1. Kehidupan
Luce Irigaray memiliki latar belakang pribadi dan perjalanan akademik yang membentuk pemikiran filosofisnya yang unik, serta karier profesional yang panjang dalam penelitian dan pengajaran.
1.1. Kelahiran dan Kehidupan Awal
Luce Irigaray lahir pada 3 Mei 1930 di Belgia. Informasi mengenai kehidupan awalnya di Belgia tidak banyak diungkap secara detail olehnya, karena ia meyakini bahwa minat terhadap biografinya dapat memengaruhi interpretasi ide-idenya. Ia berpendapat bahwa masuknya perempuan ke dalam diskusi intelektual seringkali disertai dengan tantangan terhadap sudut pandang perempuan berdasarkan materi biografi. Pernyataan otobiografisnya yang paling ekstensif sejauh ini terkumpul dalam Through Vegetal Being, yang ditulis bersama Michael Marder.
1.2. Pendidikan dan Pelatihan Akademik
Irigaray memulai perjalanan akademiknya di Universitas Louvain di Belgia, di mana ia meraih gelar sarjana pada tahun 1954 dan gelar master pada tahun 1956. Setelah itu, ia mengajar di sebuah sekolah menengah di Brussel dari tahun 1956 hingga 1959.
Pada tahun 1960, ia pindah ke Paris, Prancis, untuk melanjutkan studi. Ia memperoleh gelar master dalam bidang psikologi dari Universitas Paris pada tahun 1961, diikuti dengan diploma spesialis dalam psikopatologi dari universitas yang sama pada tahun 1962. Dari tahun 1962 hingga 1964, ia bekerja di Dana Nasional Penelitian Ilmiah (NFWO) di Belgia, sebelum akhirnya menjadi asisten peneliti di Pusat Nasional Penelitian Ilmiah (CNRS) di Paris.
Pada tahun 1960-an, Irigaray mulai menghadiri seminar psikoanalisis yang dipimpin oleh Jacques Lacan dan bergabung dengan École Freudienne de Paris (Sekolah Freud Paris), yang dipimpin oleh Lacan. Ia meraih gelar doktor dalam bidang linguistik dari Universitas Paris X Nanterre pada tahun 1968. Disertasinya yang berjudul Approche psycholinguistique du langage des démentsPendekatan Psikolinguistik terhadap Bahasa Penderita DemensiaBahasa Prancis kemudian diterbitkan sebagai buku pertamanya, Le langage des déments, pada tahun 1973.
Pada tahun 1974, ia meraih gelar doktor keduanya dalam bidang filsafat. Disertasi doktoral keduanya, Speculum of the Other Woman (Speculum: La fonction de la femme dans le discours philosophiqueSpeculum: Fungsi Wanita dalam Wacana FilosofisBahasa Prancis, kemudian diubah judulnya menjadi Speculum: De l'autre femmeSpeculum: Tentang Wanita LainBahasa Prancis), mendapat banyak kritik dari aliran psikoanalisis Lacanian dan Freudian. Kritik ini memberinya pengakuan, tetapi juga mengakibatkan ia diberhentikan dari posisinya sebagai instruktur di Universitas Paris VIII (Universitas Vincennes di Saint-Denis) dan dikucilkan dari komunitas Lacanian.
1.3. Karier Akademik
Sejak tahun 1964, Irigaray memegang posisi penelitian di Pusat Nasional Penelitian Ilmiah (CNRS), di mana ia kini menjabat sebagai Direktur Penelitian dalam bidang Filsafat. Penelitian awalnya di CNRS berfokus pada pasien demensia, di mana ia menghasilkan studi tentang perbedaan antara bahasa pasien laki-laki dan perempuan.
Pada tahun 1982, ia memberikan kuliah filsafat di Universitas Erasmus Rotterdam selama semester kedua. Hasil penelitiannya dari periode ini diterbitkan dalam buku An Ethics of Sexual Difference, yang memperkuat posisinya sebagai seorang filsuf kontinental terkemuka. Sejak tahun 1980-an, Irigaray melanjutkan penelitiannya di CNRS tentang perbedaan bahasa antara laki-laki dan perempuan. Pada tahun 1986, ia beralih dari komite psikologi ke komite filsafat, bidang yang lebih ia minati.
Ia juga menjabat sebagai profesor tamu di Universitas Nottingham di Britania Raya dari tahun 2004 hingga 2006. Atas kontribusinya, Irigaray menerima gelar doktor kehormatan dalam bidang sastra dari Universitas London pada Desember 2003 dan dari University College London pada tahun 2008.
Pada usia 91 tahun, ia menerbitkan A New Culture of Energy: Beyond East and West (2021), di mana ia membahas praktik yoga asana (postur) dan pranayama (pernapasan) yang telah ia lakukan selama puluhan tahun, dan menyatakan bahwa yoga membangun jembatan antara tubuh dan jiwa.
2. Kontribusi Filosofis dan Pemikiran Utama
Pemikiran filosofis Luce Irigaray sangat khas, berpusat pada konsep perbedaan seksual dan kritik terhadap falosentrisme dalam filsafat Barat dan psikoanalisis. Ia mengeksplorasi bagaimana bahasa membentuk gender dan mencari kemungkinan 'bahasa feminin'.
2.1. Perbedaan Seksual (Sexual Difference) dan Bahasa
Konsep inti Irigaray adalah 'perbedaan seksual' (sexual differenceperbedaan seksualBahasa Inggris). Ia berpendapat bahwa filsafat Barat secara historis didasarkan pada 'logika maskulin' atau 'sistem representasi maskulin' yang mengabaikan atau menekan feminitas. Dalam pandangannya, bahasa itu sendiri bersifat falosentris, yang berarti bahwa ia disusun di sekitar falus sebagai satu-satunya penanda universal. Ini menciptakan "titik buta" di mana pengalaman dan subjektivitas perempuan tidak dapat diartikulasikan atau direpresentasikan secara memadai.
Irigaray mencari cara bagi perempuan untuk 'berbicara sebagai perempuan' atau mengembangkan 'bahasa feminin' yang tidak tunduk pada struktur linguistik yang didominasi laki-laki. Ia berpendapat bahwa jika wacana yang ada pada dasarnya maskulin, maka ketika perempuan berbicara, mereka secara tidak sadar tunduk pada sistem maskulin tersebut. Oleh karena itu, ia tidak bertujuan untuk membalikkan wacana yang ada, melainkan untuk menemukan cara berbicara yang melampaui logika falosentris. Ia sering menggunakan metafora "dua bibir yang tak henti-hentinya berciuman" untuk menggambarkan organ intim wanita sebagai sesuatu yang otonom dan mandiri, berbeda dari representasi falosentris yang melihatnya sebagai "pasif" atau "bayangan" penis. Baginya, penetrasi organ intim pria ke wanita dapat dianggap sebagai tindakan kekerasan terhadap "cinta diri" organ intim wanita. Ia berpendapat bahwa "supremasi falus, logika falus dalam makna, dan sistem representasi falus adalah metode untuk memisahkan organ intim wanita dari dirinya sendiri dan merampas cinta diri wanita."
Irigaray berpendapat bahwa "berbicara secara feminin" bukanlah tentang menggantikan kekuasaan laki-laki dengan kekuasaan perempuan, karena hal itu akan tetap terjebak dalam sistem identitas yang sama. Ia menyatakan, "Tentu saja, kekuasaan perempuan yang menggantikan kekuasaan laki-laki tidak akan menjadi masalah. Karena pembalikan seperti itu akan selalu ditangkap dalam rezim yang sama, dalam sistem yang sama. (Di sana) akan ada perebutan kekuasaan falus." Baginya, menetapkan satu jenis kelamin sebagai standar dan menganggap jenis kelamin lain sebagai kekurangan atau bayangan (seperti Freud) adalah logika falus, bahkan jika perempuan dijadikan standar dan laki-laki sebagai kekurangan.
Mengenai "berbicara secara feminin", Irigaray menyatakan, "Jika saya bersikeras bahwa apa yang ingin saya ungkapkan melalui pembicaraan atau tulisan berasal dari keyakinan 'Saya seorang wanita', saya akan kembali masuk ke dalam wacana yang didominasi falus." Ia juga berpendapat bahwa dalam "sintaksis feminin," tidak ada lagi "subjek" atau "objek."
2.2. Kritik terhadap Filsafat Barat dan Falosentrisme
Irigaray secara tajam mengkritik filsafat Barat dan psikoanalisis karena sifat falosentrisme dan androsentrisme mereka. Dalam karyanya Speculum of the Other Woman, ia menganalisis teks-teks Sigmund Freud, Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Plato, Aristoteles, René Descartes, dan Immanuel Kant. Ia menunjukkan bagaimana para filsuf ini, secara sadar atau tidak, membangun sistem pemikiran dan bahasa yang berpusat pada pengalaman dan perspektif laki-laki, menjadikan perempuan sebagai 'yang lain', 'kekurangan', atau 'cermin' dari laki-laki. Misalnya, ia mengkritik kuliah Freud tentang feminitas dalam esai "The Blind Spot of an Old Dream".
Dalam The Forgetting of Air in Martin Heidegger (1999), Irigaray mengkritik penekanan Martin Heidegger pada elemen bumi sebagai dasar kehidupan dan ucapan, serta "kelupaan" atau pengabaiannya terhadap elemen udara. Ia berpendapat bahwa pemikiran Heidegger, seperti banyak filsafat Barat lainnya, gagal mengakui pentingnya elemen udara yang terkait dengan pernapasan, kehidupan, dan hubungan antarmanusia, yang dapat diinterpretasikan sebagai metafora untuk aspek-aspek feminin atau relasional yang diabaikan.
2.3. Pengaruh Psikoanalitik
Meskipun Irigaray sangat kritis terhadap psikoanalisis, terutama karya Jacques Lacan dan Sigmund Freud, pemikiran mereka sangat memengaruhi karyanya. Ia awalnya menghadiri seminar Lacan dan menjadi anggota École Freudienne de Paris. Namun, setelah publikasi Speculum of the Other Woman, ia dikeluarkan dari sekolah tersebut karena kritiknya yang tajam terhadap teori Lacanian dan Freudian.
Irigaray berpendapat bahwa teori psikoanalitik, khususnya konsep Oedipus complex dan fase falus, mengkonstruksi feminitas sebagai 'kekurangan' atau 'ketiadaan' dari falus. Ia menantang gagasan bahwa perempuan harus didefinisikan dalam kaitannya dengan laki-laki. Dalam This Sex Which Is Not One, ia membahas karya Lacan dan ekonomi politik, berpendapat bahwa ekonomi falus menempatkan perempuan sejajar dengan tanda dan mata uang, karena semua bentuk pertukaran dilakukan secara eksklusif antara laki-laki. Ia secara kritis mereinterpretasi konsep-konsep psikoanalitik untuk membuka ruang bagi subjektivitas feminin yang otonom dan berbeda.
2.4. Karya Teoretis Utama
Irigaray menggunakan tiga mode berbeda dalam penyelidikannya tentang sifat gender, bahasa, dan identitas: analitik, esai, dan puitis liris.
- Speculum of the Other Woman (1974) (Speculum: La fonction de la femme dans le discours philosophiqueSpeculum: Fungsi Wanita dalam Wacana FilosofisBahasa Prancis): Buku ini, yang merupakan disertasi doktor keduanya, menganalisis secara mendalam falosentrisme dalam filsafat Barat dan teori psikoanalitik. Irigaray mengkritik teks-teks dari Sigmund Freud, Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Plato, Aristoteles, René Descartes, dan Immanuel Kant, menunjukkan bagaimana mereka secara historis menekan atau salah merepresentasikan feminitas. Esai yang paling banyak dikutip dalam buku ini, "The Blind Spot of an Old Dream," mengkritik kuliah Freud tentang feminitas.
- This Sex Which Is Not One (1977) (Ce sexe qui n'en est pas unSeks Ini yang Bukan SatuBahasa Prancis): Diterbitkan pada tahun 1977 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1985 bersama Speculum. Buku ini melanjutkan kritik Irigaray terhadap psikoanalisis, termasuk diskusi tentang karya Jacques Lacan. Selain itu, buku ini juga mengomentari ekonomi politik, mengambil inspirasi dari penulis strukturalis seperti Claude Lévi-Strauss. Irigaray berpendapat bahwa ekonomi falus menempatkan perempuan sejajar dengan tanda dan mata uang, karena semua bentuk pertukaran dilakukan secara eksklusif antara laki-laki.
- "Women on the Market" (Bab Delapan dari This Sex Which is Not One): Dalam bab ini, Irigaray menggunakan teori kapital dan komoditas Karl Marx untuk menyatakan bahwa perempuan dipertukarkan antara laki-laki sama seperti komoditas lainnya. Ia berpendapat bahwa seluruh masyarakat kita didasarkan pada pertukaran perempuan ini. Nilai tukar perempuan ditentukan oleh masyarakat, sementara nilai gunanya adalah kualitas alaminya. Sistem ini membagi diri perempuan antara nilai guna dan nilai tukarnya, dan ia hanya diinginkan karena nilai tukarnya. Sistem ini menciptakan tiga jenis perempuan: ibu, yang memiliki nilai guna sepenuhnya; perawan, yang memiliki nilai tukar sepenuhnya; dan pelacur, yang mewujudkan nilai guna dan nilai tukar. Irigaray lebih lanjut menggunakan dasar-dasar Marxis tambahan untuk berpendapat bahwa perempuan diminati karena kelangkaan yang dirasakan dan sebagai hasilnya, laki-laki berusaha "memiliki semuanya," atau mencari surplus seperti kelebihan daya beli komoditas, modal, yang terus-menerus dicari oleh para kapitalis. Irigaray berspekulasi bahwa "cara perempuan digunakan kurang penting daripada jumlah mereka." Dalam analogi lebih lanjut tentang perempuan "di pasar," yang dipahami melalui istilah Marxis, Irigaray menunjukkan bahwa perempuan, seperti komoditas, dipindahkan di antara laki-laki berdasarkan nilai tukar mereka daripada hanya nilai guna mereka, dan keinginan akan selalu surplus - membuat perempuan hampir tampak seperti modal, dalam kasus ini, untuk diakumulasikan. "Sebagai komoditas, perempuan adalah dua hal sekaligus: objek utilitarian dan pembawa nilai."
- Elemental Passions (1982): Dapat dibaca sebagai tanggapan terhadap artikel Maurice Merleau-Ponty "The Intertwining-The Chiasm" dalam The Visible and the Invisible. Seperti Merleau-Ponty, Irigaray menggambarkan jalinan atau penglihatan dan sentuhan tubuh. Namun, ia mengasumsikan bahwa perbedaan seksual harus mendahului jalinan tersebut, melawan kecenderungan narsistik dalam kiasme Merleau-Ponty. Subjek ditandai oleh alteritas atau "lebih dari satu" dan dikodekan sebagai konflik gender yang bergantung pada sejarah.
- The Forgetting of Air in Martin Heidegger (1983): Dalam karya ini, Irigaray mengkritik penekanan Martin Heidegger pada elemen bumi sebagai dasar kehidupan dan ucapan, serta "kelupaan" atau pengabaiannya terhadap elemen udara.
- An Ethics of Sexual Difference (1984): Dalam buku ini, Irigaray memperkenalkan gagasan tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan yang berpusat pada ikatan selain reproduksi. Ia mengakui tema-tema termasuk kefanaan dan intersubjektivitas, keilahian yang terwujud, dan perbedaan emosional antara kedua jenis kelamin. Ia menyimpulkan bahwa budaya Barat tidak etis karena diskriminasi gender.
3. Karya Tulis Utama
Luce Irigaray telah menghasilkan sejumlah besar karya tulis yang signifikan, baik dalam bentuk buku maupun makalah akademis, yang membentuk landasan pemikiran feminis dan filosofisnya.
3.1. Buku
Berikut adalah daftar buku-buku utama Luce Irigaray secara kronologis, beserta tema inti dan kontribusi akademisnya:
- Speculum of the Other Woman (1974): Buku ini, yang merupakan disertasi doktor keduanya, menganalisis secara mendalam falosentrisme dalam filsafat Barat dan teori psikoanalitik. Irigaray mengkritik teks-teks dari Sigmund Freud, Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Plato, Aristoteles, René Descartes, dan Immanuel Kant, menunjukkan bagaimana mereka secara historis menekan atau salah merepresentasikan feminitas.
- This Sex Which Is Not One (1977): Melanjutkan kritik Irigaray terhadap psikoanalisis, termasuk diskusi tentang karya Jacques Lacan. Juga mengomentari ekonomi politik, berpendapat bahwa ekonomi falus menempatkan perempuan sejajar dengan tanda dan mata uang.
- And the One Doesn't Stir Without the Other (1979)
- Marine Lover: Of Friedrich Nietzsche (1980): Sebuah dialog imajiner dengan Friedrich Nietzsche, mengeksplorasi tema-tema feminin dalam filsafat Nietzsche.
- Le corps-à-corps avec la mère (1981)
- Elemental Passions (1982): Menjelajahi konsep perbedaan seksual melalui lensa fenomenologi, terutama sebagai tanggapan terhadap Maurice Merleau-Ponty.
- Belief Itself (1983)
- The Forgetting of Air: In Martin Heidegger (1983): Mengkritik Martin Heidegger atas pengabaiannya terhadap elemen udara dan implikasinya terhadap pemahaman tentang kehidupan dan bahasa.
- An Ethics of Sexual Difference (1984): Mengembangkan etika yang berpusat pada pengakuan dan penghormatan terhadap perbedaan seksual, bukan asimilasi.
- To Speak is Never Neutral (1985): Membahas bagaimana bahasa tidak pernah netral gender dan bagaimana ia membentuk subjektivitas.
- Sexes and Genealogies (1987): Membahas tentang pentingnya genealogi feminin dan hubungan antara jenis kelamin dan kekerabatan.
- Thinking the Difference: For a Peaceful Revolution (1989): Menjelajahi gagasan tentang revolusi damai melalui pengakuan dan perayaan perbedaan seksual.
- Je, tu, nous: Towards a Culture of Difference (1990): Menganjurkan budaya yang menghargai perbedaan, terutama antara laki-laki dan perempuan.
- I Love to You: Sketch for a Felicity Within History (1990): Membahas konsep cinta dan kebahagiaan dalam konteks sejarah dan perbedaan seksual.
- Democracy Begins Between Two (1994): Berpendapat bahwa demokrasi sejati harus dimulai dengan pengakuan dan hubungan yang setara antara dua jenis kelamin.
- To Be Two (1997): Menjelajahi gagasan tentang menjadi dua subjek yang berbeda namun saling berhubungan, bukan satu subjek universal.
- Between East and West: From Singularity to Community (1999): Membayangkan bentuk-bentuk cinta baru untuk komunitas demokratis global, menjembatani pemikiran Timur dan Barat.
- Why Different? (2000)
- Le partage de la parole (2001)
- The Way of Love (2002): Mengembangkan pemikiran tentang cinta sebagai jalan menuju kebahagiaan dan hubungan yang otentik.
- Sharing the World (2008): Membahas pentingnya berbagi dunia dan membangun hubungan yang harmonis.
- Conversations (2008)
- In the Beginning, She Was (2013)
- Through Vegetal Being: Two Philosophical Perspectives (2016): Ditulis bersama Michael Marder, buku ini membahas aspek-aspek otobiografi Irigaray dan pandangannya tentang alam.
- To Be Born: Genesis of a New Human Being (2017)
- Sharing the Fire: Outline of a Dialectics of Sensitivity (2019)
- A New Culture of Energy: Beyond East and West (2021): Membahas praktik yoga dan bagaimana yoga dapat menjembatani tubuh dan jiwa.
3.2. Makalah dan Esai
Irigaray juga menerbitkan sejumlah makalah dan esai penting yang melengkapi dan mengembangkan teori-teorinya:
- "This sex which is not one" (1996, 1997): Bagian dari karya utamanya yang diterbitkan dalam antologi.
- "Philosophy in the Feminine" (1999): Membahas kemungkinan dan perlunya filsafat dari perspektif feminin.
- "In science, is the subject sexed?" (2005): Menjelajahi bagaimana sains, yang sering dianggap netral, sebenarnya juga dipengaruhi oleh gender subjek.
- "And the One Doesn't Stir Without the Other" (1981): Membahas hubungan antara subjek dan yang lain.
- "When Our Lips Speak Together" (1980): Sebuah esai puitis yang mengeksplorasi bahasa feminin dan hubungan.
- "The Problem of the Other" (1998): Diterbitkan dalam Women's French Thought.
- "Two are One - Mother and Daughter" (1983): Diterbitkan dalam Waseda Literature.
- "The Language of Human=Man (Homme)" (1997): Diterbitkan dalam Gendaishi Techo.
4. Evaluasi dan Kritik
Pemikiran Luce Irigaray telah memicu perdebatan sengit dalam feminisme dan menerima berbagai kritik dari para cendekiawan terkemuka.
4.1. Debat dalam Feminisme
Pemikiran Irigaray, khususnya fokusnya pada perbedaan seksual, telah diterima dan diperdebatkan secara luas dalam teori feminis. Salah satu perdebatan utama adalah tuduhan esensialisme terhadap posisinya. Beberapa feminis, termasuk Judith Butler, mengkritik Irigaray karena dianggap mengusulkan posisi esensialis tentang feminitas, yang dapat mengarah pada heteronormativitas. Mereka berpendapat bahwa penekanannya pada "dua bibir yang saling menyentuh" sebagai ciri khas seksualitas perempuan dapat mengabaikan konstruksi sosial gender dan membatasi pengalaman perempuan yang tidak sesuai dengan definisi biologis tersebut.
Namun, banyak cendekiawan berpendapat bahwa teori perbedaan seksual Irigaray bukanlah esensialis. Mereka menyatakan bahwa kekhawatiran tentang esensialisme seringkali berakar pada pemahaman budaya yang diwarisi yang menganggap alam sebagai organisme yang tidak berubah atau sebagai materi yang dapat diatur dan diukir. Oleh karena itu, kekhawatiran tentang esensialisme itu sendiri didasarkan pada pemikiran biner yang mempertahankan hierarki budaya atas alam. Helen Fielding, misalnya, menyatakan bahwa ketidaknyamanan di kalangan feminis tentang diskusi Irigaray tentang maskulinitas dan feminitas tidak begitu banyak mengungkapkan bias heteronormatif Irigaray, melainkan "muncul dari pemahaman budaya yang diwarisi [dari para kritiknya] yang menganggap alam sebagai organisme yang tidak berubah atau sebagai materi yang dapat diatur, dimanipulasi, dan diukir. Oleh karena itu, kekhawatiran tentang esensialisme itu sendiri berakar pada pemikiran biner yang mempertahankan hierarki... budaya atas alam."
4.2. Kritik dari Para Cendekiawan
- Judith Butler: Butler, dalam karyanya Gender Trouble, berpendapat bahwa Irigaray, meskipun mengkritik falosentrisme, masih jatuh ke dalam perangkap totalisasi atau kolonialisasi perbedaan. Butler menyatakan bahwa Irigaray cenderung melihat berbagai budaya lain sebagai perluasan dari logosentrisme falus global, yang dapat mengkolonisasi perbedaan-perbedaan yang mungkin telah menantang konsep totalisasi. Ini berarti Irigaray sendiri berisiko mengulangi gerakan ekspansi kekuasaan falus-logosentris - tindakan pendudukan yang mencoba memasukkan segala sesuatu ke dalam dirinya sendiri. Butler juga mengkritik klaim Irigaray tentang seksualitas perempuan yang berasal dari struktur vulva ("dua bibir yang saling menyentuh"), dengan alasan bahwa hal itu tampaknya membatalkan premis feminisme bahwa "biologi bukanlah takdir." Butler berpendapat bahwa bahkan jika klaim tersebut bersifat strategis, masalah tetap ada, karena perempuan yang tidak menganggap seksualitas tersebut sebagai miliknya, atau yang merasa bahwa sebagian seksualitasnya dibangun dalam mekanisme falus, dapat "diidentifikasi dengan laki-laki" atau "tidak tercerahkan" dan kemudian dieliminasi di bawah teori tersebut.
- Alan Sokal dan Jean Bricmont: Dalam buku mereka Fashionable Nonsense, Sokal dan Bricmont mengkritik Irigaray atas penggunaan terminologi ilmu pasti yang tidak tepat dalam tulisannya. Mereka mempertanyakan klaim Irigaray tentang minat Albert Einstein pada "percepatan tanpa reekuilibrium elektromagnetik"; kebingungannya antara relativitas khusus dan relativitas umum; dan klaimnya bahwa persamaan E = mc2 adalah "persamaan terseks" karena "ia mengistimewakan kecepatan cahaya di atas kecepatan lain yang sangat penting bagi kita." Richard Dawkins, dalam ulasannya tentang buku Sokal dan Bricmont, menyebut pernyataan Irigaray bahwa mekanika fluida diabaikan secara tidak adil dalam fisika karena kaitannya dengan cairan "feminin" (berlawanan dengan padatan "maskulin" mekanika padat) sebagai "absurditas gila."
- W. A. Borody: Borody mengkritik argumen falologosentris Irigaray karena salah merepresentasikan sejarah filsafat "ketidakpastian" di Barat. Klaim "hitam-putih" Irigaray bahwa maskulin sama dengan kepastian dan feminin sama dengan ketidakpastian memiliki tingkat validitas budaya dan sejarah, tetapi tidak ketika digunakan untuk mereplikasi bentuk peng-lainan gender yang sama yang awalnya ingin mereka atasi.
- Uchida Tatsuru: Dalam bukunya Levinas and the Phenomenology of Love, Uchida Tatsuru membahas kritik Irigaray terhadap Emmanuel Levinas dalam esainya "Questions to Emmanuel Levinas" (1991). Uchida mengutip pernyataan Irigaray seperti "karena tidak ada bahasa yang terseks secara feminin, mereka [perempuan] digunakan untuk mengolah apa yang disebut bahasa netral" dan menyimpulkan: "Irigaray mengatakan bahwa subjek perempuan hanya dapat digambarkan dengan 'bahasa yang terseks secara feminin'. Jika demikian, Levinas, yang tidak berbicara dengan bahasa seperti itu, harus disalahkan. Namun, agar kritik ini valid, seseorang harus menunjukkan bagaimana bahasa itu 'seperti ini'. Tetapi Irigaray sendiri mengatakan 'bahasa yang berbicara sebagai perempuan belum ada'. Apakah dia memiliki otoritas untuk menuduh Levinas tidak berbicara dalam bahasa yang belum ada?"
5. Pengaruh dan Warisan
Pemikiran Luce Irigaray telah meninggalkan dampak yang mendalam di berbagai bidang akademis, terutama dalam teori feminis, studi gender, dan filsafat kontinental, serta membentuk warisan akademis yang berkelanjutan.
5.1. Pengaruh pada Pemikiran Feminis
Karya Irigaray telah memberikan kontribusi penting bagi teori feminis dan studi gender selanjutnya. Konsepnya tentang perbedaan seksual dan kritiknya terhadap falosentrisme telah memprovokasi diskusi mendalam tentang bagaimana gender dikonstruksi dalam bahasa, filsafat, dan masyarakat. Ia telah mendorong para feminis untuk mempertimbangkan tidak hanya kesetaraan, tetapi juga pengakuan dan perayaan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Pemikirannya telah memengaruhi pendekatan feminisme perbedaan dan feminisme pascastruktural, meskipun juga menjadi subjek perdebatan tentang esensialisme. Sejak tahun 1990, karya Irigaray semakin bergeser ke arah hubungan antara perempuan dan laki-laki secara bersama-sama. Dalam Between East and West, From Singularity to Community (1999) dan The Way of Love (2002), ia membayangkan bentuk-bentuk cinta baru untuk komunitas demokratis global.
5.2. Kontribusi pada Filsafat dan Linguistik
Dampak pemikiran Irigaray meluas ke bidang akademis yang lebih luas, termasuk filsafat kontinental, teori kritis, dan linguistik. Beberapa bukunya yang ditulis dalam mode liris adalah dialog imajiner dengan kontributor penting bagi filsafat Barat, seperti Friedrich Nietzsche dan Martin Heidegger. Namun, Irigaray juga menulis banyak karya tentang Georg Wilhelm Friedrich Hegel, René Descartes, Plato, Aristoteles, Emmanuel Levinas, Baruch Spinoza, serta Maurice Merleau-Ponty. Karya akademisnya sangat dipengaruhi oleh berbagai filsuf dan tidak dapat dibatasi pada satu pendekatan saja.
Dalam linguistik, ia terus melakukan studi empiris tentang bahasa dalam berbagai pengaturan, meneliti perbedaan antara cara berbicara laki-laki dan perempuan. Fokus pada perbedaan seksual ini adalah karakteristik kunci dari karya Irigaray, karena ia berusaha menyediakan situs dari mana bahasa feminin dapat muncul. Melalui penelitiannya, Irigaray menemukan korelasi antara penindasan pemikiran perempuan di dunia Barat dan bahasa laki-laki dan perempuan. Ia menyimpulkan bahwa ada pola bahasa gender yang menunjukkan dominasi pada laki-laki dan subjektivitas pada perempuan.
6. Kehidupan Pribadi
Di luar karya akademisnya, Luce Irigaray juga aktif dalam gerakan perempuan di Prancis dan Italia. Meskipun demikian, ia menolak untuk menjadi bagian dari satu gerakan tertentu karena ia tidak menyukai dinamika kompetitif di antara gerakan-gerakan feminis.
Pada usia lanjut, Irigaray juga mengungkapkan aspek kehidupan pribadinya yang berkaitan dengan praktik yoga. Pada usia 91 tahun, ia menerbitkan A New Culture of Energy: Beyond East and West (2021), di mana ia membahas praktik yoga asana (postur) dan pranayama (pernapasan) yang telah ia lakukan selama puluhan tahun. Ia menyatakan bahwa yoga membangun jembatan antara tubuh dan jiwa.
7. Lihat Pula
- Antinarcissism
- Feminisme perbedaan
- Feminisme dan kompleks Oedipus
- Hélène Cixous
- Julia Kristeva
- Daftar dekonstruksionis
- Falosentrisme
- Feminisme pascastruktural
- Esensialisme strategis
- Unsaid