1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Park Sang-yeong menunjukkan minat dan bakat dalam anggar sejak usia muda, menghadapi berbagai tantangan, termasuk kesulitan finansial. Dukungan dari berbagai pihak dan dedikasinya terhadap olahraga membantunya mengatasi hambatan-hambatan tersebut, yang membentuk dasar bagi karier anggar profesionalnya di kemudian hari.
1.1. Masa Kecil dan Pengenalan Anggar
Park Sang-yeong pertama kali diperkenalkan pada olahraga anggar saat ia duduk di sekolah menengah pertama. Pada awalnya, ia hampir terpaksa menghentikan aktivitas anggar karena keterbatasan finansial keluarganya yang tidak mampu menanggung biaya peralatan yang mahal. Namun, berkat bantuan keuangan dari sebuah organisasi amal nirlaba dan penerimaannya di Sekolah Menengah Atas Pendidikan Jasmani Gyeongnam, sebuah sekolah negeri, ia dapat terus menekuni olahraga yang dicintainya. Semangat dan ketekunannya mulai terlihat sejak dini, saat ia berhasil meraih juara pertama dalam kategori épée individu pada kejuaraan sekolah menengah atas nasional, meskipun ia masih berada di tahun pertama sekolah menengah atas.
1.2. Latar Belakang Akademik
Park Sang-yeong menempuh pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Jinju Baeyong. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama Jinju Jeil, sebelum kemudian menempuh pendidikan menengah atas di Sekolah Menengah Atas Pendidikan Jasmani Gyeongnam. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas, Park melanjutkan studi di Universitas Olahraga Nasional Korea, di mana ia berhasil meraih gelar sarjana.
2. Karier Anggar
Karier anggar Park Sang-yeong dimulai dari tingkat junior dengan prestasi yang gemilang, kemudian berkembang pesat di tingkat senior dengan berbagai kemenangan penting, termasuk medali emas Olimpiade yang ikonik, menjadikannya salah satu figur terkemuka dalam olahraga anggar.
2.1. Karier Junior dan Prestasi Awal
Pada tahun 2012, Park Sang-yeong meraih gelar juara dunia junior di Moskwa, sebuah pencapaian yang signifikan karena ia menjadi atlet épée junior pria pertama dari Korea Selatan yang memenangkan medali di ajang tersebut. Pada tahun 2013, ia berhasil lolos seleksi tim nasional senior setelah memenangkan kejuaraan nasional, sebuah hal yang jarang terjadi mengingat sebagian besar atlet anggar biasanya berkompetisi di tingkat perguruan tinggi sebelum naik ke level senior. Dengan prestasinya yang luar biasa sebagai siswa sekolah menengah atas yang bergabung dengan tim nasional senior, ia dijuluki "rookie monster" dan mencuri perhatian publik setelah mengalahkan atlet veteran seperti Kweon Young-jun dan Jung Jin-sun dalam selisih poin yang sangat tipis.
2.2. Perkembangan Karier Senior
Park Sang-yeong memulai kariernya di kategori senior pada musim 2013-2014. Selama musim ini, ia menunjukkan performa yang menonjol dengan memenangkan Grand Prix Doha 2014 dan Grand Prix Bern 2014. Sebagai bagian dari tim Korea Selatan, ia meraih medali emas pada Kejuaraan Anggar Asia 2014 di Suwon dan Pesta Olahraga Asia 2014 di Incheon. Selain itu, ia juga berhasil membawa pulang medali perak dari Kejuaraan Anggar Dunia 2014. Pada akhir musim tersebut, Park menduduki peringkat ketiga dunia.
Musim 2014-2015 menjadi masa yang lebih menantang bagi Park. Ia mengalami cedera lutut saat bertanding melawan Pavel Pitra dari Republik Ceko di babak 16 besar Grand Prix Maret di Budapest, Hungaria. Cedera ini menghalanginya untuk berpartisipasi dalam Kejuaraan Anggar Asia 2015 dan Kejuaraan Anggar Dunia 2015. Ia kembali berkompetisi setahun kemudian, pada Februari 2016, dan berhasil meraih medali perunggu di Piala Dunia Vancouver.
2.3. Medali Emas Olimpiade Rio 2016
Pada Olimpiade Musim Panas 2016 di Rio de Janeiro, Brasil, Park Sang-yeong mencatatkan sejarah dengan meraih medali emas di nomor épée individu putra. Perjalanan menuju medali emas tersebut penuh dengan momen-momen dramatis.
Di babak 32 besar, Park berhasil mengalahkan atlet Rusia, Pavel Sukhov, dengan skor 15-11. Pada babak 16 besar, ia berhadapan dengan Enrico Garozzo dari Italia, yang sebelumnya mengalahkan peraih medali perunggu Olimpiade London, Jung Jin-sun. Meskipun rekor pertemuan sebelumnya menunjukkan Park tertinggal 1-2 dari Garozzo, ia berhasil membalikkan keadaan dan memenangkan pertandingan dengan skor 15-12. Pertandingan ini sangat menegangkan, dengan Park sempat unggul 11-7, lalu imbang 11-11, sebelum akhirnya berhasil mengatasi tekanan.
Di babak perempat final, Park menghadapi atlet unggulan Swiss, Max Heinzer, dan berhasil meraih kemenangan telak 15-4. Heinzer melakukan beberapa kesalahan fatal sejak awal pertandingan, termasuk melewati garis area tanding, yang memberikan keuntungan bagi Park. Kemudian, di babak semifinal, Park kembali berhadapan dengan atlet Swiss lainnya, Benjamin Steffen, yang berhasil ia kalahkan dengan relatif mudah 15-9.
Puncak dramatis terjadi di pertandingan final melawan Imre Géza dari Hungaria. Park Sang-yeong sempat tertinggal jauh dengan skor 10-14. Namun, dalam situasi yang nyaris mustahil tersebut, ia berhasil mencetak lima sentuhan berturut-turut untuk meraih kemenangan 15-14. Momen ini menjadi salah satu yang paling dikenang dalam sejarah Olimpiade, di mana ia menunjukkan ketahanan mental luar biasa dengan semboyan "Saya bisa melakukannya". Rincian lima sentuhan terakhirnya meliputi:
- Sentuhan ke-11: Menekan pedang lawan ke kanan dan menusuk lengannya.
- Sentuhan ke-12: Menggunakan teknik parry repost oktav.
- Sentuhan ke-13: Memenangkan pertarungan remise (kondisi di mana kedua pedang berpotongan tanpa hak serangan).
- Sentuhan ke-14: Berhasil menyerang dengan teknik oktav (menggulirkan pedang dari atas ke bawah berlawanan arah jarum jam untuk atlet tangan kanan).
- Sentuhan ke-15: Mengakhiri pertandingan dengan persiapan yang cepat dan tepat, diikuti dengan serangan mendadak (lunge).
Kemenangan ini bukan hanya medali emas individu pertama bagi Park Sang-yeong, tetapi juga merupakan kali pertama seorang atlet épée pria Korea Selatan berhasil mencapai babak final Olimpiade dan meraih medali emas. Sebelumnya, pelatih Lee Sang-ki dan Jung Jin-sun juga pernah mencapai babak final, namun tidak berhasil meraih medali emas.
2.4. Karier Pasca-Olimpiade 2016 dan Kompetisi Utama Lainnya
Setelah meraih medali emas di Olimpiade Rio 2016, Park Sang-yeong melanjutkan kariernya dengan berbagai pencapaian penting lainnya di panggung internasional.
Pada Olimpiade Musim Panas 2020 di Tokyo (yang diselenggarakan pada tahun 2021 karena Pandemi COVID-19), ia berhasil meraih medali perunggu dalam nomor épée beregu putra.
Di ajang Kejuaraan Anggar Dunia, Park meraih medali perak dalam nomor épée beregu putra pada Kejuaraan Anggar Dunia 2018 di Wuxi, Tiongkok.
Pada Pesta Olahraga Asia, ia menunjukkan konsistensi dengan meraih medali perak di nomor épée individu putra dan medali perunggu di nomor épée beregu putra pada Pesta Olahraga Asia 2018 di Jakarta, Indonesia.
Park juga memiliki catatan prestasi yang mengesankan di Kejuaraan Anggar Asia. Ia meraih medali perak di nomor épée individu putra dan épée beregu putra pada Kejuaraan Anggar Asia 2016 di Wuxi, Tiongkok. Kemudian, ia kembali meraih medali emas di nomor épée beregu putra pada Kejuaraan Anggar Asia 2017 di Hong Kong, Tiongkok. Pada Kejuaraan Anggar Asia 2019 di Tokyo, Jepang, ia memperoleh medali perak di nomor épée beregu putra. Terakhir, pada Kejuaraan Anggar Asia 2022 yang diselenggarakan di Seoul, Korea Selatan, ia kembali meraih medali perunggu di nomor épée individu putra dan medali emas di nomor épée beregu putra.
Dalam turnamen Grand Prix, Park Sang-yeong melanjutkan dominasinya. Ia memenangkan medali emas di Grand Prix Doha 2017 dan meraih medali perunggu di Grand Prix Cali 2018.
Di seri Piala Dunia, ia juga mencatatkan beberapa kemenangan penting. Park meraih medali emas di Piala Dunia Buenos Aires 2016, Piala Dunia Bern 2017, dan Piala Dunia Paris 2019. Pada Piala Dunia Heidenheim 2020, ia berhasil meraih medali perak.

3. Kehidupan Pribadi
Di luar arena anggar, Park Sang-yeong dikenal karena latar belakang pendidikan dan hubungan pertemanannya. Ia juga terlibat dalam beberapa aktivitas publik yang menyoroti citranya.
3.1. Kehidupan Universitas dan Hubungan
Park Sang-yeong merupakan lulusan Universitas Olahraga Nasional Korea. Selama masa kuliahnya, ia menjalin persahabatan yang erat dengan atlet pancalomba modern Jun Woong-tae, yang juga merupakan mahasiswa di universitas yang sama. Hubungan mereka seringkali menjadi sorotan karena keduanya merupakan atlet berprestasi dari kampus yang sama.
3.2. Aktivitas Publik dan Komersial
Setelah meraih medali emas Olimpiade, popularitas Park Sang-yeong meningkat pesat, yang membawanya terlibat dalam berbagai aktivitas publik dan komersial. Pada tahun 2016, ia tampil dalam kampanye iklan untuk produk mie instan Ottogi Jin Ramen. Di tahun yang sama, ia juga menjadi bintang iklan untuk SC First Bank, menunjukkan citranya sebagai tokoh yang inspiratif dan berprestasi.
4. Warisan dan Evaluasi
Park Sang-yeong telah memberikan dampak signifikan pada olahraga anggar, terutama di Korea Selatan, dan mendapatkan pengakuan luas atas kontribusinya.
4.1. Dampak dan Pengakuan di Dunia Olahraga
Park Sang-yeong telah meninggalkan warisan yang tak terbantahkan dalam dunia olahraga anggar, khususnya di Korea Selatan. Kemenangan dramatisnya di Olimpiade Rio 2016, di mana ia berhasil membalikkan keadaan dari ketertinggalan 10-14 menjadi kemenangan 15-14, mengukuhkan citranya sebagai atlet yang memiliki semangat "Saya bisa melakukannya" (할 수 있다hal su itdaBahasa Korea). Semboyan ini menjadi sangat populer di Korea Selatan dan memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk tidak menyerah dalam menghadapi kesulitan.
Ia tidak hanya membawa medali emas yang bersejarah bagi Korea Selatan di cabang olahraga épée individu putra, tetapi juga membantu mengangkat profil anggar di negara tersebut. Kontribusinya telah memicu minat baru pada olahraga ini, mendorong lebih banyak pemuda untuk menekuni anggar. Pengakuan yang ia terima melampaui batas olahraga, menjadikannya tokoh inspirasi nasional.
4.2. Kritik dan Kontroversi
Sejauh ini, tidak ada kritik atau kontroversi signifikan yang secara luas dilaporkan terkait dengan tindakan, keputusan, atau citra publik Park Sang-yeong sepanjang kariernya. Ia umumnya dipandang sebagai atlet yang menjunjung tinggi sportivitas dan memiliki karakter yang positif, terutama karena kisah inspiratifnya dalam mengatasi kesulitan finansial di awal karier dan kemenangannya yang dramatis di Olimpiade.