1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Didi lahir dalam keluarga miskin di kota Campos dos Goytacazes, sekitar 241401 m (150 mile) sebelah utara Rio de Janeiro. Sejak kecil, ia telah membantu keluarganya dengan berjualan kacang di jalanan.
1.1. Masa Kecil dan Tantangan Awal
Ia mulai bermain sepak bola jalanan sejak dini. Pada usia 14 tahun, Didi nyaris kehilangan kaki kanannya karena amputasi setelah mengalami infeksi parah akibat cedera lutut yang dideritanya. Namun, ia berhasil pulih dan terus bermain sepak bola untuk klub-klub lokal di kota kelahirannya, menunjukkan ketahanan dan semangatnya yang luar biasa sejak usia muda.
2. Karier Bermain
Didi mengukir karier gemilang sebagai pemain, baik di tingkat klub maupun internasional, dengan berbagai pencapaian penting.
2.1. Karier Klub
Ia memulai karier profesionalnya di Madureira sebelum bersinar di Fluminense dan kemudian menjadi pemain kunci di Botafogo serta sempat bermain untuk Real Madrid.
2.1.1. Tahun Profesional Awal (Fluminense)
Didi memulai karier profesionalnya di Madureira sebelum menjadi terkenal saat bergabung dengan Fluminense pada tahun 1949. Di Fluminense, Didi bermain dari tahun 1949 hingga 1956, yang merupakan periode terlama ia bermain tanpa henti untuk satu klub. Selama masa tersebut, ia tampil dalam 298 pertandingan dan mencetak 91 gol. Ia menjadi salah satu sosok utama yang bertanggung jawab atas kemenangan Campeonato Carioca 1951. Selain itu, Didi juga mencetak gol pertama dalam sejarah Stadion Maracanã pada 16 Juni 1950, dalam sebuah pertandingan persahabatan antara tim muda negara bagian Rio de Janeiro (yang ia bela) dan São Paulo. Selama tujuh musim bersama Fluminense, ia juga memenangkan Copa Rio pada tahun 1952.
2.1.2. Botafogo dan Real Madrid
Pada tingkat klub, Didi pindah ke Botafogo dan memenangkan Campeonato Carioca (kejuaraan negara bagian Rio) pada tahun 1957. Didi sebelumnya berjanji akan berjalan kaki dari Maracanã ke rumahnya di lingkungan Laranjeiras (sekitar 9.4 km) dengan mengenakan perlengkapan Botafogo jika timnya memenangkan kejuaraan. Setelah kemenangan, sekitar 5.000 penggemar Botafogo bergabung dengannya saat ia menepati janji tersebut.
Pada tahun 1959, setelah penampilan gemilangnya di Piala Dunia FIFA 1958, Didi direkrut oleh Real Madrid di Spanyol dengan biaya transfer yang besar. Ia bermain bersama banyak pemain bersejarah seperti Ferenc Puskás, Alfredo Di Stéfano, dan Francisco Gento. Meskipun reputasinya sangat tinggi, Didi hanya bermain 19 pertandingan dengan enam gol untuk klub Spanyol tersebut. Ia sering berselisih dengan pemimpin tim Alfredo Di Stéfano, yang merasa tersinggung dengan perhatian penggemar yang terpecah kepada pendatang baru ini. Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa ia mengalami penerimaan komentar diskriminatif, termasuk yang bersifat rasial, dari rekan satu timnya seperti Di Stéfano dan Puskás, yang mempercepat kepergiannya dari klub. Namun, meskipun singkat, Didi berhasil berpartisipasi dalam kampanye kemenangan Piala Eropa 1959-60, menjadikannya pemain Brasil pertama yang memenangkan Piala Dunia FIFA dan Piala Eropa.
2.1.3. Tim Klub Selanjutnya dan Pensiun
Setelah periode singkat di Real Madrid, Didi kembali ke Botafogo, menjadi bagian dari salah satu tim Brasil paling sukses di tingkat klub sepanjang masa. Botafogo pada awal 1960-an menampilkan nama-nama terkenal seperti Garrincha, Nilton Santos, Zagallo, Amarildo, Quarentinha, serta talenta muda menjanjikan seperti Manga, Gérson, Rildo, dan Jairzinho. Pada saat itu, Botafogo adalah satu-satunya klub di tingkat nasional yang mampu bersaing dengan Santos FC yang diperkuat Pelé. Setelah hampir tiga tahun yang sukses bersama Botafogo, ia menandatangani kontrak dengan Sporting Cristal dari Peru pada tahun 1963. Ia kemudian kembali lagi ke Botafogo untuk terakhir kalinya pada tahun 1964. Botafogo adalah klub tempat Didi bermain paling banyak pertandingan, dengan 313 penampilan dan 114 gol. Ia menjadi juara Rio bersama klub pada tahun 1957, 1961, dan 1962, dan juga memenangkan Turnamen Rio-São Paulo 1962, tahun yang sama ia memenangkan Pentagonal Meksiko dan pada tahun 1963, Turnamen Paris. Pada tahun 1965, ia pindah ke Liga Meksiko untuk bermain di C.D. Veracruz. Pada tahun 1966, di usia 38 tahun, ia bergabung dengan São Paulo dengan harapan memimpin tim dengan pengalamannya, tetapi ia hanya bermain empat pertandingan. Setelah itu, ia memutuskan untuk menjadi seorang pelatih dan pensiun sebagai pemain.
2.2. Karier Internasional (Tim Nasional Brasil)
Didi memainkan peran sentral dalam tim nasional Brasil, terutama dalam dua kemenangan Piala Dunia.

2.2.1. Kesuksesan Piala Dunia
Didi bermain dalam 68 pertandingan internasional untuk Brasil dan mencetak 20 gol, termasuk belasan gol dari tendangan bebas khasnya. Pada Piala Dunia FIFA 1954, ia mencetak gol melawan Meksiko dan Yugoslavia, sebelum Brasil dikalahkan oleh tim favorit Hungaria. Pertandingan ini dikenal sebagai "Pertempuran Bern"; Didi terlibat dalam keributan yang terjadi setelah pertandingan yang penuh ketegangan ini.
Pencapaian terbesarnya datang pada Piala Dunia FIFA 1958, di mana ia dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Turnamen (Bola Emas). Sebagai seorang gelandang, ia menjadi otak di balik keberhasilan pertama Brasil memenangkan Piala Dunia FIFA. Didi juga menjadi bagian penting dari tim Brasil yang memenangkan Piala Dunia FIFA 1962, meraih gelar Piala Dunia keduanya. Selama karier internasionalnya, ia juga memenangkan Kejuaraan Pan Amerika 1952 di Chili, yang merupakan pencapaian penting pertama tim nasional Brasil di luar negeri. Ia juga meraih Copa Oswaldo Cruz pada 1955, 1958, 1961, dan 1962, serta Piala O'Higgins pada 1955 dan 1961, dan Taça do Atlântico pada 1956.
3. Gaya Bermain dan Karakteristik
Didi adalah pemain yang sangat terampil dan inovatif, dengan ciri khas yang membedakannya dari pemain lain di eranya.
3.1. Teknik "Folha Seca"
Didi dikenal sebagai penemu dan pemopuler tendangan bebas "folha seca" (daun kering). Teknik ini melibatkan tendangan bola yang menghasilkan efek Magnus yang ekstrem, menyebabkan bola berbelok tajam ke bawah secara tak terduga seolah-olah jatuh seperti daun kering, membuat kiper kesulitan memprediksi arahnya. Teknik ini kemudian menjadi inspirasi bagi banyak pemain modern seperti Juninho dan Cristiano Ronaldo. Selain tendangan bebas, Didi juga terkenal dengan jangkauan umpannya yang luas, staminanya yang luar biasa, dan teknik individunya yang mumpuni. Ia dijuluki "Pangeran Ethiopia" (Hoàng tử Ethiopia) dan mampu mengkompensasi kekurangan fisiknya dengan kecerdasan taktis serta kemampuan mengatur permainan yang cemerlang.
4. Karier Manajerial
Setelah pensiun sebagai pemain, Didi memulai karier yang panjang dan sukses sebagai pelatih di berbagai klub dan tim nasional.
4.1. Tim Nasional Peru dan Pelatihan Klub
Setelah pensiun sebagai pemain, Didi memulai karier kepelatihannya dengan Sporting Cristal. Ia kemudian ditunjuk untuk melatih tim nasional Peru pada Piala Dunia FIFA 1970. Didi berhasil membimbing Peru lolos kualifikasi dengan mengalahkan Argentina, yang dianggap sebagai "balas budi" karena Argentina telah menyingkirkan Peru dari kualifikasi Piala Dunia 1958. Tim Peru tersebut, yang diperkuat bintang-bintang seperti Teófilo Cubillas dan Héctor Chumpitaz, akhirnya dikalahkan di perempat final oleh Brasil. Pada tahun 1971, Didi melatih klub Argentina papan atas, River Plate, setelah menerima posisi yang menguntungkan. Puncak karier kepelatihannya adalah bersama raksasa Turki, Fenerbahçe, di mana ia membimbing tim meraih dua gelar Divisi Pertama Turki berturut-turut pada musim 1973-1974 dan 1974-1975.
4.2. Peran Kepelatihan Lainnya
Didi juga melatih sejumlah klub Brasil penting lainnya seperti Bangu, Fluminense, Botafogo, Cruzeiro, dan São Paulo. Di luar Brasil, ia melatih klub Peru Alianza Lima, serta tim nasional Kuwait dan Al-Ahli di Arab Saudi. Ia juga sempat melatih Fortaleza Esporte Clube.
5. Kehidupan Akhir dan Kematian
Pada Oktober 2000, Didi dilantik ke dalam FIFA Hall of Champions. Pada saat itu, ia sudah cukup sakit. Ia meninggal dunia setahun kemudian di Rio de Janeiro, pada usia 72 tahun, setelah menderita pneumonia akibat komplikasi yang timbul dari kanker usus. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam di dunia sepak bola.
6. Prestasi dan Warisan
Waldyr "Didi" Pereira diakui sebagai salah satu gelandang terhebat dalam sejarah sepak bola, dengan segudang prestasi baik di level klub maupun internasional.
6.1. Penghargaan Tim
- Botafogo
- Campeonato Carioca: 1957, 1961, 1962
- Torneio Rio-São Paulo: 1962
- Turnamen Domestik: 1961, 1962, 1963
- Turnamen Internasional Kolombia: 1960
- Pentagonal Klub Meksiko: 1962
- Fluminense
- Copa Rio: 1952
- Campeonato Carioca: 1951
- Real Madrid
- Piala Eropa: 1959-60
- Trofi Ramón de Carranza: 1959
- Brasil
- Piala Dunia FIFA: 1958, 1962
- Copa Oswaldo Cruz: 1955, 1958, 1961, 1962
- Piala O'Higgins: 1955, 1961
- Kejuaraan Pan Amerika: 1952
- Taça do Atlântico: 1956
6.2. Penghargaan Individu
- Bola Emas Piala Dunia FIFA: 1958
- Tim Bintang Piala Dunia FIFA: 1958
- IFFHS Pemain Brasil Abad ke-20 (peringkat 7)
- IFFHS Pemain Dunia Abad ke-20 (peringkat 19)
- Yang Terbaik dari yang Terbaik - Pemain Abad Ini: Top 50
- Museum Sepak Bola Brasil Hall of Fame
- Ballon d'Or Dream Team (Perunggu): 2020
- Tim Pria Amerika Selatan Sepanjang Masa IFFHS: 2021
- World Soccer 100 Pesepak Bola Terhebat Abad ke-20: peringkat 39 (1999)
7. Statistik Karier
Didi memiliki catatan statistik yang mengesankan sepanjang karier bermainnya.
7.1. Gol Internasional
Tim nasional | Tahun | Penampilan | Gol |
---|---|---|---|
Brasil | 1952 | 5 | 1 |
1953 | 5 | 0 | |
1954 | 7 | 2 | |
1955 | 2 | 0 | |
1956 | 10 | 2 | |
1957 | 10 | 9 | |
1958 | 8 | 1 | |
1959 | 7 | 3 | |
1961 | 4 | 1 | |
1962 | 10 | 1 | |
Total | 68 | 20 |
Berikut adalah daftar gol yang dicetak Didi dalam pertandingan internasional untuk tim nasional Brasil:
No. | Tanggal | Stadion | Lawan | Skor | Hasil | Kompetisi |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | 16 April 1952 | Estadio Nacional, Santiago, Chili | Uruguay | 1-0 | 4-2 | Kejuaraan Pan Amerika 1952 |
2 | 16 Juni 1954 | Stadion Charmilles, Jenewa, Swiss | Meksiko | 2-0 | 5-0 | Piala Dunia FIFA 1954 |
3 | 19 Juni 1954 | Stade Olympique de la Pontaise, Lausanne, Swiss | Yugoslavia | 1-1 | 1-1 | Piala Dunia FIFA 1954 |
4 | 15 April 1956 | Praterstadion, Wina, Austria | Austria | - | 3-2 | Persahabatan |
5 | 9 Mei 1956 | Stadion Wembley, London, Inggris | Inggris | 2-2 | 2-4 | Persahabatan |
6 | 13 April 1957 | Estadio Nacional del Perú, Lima, Peru | Chili | 1-1 | 4-2 | Kejuaraan Amerika Selatan 1957 |
7 | 2-1 | |||||
8 | 3-1 | |||||
9 | 23 Maret 1957 | Estadio Nacional del Perú, Lima, Peru | Kolombia | 5-0 | 9-0 | Kejuaraan Amerika Selatan 1957 |
10 | 6-0 | |||||
11 | 28 Maret 1957 | Estadio Nacional del Perú, Lima, Peru | Uruguay | 2-3 | 2-3 | Kejuaraan Amerika Selatan 1957 |
12 | 31 Maret 1957 | Estadio Nacional del Perú, Lima, Peru | Peru | 1-0 | 1-0 | Kejuaraan Amerika Selatan 1957 |
13 | 21 April 1957 | Estádio Municipal, Rio de Janeiro, Brasil | Peru | 1-0 | 1-0 | Kualifikasi Piala Dunia FIFA 1958 |
14 | 11 Juni 1957 | Estádio Municipal, Rio de Janeiro, Brasil | Portugal | - | 2-1 | Persahabatan |
15 | 24 Juni 1958 | Stadion Råsunda, Stockholm, Swedia | Prancis | 2-1 | 5-2 | Piala Dunia FIFA 1958 |
16 | 10 Maret 1959 | Estadio Monumental, Buenos Aires, Argentina | Peru | 1-0 | 2-2 | Kejuaraan Amerika Selatan 1959 |
17 | 15 Maret 1959 | Estadio Monumental, Buenos Aires, Argentina | Chili | 3-0 | 3-0 | Kejuaraan Amerika Selatan 1959 |
18 | 21 Maret 1959 | Estadio Monumental, Buenos Aires, Argentina | Bolivia | 4-2 | 4-2 | Kejuaraan Amerika Selatan 1959 |
19 | 7 Mei 1961 | Estadio Nacional, Santiago, Chili | Chili | - | 2-1 | Copa Bernardo O'Higgins 1961 |
20 | 21 April 1962 | Estádio Municipal, Rio de Janeiro, Brasil | Paraguay | - | 6-0 | Taça Oswaldo Cruz 1962 |