1. Ikhtisar
Papua Nugini, secara resmi Negara Merdeka Papua Nugini, adalah sebuah negara kepulauan di Oseania yang mencakup bagian timur Pulau Papua serta pulau-pulau lepas pantai di Melanesia. Negara ini memiliki keragaman budaya dan linguistik yang luar biasa, dengan lebih dari 850 bahasa pribumi yang masih aktif digunakan, menjadikannya salah satu negara dengan keanekaragaman bahasa tertinggi di dunia. Sebagian besar penduduknya tinggal di komunitas pedesaan tradisional dan bergantung pada pertanian subsisten. Sejarahnya ditandai oleh kolonisasi oleh berbagai kekuatan Eropa, diikuti oleh pemerintahan Australia, sebelum akhirnya mencapai kemerdekaan penuh pada tahun 1975. Meskipun kaya akan sumber daya alam, Papua Nugini menghadapi tantangan signifikan dalam pembangunan ekonomi yang merata, penegakan hukum, dan perlindungan hak asasi manusia, termasuk isu kekerasan berbasis gender dan konflik antarsuku. Artikel ini mengulas Papua Nugini dari perspektif kiri-tengah dan liberal sosial, menekankan dampak sosial dari berbagai peristiwa dan kebijakan, isu-isu hak asasi manusia, serta upaya menuju pembangunan yang adil dan berkelanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Tantangan dalam membangun institusi demokrasi yang inklusif, mengatasi konflik internal seperti di Bougainville, dan mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab demi kesejahteraan rakyat dan kelestarian lingkungan menjadi fokus utama dalam narasi perkembangan negara ini.
2. Etimologi
Nama negara Papua Nugini berasal dari sejarah administratifnya yang kompleks sebelum kemerdekaan. Istilah 'Papua' berasal dari sebuah istilah lokal yang asal-usulnya tidak pasti, kemungkinan dari kata Melayu pepuahpepuahBahasa Melayu yang menggambarkan rambut keriting orang Melanesia. Mengenai pulau-pulau Papua Nugini, kapten dan ahli geografi Portugis António Galvão menulis bahwa, "Penduduk semua pulau ini berkulit hitam, dan rambut mereka keriting, yang oleh orang-orang Maluku disebut Papuas."
'Nugini Baru' (Nueva GuineaGini BaruBahasa Spanyol) adalah nama yang diciptakan oleh penjelajah Spanyol Yñigo Ortiz de Retez. Pada tahun 1545, ia mencatat kemiripan penduduk setempat dengan orang-orang yang pernah ia lihat sebelumnya di sepanjang pantai Guinea di Afrika. Guinea, pada gilirannya, secara etimologis berasal dari kata Portugis Guiné. Nama ini adalah salah satu dari beberapa toponimi yang memiliki etimologi serupa, yang pada akhirnya berarti "tanah orang kulit hitam" atau makna serupa, merujuk pada kulit gelap penduduknya.
3. Sejarah
Sejarah Papua Nugini mencakup periode panjang dari permukiman manusia purba, perkembangan masyarakat adat yang kompleks, hingga era kolonial yang penuh gejolak, perjuangan menuju kemerdekaan, dan tantangan pembangunan negara-bangsa di era modern. Dampak sosial dari berbagai peristiwa sejarah, termasuk konflik dan eksploitasi sumber daya, serta perspektif kelompok-kelompok yang terpinggirkan, menjadi perhatian penting dalam memahami lintasan sejarah negara ini.
3.1. Prasejarah

Bukti arkeologis menunjukkan bahwa manusia pertama kali tiba di Papua Nugini sekitar 42.000 hingga 45.000 tahun yang lalu. Mereka adalah keturunan migran dari Afrika, dalam salah satu gelombang awal migrasi manusia. Sebuah studi tahun 2016 di Universitas Cambridge oleh Christopher Klein dkk. menunjukkan bahwa sekitar 50.000 tahun yang lalu orang-orang ini mencapai Sahul (paleokontinen yang terdiri dari Australia dan Papua Nugini saat ini). Permukaan laut naik dan mengisolasi Papua Nugini sekitar 10.000 tahun yang lalu, tetapi Aborigin Australia dan orang Papua secara genetik telah berpisah lebih awal, sekitar 37.000 tahun Sebelum Sekarang. Ahli genetika evolusioner Svante Pääbo menemukan bahwa orang Papua Nugini berbagi 4%-7% genom mereka dengan Denisovan, yang menunjukkan bahwa leluhur orang Papua melakukan perkawinan silang di Asia dengan hominin purba ini.
Pertanian dikembangkan secara mandiri di dataran tinggi Papua Nugini sekitar 7000 SM, menjadikannya salah satu dari sedikit wilayah di dunia di mana orang secara mandiri melakukan domestikasi tanaman. Migrasi besar orang-orang berbahasa Austronesia ke wilayah pesisir Papua Nugini terjadi sekitar 500 SM. Hal ini berkorelasi dengan pengenalan tembikar, babi, dan teknik penangkapan ikan tertentu.
Pada abad ke-18, para pedagang membawa ubi jalar ke Papua Nugini, di mana tanaman ini diadopsi dan menjadi makanan pokok. Pedagang Portugis telah memperolehnya dari Amerika Selatan dan memperkenalkannya ke Maluku. Hasil panen ubi jalar yang jauh lebih tinggi secara radikal mengubah pertanian dan masyarakat tradisional. Ubi jalar sebagian besar menggantikan makanan pokok sebelumnya, talas, dan menghasilkan peningkatan populasi yang signifikan di dataran tinggi.
Meskipun pada akhir abad ke-20 perburuan kepala dan kanibalisme praktis telah diberantas, di masa lalu praktik-praktik ini dilakukan di banyak bagian negara sebagai bagian dari ritual yang berkaitan dengan peperangan dan mengambil roh atau kekuatan musuh. Pada tahun 1901, di Pulau Goaribari di Teluk Papua, misionaris Harry Dauncey menemukan 10.000 tengkorak di rumah-rumah panjang pulau itu, sebuah demonstrasi praktik masa lalu. Menurut Marianna Torgovnick, yang menulis pada tahun 1991, "Kasus kanibalisme yang paling terdokumentasi lengkap sebagai sebuah institusi sosial berasal dari Papua Nugini, di mana perburuan kepala dan kanibalisme ritual bertahan, di daerah-daerah terpencil tertentu, hingga tahun lima puluhan, enam puluhan, dan tujuh puluhan, dan masih meninggalkan jejak dalam kelompok-kelompok sosial tertentu."
3.2. Kontak dengan Eropa dan Era Kolonial


Hanya sedikit yang diketahui di Eropa tentang pulau ini hingga abad ke-19, meskipun penjelajah Portugis dan Spanyol, seperti Dom Jorge de Menezes dan Yñigo Ortiz de Retez, telah menemuinya sejak abad ke-16. Para pedagang dari Asia Tenggara mengunjungi Papua Nugini mulai 5.000 tahun yang lalu untuk mengumpulkan bulu cendrawasih.
Kekristenan diperkenalkan ke Papua Nugini pada tanggal 15 September 1847 ketika sekelompok misionaris Maris datang ke Pulau Woodlark. Mereka mendirikan misi pertama mereka di Pulau Umboi. Setahun kemudian, mereka terpaksa menarik diri dari usaha misi mereka. Lima tahun kemudian, pada tanggal 8 Oktober 1852, Institut Kepausan untuk Misi Luar Negeri, sebuah institut kepausan, mendirikan kembali misi di Pulau Woodlark, menghadapi penyakit dan perlawanan dari penduduk setempat.
Nama ganda negara ini berasal dari sejarah administrasinya yang kompleks sebelum kemerdekaan. Mulai tahun 1884, wilayah ini dibagi antara dua kekuatan kolonial. Jerman memerintah bagian utara negara itu selama beberapa dekade sebagai koloni bernama Nugini Jerman, sementara bagian selatan negara itu menjadi protektorat Britania.
Pada tahun 1888, protektorat Britania, serta beberapa pulau yang berdekatan, dianeksasi oleh Britania sebagai Nugini Britania. Pada tahun 1902, Papua secara efektif dialihkan ke otoritas dominion Britania yang baru, yaitu Australia. Dengan disahkannya Akta Papua 1905, wilayah tersebut secara resmi berganti nama menjadi Teritori Papua, dan pemerintahan Australia menjadi formal pada tahun 1906.
Menyusul pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914, pasukan Australia merebut Nugini Jerman dan mendudukinya selama perang. Setelah Jerman dan Blok Sentral dikalahkan dalam perang, Liga Bangsa-Bangsa memberi wewenang kepada Australia untuk mengelola wilayah ini sebagai wilayah mandat Liga Bangsa-Bangsa, yang kemudian menjadi Teritori Nugini.
Berbeda dengan pembentukan mandat Australia di bekas Nugini Jerman, Liga Bangsa-Bangsa menetapkan bahwa Papua adalah wilayah eksternal Persemakmuran Australia; secara hukum, Papua tetap menjadi milik Britania. Perbedaan status hukum ini berarti bahwa hingga tahun 1949, Papua (bekas protektorat Britania Teritori Papua) dan Nugini (bekas wilayah Jerman Nugini Jerman) memiliki administrasi yang sepenuhnya terpisah, keduanya dikendalikan oleh Australia. Kondisi ini berkontribusi pada kompleksitas pengorganisasian sistem hukum negara pasca-kemerdekaan. Lembah-lembah di dataran tinggi Papua Nugini pertama kali dijelajahi oleh orang Australia pada tahun 1930-an dan ditemukan dihuni oleh lebih dari satu juta orang. Dampak awal kolonialisme sangat terasa bagi masyarakat adat, yang mengalami perampasan sumber daya alam dan pelanggaran hak-hak mereka.
3.3. Pemerintahan Australia dan Kemerdekaan

Selama Perang Dunia II, kampanye Nugini (1942-1945) adalah salah satu kampanye militer besar dan konflik antara Jepang dan Sekutu. Sekitar 216.000 prajurit Jepang, Australia, dan AS tewas. Setelah Perang Dunia II dan kemenangan Sekutu, kedua teritori tersebut digabungkan menjadi Teritori Papua dan Nugini. Ini kemudian disebut sebagai "Papua Nugini."
Setelah Perang Dunia II, Australia mengelola dua teritori gabungan Papua dan Nugini. Pada tahun 1951, Dewan Legislatif beranggotakan 28 orang dibentuk, meskipun sebagian besar didominasi oleh anggota administratif Australia, dengan hanya 3 kursi yang dialokasikan untuk orang Papua Nugini. Sir Donald Cleland, seorang tentara Australia, menjadi administrator pertama dewan baru ini.
Pada tahun 1964, Dewan tersebut digantikan oleh Dewan Majelis Papua dan Nugini beranggotakan 64 orang, yang untuk pertama kalinya memiliki mayoritas anggota Papua Nugini. Majelis tersebut bertambah menjadi 84 anggota pada tahun 1967 dan 100 pada tahun 1971.
Perdebatan mengenai pemerintahan Australia dimulai baik di Papua Nugini maupun di Australia, dengan gerakan kemerdekaan Bougainville mendorong otonomi yang lebih besar karena praktik eksploitatif perusahaan pertambangan Australia Rio Tinto menjadi sangat kontroversial bagi pemilik tanah adat di wilayah tersebut, dengan tuntutan kompensasi yang diajukan.
Pemimpin Oposisi Australia Gough Whitlam mengunjungi Papua Nugini pada tahun 1970 dan 1971, di tengah seruan lebih lanjut untuk kemerdekaan oleh suku Tolai di Semenanjung Gazelle. Ia menyerukan pemerintahan sendiri untuk Teritori tersebut paling cepat tahun 1972.
Pada pemilihan umum Papua Nugini bulan Juli 1972, Michael Somare terpilih sebagai Ketua Menteri Papua Nugini pertama di Teritori tersebut. Pada bulan Desember, Whitlam terpilih sebagai Perdana Menteri pada pemilihan federal Australia 1972. Pemerintahan Whitlam kemudian melembagakan pemerintahan sendiri di bawah kepemimpinan Somare pada akhir tahun 1973.
Selama dua tahun berikutnya, argumen lebih lanjut untuk kemerdekaan diajukan, yang berpuncak pada disahkannya Undang-Undang Kemerdekaan Papua Nugini 1975 oleh Pemerintahan Whitlam pada bulan September 1975, yang menyebutkan tanggal 16 September 1975 sebagai tanggal kemerdekaan. Whitlam dan Pangeran Charles saat itu menghadiri upacara kemerdekaan, dengan Somare melanjutkan sebagai Perdana Menteri pertama negara itu. Pencapaian kemerdekaan ini membawa tantangan besar dalam membangun institusi demokrasi yang berfungsi dan negara bangsa yang inklusif bagi berbagai kelompok etnis.
3.4. Konflik Bougainville

Pemberontakan separatis pada tahun 1975-76 di Pulau Bougainville mengakibatkan modifikasi rancangan Konstitusi Papua Nugini untuk memungkinkan Bougainville dan delapan belas distrik lainnya memiliki status kuasi-federal sebagai provinsi. Pemberontakan baru di Bougainville dimulai pada tahun 1988 dan merenggut 20.000 nyawa hingga diselesaikan pada tahun 1997. Bougainville telah menjadi wilayah pertambangan utama negara itu, menghasilkan 40% dari anggaran nasional. Penduduk asli merasa mereka menanggung dampak lingkungan yang merugikan dari pertambangan, yang mencemari tanah, air, dan udara, tanpa mendapatkan bagian keuntungan yang adil. Latar belakang sosial-ekonomi dan politik gerakan kemerdekaan Bougainville sangat kompleks, melibatkan ketidakpuasan atas distribusi kekayaan dari tambang tembaga Panguna dan keinginan untuk menentukan nasib sendiri.
Selama perang saudara, terjadi dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang serius oleh kedua belah pihak. Proses negosiasi perjanjian damai yang panjang menghasilkan pembentukan Pemerintahan Otonom Bougainville. Joseph Kabui terpilih sebagai presiden pada tahun 2005 dan menjabat hingga meninggal pada tahun 2008. Ia digantikan oleh wakilnya John Tabinaman sebagai presiden sementara sementara pemilihan untuk mengisi sisa masa jabatan diselenggarakan. James Tanis memenangkan pemilihan tersebut pada bulan Desember 2008 dan menjabat hingga pelantikan John Momis, pemenang pemilihan tahun 2010. Sebagai bagian dari penyelesaian damai saat ini, sebuah referendum kemerdekaan yang tidak mengikat diadakan antara tanggal 23 November dan 7 Desember 2019. Pertanyaan referendum adalah pilihan antara otonomi yang lebih besar di dalam Papua Nugini dan kemerdekaan penuh untuk Bougainville, dan para pemilih memberikan suara sangat besar (98,31%) untuk kemerdekaan. Negosiasi antara pemerintah Bougainville dan pemerintah nasional Papua Nugini mengenai jalan menuju kemerdekaan Bougainville dimulai setelah referendum dan masih berlangsung. Dampak jangka panjang konflik ini terhadap para korban, masyarakat, dan stabilitas regional tetap menjadi isu penting.
4. Geografi

Dengan luas 462.84 K km2, Papua Nugini adalah negara terbesar ke-54 di dunia dan negara kepulauan terbesar ketiga. Papua Nugini adalah bagian dari alam Australasia, yang juga mencakup Australia, Selandia Baru, Indonesia timur, dan beberapa kelompok pulau Pasifik, termasuk Kepulauan Solomon dan Vanuatu. Termasuk semua pulaunya, negara ini terletak di antara garis lintang 0° dan 12°S, dan garis bujur 140° dan 160°BT. Negara ini memiliki zona ekonomi eksklusif seluas 2.40 M km2. Daratan utama negara ini adalah bagian timur pulau Papua Nugini, di mana kota-kota terbesar juga berada, termasuk Port Moresby (ibu kota) dan Lae; pulau-pulau utama lainnya di Papua Nugini termasuk Irlandia Baru, Britania Baru, Manus, dan Bougainville.
Terletak di utara daratan Australia, geografi negara ini beragam dan, di beberapa tempat, sangat terjal. Barisan pegunungan, Pegunungan Papua Nugini, membentang sepanjang pulau Papua Nugini, membentuk wilayah dataran tinggi yang padat penduduk yang sebagian besar ditutupi oleh hutan hujan tropis, dan Semenanjung Papua yang panjang, yang dikenal sebagai 'Ekor Burung'. Hutan hujan lebat dapat ditemukan di dataran rendah dan daerah pesisir serta wilayah lahan basah yang sangat luas di sekitar sungai Sepik dan Fly. Medan ini telah mempersulit negara untuk mengembangkan infrastruktur transportasi. Akibatnya, perjalanan udara seringkali menjadi sarana transportasi yang paling efisien dan andal. Puncak tertinggi adalah Gunung Wilhelm dengan ketinggian 4.51 K m. Papua Nugini dikelilingi oleh terumbu karang yang diawasi ketat demi pelestariannya. Sungai-sungai terbesar Papua Nugini berada di Papua Nugini dan termasuk Sepik, Ramu, Markham, Musa, Purari, Kikori, Turama, Wawoi, dan Fly.
Perbatasan antara Papua Nugini dan Indonesia dikonfirmasi melalui perjanjian dengan Australia sebelum kemerdekaan pada tahun 1974. Perbatasan darat terdiri dari segmen meridian 141° BT dari pantai utara ke selatan hingga bertemu dengan Sungai Fly yang mengalir ke timur, kemudian tikungan pendek dari thalweg sungai hingga bertemu dengan meridian 141°01'10" BT yang mengalir ke barat, lalu ke selatan menuju pantai selatan. Meridian 141° BT membentuk seluruh batas timur Nugini Belanda menurut proklamasi aneksasinya tahun 1828. Melalui Perjanjian Den Haag (1895), Belanda dan Britania Raya sepakat untuk melakukan pertukaran wilayah, membawa seluruh tepi kiri Sungai Fly ke dalam Nugini Britania dan memindahkan perbatasan selatan ke timur menuju Muara Torasi. Perbatasan maritim dengan Australia dikonfirmasi melalui perjanjian pada tahun 1978. Di Selat Torres, perbatasan ini membentang dekat dengan daratan utama Papua Nugini, menjaga Kepulauan Selat Torres Barat Laut yang berdekatan (Dauan, Boigu, dan Saibai) di bawah kedaulatan Australia. Perbatasan maritim dengan Kepulauan Solomon dikonfirmasi melalui perjanjian tahun 1989.
4.1. Bentang Alam dan Geologi
Negara ini terletak di Cincin Api Pasifik, pada titik pertemuan beberapa lempeng tektonik. Secara geologis, pulau Papua Nugini adalah perpanjangan utara dari lempeng tektonik Indo-Australia, membentuk bagian dari satu massa daratan yaitu Australia-Papua Nugini (juga disebut Sahul atau Meganesia). Pulau ini terhubung dengan segmen Australia oleh paparan benua dangkal di Selat Torres, yang pada masa lalu merupakan jembatan darat, terutama selama zaman es ketika permukaan laut lebih rendah dari sekarang. Saat Lempeng Indo-Australia (yang mencakup daratan India, Australia, dan dasar Samudra Hindia di antaranya) bergerak ke utara, ia bertabrakan dengan Lempeng Eurasia. Tabrakan kedua lempeng ini mendorong ke atas Himalaya, pulau-pulau Indonesia, dan Pegunungan Tengah Papua Nugini. Pegunungan Tengah jauh lebih muda dan lebih tinggi daripada pegunungan Australia, begitu tinggi sehingga menjadi rumah bagi gletser khatulistiwa yang langka. Terdapat beberapa gunung berapi aktif, dan letusan sering terjadi.
4.2. Iklim
Iklim di pulau ini pada dasarnya tropis, tetapi bervariasi menurut wilayah. Suhu rata-rata maksimum di dataran rendah adalah 30 °C hingga 32 °C, dan minimum 23 °C-24 °C. Di dataran tinggi di atas 2.10 K m, kondisi lebih dingin berlaku dan embun beku malam hari biasa terjadi di sana, sementara suhu siang hari melebihi 22 °C, terlepas dari musim. Sebagian besar wilayah Papua Nugini memiliki iklim tropis basah dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun, meskipun beberapa daerah memiliki musim kemarau yang lebih jelas.
4.3. Keanekaragaman Hayati



Banyak spesies burung dan mamalia yang ditemukan di Papua Nugini memiliki hubungan genetik yang erat dengan spesies terkait yang ditemukan di Australia. Salah satu ciri penting yang sama bagi kedua daratan tersebut adalah keberadaan beberapa spesies mamalia marsupialia, termasuk beberapa kanguru dan posum, yang tidak ditemukan di tempat lain. Papua Nugini adalah negara megadiverse.
Banyak pulau lain dalam wilayah PNG, termasuk Britania Baru, Irlandia Baru, Bougainville, Kepulauan Admiralty, Kepulauan Trobriand, dan Kepulauan Louisiade, tidak pernah terhubung dengan Papua Nugini melalui jembatan darat. Akibatnya, mereka memiliki flora dan fauna sendiri; khususnya, mereka kekurangan banyak mamalia darat dan burung yang tidak bisa terbang yang umum di Papua Nugini dan Australia.
Australia dan Papua Nugini adalah bagian dari superbenua kuno Gondwana, yang mulai pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil pada periode Kapur, 65-130 juta tahun yang lalu. Australia akhirnya memisahkan diri dari Antarktika sekitar 45 juta tahun yang lalu. Semua daratan Australasia adalah rumah bagi flora Antarktika, yang berasal dari flora Gondwana selatan, termasuk konifer podokarpus dan pinus Araucaria, serta fagales selatan berdaun lebar (Nothofagus). Famili tumbuhan ini masih ada di Papua Nugini. Papua Nugini adalah bagian dari daerah tropis lembap, dan banyak tumbuhan hutan hujan Indomalaya menyebar melintasi selat sempit dari Asia, bercampur dengan flora Australia dan Antarktika kuno. Papua Nugini telah diidentifikasi sebagai pulau dengan keanekaragaman flora terkaya di dunia, dengan 13.634 spesies tumbuhan vaskular yang diketahui.
Papua Nugini mencakup beberapa ekoregion terestrial:
- Hutan hujan dataran rendah Kepulauan Admiralty - pulau-pulau berhutan di utara daratan utama, rumah bagi flora yang khas.
- Hutan hujan pegunungan Pegunungan Tengah
- Hutan hujan pegunungan Semenanjung Huon
- Hutan hujan Kepulauan Louisiade
- Hutan hujan dataran rendah Britania Baru-Irlandia Baru
- Hutan hujan pegunungan Britania Baru-Irlandia Baru
- Bakau Papua
- Hutan hujan dan rawa air tawar dataran rendah Papua Nugini Utara
- Hutan hujan pegunungan Papua Nugini Utara
- Hutan hujan Kepulauan Solomon (termasuk Pulau Bougainville dan Buka)
- Hutan hujan Papua bagian tenggara
- Hutan rawa air tawar Papua Nugini Selatan
- Hutan hujan dataran rendah Papua Nugini Selatan
- Hutan hujan Kepulauan Trobriand
- Sabana dan padang rumput Trans-Fly
- Padang rumput sub-alpin Pegunungan Tengah
Tiga spesies mamalia baru ditemukan di hutan Papua Nugini oleh ekspedisi yang dipimpin Australia pada awal tahun 2010-an. Seekor walabi kecil, tikus bertelinga besar, dan marsupial mirip celurut ditemukan. Ekspedisi tersebut juga berhasil menangkap foto dan rekaman video beberapa hewan langka lainnya seperti kanguru pohon Tenkile dan kanguru pohon Weimang. Hampir seperempat hutan hujan Papua Nugini rusak atau hancur antara tahun 1972 dan 2002. Papua Nugini memiliki skor rata-rata Indeks Integritas Lanskap Hutan sebesar 8,84/10, menempatkannya di peringkat ke-17 secara global dari 172 negara. Rawa bakau membentang di sepanjang pantai, dan di pedalaman dihuni oleh nipah (Nypa fruticans), dan lebih jauh ke pedalaman, pohon sagu mendiami daerah-daerah di lembah sungai-sungai besar. Pohon-pohon seperti ek, cedar merah, pinus, dan beech menjadi dominan di dataran tinggi di atas 1.0 K m (3.30 K ft). Papua Nugini kaya akan berbagai spesies reptil, ikan air tawar asli, dan burung, tetapi hampir tidak memiliki mamalia besar. Isu-isu mendesak terkait konservasi lingkungan, deforestasi, dampak perubahan iklim, serta eksploitasi sumber daya terhadap ekosistem dan masyarakat adat menjadi perhatian utama.
4.4. Gempa Bumi
Papua Nugini terkenal dengan aktivitas seismiknya yang sering, karena berada di Cincin Api. Gempa bumi relatif sering terjadi, kadang-kadang disertai tsunami. Pada tanggal 17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,0 skala Richter melanda utara Aitape. Gempa ini memicu tsunami setinggi 15 m (50 ft), yang menewaskan lebih dari 2.180 orang dalam salah satu bencana alam terburuk di negara itu.
Pada bulan September 2002, gempa berkekuatan 7,6 skala Richter melanda lepas pantai Wewak, Provinsi Sandaun, menewaskan enam orang.
Dari Maret hingga April 2018, serangkaian gempa bumi melanda Provinsi Hela, menyebabkan tanah longsor yang meluas dan kematian 200 orang. Berbagai negara dari Oseania dan Asia Tenggara segera mengirimkan bantuan ke negara tersebut.
Gempa bumi parah lainnya terjadi pada tanggal 11 September 2022, menewaskan tujuh orang dan menyebabkan guncangan yang merusak di beberapa kota terbesar di negara itu, seperti Lae dan Madang, gempa juga dirasakan di ibu kota Port Moresby.
Pada tanggal 24 Mei 2024, longsor melanda desa Kaokalam di Provinsi Enga, sekitar 600 km barat laut ibu kota, Port Moresby, sekitar pukul 3 pagi waktu setempat. Longsor tersebut mengubur lebih dari 2000 orang hidup-hidup, menyebabkan kerusakan besar pada bangunan dan kebun pangan serta berdampak besar pada jalur ekonomi negara. Angka korban jiwa melampaui tragedi longsor Leyte Selatan 2006 di mana total 1.126 orang kehilangan nyawa akibat aliran puing dari tanah longsor setelah 10 hari hujan lebat. Dengan lebih dari 2.000 orang dilaporkan tewas oleh pemerintah Papua Nugini, bencana ini kini muncul sebagai tanah longsor paling mematikan di abad ke-21.
5. Politik dan Pemerintahan
Papua Nugini menganut sistem demokrasi parlementer dalam kerangka monarki konstitusional, di mana Raja Britania Raya, saat ini Charles III, bertindak sebagai kepala negara seremonial dan diwakili oleh seorang Gubernur Jenderal. Pemerintahan dijalankan oleh Perdana Menteri yang dipilih oleh Parlemen Nasional. Negara ini menghadapi berbagai tantangan dalam tata kelola pemerintahan yang baik, termasuk korupsi, stabilitas politik, dan upaya untuk memastikan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta partisipasi yang lebih luas dalam proses demokrasi.
5.1. Struktur Pemerintahan

Charles III
sejak
9 September 2022

Bob Dadae
sejak
28 Februari 2017

James Marape
sejak
30 Mei 2019
Papua Nugini adalah sebuah Alam Persemakmuran dengan Charles III sebagai Raja Papua Nugini. Perwakilan raja adalah gubernur jenderal Papua Nugini, yang dipilih oleh Parlemen Nasional unikameral. Papua Nugini dan Kepulauan Solomon adalah satu-satunya wilayah Persemakmuran di mana gubernur jenderal dipilih oleh parlemen, meskipun gubernur jenderal secara resmi tetap diangkat oleh raja sesuai dengan suara parlemen.
Konstitusi nasional mengatur bahwa eksekutif bertanggung jawab kepada parlemen sebagai perwakilan rakyat Papua Nugini. Perdana menteri Papua Nugini dipilih oleh Parlemen Nasional, sementara menteri-menteri lainnya diangkat oleh gubernur jenderal atas saran perdana menteri dan membentuk Dewan Eksekutif Nasional, yang bertindak sebagai kabinet negara. Parlemen Nasional memiliki 111 kursi, di mana 22 di antaranya ditempati oleh gubernur dari 22 provinsi dan Distrik Ibu Kota Nasional. Calon anggota parlemen dipilih ketika perdana menteri meminta gubernur jenderal untuk mengadakan pemilihan nasional, maksimal lima tahun setelah pemilihan nasional sebelumnya.
Pada tahun-tahun awal kemerdekaan, ketidakstabilan sistem partai menyebabkan seringnya mosi tidak percaya di parlemen, yang mengakibatkan perubahan pemerintahan, tetapi dengan rujukan ke pemilih, melalui pemilihan nasional yang hanya terjadi setiap lima tahun sekali. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah berturut-turut telah mengesahkan undang-undang yang mencegah mosi semacam itu lebih cepat dari 18 bulan setelah pemilihan nasional dan dalam waktu 12 bulan sebelum pemilihan berikutnya. Pada tahun 2012, dua (dari tiga) pembacaan pertama disahkan untuk mencegah mosi tidak percaya terjadi dalam 30 bulan pertama. Pembatasan terhadap mosi tidak percaya ini dapat dikatakan telah menghasilkan stabilitas yang lebih besar, meskipun mungkin dengan mengorbankan pengurangan akuntabilitas cabang eksekutif pemerintahan.
Pemilihan di PNG menarik banyak kandidat. Setelah kemerdekaan pada tahun 1975, anggota dipilih dengan sistem first-past-the-post, dengan pemenang seringkali memperoleh kurang dari 15% suara. Reformasi pemilu pada tahun 2001 memperkenalkan sistem Suara Preferensial Terbatas (LPV), sebuah versi dari suara alternatif. Pemilihan umum 2007 adalah yang pertama dilakukan menggunakan LPV.
Berdasarkan amandemen tahun 2002, pemimpin partai yang memenangkan jumlah kursi terbanyak dalam pemilihan diundang oleh gubernur jenderal untuk membentuk pemerintahan, jika mereka dapat mengumpulkan mayoritas yang diperlukan di parlemen. Proses pembentukan koalisi semacam itu di PNG, di mana partai-partai tidak memiliki banyak ideologi, melibatkan banyak "tawar-menawar" hingga saat-saat terakhir. Peter O'Neill muncul sebagai perdana menteri Papua Nugini setelah pemilihan Juli 2012, dan membentuk pemerintahan dengan Leo Dion, mantan Gubernur Provinsi Britania Baru Timur, sebagai wakil perdana menteri.
Pada tahun 2011 terjadi krisis konstitusional antara Perdana Menteri yang dipilih parlemen, Peter O'Neill (dipilih oleh mayoritas besar anggota parlemen), dan Sir Michael Somare, yang dianggap oleh mahkamah agung tetap menjabat. Kebuntuan antara parlemen dan mahkamah agung berlanjut hingga pemilihan nasional Juli 2012, dengan undang-undang disahkan yang secara efektif memberhentikan hakim agung dan membuat anggota mahkamah agung tunduk pada kontrol yang lebih besar oleh legislatif, serta serangkaian undang-undang lain yang disahkan, misalnya membatasi usia perdana menteri. Konfrontasi mencapai puncaknya, dengan wakil perdana menteri memasuki mahkamah agung selama persidangan, dikawal oleh polisi, seolah-olah untuk menangkap hakim agung. Ada tekanan kuat di antara beberapa anggota parlemen untuk menunda pemilihan nasional selama enam bulan hingga satu tahun lagi, meskipun kekuasaan mereka untuk melakukan itu sangat dipertanyakan. Perdana menteri yang dipilih parlemen dan anggota parlemen lain yang lebih berkepala dingin memenangkan suara agar surat perintah pemilihan baru dikeluarkan, sedikit terlambat, tetapi agar pemilihan itu sendiri berlangsung tepat waktu, sehingga menghindari kelanjutan krisis konstitusional.
Pada Mei 2019, O'Neill mengundurkan diri sebagai perdana menteri dan digantikan melalui pemungutan suara Parlemen oleh James Marape. Marape adalah menteri kunci dalam pemerintahan O'Neill dan pembelotannya dari pemerintah ke kubu oposisi akhirnya menyebabkan pengunduran diri O'Neill dari jabatannya. Davis Steven diangkat sebagai wakil perdana menteri, Menteri Kehakiman dan Jaksa Agung. Setelah pemilihan yang banyak dikritik oleh pengamat karena persiapannya yang tidak memadai (termasuk kegagalan memperbarui daftar pemilih), pelanggaran dan kekerasan, pada Juli 2022, Partai PANGU pimpinan Perdana Menteri James Marape memperoleh kursi terbanyak dari partai mana pun dalam pemilihan tersebut, memungkinkan James Marape diundang untuk membentuk pemerintahan koalisi, yang berhasil dilakukannya dan ia melanjutkan sebagai Perdana Menteri PNG. Dalam Pemilihan 2022, dua perempuan terpilih menjadi anggota Parlemen kesebelas, salah satunya, Rufina Peter, juga menjadi Gubernur Provinsi Tengah.
5.2. Hukum
Parlemen unikameral memberlakukan undang-undang dengan cara yang sama seperti di wilayah Persemakmuran lain yang menggunakan sistem pemerintahan Westminster. Kabinet secara kolektif menyepakati kebijakan pemerintah, dan kemudian menteri terkait mengajukan rancangan undang-undang ke Parlemen, tergantung pada departemen pemerintah mana yang bertanggung jawab atas pelaksanaan undang-undang tertentu. Anggota parlemen dari barisan belakang juga dapat mengajukan rancangan undang-undang. Parlemen membahas rancangan undang-undang, dan (pasal 110.1 Konstitusi) rancangan tersebut menjadi undang-undang yang berlaku ketika Ketua Parlemen menyatakan bahwa Parlemen telah mengesahkannya. Tidak ada persetujuan kerajaan.
Semua undang-undang biasa yang diberlakukan oleh Parlemen harus konsisten dengan Konstitusi. Pengadilan memiliki yurisdiksi untuk memutuskan konstitusionalitas undang-undang, baik dalam sengketa di hadapan mereka maupun atas rujukan di mana tidak ada sengketa tetapi hanya pertanyaan hukum abstrak. Tidak seperti negara berkembang pada umumnya, cabang yudikatif pemerintah di Papua Nugini tetap sangat independen, dan pemerintah eksekutif berturut-turut terus menghormati otoritasnya.
"Hukum dasar" (hukum umum Papua Nugini) terdiri dari prinsip-prinsip dan aturan hukum umum dan ekuitas dalam hukum umum Inggris sebagaimana berlaku pada tanggal 16 September 1975 (tanggal kemerdekaan), dan setelah itu keputusan pengadilan PNG sendiri. Pengadilan diarahkan oleh Konstitusi dan, belakangan, Undang-Undang Hukum Dasar, untuk memperhatikan "adat" masyarakat tradisional. Mereka bertugas menentukan adat mana yang umum di seluruh negeri dan dapat dinyatakan juga sebagai bagian dari hukum dasar. Dalam praktiknya, hal ini terbukti sulit dan sebagian besar diabaikan. Undang-undang sebagian besar diadaptasi dari yurisdiksi luar negeri, terutama Australia dan Inggris. Pembelaan di pengadilan mengikuti pola adversarial negara-negara hukum umum lainnya. Sistem peradilan nasional ini, yang digunakan di kota-kota besar dan kecil, didukung oleh sistem pengadilan desa di daerah-daerah yang lebih terpencil. Hukum yang mendasari pengadilan desa adalah 'hukum adat'.
5.3. Pembagian Administratif

Papua Nugini dibagi menjadi empat region, yang bukan merupakan divisi administratif utama tetapi cukup signifikan dalam banyak aspek pemerintahan, komersial, olahraga, dan kegiatan lainnya. Negara ini memiliki 22 divisi setingkat provinsi: dua puluh provinsi, Daerah Otonom Bougainville, dan Distrik Ibu Kota Nasional. Setiap provinsi dibagi menjadi satu atau lebih distrik, yang pada gilirannya dibagi menjadi satu atau lebih area Pemerintahan Tingkat Lokal. Provinsi adalah divisi administratif utama negara. Pemerintah provinsi adalah cabang dari pemerintah nasional karena Papua Nugini bukanlah federasi provinsi. Divisi setingkat provinsi adalah sebagai berikut:
- Tengah
- Chimbu (Simbu)
- Dataran Tinggi Timur
- Britania Baru Timur
- Sepik Timur
- Enga
- Teluk
- Madang
- Manus
- Teluk Milne
- Morobe
- Irlandia Baru
- Utara (Oro)
- Bougainville (daerah otonom)
- Dataran Tinggi Selatan
- Provinsi Barat (Fly)
- Dataran Tinggi Barat
- Britania Baru Barat
- Sepik Barat (Sandaun)
- Distrik Ibu Kota Nasional (Port Moresby)
- Hela
- Jiwaka
Pada tahun 2009, Parlemen menyetujui pembentukan dua provinsi tambahan: Provinsi Hela, yang terdiri dari bagian dari Provinsi Dataran Tinggi Selatan yang ada, dan Provinsi Jiwaka, yang dibentuk dengan membagi Provinsi Dataran Tinggi Barat. Jiwaka dan Hela secara resmi menjadi provinsi terpisah pada tanggal 17 Mei 2012. Deklarasi Hela dan Jiwaka adalah hasil dari proyek gas alam cair terbesar di negara itu yang terletak di kedua provinsi tersebut. Pemerintah menetapkan tanggal 23 November 2019 sebagai tanggal pemungutan suara untuk referendum kemerdekaan yang tidak mengikat di daerah otonom Bougainville. Pada bulan Desember 2019, daerah otonom tersebut memberikan suara sangat besar untuk kemerdekaan, dengan 97,7% suara mendukung perolehan kemerdekaan penuh dan sekitar 1,7% suara mendukung otonomi yang lebih besar.
5.4. Hubungan Luar Negeri

Papua Nugini adalah anggota Persemakmuran Bangsa-Bangsa, Komunitas Pasifik, Forum Kepulauan Pasifik, dan Melanesian Spearhead Group (MSG). Negara ini diberikan status pengamat di ASEAN pada tahun 1976, diikuti kemudian oleh status pengamat khusus pada tahun 1981. Negara ini juga merupakan anggota APEC dan negara ACP, yang terkait dengan Uni Eropa. Papua Nugini telah menjadi anggota Forum Negara-Negara Kecil (FOSS) sejak kelompok tersebut didirikan pada tahun 1992. Papua Nugini mendukung kontrol Indonesia atas Nugini Barat, fokus dari konflik Papua di mana banyak pelanggaran hak asasi manusia dilaporkan telah dilakukan oleh pasukan keamanan Indonesia. Isu perubahan iklim dan hak asasi manusia menjadi poin penting dalam kebijakan luar negerinya, seringkali disuarakan dalam forum-forum internasional.
5.5. Militer
Angkatan Pertahanan Papua Nugini (PNGDF) adalah organisasi militer yang bertanggung jawab atas pertahanan Papua Nugini. Terdiri dari tiga sayap. Elemen Darat memiliki 7 unit: Resimen Kepulauan Pasifik Kerajaan, unit pasukan khusus, batalion zeni, tiga unit kecil lainnya yang terutama menangani sinyal dan kesehatan, serta akademi militer. Elemen Udara terdiri dari satu skuadron pesawat terbang, yang mengangkut sayap militer lainnya. Elemen Maritim terdiri dari empat kapal patroli kelas Pacific, tiga bekas kapal pendarat berat kelas Balikpapan Australia, dan satu kapal patroli kelas Guardian. Salah satu kapal pendarat digunakan sebagai kapal latih. Tiga kapal patroli kelas Guardian lainnya sedang dibangun di Australia, untuk menggantikan kapal kelas Pasifik yang lama. Tugas utama Elemen Maritim adalah melakukan patroli di perairan pantai dan mengangkut Elemen Darat. Papua Nugini memiliki zona ekonomi eksklusif yang sangat besar karena garis pantainya yang luas. Elemen Maritim sangat bergantung pada citra satelit untuk mengawasi perairan negara. Patroli umumnya tidak efektif karena kekurangan dana seringkali membuat kapal patroli tidak dapat dioperasikan. Masalah ini akan sebagian diperbaiki ketika kapal patroli kelas Guardian yang lebih besar mulai beroperasi. Angkatan pertahanan menghadapi tantangan dalam menjaga kedaulatan dan keamanan di wilayah yang luas dan sulit dijangkau.
5.6. Ketertiban Umum dan Hak Asasi Manusia

Papua Nugini seringkali menduduki peringkat sebagai tempat terburuk di dunia untuk kekerasan terhadap perempuan. Sebuah studi tahun 2013 di The Lancet menemukan bahwa 27% pria di Pulau Bougainville melaporkan pernah memperkosa non-pasangan, sementara 14,1% melaporkan pernah melakukan pemerkosaan berkelompok. Menurut UNICEF, hampir setengah dari korban pemerkosaan yang dilaporkan berusia di bawah 15 tahun, dan 13% di bawah 7 tahun. Sebuah laporan oleh ChildFund Australia, mengutip mantan Anggota Parlemen Dame Carol Kidu, mengklaim 50% dari mereka yang mencari bantuan medis setelah pemerkosaan berusia di bawah 16 tahun, 25% di bawah 12 tahun, dan 10% di bawah 8 tahun. Di bawah masa jabatan Dame Carol sebagai Menteri Pembangunan Masyarakat, Parlemen mengesahkan Undang-Undang Perlindungan Keluarga (2013) dan Undang-Undang Lukautim Pikini (2015), meskipun Peraturan Perlindungan Keluarga baru disetujui pada tahun 2017, menunda penerapannya di Pengadilan.
Undang-Undang Sihir 1971 memberlakukan hukuman hingga 2 tahun penjara untuk praktik "sihir hitam", hingga undang-undang tersebut dicabut pada tahun 2013. Diperkirakan 50-150 orang yang dituduh sebagai penyihir dibunuh setiap tahun di Papua Nugini. Rencana Aksi Nasional Terkait Tuduhan Sihir dan Ilmu Hitam (SNAP) disetujui oleh Pemerintah pada tahun 2015, meskipun pendanaan dan penerapannya kurang memadai. Isu serius terkait tuduhan sihir (sorcery-accusation related violence/SARV) dan pembunuhan akibat tuduhan tersebut masih menjadi tantangan besar. Tidak ada perlindungan yang diberikan kepada warga LGBT di negara ini. Tindakan homoseksual dilarang oleh hukum di Papua Nugini.
Meskipun kekerasan antarsuku telah lama menjadi bagian dari kehidupan di wilayah dataran tinggi, peningkatan penggunaan senjata api telah menyebabkan hilangnya nyawa yang lebih besar. Di masa lalu, kelompok-kelompok yang bersaing diketahui menggunakan kapak, parang, dan senjata tradisional, serta menghormati aturan keterlibatan yang mencegah kekerasan saat berburu atau di pasar. Norma-norma ini telah berubah dengan meningkatnya penggunaan senjata api. Senjata-senjata ini diyakini berasal dari operasi penyelundupan melalui perbatasan ke Indonesia, serta kerugian dari gudang senjata pemerintah. Hanya 1/5 dari 5.000 Senapan Serbu L1A1 buatan Australia dan setengah dari 2.000 M16 yang dikirim ke PNGDF dari tahun 1970-an hingga 1990-an yang ditemukan di gudang senjata pemerintah selama audit pada tahun 2004 dan 2005. Penyelundupan dan pencurian amunisi juga telah meningkatkan kekerasan di wilayah-wilayah ini, menyebabkan polisi dan militer kesulitan mempertahankan kontrol, seringkali kalah persenjataan dan hanya mampu mengambil jenazah. Pembantaian di desa meningkat dengan 69 penduduk desa tewas dalam satu serangan pada Februari 2024 di Provinsi Enga, pembunuhan terbesar sejak konflik Bougainville tahun 1980-an dan 90-an. Papua Nugini menerima skor 5,6 dari 10 untuk keselamatan dari negara dari Human Rights Measurement Initiative. Kebebasan pers menghadapi tantangan, dan upaya pemerintah serta masyarakat sipil dalam mengatasi masalah ini dan meningkatkan penegakan hukum terus berlangsung.
Polisi Kerajaan Papua Nugini (Royal Papua New Guinea Constabulary) telah menghadapi masalah dalam beberapa tahun terakhir akibat pertikaian internal, campur tangan politik, dan korupsi. Sejak awal setelah Kemerdekaan (dan hingga kini) diakui bahwa kepolisian nasional saja tidak akan pernah memiliki kapasitas untuk mengelola hukum dan ketertiban di seluruh negeri, dan bahwa hal itu juga akan memerlukan sistem kepolisian dan penegakan hukum tingkat lokal yang efektif, terutama layanan magistrat pengadilan desa. Kelemahan kapasitas polisi, kondisi kerja yang buruk, dan rekomendasi untuk mengatasinya menjadi subjek Tinjauan Administratif Polisi Kerajaan PNG tahun 2004 kepada Menteri Keamanan Dalam Negeri.
Pada tahun 2011, Komisaris Polisi Anthony Wagambie mengambil langkah yang tidak biasa dengan meminta publik untuk melaporkan polisi yang meminta bayaran untuk melakukan tugas mereka.
Pada September 2020, Menteri Kepolisian Bryan Jared Kramer melancarkan serangan di Facebook terhadap departemen kepolisiannya sendiri, yang kemudian dilaporkan di media internasional. Dalam unggahan tersebut, Kramer menuduh Polisi Kerajaan PNG melakukan korupsi yang meluas, mengklaim bahwa "Perwira senior yang berbasis di Markas Besar Polisi di Port Moresby mencuri dari dana pensiun pensiunan perwira mereka sendiri. Mereka terlibat dalam kejahatan terorganisir, sindikat narkoba, penyelundupan senjata api, pencurian bahan bakar, penipuan asuransi, dan bahkan menyalahgunakan tunjangan polisi. Mereka menyalahgunakan puluhan juta kina yang dialokasikan untuk perumahan, sumber daya, dan kesejahteraan polisi. Kami juga menemukan banyak kasus perwira senior yang memfasilitasi pencurian tanah Polisi." Komisaris Polisi David Manning, dalam pernyataan terpisah, mengatakan bahwa pasukannya termasuk "penjahat berseragam."
6. Ekonomi

Papua Nugini kaya akan sumber daya alam, termasuk sumber daya mineral dan terbarukan, seperti hutan, sumber daya laut (termasuk sebagian besar stok tuna utama dunia), dan di beberapa bagian pertanian. Medan yang berat (termasuk pegunungan tinggi dan lembah, rawa, dan pulau) dan biaya tinggi pengembangan infrastruktur, dikombinasikan dengan faktor-faktor lain (termasuk masalah hukum dan ketertiban di beberapa pusat dan sistem hak milik tanah adat) menyulitkan pengembang luar. Pengembang lokal terhambat oleh investasi yang kurang selama bertahun-tahun dalam pendidikan, kesehatan, dan akses ke keuangan. Pertanian, untuk subsisten dan tanaman komersial, menyediakan mata pencaharian bagi 85% populasi dan terus menyumbang sekitar 30% dari PDB. Endapan mineral, termasuk emas, minyak, dan tembaga, menyumbang 72% dari pendapatan ekspor. Produksi kelapa sawit telah tumbuh stabil selama beberapa tahun terakhir (sebagian besar dari perkebunan dan dengan hasil petani plasma yang luas), dengan minyak kelapa sawit sekarang menjadi ekspor pertanian utama. Kopi tetap menjadi tanaman ekspor utama (diproduksi sebagian besar di provinsi-provinsi Dataran Tinggi); diikuti oleh kakao dan minyak kelapa/kopra dari daerah pesisir, masing-masing sebagian besar diproduksi oleh petani kecil; teh, diproduksi di perkebunan; dan karet. Lapangan Iagifu/Hedinia ditemukan pada tahun 1986 di sabuk lipatan dan dorongan Papua. Aspek keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan, hak-hak pekerja, dan distribusi manfaat ekonomi yang merata menjadi pertimbangan penting dalam strategi pembangunan ekonomi.
Mantan Perdana Menteri Sir Mekere Morauta mencoba memulihkan integritas lembaga negara, menstabilkan kina, memulihkan stabilitas anggaran nasional, memprivatisasi perusahaan publik jika sesuai, dan memastikan perdamaian berkelanjutan di Bougainville setelah perjanjian 1997 yang mengakhiri kerusuhan separatis Bougainville. Pemerintah Morauta meraih keberhasilan yang cukup besar dalam menarik dukungan internasional, khususnya mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia dalam mengamankan pinjaman bantuan pembangunan.
Pada tahun 2019, tingkat pertumbuhan PDB riil PNG adalah 3,8%, dengan tingkat inflasi 4,3%. Pertumbuhan ekonomi ini terutama disebabkan oleh harga komoditas yang kuat, khususnya mineral tetapi juga pertanian, dengan permintaan tinggi untuk produk mineral sebagian besar bertahan bahkan selama krisis oleh pasar Asia yang kuat, sektor pertambangan yang sedang booming dan oleh prospek yang cerah serta fase konstruksi untuk eksplorasi, produksi, dan ekspor gas alam dalam bentuk cair (gas alam cair atau "LNG") oleh kapal tanker LNG, yang semuanya akan membutuhkan investasi miliaran dolar (eksplorasi, sumur produksi, pipa, penyimpanan, pabrik pencairan, terminal pelabuhan, kapal tanker LNG).
Proyek gas besar pertama adalah usaha patungan PNG LNG. ExxonMobil adalah operator usaha patungan tersebut, yang juga terdiri dari perusahaan PNG Oil Search, Santos, Kumul Petroleum Holdings (perusahaan minyak dan gas nasional Papua Nugini), JX Nippon Oil and Gas Exploration, Perusahaan Pengembangan Sumber Daya Mineral pemerintah PNG dan Petromin PNG Holdings. Proyek ini merupakan pengembangan terpadu yang mencakup fasilitas produksi dan pemrosesan gas di Provinsi Hela, Dataran Tinggi Selatan, dan Provinsi Barat Papua Nugini, termasuk fasilitas pencairan dan penyimpanan (terletak di barat laut Port Moresby) dengan kapasitas 6,9 juta ton per tahun. Terdapat lebih dari 700 km pipa yang menghubungkan fasilitas-fasilitas tersebut. Ini adalah investasi sektor swasta terbesar dalam sejarah PNG. Proyek besar kedua didasarkan pada hak awal yang dipegang oleh perusahaan minyak dan gas utama Prancis TotalEnergies dan perusahaan AS InterOil Corp. (IOC), yang sebagian telah menggabungkan aset mereka setelah TotalEnergies setuju pada Desember 2013 untuk membeli 61,3% hak ladang gas Antelope dan Elk IOC, dengan rencana untuk mengembangkannya mulai tahun 2016, termasuk pembangunan pabrik pencairan untuk memungkinkan ekspor LNG. TotalEnergies secara terpisah memiliki perjanjian operasi bersama lainnya dengan Oil Search. Proyek gas dan mineral lebih lanjut diusulkan (termasuk tambang tembaga-emas Wafi-Golpu yang besar), dengan eksplorasi ekstensif yang sedang berlangsung di seluruh negeri.
Visi 2050 jangka panjang pemerintah PNG dan dokumen kebijakan jangka pendek, termasuk Anggaran 2013 dan Strategi Pembangunan Berkelanjutan yang Bertanggung Jawab 2014, menekankan perlunya ekonomi yang lebih beragam, berdasarkan industri berkelanjutan dan menghindari efek penyakit Belanda dari proyek ekstraksi sumber daya utama yang merusak industri lain. Ini terjadi di banyak negara yang mengalami ledakan minyak atau mineral lainnya, terutama di Afrika Barat, merusak sebagian besar sektor pertanian, manufaktur, dan pariwisata mereka, dan dengan itu prospek pekerjaan berbasis luas. Langkah-langkah telah diambil untuk mengurangi efek ini, termasuk melalui pembentukan dana kekayaan negara, sebagian untuk menstabilkan aliran pendapatan dan pengeluaran, tetapi banyak yang akan bergantung pada kesiapan untuk melakukan reformasi nyata terhadap penggunaan pendapatan yang efektif, mengatasi korupsi yang merajalela dan memberdayakan rumah tangga dan bisnis untuk mengakses pasar, layanan dan mengembangkan ekonomi yang lebih kuat, dengan biaya lebih rendah, terutama untuk usaha kecil hingga menengah. Satu proyek besar yang dilakukan melalui Departemen Pembangunan Masyarakat PNG menyarankan bahwa jalur lain menuju pembangunan berkelanjutan harus dipertimbangkan.
Institut Urusan Nasional, sebuah lembaga pemikir kebijakan independen PNG, menyediakan laporan tentang lingkungan bisnis dan investasi Papua Nugini setiap lima tahun, berdasarkan survei perusahaan besar dan kecil, lokal dan luar negeri, menyoroti masalah hukum dan ketertiban serta korupsi, sebagai hambatan terburuk, diikuti oleh kondisi infrastruktur transportasi, listrik, dan komunikasi yang buruk.
6.1. Sektor Ekonomi Utama
Sektor-sektor utama ekonomi Papua Nugini meliputi pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan, dan sektor jasa. Masing-masing sektor ini memiliki kontribusi dan tantangan tersendiri dalam pembangunan ekonomi nasional yang berkeadilan dan berkelanjutan.
6.1.1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Produk pertanian utama Papua Nugini meliputi kopi, kakao, kopra, dan minyak kelapa sawit. Sektor pertanian sebagian besar bersifat subsisten, namun tanaman komersial seperti kopi dan kakao memberikan kontribusi signifikan terhadap ekspor. Sektor kehutanan juga penting, tetapi menghadapi isu penebangan liar dan pengelolaan yang tidak berkelanjutan. Perikanan, terutama tuna, memiliki potensi besar namun juga memerlukan pengelolaan yang cermat untuk menghindari eksploitasi berlebihan. Dampak sosial-ekonomi dan lingkungan dari kegiatan di sektor ini, termasuk isu hak tanah adat dan kesejahteraan petani kecil, menjadi perhatian penting. Konflik atas hak tanah seringkali menghambat investasi dan pembangunan yang merata, sementara masyarakat adat berjuang untuk mempertahankan hak atas sumber daya alam mereka.
6.1.2. Pertambangan dan Energi
Papua Nugini kaya akan sumber daya mineral seperti emas, tembaga, minyak bumi, dan gas alam cair (LNG). Sektor pertambangan dan energi merupakan kontributor utama pendapatan ekspor dan PDB negara. Proyek-proyek besar seperti tambang emas Porgera, Ok Tedi (tembaga dan emas), dan proyek LNG PNG telah menarik investasi asing yang signifikan. Namun, industri ekstraktif ini juga menimbulkan berbagai isu sosial dan lingkungan. Dampak lingkungan dari operasi pertambangan, seperti pencemaran sungai dan kerusakan hutan, seringkali merugikan masyarakat lokal. Pembagian keuntungan dengan masyarakat adat pemilik tanah dan pemerintah daerah menjadi isu yang sensitif dan seringkali menimbulkan konflik. Tata kelola yang transparan dan akuntabel dalam pengelolaan pendapatan dari sumber daya alam menjadi krusial untuk memastikan manfaatnya dirasakan secara luas dan berkelanjutan, serta untuk melindungi hak-hak masyarakat yang terkena dampak.
6.2. Sains dan Teknologi
Papua Nugini mengadopsi Visi Nasional 2050 pada tahun 2009, yang mengarah pada pembentukan Dewan Riset, Sains, dan Teknologi. Pada pertemuannya di bulan November 2014, Dewan tersebut kembali menekankan perlunya fokus pada pembangunan berkelanjutan melalui sains dan teknologi. Prioritas jangka menengah Visi 2050 adalah:
- teknologi industri baru untuk pemrosesan hilir;
- teknologi infrastruktur untuk koridor ekonomi;
- teknologi berbasis pengetahuan;
- pendidikan sains dan teknik; dan
- mencapai target investasi 5% dari PDB untuk penelitian dan pengembangan pada tahun 2050. (Papua Nugini menginvestasikan 0,03% dari PDB untuk penelitian dan pengembangan pada tahun 2016.)
Pada tahun 2016, perempuan menyumbang 33,2% dari peneliti di Papua Nugini. Menurut Web of Science Thomson Reuters, Papua Nugini memiliki jumlah publikasi terbanyak (110) di antara negara-negara Kepulauan Pasifik pada tahun 2014, diikuti oleh Fiji (106). Sembilan dari sepuluh publikasi ilmiah dari Papua Nugini berfokus pada imunologi, genetika, bioteknologi, dan mikrobiologi. Sembilan dari sepuluh juga ditulis bersama oleh ilmuwan dari negara lain, terutama Australia, Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, dan Swiss.
Pada tahun 2019, Papua Nugini menempati posisi kedua di antara negara-negara Kepulauan Pasifik dengan 253 publikasi, di belakang Fiji dengan 303 publikasi, dalam basis data publikasi ilmiah Scopus (Elsevier). Ilmu kesehatan menyumbang 49% dari publikasi ini. Kolaborator ilmiah utama Papua Nugini dari tahun 2017 hingga 2019 adalah Australia, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan India.
Kehutanan merupakan sumber daya ekonomi penting bagi Papua Nugini, tetapi industri ini menggunakan input teknologi rendah dan semi-intensif. Akibatnya, ragam produk terbatas pada kayu gergajian, venir, kayu lapis, papan blok, cetakan, tiang dan tonggak, serta serpihan kayu. Hanya beberapa produk jadi terbatas yang diekspor. Kurangnya mesin otomatis, ditambah dengan personel teknis lokal yang kurang terlatih, merupakan beberapa kendala dalam memperkenalkan mesin dan desain otomatis.
Sumber energi terbarukan mewakili dua pertiga dari total pasokan listrik. Pada tahun 2015, Sekretariat Komunitas Pasifik mengamati bahwa, 'sementara Fiji, Papua Nugini, dan Samoa memimpin dengan proyek pembangkit listrik tenaga air skala besar, ada potensi besar untuk memperluas penggunaan opsi energi terbarukan lainnya seperti surya, angin, panas bumi, dan sumber energi berbasis laut'. Uni Eropa mendanai program Keterampilan dan Kapasitas Pengembangan Energi Terbarukan di Negara-Negara Kepulauan Pasifik (EPIC) selama 2013 hingga 2017. Program ini mengembangkan program magister dalam manajemen energi terbarukan, yang diakreditasi pada tahun 2016, di Universitas Papua Nugini dan membantu mendirikan Pusat Energi Terbarukan di universitas yang sama.
Papua Nugini adalah salah satu dari 15 penerima manfaat program Adaptasi Perubahan Iklim dan Energi Berkelanjutan senilai 37.26 M EUR. Program ini merupakan hasil dari penandatanganan perjanjian pada Februari 2014 antara Uni Eropa dan Sekretariat Forum Kepulauan Pasifik. Penerima manfaat lainnya adalah Kepulauan Cook, Fiji, Kiribati, Kepulauan Marshall, Negara Federasi Mikronesia, Nauru, Niue, Palau, Samoa, Kepulauan Solomon, Timor-Leste, Tonga, Tuvalu, dan Vanuatu.
6.3. Kepemilikan Tanah
Legislatif PNG telah memberlakukan undang-undang di mana jenis kepemilikan yang disebut "hak milik tanah adat" diakui, yang berarti bahwa tanah tradisional masyarakat pribumi memiliki dasar hukum untuk kepemilikan yang tidak dapat dicabut. Tanah adat ini secara nosional mencakup sebagian besar tanah yang dapat digunakan di negara ini (sekitar 97% dari total luas daratan); tanah terasing dimiliki secara pribadi di bawah sewa negara atau merupakan tanah pemerintah. Hak milik bebas (juga dikenal sebagai fee simple) hanya dapat dimiliki oleh warga negara Papua Nugini.
Hanya sekitar 3% tanah Papua Nugini yang berada di tangan swasta; ini dimiliki secara pribadi di bawah sewa negara selama 99 tahun, atau dimiliki oleh Negara. Hampir tidak ada hak milik bebas; beberapa hak milik bebas yang ada secara otomatis diubah menjadi sewa negara ketika dialihkan antara penjual dan pembeli. Tanah yang tidak terasing dimiliki berdasarkan hak adat oleh pemilik tanah tradisional. Sifat pasti dari seisin bervariasi dari satu budaya ke budaya lain. Banyak penulis menggambarkan tanah sebagai kepemilikan komunal klan tradisional; namun, studi yang lebih cermat biasanya menunjukkan bahwa bagian terkecil dari tanah yang kepemilikannya tidak dapat dibagi lagi dipegang oleh kepala keluarga besar individu dan keturunan mereka atau keturunan mereka sendiri jika mereka baru saja meninggal.
Ini adalah masalah yang sangat penting karena masalah pembangunan ekonomi adalah mengidentifikasi keanggotaan kelompok pemilik tanah adat dan pemiliknya. Sengketa antara perusahaan pertambangan dan kehutanan dan kelompok pemilik tanah seringkali berkisar pada masalah apakah perusahaan mengadakan hubungan kontraktual untuk penggunaan tanah dengan pemilik yang sebenarnya. Properti adat-biasanya tanah-tidak dapat diwariskan melalui wasiat. Properti tersebut hanya dapat diwariskan menurut adat masyarakat almarhum. Undang-Undang Pertanahan diubah pada tahun 2010 bersama dengan Undang-Undang Inkorporasi Kelompok Tanah, yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengelolaan tanah negara, mekanisme penyelesaian sengketa atas tanah, dan untuk memungkinkan pemilik tanah adat lebih mampu mengakses keuangan dan kemitraan yang mungkin atas sebagian tanah mereka jika mereka berusaha mengembangkannya untuk kegiatan ekonomi perkotaan atau pedesaan. Undang-Undang Inkorporasi Kelompok Tanah memerlukan identifikasi yang lebih spesifik dari pemilik tanah adat daripada sebelumnya dan otorisasi mereka yang lebih spesifik sebelum pengaturan tanah apa pun ditentukan; (isu utama dalam beberapa tahun terakhir adalah perampasan tanah, menggunakan, atau lebih tepatnya menyalahgunakan, ketentuan Sewa-Sewa Kembali di bawah Undang-Undang Pertanahan, terutama menggunakan 'Sewa Khusus Pertanian dan Bisnis' (SABL) untuk memperoleh lahan adat yang luas, yang konon untuk proyek pertanian, tetapi dalam hampir semua kasus sebagai mekanisme pintu belakang untuk mengamankan sumber daya hutan tropis untuk penebangan-menghindari persyaratan yang lebih ketat dari Undang-Undang Kehutanan, untuk mendapatkan Izin Kayu (yang harus mematuhi persyaratan keberlanjutan dan diamankan secara kompetitif, dan dengan persetujuan pemilik tanah adat). Menyusul protes nasional, SABL ini telah menjadi subjek Komisi Penyelidikan, yang dibentuk pada pertengahan 2011, yang laporannya masih ditunggu untuk presentasi awal kepada Perdana Menteri dan Parlemen.
Jejak emas pertama kali ditemukan pada tahun 1852, dalam tembikar dari Teluk Redscar di Semenanjung Papua.
6.4. Transportasi
Medan pegunungan negara ini menghambat transportasi. Pesawat terbang membuka negara ini selama periode kolonialnya dan terus digunakan untuk sebagian besar perjalanan dan sebagian besar angkutan barang berdensitas/bernilai tinggi. Ibu kota, Port Moresby, tidak memiliki jalur darat ke kota-kota besar PNG lainnya. Demikian pula, banyak desa terpencil hanya dapat dijangkau dengan pesawat ringan atau berjalan kaki. Bandar Udara Internasional Jacksons adalah bandara internasional utama di Papua Nugini, terletak 8 km dari Port Moresby. Selain dua lapangan terbang internasional, Papua Nugini memiliki 578 landasan udara, sebagian besar tidak beraspal. Maskapai nasional adalah Air Niugini, yang beroperasi dari Bandara Internasional Jacksons. Keterbatasan jaringan jalan darat yang menghubungkan pusat-pusat utama serta peran penting fasilitas pelabuhan dan bandara dalam konektivitas domestik dan internasional menjadi ciri khas sistem transportasi negara ini.
7. Demografi
Papua Nugini memiliki populasi yang sangat beragam secara etnis dan linguistik, dengan tantangan besar dalam menyediakan layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan secara merata, terutama bagi kelompok rentan dan di daerah terpencil. Isu kesetaraan gender dan partisipasi perempuan dalam pembangunan juga menjadi perhatian.
Populasi | |
---|---|
Tahun | Juta |
1950 | 1.7 |
2000 | 5.6 |
2021 | 9.95 |
7.1. Kependudukan

Papua Nugini adalah salah satu negara paling heterogen di dunia dengan perkiraan 8,95 juta penduduk pada tahun 2020. Terdapat ratusan kelompok etnis asli Papua Nugini, mayoritas berasal dari kelompok yang dikenal sebagai orang Papua, yang leluhurnya tiba di wilayah Papua Nugini puluhan ribu tahun yang lalu. Penduduk asli lainnya adalah orang Austronesia, leluhur mereka tiba di wilayah tersebut kurang dari empat ribu tahun yang lalu.
Ada juga banyak orang dari belahan dunia lain yang sekarang tinggal di sini, termasuk Tionghoa, Eropa, Australia, Indonesia, Filipina, Polinesia, dan Mikronesia (empat yang terakhir termasuk dalam rumpun Austronesia). Sekitar 50.000 ekspatriat, sebagian besar dari Australia dan Tiongkok, tinggal di Papua Nugini pada tahun 1975, tetapi sebagian besar dari mereka telah pindah pada abad ke-21. Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa sekitar 0,3% populasi Papua Nugini terdiri dari migran internasional per tahun 2015.
Dengan Sensus Nasional ditunda selama 2020/2021, seolah-olah dengan alasan pandemi COVID-19, penilaian sementara dilakukan menggunakan citra satelit. Pada Desember 2022, sebuah laporan oleh PBB, berdasarkan survei yang dilakukan bersama Universitas Southampton menggunakan citra satelit dan verifikasi lapangan, menyarankan perkiraan populasi baru sebesar 17 juta, hampir dua kali lipat perkiraan resmi negara tersebut. Laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi dan distribusi penduduk yang tidak merata menjadi karakteristik demografi negara ini.
7.1.1. Urbanisasi
Menurut CIA World Factbook (2018), Papua Nugini memiliki persentase populasi perkotaan terendah kedua di dunia, sebesar 13,2%, hanya di belakang Burundi. Geografi dan ekonomi Papua Nugini adalah faktor utama di balik rendahnya persentase ini. Papua Nugini memiliki tingkat urbanisasi sebesar 2,51%, diukur sebagai proyeksi perubahan populasi perkotaan dari tahun 2015 hingga 2020. Rendahnya tingkat urbanisasi disebabkan oleh kuatnya ikatan masyarakat dengan tanah adat dan sistem pertanian subsisten. Kota-kota utama seperti Port Moresby dan Lae menghadapi tantangan dalam menyediakan infrastruktur dan layanan dasar bagi penduduk perkotaan yang terus bertambah.
No. | Kota | Provinsi | Populasi |
---|---|---|---|
1 | Port Moresby | Distrik Ibu Kota Nasional | 513.918 |
2 | Lae | Morobe | 110.911 |
3 | Mount Hagen | Dataran Tinggi Barat | 47.064 |
4 | Kokopo | Britania Baru Timur | 40.231 |
5 | Popondetta | Provinsi Oro (provinsi Utara) | 28.198 |
6 | Madang | Madang | 27.419 |
7 | Arawa | Bougainville | 33.623 |
8 | Mendi | Dataran Tinggi Selatan | 26.252 |
9 | Kimbe | Britania Baru Barat | 18.847 |
10 | Goroka | Dataran Tinggi Timur | 18.503 |
7.1.2. Imigrasi
Keberadaan kelompok imigran, terutama keturunan Tionghoa dan Eropa, telah memberikan warna tersendiri dalam sejarah sosial-ekonomi Papua Nugini. Banyak orang Tionghoa telah bekerja dan tinggal di Papua Nugini, membentuk komunitas mayoritas Tionghoa. Kerusuhan anti-Tionghoa yang melibatkan puluhan ribu orang pecah pada Mei 2009. Pemicu awalnya adalah perkelahian antara pekerja etnis Tionghoa dan pekerja pribumi di sebuah pabrik nikel yang sedang dibangun oleh perusahaan Tiongkok. Kebencian penduduk asli terhadap kepemilikan Tionghoa atas banyak usaha kecil dan monopoli komersial mereka di pulau-pulau tersebut menyebabkan kerusuhan. Selain itu, terdapat komunitas orang Afrika yang tinggal dan bekerja di negara ini, sebagai bagian dari kolaborasi antara Papua Nugini dan negara-negara Afrika melalui forum ACP (Afrika, Karibia, dan Pasifik). Peran sosial-ekonomi kelompok imigran ini dan interaksi mereka dengan masyarakat lokal terkadang menimbulkan isu-isu sosial yang memerlukan perhatian.
7.2. Bahasa

Papua Nugini memiliki lebih banyak bahasa daripada negara lain, dengan lebih dari 820 bahasa asli, mewakili 12% dari total bahasa dunia, tetapi sebagian besar memiliki kurang dari 1.000 penutur. Dengan rata-rata hanya 7.000 penutur per bahasa, Papua Nugini memiliki kepadatan bahasa yang lebih besar daripada negara lain di bumi kecuali Vanuatu. Bahasa asli yang paling banyak digunakan adalah bahasa Enga, dengan sekitar 200.000 penutur, diikuti oleh bahasa Melpa dan bahasa Huli. Bahasa-bahasa asli diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, bahasa Austronesia dan non-Austronesia, atau bahasa Papua. Ada empat bahasa di Papua Nugini dengan beberapa pengakuan hukum: Inggris, Tok Pisin, Hiri Motu, dan, sejak 2015, bahasa isyarat (yang dalam praktiknya berarti Bahasa Isyarat Papua Nugini).
Bahasa Inggris adalah bahasa pemerintahan dan sistem pendidikan, tetapi tidak banyak digunakan. Lingua franca utama negara ini adalah Tok Pisin (umumnya dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Pidgin Papua Nugini atau Pidgin Melanesia), di mana sebagian besar debat di Parlemen dilakukan, banyak kampanye informasi dan iklan disajikan, dan surat kabar mingguan nasional, WantokWantokBahasa Tok Pisin Niuspepa, diterbitkan. Satu-satunya wilayah di mana Tok Pisin tidak lazim adalah wilayah selatan Papua, di mana orang sering menggunakan bahasa resmi ketiga, Hiri Motu. Meskipun terletak di wilayah Papua, Port Moresby memiliki populasi yang sangat beragam yang terutama menggunakan Tok Pisin, dan pada tingkat yang lebih rendah bahasa Inggris, dengan bahasa Motu digunakan sebagai bahasa asli di desa-desa terpencil. Fenomena keragaman bahasa yang luar biasa ini menjadikan Papua Nugini sebagai laboratorium linguistik alami yang unik di dunia.
7.3. Agama
Pemerintah dan pengadilan menjunjung tinggi hak konstitusional atas kebebasan berbicara, berpikir, dan berkeyakinan, dan tidak ada undang-undang untuk membatasi hak-hak tersebut yang telah diadopsi. Sensus 2011 menemukan bahwa 95,6% warga negara mengidentifikasi diri mereka sebagai Kristen, 1,4% bukan Kristen, dan 3,1% tidak memberikan jawaban. Hampir tidak ada responden yang mengidentifikasi diri sebagai tidak beragama. Sinkretisme agama tinggi, dengan banyak warga negara menggabungkan iman Kristen mereka dengan beberapa praktik keagamaan adat tradisional. Mayoritas penduduk menganut agama Kristen dari berbagai denominasi, seringkali dengan aspek sinkretisme dengan kepercayaan dan praktik adat tradisional.
Agama/Kepercayaan | Persentase Penduduk (%) |
---|---|
Katolik Roma | 26,0 |
Gereja Lutheran Injili Papua Nugini | 18,4 |
Advent Hari Ketujuh | 12,9 |
Pentakosta | 10,4 |
Gereja Bersatu di Papua Nugini dan Kepulauan Solomon | 10,3 |
Aliansi Injili Papua Nugini | 5,9 |
Gereja Anglikan Papua Nugini | 3,2 |
Baptis | 2,8 |
Bala Keselamatan | 0,4 |
Gereja Kwato | 0,2 |
Kristen Lainnya | 5,1 |
Non-Kristen | 1,4 |
Tidak Menyatakan | 3,1 |
Denominasi Kristen terbesar adalah Gereja Katolik Roma (sekitar 26% dari populasi), diikuti oleh Gereja Lutheran Injili Papua Nugini (18,4%), Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (12,9%), berbagai denominasi Pentakosta (10,4%), Gereja Bersatu di Papua Nugini dan Kepulauan Solomon (10,3%), Aliansi Injili Papua Nugini (5,9%), dan Gereja Anglikan Papua Nugini (3,2%).
Terdapat sekitar 5.000 Muslim di negara ini. Mayoritas termasuk dalam kelompok Sunni. Gereja-gereja Kristen non-tradisional dan kelompok agama non-Kristen aktif di seluruh negeri. Dewan Gereja Papua Nugini telah menyatakan bahwa misionaris Muslim dan Konfusianis sangat aktif. Agama-agama tradisional seringkali bersifat animisme. Beberapa juga cenderung memiliki unsur pemujaan leluhur, meskipun generalisasi diragukan mengingat heterogenitas masyarakat Melanesia yang ekstrem. Yang lazim di antara suku-suku tradisional adalah kepercayaan pada masalai, atau roh jahat, yang disalahkan karena "meracuni" orang, menyebabkan malapetaka dan kematian, dan praktik puripuri (sihir).
Penganut Bahá'í pertama di PNG adalah Violete Hoenke yang tiba di Pulau Admiralty, dari Australia, pada tahun 1954. Komunitas Bahá'í PNG tumbuh begitu cepat sehingga pada tahun 1969 sebuah Majelis Spiritual Nasional (dewan administratif) terpilih. Pada tahun 2020, terdapat lebih dari 30.000 anggota Iman Bahá'í di PNG. Pada tahun 2012, keputusan dibuat untuk mendirikan Rumah Ibadah Bahá'í pertama di PNG. Desainnya adalah keranjang anyaman, ciri umum semua kelompok dan budaya di PNG. Oleh karena itu, diharapkan menjadi simbol bagi seluruh negeri. Sembilan pintu masuknya terinspirasi oleh desain Haus Tambaran (Rumah Roh). Pembangunan dimulai di Port Moresby pada tahun 2018. Jaminan kebebasan beragama diakui secara konstitusional.
7.4. Pendidikan
Sebagian besar penduduk buta huruf, dengan perempuan mendominasi di bidang ini. Sebagian besar pendidikan di PNG disediakan oleh lembaga gereja. Ini termasuk 500 sekolah Gereja Lutheran Injili Papua Nugini. Papua Nugini memiliki enam universitas serta lembaga pendidikan tinggi lainnya. Dua universitas pendiri adalah Universitas Papua Nugini, yang berbasis di Distrik Ibu Kota Nasional, dan Universitas Teknologi Papua Nugini, yang berbasis di luar Lae, di Provinsi Morobe.
Empat universitas lainnya dulunya adalah perguruan tinggi tetapi sejak itu telah diakui oleh pemerintah. Ini adalah Universitas Goroka di provinsi Dataran Tinggi Timur, Universitas Divine Word (dijalankan oleh Misionaris Sabda Allah Gereja Katolik) di Provinsi Madang, Universitas Vudal di Provinsi Britania Baru Timur, dan Universitas Advent Pasifik (dijalankan oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh) di Distrik Ibu Kota Nasional.
Human Rights Measurement Initiative melaporkan bahwa Papua Nugini mencapai 68,5% dari apa yang seharusnya mungkin untuk hak atas pendidikan, berdasarkan tingkat pendapatan mereka. Tantangan besar yang dihadapi termasuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan yang merata bagi seluruh penduduk, terutama di daerah terpencil dan bagi perempuan. Tingkat melek huruf masih menjadi perhatian serius.
7.5. Kesehatan
Pada tahun 2019, harapan hidup di Papua Nugini saat lahir adalah 63 tahun untuk pria dan 67 tahun untuk wanita. Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan pada tahun 2014 menyumbang 9,5% dari total pengeluaran pemerintah, dengan total pengeluaran kesehatan setara dengan 4,3% dari PDB. Terdapat lima dokter per 100.000 orang pada awal tahun 2000-an. Tingkat kematian ibu tahun 2010 per 100.000 kelahiran untuk Papua Nugini adalah 250. Ini dibandingkan dengan 311,9 pada tahun 2008 dan 476,3 pada tahun 1990. Tingkat kematian balita, per 1.000 kelahiran adalah 69 dan kematian neonatal sebagai persentase dari kematian balita adalah 37. Di Papua Nugini, jumlah bidan per 1.000 kelahiran hidup adalah 1 dan risiko kematian seumur hidup bagi wanita hamil adalah 1 banding 94.
Human Rights Measurement Initiative menemukan bahwa Papua Nugini mencapai 71,9% dari apa yang seharusnya mungkin untuk hak atas kesehatan, berdasarkan tingkat pendapatan mereka. Masalah aksesibilitas layanan medis yang terbatas, terutama di daerah pedesaan, menjadi kendala utama. Penyakit-penyakit utama yang menjadi beban kesehatan masyarakat termasuk HIV/AIDS, malaria, dan tuberkulosis. Kebijakan kesehatan pemerintah dan upaya untuk menyediakan layanan kesehatan yang memadai dan merata di seluruh negeri terus ditingkatkan, namun tantangannya masih besar.
8. Budaya

Papua Nugini memiliki kekayaan dan keragaman budaya yang luar biasa, dengan lebih dari seribu kelompok budaya yang berbeda. Setiap kelompok memiliki ekspresi seni, tarian, senjata, kostum, nyanyian, musik, arsitektur, dan banyak lagi yang unik. Sebagian besar kelompok budaya ini memiliki bahasa mereka sendiri. Masyarakat umumnya tinggal di desa-desa yang mengandalkan pertanian subsisten. Di beberapa daerah, masyarakat berburu dan mengumpulkan tanaman liar (seperti akar ubi dan karuka) untuk melengkapi makanan mereka. Mereka yang ahli dalam berburu, bertani, dan menangkap ikan sangat dihormati. Kekayaan budaya ini tercermin dalam festival-festival budaya utama yang menjadi daya tarik, menampilkan berbagai ekspresi seni tradisional yang unik dan aspek gaya hidup serta adat istiadat yang beragam.
8.1. Gaya Hidup dan Adat Istiadat
Sistem kekerabatan 'Wantok' (berasal dari "satu bicara" atau satu bahasa, yang berarti orang-orang dari kelompok bahasa atau klan yang sama) sangat kuat dan membentuk dasar ikatan sosial dan dukungan komunal. Kehidupan komunal suku masih dominan di banyak wilayah, di mana keputusan sering dibuat secara kolektif dan sumber daya dibagi. Ritual-ritual tradisional yang berkaitan dengan siklus hidup (kelahiran, inisiasi, pernikahan, kematian) dan alam (panen, perburuan) masih banyak dipraktikkan. Adat pernikahan sangat beragam antar suku, seringkali melibatkan pertukaran maskawin atau seserahan. Arus modernisasi dan globalisasi membawa perubahan, namun banyak aspek gaya hidup dan praktik sosial unik ini tetap bertahan dan beradaptasi.
8.2. Seni dan Musik
Papua Nugini terkenal dengan seni visual tradisionalnya yang kaya. Ukiran kayu yang rumit, terutama dari daerah Sepik, menampilkan figur leluhur, roh, dan hewan totemik. Pembuatan topeng untuk upacara adat juga merupakan bentuk seni yang penting, dengan desain dan makna yang bervariasi antar suku. Seni lukis tubuh, menggunakan pigmen alami, adalah bagian integral dari banyak ritual dan perayaan. Alat musik tradisional meliputi berbagai jenis drum (seperti kundu - drum tangan berbentuk jam pasir), seruling bambu, dan alat musik pukul lainnya. Nyanyian-nyanyian adat, seringkali bersifat naratif atau seremonial, diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi. Festival budaya 'sing-sing' yang meriah adalah wadah ekspresi musik dan tarian komunal, di mana kelompok-kelompok dari berbagai daerah berkumpul untuk menampilkan kostum, tarian, dan nyanyian khas mereka.
8.3. Olahraga
Olahraga merupakan bagian penting dari budaya Papua Nugini, dan liga rugbi adalah olahraga yang paling populer sejauh ini. Di negara di mana komunitas berjauhan dan banyak orang hidup pada tingkat subsistensi minimal, liga rugbi telah digambarkan sebagai pengganti perang suku sebagai cara menjelaskan antusiasme lokal terhadap permainan tersebut. Banyak orang Papua Nugini telah menjadi selebritas dengan mewakili negara mereka atau bermain di liga profesional luar negeri. Bahkan pemain liga rugbi Australia yang telah bermain dalam seri State of Origin tahunan, yang dirayakan setiap tahun di PNG, termasuk di antara orang-orang paling terkenal di seluruh negara. State of Origin adalah sorotan tahun ini bagi sebagian besar orang Papua Nugini, meskipun dukungannya begitu bergairah sehingga banyak orang telah meninggal selama bertahun-tahun dalam bentrokan kekerasan mendukung tim mereka. Tim nasional liga rugbi Papua Nugini biasanya bermain melawan Perdana Menteri XIII Australia (pilihan pemain NRL) setiap tahun, biasanya di Port Moresby. Selain liga rugbi, sepak bola, uni rugbi, dan kriket (khususnya di Papua bagian timur) juga populer. Tim nasional sepak bola Australia negara ini menduduki peringkat kedua, hanya setelah Australia.
8.4. Media Massa
Lanskap media di Papua Nugini mencakup surat kabar utama seperti Post-Courier dan The National. Stasiun penyiaran milik negara, National Broadcasting Corporation (NBC PNG), menyediakan layanan radio dan televisi nasional. Selain itu, terdapat stasiun televisi swasta seperti EMTV. Tingkat penetrasi dan penggunaan internet masih berkembang, dengan akses yang lebih baik di daerah perkotaan dibandingkan daerah pedesaan. Media memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi dan memfasilitasi diskusi publik, meskipun tantangan terkait kebebasan pers dan aksesibilitas informasi tetap ada.
8.5. Hari Libur Nasional
Papua Nugini merayakan beberapa hari libur nasional utama, yang mencerminkan aspek sejarah, agama, dan budaya negara tersebut. Beberapa di antaranya adalah:
- Hari Kemerdekaan (16 September): Merayakan kemerdekaan negara dari Australia pada tahun 1975.
- Natal (25 Desember): Hari raya umat Kristen untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus.
- Paskah (tanggal bervariasi): Hari raya umat Kristen untuk memperingati kebangkitan Yesus Kristus, meliputi Jumat Agung dan Senin Paskah.
- Hari Ulang Tahun Resmi Raja (biasanya Senin kedua bulan Juni): Merayakan ulang tahun Raja Britania Raya sebagai kepala negara.
- Hari Peringatan Nasional (23 Juli): Untuk mengenang mereka yang gugur dalam perang.
Selain itu, terdapat hari libur provinsi dan perayaan publik lainnya yang mungkin berbeda di setiap daerah.