengesankan di Kejuaraan Dunia Judo.
- Pada Kejuaraan Dunia Judo 2009 di Rotterdam, ia meraih medali perunggu di kelas 81 kg.
- Ia memenangkan medali emas pertamanya di Kejuaraan Dunia Judo 2010 yang diadakan di Tokyo, Jepang. Dalam pertandingan final, ia mengalahkan peraih dua medali Olimpiade, Leandro Guilheiro dari Brasil, dengan mencetak waza-ari melalui teknik ouchi-gari di waktu tambahan.
- Kim Jae-bum kemudian menjadi juara dunia dua kali berturut-turut di Kejuaraan Dunia Judo 2011 yang diselenggarakan di Paris, Prancis. Dalam babak 16 besar, ia berhasil membalas kekalahannya di final Olimpiade Beijing 2008 dari Ole Bischof. Ia kemudian memenangkan medali emas dengan mengalahkan Srdjan Mrvaljevic dari Montenegro dengan waza-ari melalui teknik osaekomi.
3.2.3. Asian Games
Kim Jae-bum juga meraih kesuksesan besar di Asian Games.
- Pada Asian Games Guangzhou 2010, ia memenangkan medali emas di kelas 81 kg putra.
- Ia mengulang prestasinya di Asian Games Incheon 2014, di mana ia kembali meraih medali emas di kelas 81 kg individu, serta medali emas dalam kompetisi beregu putra.
3.2.4. Kompetisi Utama Lainnya
Selain turnamen besar di atas, Kim Jae-bum juga meraih banyak medali di kompetisi penting lainnya:
- Kejuaraan Judo Asia**: Ia memenangkan medali emas di kelas 73 kg pada tahun 2005 di Tashkent. Setelah naik kelas, ia meraih medali emas di kelas 81 kg pada tahun 2008 di Jeju, 2009 di Taipei, 2011 di Abu Dhabi, dan 2012 di Tashkent. Ia juga meraih medali perak di kelas 81 kg pada tahun 2015 di Kota Kuwait.
- Judo World Masters**: Ia memenangkan medali emas di kelas 81 kg pada Judo World Masters 2010 di Suwon.
- IJF Grand Slam**: Ia meraih medali perak di Grand Slam Paris 2009 dan Grand Slam Tokyo 2009 di kelas 81 kg. Ia kemudian memenangkan medali emas di Grand Slam Paris 2011 dan Grand Slam Tokyo 2012. Pada Grand Slam Paris 2014, ia meraih medali perunggu.
- IJF Grand Prix**: Ia memenangkan medali emas di Grand Prix Düsseldorf 2010, Grand Prix Jeju 2013, dan Grand Prix Jeju 2014. Ia juga meraih medali perunggu di Grand Prix Düsseldorf 2013.
- Kompetisi Junior dan Universiade**: Selain medali emas di Kejuaraan Dunia Junior 2004 dan Kejuaraan Asia Junior 2003, ia juga meraih medali perak di Universiade Musim Panas 2007 di Bangkok pada kelas 73 kg.
3.3. Cedera dan Performa
Sepanjang kariernya, Kim Jae-bum sering kali menghadapi berbagai cedera serius yang menguji ketahanan dan semangatnya. Sebelum Olimpiade London 2012, ia menderita beberapa cedera parah, termasuk patah tulang bahu kanan, robek ligamen jari manis kanan, dan keseleo lutut kanan. Kondisi ini begitu parah sehingga ia harus mengonsumsi obat penghilang rasa sakit sebelum setiap pertandingan agar dapat bertanding secara layak. Meskipun demikian, ia tidak menunjukkan rasa takut, meyakini bahwa Tuhan telah berjanji untuk menggunakannya. Julukannya sebagai "Manusia Kemenangan Satu Lengan" secara langsung mencerminkan kemampuannya untuk meraih kesuksesan bahkan ketika fisiknya tidak dalam kondisi prima.
4. Kontroversi dan Insiden
Karier Kim Jae-bum, meskipun gemilang di arena judo, juga diwarnai oleh beberapa insiden kontroversial yang menimbulkan pertanyaan tentang perilaku di luar lapangan.
4.1. Mengemudi dalam Keadaan Mabuk
Kim Jae-bum terlibat dalam kasus mengemudi dalam keadaan mabuk sebanyak tiga kali. Insiden ini terjadi pada tahun 2007, 2008, dan 2009. Kasus pada tahun 2009 merupakan yang paling serius, di mana ia tertangkap mengemudi dalam keadaan mabuk tanpa memiliki surat izin mengemudi dan menyebabkan kecelakaan ringan. Mengingat ia sudah memiliki dua riwayat pelanggaran sebelumnya, ia akhirnya didakwa tanpa penahanan. Insiden-insiden ini menimbulkan kontroversi serius dan merusak citranya sebagai atlet nasional.
4.2. Kontroversi Penilaian Turnamen Moskow
Pada Grand Slam Moskow 2011, Kim Jae-bum terlibat dalam insiden penilaian yang sangat kontroversial. Dalam pertandingan perempat final melawan Sven Maresch dari Jerman, Kim Jae-bum memimpin dengan dua yuko. Namun, di dua detik terakhir pertandingan, ia menerima shido (penalti) karena menghindari kumite (pegangan). Ia kemudian mengulangi tindakan yang sama di sisa waktu, yang mengakibatkan ia didiskualifikasi secara langsung dengan hansoku-make (kekalahan karena akumulasi penalti) karena dianggap melanggar semangat judo. Kim Jae-bum menunjukkan ketidakpuasannya terhadap keputusan tersebut dengan tetap berada di atas matras dan melakukan protes.
5. Aktivitas Politik
Pada 28 September 2012, Kim Jae-bum ditunjuk sebagai ketua komite kampanye untuk provinsi Gyeongsang Utara oleh Park Geun-hye, yang saat itu merupakan calon Presiden Korea Selatan dari Partai Saenuri. Namun, hanya tiga hari kemudian, pada 1 Oktober 2012, ia mengundurkan diri dari posisi tersebut. Keterlibatannya dalam politik sebagai seorang atlet terkenal menimbulkan perdebatan publik, dan pengunduran dirinya yang cepat mengindikasikan sensitivitas peran tersebut.
6. Pensiun dan Aktivitas Pasca-Pensiun
Setelah karier yang penuh prestasi dan tantangan, Kim Jae-bum memutuskan untuk mengakhiri perjalanannya sebagai atlet profesional dan memulai babak baru dalam hidupnya.
6.1. Pengumuman Pensiun
Kim Jae-bum secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari judo profesional pada 1 Mei 2016. Keputusan ini sebagian besar dipengaruhi oleh cedera berulang yang terus-menerus mengganggu performanya dan membatasi kemampuannya untuk bersaing di level tertinggi.
6.2. Karier Kepelatihan
Setelah pensiun sebagai atlet, Kim Jae-bum tidak meninggalkan dunia judo. Ia melanjutkan kariernya sebagai pelatih di tim lamanya, Let's Run Park. Peran barunya ini memungkinkannya untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya yang luas kepada generasi judoka berikutnya, melanjutkan kontribusinya terhadap olahraga yang telah membesarkan namanya.
7. Evaluasi
Kim Jae-bum diakui sebagai salah satu judoka terhebat dalam sejarah Korea Selatan dan dunia. Dominasinya di kelas 81 kg antara debut Olimpiadenya pada tahun 2008 dan final Olimpiade 2012, di mana ia membalas kekalahannya dari Ole Bischof, menunjukkan tingkat keunggulan yang luar biasa. Ia adalah judoka Korea kedua yang mencapai "Grand Slam" (medali emas Olimpiade, Kejuaraan Dunia, Asian Games, Kejuaraan Asia, dan World Masters), sebuah pencapaian yang menandai statusnya sebagai atlet elit.
Meskipun sering berjuang melawan cedera serius, ketahanan dan semangat juangnya yang tak tergoyahkan menjadi ciri khasnya. Kemampuannya untuk tetap berprestasi di level tertinggi meskipun dalam kondisi fisik yang tidak sempurna memberinya julukan seperti "Manusia Kemenangan Satu Lengan" dan "Raja Stamina", yang menggarisbawahi dedikasi dan mentalitasnya. Warisan Kim Jae-bum tidak hanya terletak pada koleksi medalinya yang mengesankan, tetapi juga pada inspirasi yang ia berikan melalui ketekunan dan dominasinya di atas matras.