1. Kehidupan Awal
Bagian ini menjelaskan kehidupan awal dan latar belakang Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah, termasuk lingkungan yang memengaruhi perkembangannya, mulai dari kelahirannya hingga karier awal dan dinas militernya.
1.1. Kelahiran dan Pendidikan
Tengku Abdul Aziz Shah diputerakan pada pukul 15:30 sore, hari Senin, 8 Maret 1926, di Istana Bandar Temasha, Jugra, Kuala Langat, Selangor. Ia merupakan putra tertua dari Sultan Hisamuddin Alam Shah Al-Haj ibni Almarhum Sultan Alauddin Sulaiman Shah, yang kemudian menjadi Sultan Selangor, dan permaisurinya, Tengku Ampuan Jemaah binti Al-Marhum Raja Ahmad.
Ia menerima pendidikan awalnya di Sekolah Melayu Pengkalan Batu di Klang, memulai pendidikannya pada tahun 1934 hingga kelas enam. Pada tahun 1936, ia melanjutkan studinya di Maktab Melayu Kuala Kangsar sampai Desember 1941, ketika Perang Dunia II pecah. Setelah perang usai, ia pergi ke Inggris pada tahun 1947 dan belajar di School of Oriental and African Studies, Universitas London, selama dua tahun hingga tahun 1949.
1.2. Karier Awal dan Dinas Militer
Sekembalinya dari Britania Raya, Tengku Abdul Aziz Shah memulai karier di Jabatan Perkhidmatan Awam sebagai Petugas Pelatih di Departemen Survei Selangor. Kemudian, ia menjabat sebagai Inspektur Sekolah selama delapan tahun.
Pada tahun 1952, ia mengikuti kursus jangka pendek selama enam bulan di Pasukan Militer Malaya di Port Dickson. Di sana, ia ditugaskan dalam Komisi Ratu dengan pangkat Kapten, dan selanjutnya dipromosikan ke pangkat Mayor. Selain itu, dalam perannya di Kerabat Diraja Selangor, ia diangkat sebagai Tengku Laksamana Selangor pada 1 Agustus 1946 dan kemudian sebagai Raja Muda (Putra Mahkota) Selangor pada 13 Mei 1950.
2. Masa Pemerintahan sebagai Sultan Selangor
Selama masa pemerintahannya yang panjang sebagai Sultan Selangor, ia membuat sejumlah keputusan penting dan memainkan peran signifikan dalam pembangunan negara bagian, termasuk perannya dalam kepemimpinan militer.
2.1. Penobatan
Setelah kemangkatan ayahandanya, Sultan Hisamuddin Alam Shah, pada 1 September 1960, Tengku Abdul Aziz Shah naik takhta sebagai Sultan Selangor kedelapan. Ia secara resmi mengambil gelar Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah pada 3 September 1960. Upacara penobatannya sebagai Sultan Selangor dilangsungkan pada 28 Juni 1961.
2.2. Keputusan dan Perkembangan Penting
Sebagai Sultan Selangor, Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah membuat beberapa keputusan dan kebijakan penting yang membentuk lanskap administratif dan perkotaan negara bagian tersebut:
- Pada 1 Februari 1974, ia menandatangani perjanjian penyerahan Kuala Lumpur dari Selangor kepada Pemerintah Federal untuk membentuk sebuah Wilayah Federal. Sultan Salahuddin dilaporkan menitikkan air mata setelah penandatanganan, menunjukkan kedekatannya dengan kota tersebut. Untuk mengenang peristiwa ini, Gapura Kota Darul Ehsan didirikan di sepanjang Jalan Tol Federal di perbatasan antara Kuala Lumpur dan Selangor pada tahun 1981.
- Pada tahun 1978, Sultan Salahuddin mendirikan Shah Alam sebagai ibu kota negara bagian Selangor yang baru. Ia menyatakan bahwa untuk menjadikan Selangor negara bagian modern, diperlukan ibu kota baru karena Kuala Lumpur telah menjadi Wilayah Federal. Selama periode antara penyerahan Kuala Lumpur dan pembentukan Shah Alam, Klang sempat menjadi ibu kota negara bagian. Banyak bangunan dan jalan di Shah Alam yang kemudian dinamai untuk menghormati namanya.
- Sultan juga berkontribusi pada proyek-proyek publik, termasuk pembangunan Masjid Sultan Abdul Aziz di Kampung Perigi Nenas, Pulau Indah, yang menelan biaya sekitar 4.00 M MYR pada tahun 1997 dan diresmikan pada 8 Maret 1999. Masjid Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah di Shah Alam juga dibangun pada tahun 1987, saat ia menjabat sebagai Sultan Selangor. Ia juga menyatakan keinginan agar Pulau Indah (dahulu Pulau Lumut) dan Pulau Ketam dapat dikembangkan.
2.3. Peran Kepemimpinan Militer
Sebagai Sultan Selangor, Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah memegang beberapa jabatan militer. Sejak tahun 1966, ia menjabat sebagai Kolonel-in-Chief Angkatan Udara Kerajaan Malaysia. Kemudian, pada 26 April 1984, ia diangkat sebagai Komodor-in-Chief Angkatan Laut Kerajaan Malaysia, menggantikan posisi sebelumnya di Angkatan Udara.
Secara konstitusional, sebagai penguasa kerajaan, ia juga memegang pangkat Marsekal Angkatan Udara Kerajaan Malaysia, Marsekal Lapangan Angkatan Darat Malaysia, dan Laksamana Armada Angkatan Laut Kerajaan Malaysia. Hal ini menjadikannya perwira militer kerajaan kedua yang menjadi Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata.
3. Masa Pemerintahan sebagai Yang di-Pertuan Agong
Selama masa pemerintahannya sebagai Raja Malaysia (Yang di-Pertuan Agong), Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah menjalankan perannya sebagai kepala negara dan menyaksikan beberapa peristiwa penting.
3.1. Pemilihan dan Pelantikan
Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah terpilih sebagai Yang di-Pertuan Agong kesebelas Malaysia pada 26 April 1999. Ia merupakan penguasa tertua kedua yang terpilih untuk posisi tersebut. Upacara pelantikannya dilangsungkan pada 11 September 1999 di Istana Negara. Selama masa jabatannya sebagai Yang di-Pertuan Agong, ia menunjuk Tengku Idris Shah sebagai Pemangku Raja Selangor. Sebelum kemangkatannya, ia berencana untuk beristirahat di kediamannya di London, dekat Masjid Regent, setelah masa jabatannya berakhir pada tahun 2004. Ia juga merupakan sepupu dari mantan Sultan Terengganu, Almarhum Sultan Mahmud.
3.2. Peristiwa Penting Selama Berkuasa
Salah satu peristiwa penting yang terjadi selama masa pemerintahannya sebagai Yang di-Pertuan Agong adalah penyerahan Putrajaya dari Selangor kepada Pemerintah Federal pada tahun 2001, untuk dijadikan Wilayah Federal yang baru. Untuk menghormati perannya, sebuah jalan utama di Putrajaya, yaitu Persiaran Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah, dinamai menurut namanya.
4. Kehidupan Pribadi dan Minat
Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah memiliki kehidupan pribadi yang kaya, ditandai dengan keluarga yang besar serta berbagai hobi dan minat yang mencerminkan kecintaannya pada olahraga, seni, dan alam.
4.1. Keluarga dan Pernikahan
Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah diketahui memiliki setidaknya empat istri dan sebelas anak.
- Istri pertama dan sepupunya adalah Paduka Bonda Raja Raja Nur Saidatul Ihsan binti Al Marhum Raja Bendahara Tengku Badar Shah, yang kemudian diceraikannya. Dari pernikahan ini, ia dikaruniai sembilan anak:
- Tengku Nor Halija
- Tengku Idris Shah (kemudian menjadi Sultan Sharafuddin Idris Shah)
- Tengku Puteri Sofiah (mangkat 8 Juni 2017)
- Tengku Laksamana Tengku Sulaiman Shah
- Tengku Puteri Zahariah (Ku Yah)
- Tengku Fatimah
- Tengku Panglima Besar Tengku Abdul Samad
- Tengku Puteri Arafiah
- Tengku Puteri Aishah (mangkat 30 Juli 2012)
Sebuah krisis juga sempat terjadi ketika mantan Menteri Besar Selangor, Tan Sri Muhammad Haji Muhd Taib, menikah dengan putrinya, Tengku Puteri Zanariah.
- Istri keduanya adalah Che Maheram binti Muhammad Rais, yang melahirkan seorang putra:
- Tengku Panglima Raja Tengku Ahmad Shah
- Permaisuri ketiganya adalah Tengku Ampuan Rahimah binti Sultan Abdul Aziz Shah dari keluarga kerajaan Kesultanan Langkat di Sumatra. Ia mangkat pada tahun 1993, sebelum Sultan Salahuddin terpilih sebagai Yang di-Pertuan Agong. Dari pernikahan ini, ia dikaruniai dua putri:
- Tengku Puteri Nor Marina
- Tengku Puteri Nor Zehan
- Istri terakhirnya adalah Tuanku Siti Aishah binti Abdul Rahman, seorang rakyat biasa, yang kemudian menjabat sebagai Raja Permaisuri Agong. Tuanku Siti Aishah lima puluh tahun lebih muda darinya, menjadikannya pemegang gelar Raja Permaisuri Agong termuda, yaitu baru berusia 29 tahun saat naik takhta. Mereka tidak dikaruniai cahaya mata.
4.2. Hobi dan Filantropi
Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah dikenal sebagai seorang penggemar olahraga yang antusias. Minatnya pada golf sangat dikenal baik di dalam maupun luar negeri. Selain golf, Sultan juga menyukai berlayar, mengoleksi mobil antik, memelihara hewan, dan menanam anggrek. Ia juga dikenal karena kegemarannya mengunjungi negara-negara asing untuk memperluas pengetahuan dan pengalamannya. Perjalanannya mencakup kunjungan ke Perth di Australia Barat, Bali dan Medan di Indonesia, serta London, dan bermain golf di Florida, Amerika Serikat.
Dalam hal minat pribadinya, ia adalah seorang pencinta burung, khususnya burung kakak tua. Sebuah anekdot pribadi menyebutkan bahwa perahu mewah miliknya, 'Siti Aishah', pernah ditabrak oleh sebuah kapal kargo di Pelabuhan Klang. Ia juga diketahui menyukai masakan *asam pedas ikan terubuk*.
5. Wafat dan Pemakaman
Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah mangkat saat masih menjabat sebagai Yang di-Pertuan Agong, sebuah peristiwa yang membawa duka mendalam bagi seluruh bangsa.
Ia mangkat pada 21 November 2001, pukul 11:57 pagi, di Pusat Perubatan Gleneagles Intan di Kuala Lumpur, pada usia 75 tahun. Kemangkatannya disebabkan oleh masalah jantung, di mana ia tidak sepenuhnya pulih dari operasi pemasangan alat pacu jantung yang dijalaninya dua bulan sebelumnya. Sebelum mangkat, ia harus menggunakan alat bantu pernapasan dan mesin dialisis. Ia juga sempat menjalani operasi kecil pada 6 Oktober 2001 di Singapura dan menerima perawatan selama dua bulan di Rumah Sakit Mount Elizabeth di Singapura.
Kemangkatan Sultan Salahuddin diumumkan oleh Perdana Menteri, Dato' Seri Dr Mahathir Mohamad, melalui siaran televisi dan radio. Perdana Menteri, yang telah mengunjungi Sultan empat kali sebelum kemangkatannya, menyatakan kesedihan mendalam dan bahkan meneteskan air mata atas kepergian teman baiknya itu. Pemerintah Malaysia mengumumkan masa berkabung nasional selama tujuh hari, memerintahkan bendera dikibarkan setengah tiang. Kediaman resmi Perdana Menteri di Putrajaya ditutup untuk umum selama dua hari. Sultan Salahuddin merupakan Yang di-Pertuan Agong terakhir yang mangkat saat masih menjabat.
Sembahyang jenazah dilaksanakan di Masjid Negara, diimami oleh Mufti Wilayah Persekutuan, Datuk Hashim Yahya. Hadir dalam salat jenazah antara lain Timbalan Yang di-Pertuan Agong, Sultan Mizan Zainal Abidin, Pemangku Raja Muda Selangor, Tengku Idris Shah, serta anggota kerabat diraja Selangor dan Perdana Menteri Mahathir Mohamad.
Rakyat dan tokoh-tokoh kenamaan memberikan penghormatan terakhir di Istana Negara, Masjid Negara, Dataran Merdeka, dan Makam Diraja Klang. Sekitar 20.000 rakyat berkumpul di Jalan Raja, di hadapan Bangunan Sultan Abdul Samad, untuk memberikan penghormatan. Penghormatan penuh dengan istiadat militer dilakukan di Dataran Merdeka oleh Batalion 1, Rejimen Askar Melayu Diraja, yang dipimpin oleh Mejar Hamdan Musa.
Jenazah Almarhum dimakamkan di Makam Diraja Klang pada 22 November 2001. Makam ini berjarak sekitar 1.5 km dari Istana Alam Shah dan Masjid Diraja Sultan Suleiman. Ia dimakamkan bersebelahan dengan makam ayahandanya, Almarhum Sultan Hisamuddin Alam Shah. Talkin dan doa dibacakan oleh Mufti Negeri Selangor, Datuk Mohd Tamyes Abd Wahid. Seluruh masjid di Selangor mengadakan majlis tahlil dan pembacaan Yassin setiap malam selama 40 hari masa berkabung.
Pemimpin-pemimpin negara bagian Malaysia yang hadir untuk memberikan penghormatan terakhir termasuk Timbalan Yang di-Pertuan Agong, Sultan Mizan Zainal Abidin, dan permaisurinya, Tuanku Nur Zahirah; Sultan Kedah, Sultan Abdul Halim Mu'adzam Shah; Sultan Kelantan, Sultan Ismail Petra; Sultan Perak, Sultan Azlan Shah; serta Sultan Brunei, Sultan Hassanal Bolkiah. Beberapa pemimpin negara asing juga turut hadir, antara lain Presiden Megawati Sukarnoputri dari Indonesia, Presiden Singapura, S.R. Nathan, beserta Wakil Perdana Menteri Lee Hsien Loong, serta Wakil Perdana Menteri Thailand, Dr Supachai Panitchpakdi. Sebagai tanda penghormatan, pemerintah Thailand dan Brunei bahkan memerintahkan kantor-kantor pemerintahan mereka untuk mengibarkan bendera setengah tiang.
6. Warisan dan Evaluasi
Masa pemerintahan Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah meninggalkan jejak yang signifikan dalam sejarah Selangor dan Malaysia, baik melalui institusi yang dinamai menurut namanya maupun melalui penilaian historis atas peran dan pencapaiannya.
6.1. Institusi dan Pekerjaan Umum yang Dinamai
Sejumlah proyek, bangunan, jalan, dan institusi penting dinamai untuk menghormati Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah, mencerminkan kontribusinya yang luas terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat:

- Institusi Pendidikan:**
- SMK Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah di Shah Alam, Selangor
- SMK Sultan Abdul Aziz Shah di Kajang, Selangor
- SAMT Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah di Sabak, Selangor
- Politeknik Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah di Shah Alam, Selangor
- Bangunan dan Fasilitas:**
- Gedung Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah, gedung sekretariat negara bagian Selangor di Shah Alam
- Masjid Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah, masjid negara bagian Selangor di Shah Alam
- Gedung Pengadilan Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah di Shah Alam
- Masjid Jamek Sultan Abdul Aziz Shah di Petaling Jaya, Selangor
- Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah di Subang, Selangor
- KD Sultan Abdul Aziz Shah, pangkalan angkatan laut TLDM di Pulau Indah, Klang
- Pembangkit Listrik Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah di Kapar, Selangor
- Pusat Seni dan Kebudayaan Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah di Universiti Putra Malaysia (UPM) di Serdang, Selangor
- Rumah Sakit Sultan Abdul Aziz Shah di UPM, Serdang, Selangor
Galeri Diraja Sultan Abdul Aziz di Klang. - Jalan dan Jembatan:**
- Persiaran Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah, jalan utama di Putrajaya
- Jalan Sultan Salahuddin dan Persiaran Sultan Salahuddin, jalan utama di Kuala Lumpur
- Jalan Raja Muda Abdul Aziz, jalan utama di Kuala Lumpur
- Jembatan Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah di Kuala Selangor
- Lain-lain:**
- Klub Golf dan Country Sultan Abdul Aziz Shah (KGSAAS), klub golf utama di Shah Alam, Selangor
- Galeri Diraja Sultan Abdul Aziz di Klang, Selangor
6.2. Penilaian Sejarah
Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah diakui secara historis sebagai seorang penguasa yang berdedikasi tinggi terhadap perannya sebagai Sultan Selangor dan kemudian sebagai Yang di-Pertuan Agong Malaysia. Pemerintahannya ditandai oleh sejumlah transformasi signifikan yang berdampak pada pembangunan negara bagian dan federal.
Keputusannya untuk menyerahkan Kuala Lumpur kepada Pemerintah Federal pada tahun 1974, meskipun disertai dengan emosi pribadi yang mendalam, dipandang sebagai langkah krusial dalam pembentukan ibu kota federal. Selanjutnya, pendirian Shah Alam sebagai ibu kota baru Selangor pada tahun 1978 menunjukkan visinya untuk modernisasi dan kemandirian administratif negara bagian. Perannya dalam penyerahan Putrajaya sebagai Wilayah Federal pada tahun 2001 juga menegaskan partisipasinya dalam proyek-proyek pembangunan nasional yang besar.
Sebagai seorang monarki konstitusional, Sultan Salahuddin menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, memastikan kelancaran fungsi negara dan memberikan dukungan moral kepada rakyatnya. Kedekatannya dengan masyarakat, sebagaimana tercermin dari kegemarannya akan perjalanan dan interaksi, serta keterlibatannya dalam kegiatan filantropi, menunjukkan perannya sebagai "Raja Rakyat". Meskipun ia merupakan figur monarki, keputusannya mengenai pembangunan infrastruktur dan penataan wilayah, serta perannya dalam Angkatan Bersenjata, secara positif berkontribusi pada kemajuan dan kestabilan negara, mencerminkan dampak positifnya pada kemajuan sosial dan kesejahteraan publik.
Gelar lengkap dan gaya kehormatannya adalah: Duli Yang Maha Mulia Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah Alhaj ibni Almarhum Sultan Hisamuddin Alam Shah Alhaj, Sultan dan Yang di-Pertuan Selangor Darul Ehsan Serta Segala Daerah Takluknya.
7. Tanda Kehormatan dan Penghargaan
Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah menerima berbagai medali, gelar kebangsawanan, dan kehormatan dari dalam negeri maupun luar negeri, sebagai pengakuan atas dedikasi dan pengabdiannya.
7.1. Tanda Kehormatan Malaysia
Berikut adalah tanda-tanda kehormatan yang diterima dari negara bagian Selangor dan pemerintah federal Malaysia, serta dari negara bagian lainnya:
Tanda Kehormatan | Keterangan |
---|---|
Selangor | |
Darjah Kerabat Selangor Yang Amat Dihormati, Kelas I (DK I) | Pendiri, Penerima, dan Penganugerah (sejak 6 Juni 1961) |
Darjah Kebesaran Mahkota Selangor Yang Amat Mulia (SPMS) | Pendiri dan Penganugerah (sejak 6 Juni 1961) |
Darjah Kebesaran Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah (SSSA) | Pendiri dan Penganugerah (sejak 30 September 1985) |
Pingat Jasa Kebaktian (PJK) | Medali Jasa Bakti |
Malaysia (sebagai Yang di-Pertuan Agong dari 26 April 1999 hingga 21 November 2001) | |
Darjah Yang Maha Utama Kerabat Diraja Malaysia (DKM) | Grand Master dan Penerima (26 April 1999 - 21 November 2001) |
Darjah Utama Seri Mahkota Negara (DMN) | Grand Master dan Penerima (28 Agustus 1961), (26 April 1999 - 21 November 2001) |
Darjah Yang Mulia Pangkuan Negara (PMN) | Grand Master (26 April 1999 - 21 November 2001) |
Seri Setia Mahkota (SSM) | Grand Master (26 April 1999 - 21 November 2001) |
Darjah Bakti (DB) | Grand Master (26 April 1999 - 21 November 2001) |
Panglima Jasa Negara (PJN) | Grand Master (26 April 1999 - 21 November 2001) |
Panglima Setia Diraja (PSD) | Grand Master (26 April 1999 - 21 November 2001) |
Negara Bagian Malaysia lainnya | |
Pahang Darjah Kerabat Sri Indra Mahkota Pahang Yang Amat Dihormati, Kelas I (DK I) | Anggota (14 Juli 1987) |
Johor Darjah Kerabat Johor Yang Amat Dihormati Kelas I (DK I) | Penerima (1975) |
Kedah Darjah Kerabat Yang Amat Mulia Kedah (DK) | Anggota |
Kelantan Darjah Kerabat Yang Amat Dihormati (Bintang Al-Yunusi) (DK) | Penerima (10 Juli 1966) |
Negeri Sembilan Darjah Kerabat Negeri Sembilan Yang Amat Mulia (DKNS) | Anggota |
Perak Darjah Kerabat Diraja Yang Amat Dihormati (DK) | Penerima (19 April 1986) |
Perlis Darjah Kerabat Perlis Baginda Tuanku Syed Putra Jamalullail Yang Amat Dihormati (DK) | Penerima |
Terengganu Darjah Kebesaran Kerabat Terengganu Yang Amat Mulia (DK I) | Anggota Kelas I (21 Juni 1964) |
Sabah Seri Panglima Darjah Kinabalu (SPDK) | Datuk Seri Panglima |
Sarawak Darjah Yang Amat Mulia Bintang Kenyalang Sarawak (DP) | Datuk Patinggi (29 April 1976) |
Melaka Darjah Utama Negeri Melaka (DUNM) | Datuk Seri Utama (1 Agustus 1987) |
7.2. Tanda Kehormatan Luar Negeri
Berikut adalah tanda-tanda kehormatan internasional yang diterima oleh Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah dari pemerintah atau institusi asing:
Negara / Institusi | Tanda Kehormatan | Tanggal Penganugerahan |
---|---|---|
Brunei | Darjah Kerabat Mahkota Brunei (DKMB) | 28 Juni 1961 |
Bahrain ![]() | Perhiasan Pingat Al Khalifah | 28 Oktober 2000 |
Kolombia ![]() | Grand Collar of the Order of Boyaca | Tidak diketahui |
Thailand | Kesatria Darjah Rajamitrabhorn (KRM) | 24 Maret 2000 |