1. Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Henri Mouhot memiliki latar belakang yang beragam dan minat awal pada ilmu pengetahuan alam serta eksplorasi, yang membawanya pada perjalanan penting di Asia Tenggara.
1.1. Masa Kecil dan Pendidikan
Henri Mouhot lahir pada tanggal 15 Mei 1826 di Montbéliard, Doubs, Prancis, dekat perbatasan Swiss. Meskipun lahir di Prancis, ia menghabiskan masa kecilnya di Rusia, di wilayah yang dekat dengan Asia. Selama masa mudanya, ia melakukan perjalanan ke seluruh Eropa bersama saudaranya, Charles Mouhot. Dalam perjalanan ini, ia mempelajari teknik fotografi yang dikembangkan oleh Louis Daguerre. Pada tahun 1856, ia mulai mengabdikan dirinya pada studi ilmu pengetahuan alam. Pada tahun yang sama, ia juga menikah dengan putri penjelajah Skotlandia Mungo Park.
1.2. Inspirasi dan Dukungan untuk Ekspedisi
Minat Mouhot terhadap Indochina terpicu setelah membaca buku The Kingdom and People of Siam (Kerajaan dan Rakyat Siam) karya Sir John Bowring pada tahun 1857. Terinspirasi oleh karya tersebut, Mouhot memutuskan untuk melakukan serangkaian ekspedisi botani ke Indochina dengan tujuan mengumpulkan spesimen zoologi baru. Permintaan awalnya untuk mendapatkan hibah dan dukungan perjalanan ditolak oleh perusahaan-perusahaan Prancis dan pemerintah Napoleon III. Namun, ia berhasil mendapatkan dukungan dari Royal Geographical Society dan Zoological Society of London. Dengan dukungan ini, ia berlayar menuju Bangkok, Thailand, melalui Singapura.
2. Ekspedisi di Asia Tenggara
Dari markasnya di Bangkok pada tahun 1858, Henri Mouhot melakukan empat perjalanan ke pedalaman Siam, Kamboja, dan Laos. Selama tiga tahun sebelum kematiannya, ia menghadapi kesulitan ekstrem dan harus bertahan dari serangan hewan liar untuk menjelajahi beberapa wilayah hutan yang sebelumnya belum dipetakan. Total jarak yang ditempuhnya selama eksplorasi di Asia Tenggara mencapai 4.96 K km dalam waktu tiga tahun, enam bulan, dan 13 hari.
2.1. Gambaran Umum Ekspedisi
Ekspedisi Mouhot dibagi menjadi empat perjalanan utama:
- Ekspedisi Pertama:** Ia mengunjungi Ayutthaya, bekas ibu kota Siam, dan mengumpulkan koleksi serangga, serta kerang darat dan sungai yang ekstensif, lalu mengirimkannya ke Inggris.
- Ekspedisi Kedua:** Ini adalah perjalanan terpanjangnya, yang membawanya ke Angkor di Kamboja.
- Ekspedisi Ketiga:** Ia menjelajahi wilayah di sekitar Phetchaburi dan Lopburi.
- Ekspedisi Keempat:** Perjalanan ini membawanya ke Laos, di mana ia akhirnya meninggal.
Selama ekspedisi ini, Mouhot menghadapi berbagai tantangan, termasuk penyakit tropis, medan yang sulit, dan ancaman dari satwa liar.
2.2. Rute dan Jadwal Perjalanan
Berikut adalah rincian kronologis perjalanan Henri Mouhot di Asia Tenggara:
Tahap | Lokasi (nama periode) | Lokasi (nama saat ini) | Bab dari Le Tour du Monde | Kedatangan | Keberangkatan |
Persiapan | |||||
---|---|---|---|---|---|
1 | London | London | I | 27 April 1858 | |
2 | Singapore | Singapura | I | 3 September 1858 | |
3 | Paknam | Pak Nam | I | 12 September 1858 | |
4 | Bangkok | Bangkok | II - V | 19 Oktober 1858 | |
Ekspedisi Pertama (256 km) | |||||
5 | Ajuthia | Ayutthaya | VI | 23 Oktober 1858 | |
6 | Arajiek, Phrabat | Phra Phuttabat | VII | 13 November 1858 | 14 November 1858 |
7 | Patawi | Phra Phutthachai | VIII | 28 November 1858 | |
8 | Bangkok | Bangkok | VIII | 5 Desember 1858 | 23 Desember 1858 |
Ekspedisi Kedua (2.40 K km) | |||||
9 | Chantaboun Gulf, Lion's Rock | Laem Sing | IX | 3 Januari 1859 | |
10 | Chantaboun | Chanthaburi | IX | 4 Januari 1859 | |
11 | Ile de Ko-Man | Ko Man Nork | IX | 26 Januari 1859 | |
12 | Ile des Patates et ile de Ko-Kram | Ko Khram | IX | 28 Januari 1859 | |
13 | Ile de l'Arec | Chanthaburi | X | 29 Januari 1859 | |
14 | Ven-Ven | Pak Nam Welu | X | 1 Maret 1859 | |
15 | Chute de Kombau, grotte du Mont Sabab | Taman Nasional Namtok Phlio | X | ||
16 | Chantaboun | Chanthaburi | XI | ||
17 | Ko-Khut | Ko Kood | XI | ||
18 | Koh-Khong | Koh Kong | XI | ||
19 | Kampot | Kampot | XI | ||
20 | Kompong-Baïe | Kompong Bay | XI | ||
21 | Udong | Oudongk | XII | ||
22 | Pinhalu | Ponhea Leu | XIII | 2 Juli 1859 | |
23 | Penom Penh | Phnom Penh | XIV | ||
24 | Ile de Ko Sutin | Kaoh Soutin | XV | ||
25 | Pemptiélan | Peam Chilӗang | XV | ||
26 | Brelum | Bro Lam Peh | XV | 16 Agustus 1859 | 29 November 1859 |
27 | Pemptiélan | Peam Chilӗang | XVI | ||
28 | Pinhalu | Ponhea Leu | XVI | 21 Desember 1859 | |
29 | Penom Penh | Phnom Penh | XVI | ||
30 | Lac du Touli-Sap | Danau Tonlé Sap | XVI | ||
31 | Battambang | Battambang | XVII | 20 Januari 1860 | |
32 | Ongkor | Angkor | XVIII | 22 Januari 1860 | 12 Februari 1860 |
33 | Mont Ba-Khêng | Phnom Bakheng | XIX | ||
34 | Battambang | Battambang | XXI | 5 Maret 1860 | |
35 | Ongkor-Borège | Mongkol Borey | XXI | 8 Maret 1860 | 9 Maret 1860 |
36 | Muang Kabine | Kabinburi | XXI | 28 Maret 1860 | |
37 | Bangkok | Bangkok | XXI | 4 April 1860 | 8 Mei 1860 |
Ekspedisi Ketiga (1.25 K km) | |||||
38 | Petchabury | Phetchaburi | XXII | 11 Mei 1860 | |
39 | Bangkok | Bangkok | XXIII | 1 September 1860 | |
40 | Nophabury | Lopburi | XXIV | ||
41 | Ajuthia | Ayutthaya | XXIV | 19 Oktober 1860 | |
42 | Tharua-Tristard | Tha Ruea | XXIV | 20 Oktober 1860 | |
43 | Saohaïe | Sao Hai | XXIV | 22 Oktober 1860 | |
44 | Khao Koc | Wat Tha Khlo Tai | XXV | ||
45 | Tchaïapoune | Chaiyaphum | XXVI | 28 Februari 1861 | |
46 | Saraburi | Saraburi | XXVI | ||
47 | Bangkok | Bangkok | XXVI | 12 April 1861 | |
Ekspedisi Keempat (1.05 K km) | |||||
48 | Sikiéou | Si Khiu | XXVI | ||
49 | Korat | Nakhon Ratchasima | XXVI | ||
50 | Penom-Wat | Prasat Phanom Wan | XXVI | ||
51 | Tchaïapoune | Chaiyaphum | XXVII | ||
52 | Nam-Jasiea | Non Kok | XXVII | ||
53 | Poukiéau | Phu Khiao | XXVII | ||
54 | Leuye | Loei | XXVII | 16 Mei 1861 | |
55 | Paklaïe | Pak Lay | XXVII | 24 Juni 1861 | |
56 | Thodua | Tha Deua | XXVII | ||
57 | Luang Prabang | Luang Prabang | XXVII | 25 Juli 1861 | |
58 | Na-Lê | Na Le | XXVIII | 3 September 1861 | 15 Oktober 1861 |

[https://www.google.com/maps/d/u/0/edit?mid=1OP8tD8idDLwYioBkATH9Xa8njZBSH-Y&usp=sharing Link ke rute perjalanan di Google Maps]
3. Angkor dan Pengaruhnya
Kunjungan Henri Mouhot ke situs Angkor merupakan salah satu bagian paling terkenal dari ekspedisinya, meskipun interpretasinya tentang situs tersebut mengandung beberapa kekeliruan.
3.1. Kunjungan dan Pengamatan Awal di Angkor
Pada Januari 1860, di akhir perjalanan keduanya yang terlama, Mouhot mencapai Angkor, sebuah area yang membentang lebih dari 400 km2. Area ini terdiri dari banyak situs teras kuno, kolam, kota berparit, istana, dan kuil, yang paling terkenal adalah Angkor Wat. Ia mencatat kunjungan ini dalam jurnal perjalanannya, yang mencakup tiga minggu pengamatan terperinci. Jurnal dan ilustrasi ini kemudian dimasukkan ke dalam karyanya Voyage dans les royaumes de Siam, de Cambodge, de LaosPerjalanan ke Kerajaan Siam, Kamboja, LaosBahasa Prancis yang diterbitkan secara anumerta.


3.2. Mitos "Penemuan" Angkor dan Fakta Sejarah
Mouhot sering kali secara keliru dikreditkan dengan "menemukan" Angkor. Namun, Angkor sebenarnya tidak pernah hilang. Lokasi dan keberadaan seluruh rangkaian situs Angkor selalu diketahui oleh bangsa Khmer dan telah dikunjungi oleh beberapa orang Barat sejak abad ke-16. Mouhot sendiri menyebutkan dalam jurnalnya bahwa rekannya, Pastor Charles Emile Bouillevaux, seorang misionaris Prancis yang bermarkas di Battambang, telah melaporkan bahwa ia dan para penjelajah serta misionaris Barat lainnya telah mengunjungi Angkor Wat dan kuil-kuil Khmer lainnya setidaknya lima tahun sebelum Mouhot. Pastor Bouillevaux menerbitkan catatannya pada tahun 1857 dalam buku Travel in Indochina 1848-1846, The Annam and Cambodia.
Sebelumnya, pedagang Portugis Diogo do Couto mengunjungi Angkor dan menulis catatannya tentang hal itu pada tahun 1550, dan biarawan Portugis Antonio da Magdalena juga menulis tentang kunjungannya ke Angkor Wat pada tahun 1586. Dengan demikian, Mouhot bukanlah penemu pertama Angkor, melainkan tokoh yang mempopulerkannya di dunia Barat.
3.3. Interpretasi Mouhot dan Dampaknya terhadap Persepsi Barat
Meskipun bukan penemu, Mouhot berhasil mempopulerkan Angkor di dunia Barat. Mungkin tidak ada pengunjung Eropa sebelumnya yang menulis se-evokatif Mouhot, yang juga menyertakan sketsa-sketsa menarik dan terperinci. Dalam bukunya yang diterbitkan secara anumerta, Travels in Siam, Cambodia and Laos, Mouhot membandingkan Angkor dengan piramida, karena pada masa itu populer di Barat untuk mengaitkan asal-usul semua peradaban dengan Timur Tengah. Misalnya, ia menggambarkan kepala Buddha di gerbang Angkor Thom sebagai "empat kepala besar bergaya Mesir" dan menulis tentang Angkor:
"Salah satu kuil ini-saingan dari kuil Raja Salomo, dan didirikan oleh Michelangelo kuno-mungkin menempati tempat terhormat di samping bangunan kita yang paling indah. Ini lebih agung daripada apa pun yang ditinggalkan oleh Yunani Kuno atau Romawi Kuno, dan menyajikan kontras yang menyedihkan dengan keadaan barbarisme di mana bangsa ini sekarang tenggelam."
Mouhot juga menulis: "Di Ongcor, terdapat ... reruntuhan dengan keagungan sedemikian rupa ... sehingga, pada pandangan pertama, seseorang dipenuhi dengan kekaguman yang mendalam, dan tidak bisa tidak bertanya apa yang telah terjadi pada ras yang kuat ini, begitu beradab, begitu tercerahkan, para pencipta karya-karya raksasa ini?"
Kutipan-kutipan semacam itu mungkin telah menimbulkan kesalahpahaman populer bahwa Mouhot telah menemukan reruntuhan yang ditinggalkan dari peradaban yang hilang. Royal Geographical Society dan Zoological Society, yang keduanya tertarik untuk mengumumkan penemuan baru, tampaknya telah mendorong rumor bahwa Mouhot-yang mereka sponsori untuk memetakan gunung dan sungai serta mengkatalogkan spesies baru-telah menemukan Angkor. Mouhot sendiri secara keliru menyatakan bahwa Angkor adalah karya peradaban yang lebih tua dari Khmer. Meskipun peradaban yang sama yang membangun Angkor masih hidup dan tepat di depan matanya, ia menganggap mereka dalam "keadaan barbarisme" dan tidak dapat percaya bahwa mereka cukup beradab atau tercerahkan untuk membangunnya. Ia berasumsi bahwa para pencipta keagungan tersebut adalah ras yang telah menghilang dan secara keliru memperkirakan usia Angkor lebih dari dua milenium, sekitar era yang sama dengan Roma. Sejarah sebenarnya dari Angkor Wat kemudian disusun dari buku The Customs of Cambodia yang ditulis oleh utusan Temür Khan, Zhou Daguan, ke Kamboja pada tahun 1295-1296, dan dari bukti stilistik serta epigrafi yang terkumpul selama pekerjaan pembersihan dan restorasi selanjutnya yang dilakukan di seluruh situs Angkor. Sekarang diketahui bahwa tanggal penghunian Angkor adalah dari awal abad kesembilan hingga awal abad ke-15.

4. Aktivitas sebagai Naturalis
Selain eksplorasi geografis dan arkeologis, Henri Mouhot juga memberikan kontribusi signifikan dalam bidang ilmu alam melalui pengumpulan spesimen flora dan fauna.
4.1. Pengumpulan Spesimen
Selama ekspedisinya di Asia Tenggara, Mouhot secara aktif mengumpulkan berbagai spesimen ilmu alam. Dalam perjalanan pertamanya, misalnya, ia mengumpulkan koleksi serangga yang ekstensif, serta kerang darat dan sungai dari wilayah Ayutthaya. Spesimen-spesimen ini kemudian ia kirimkan ke Inggris dan Eropa untuk studi lebih lanjut. Koleksi ini menjadi penting bagi para ilmuwan di Eropa untuk memahami keanekaragaman hayati di wilayah tersebut.
4.2. Spesies yang Dinamai untuk Menghormatinya
Sebagai bentuk penghormatan atas kontribusinya dalam bidang zoologi, dua spesies reptil Asia dinamai berdasarkan namanya:
- Cuora mouhotii, sejenis kura-kura.
- Oligodon mouhoti, sejenis ular.
Penamaan ini mengabadikan warisan Mouhot dalam komunitas ilmiah sebagai naturalis yang berdedikasi.
5. Pandangan tentang Kolonialisme
Pandangan Henri Mouhot mengenai kolonialisme Eropa di Asia Tenggara menunjukkan kompleksitas pemikirannya, di mana ia tidak sepenuhnya mendukung ekspansi tanpa kritik.
5.1. Refleksi Kritis terhadap Ekspansi Eropa
Meskipun ekspedisinya terjadi pada masa puncak kolonialisme Eropa dan setelah kematiannya Kamboja dianeksasi oleh Prancis, Mouhot sendiri tampaknya bukan seorang kolonialisme garis keras. Ia terkadang meragukan efek menguntungkan dari kolonisasi Eropa. Ia pernah mempertanyakan: "Akankah gerakan bangsa-bangsa Eropa saat ini menuju Timur menghasilkan kebaikan dengan memperkenalkan berkat-berkat peradaban kita ke tanah ini? Atau akankah kita, sebagai instrumen buta dari ambisi tak terbatas, datang ke sini sebagai cambuk, untuk menambah penderitaan mereka saat ini?" Pertanyaan ini menunjukkan refleksi kritisnya terhadap dampak jangka panjang dari intervensi Eropa.
5.2. Potensi Manfaat dan Kerugian Kolonisasi
Meskipun demikian, dalam catatannya, Mouhot tampak tulus tertarik pada Asia Tenggara dan budayanya, serta mempertimbangkan manfaat yang menurutnya dapat diberikan Prancis kepada negara-negara tersebut. Ia menulis dalam Le Tour du Monde: "Dominasi Eropa, penghapusan perbudakan, hukum yang protektif dan bijaksana, serta administrator yang setia, berpengalaman, dan sangat jujur, sendirilah yang mampu meregenerasi Negara ini, yang begitu dekat dengan Cochinchina, di mana Prancis berusaha untuk membangun dirinya dan di mana ia pasti akan membangun dirinya; maka ia pasti akan menjadi lumbung kelimpahan, seproduktif Cochinchina bagian bawah."
Ia juga mengkritik korupsi lokal, menyatakan: "Orang-orang terkejut melihat produksi yang tidak signifikan dan tidak ada industri di wilayah-wilayah yang begitu subur dan kaya ini, tetapi mereka umumnya tidak menyadari bahwa raja-raja dan mandarin memperkaya diri mereka sendiri melalui perampasan dan korupsi, melalui semua penyalahgunaan yang merusak pekerjaan dan menghentikan kemajuan. Biarkan negara ini dikelola dengan bijaksana dan hati-hati, dengan kesetiaan dan perlindungan bagi rakyat, dan semuanya akan berubah dengan kecepatan yang luar biasa."
Mouhot juga menyoroti bahwa ia melihat Prancis telah memberikan manfaat bagi Kamboja pada masanya: "Seandainya bukan karena perang yang telah dilancarkan Prancis terhadap Kekaisaran Annam selama dua tahun terakhir, kemungkinan besar hari ini adalah saat terakhir bagi kerajaan kecil Kamboja, yang nasibnya, tanpa ragu, adalah untuk mati dan berasimilasi dengan bangsa-bangsa tetangga." Ini menunjukkan bahwa ia melihat intervensi Prancis sebagai penyelamat bagi Kamboja dari ancaman eksternal.
6. Kematian dan Pemakaman
Perjalanan eksplorasi Henri Mouhot berakhir dengan tragis di hutan Laos, di mana ia meninggal karena penyakit.
6.1. Penyebab Kematian
Henri Mouhot meninggal karena demam malaria pada tanggal 10 November 1861, saat melakukan ekspedisi keempatnya di hutan Laos. Sebelum kematiannya, ia telah mengunjungi Luang Prabang, ibu kota kerajaan Lan Xang, salah satu dari tiga kerajaan yang kemudian bergabung menjadi Laos modern. Ia saat itu berada di bawah perlindungan raja setempat.
6.2. Lokasi Pemakaman dan Upaya Peringatan
Dua pelayannya menguburkannya di dekat sebuah misi Prancis di Naphan (juga disebut Ban Phanom), di tepi sungai Nam Khan, di sebelah timur Luang Prabang. Pelayan favorit Mouhot, Phrai, mengangkut semua jurnal dan spesimen Mouhot kembali ke Bangkok, dari mana kemudian dikirim ke Eropa.
Pada tahun 1867, komandan Prancis Ernest Doudart de Lagrée dari Ekspedisi Mekong 1866-68, mengikuti perintah dari Gubernur Cochinchina, membangun sebuah monumen kecil di dekat tempat yang mereka yakini sebagai makam Mouhot. De Lagrée memberikan pidato penghormatan: "Kami menemukan di mana-mana kenangan akan rekan senegara kami yang, dengan kejujuran karakternya dan kebaikan alaminya, telah memperoleh penghargaan dan kasih sayang dari penduduk asli."

Enam belas tahun kemudian, ketika penjelajah Prancis Dr. Paul Neis melakukan perjalanan menyusuri sungai Nam Khan, ia hanya menemukan "beberapa batu bata berserakan di tanah". Pada tahun 1887, Auguste Pavie mengatur pembangunan monumen makam yang lebih tahan lama, dan sebuah sala dibangun di dekatnya untuk menampung dan memberi makan pengunjung ke kuil putih tersebut. Beberapa pekerjaan restorasi dilakukan pada makam tersebut pada tahun 1951 oleh École française d'Extrême-Orient (EFEO).
6.3. Penemuan Kembali Makam
Selama tahun-tahun Perang Indochina Kedua, makam Mouhot ditelan hutan dan hilang hingga ditemukan kembali pada tahun 1989 oleh cendekiawan Prancis, Jean-Michel Strobino, bersama dengan Mongkhol Sasorith, seorang sejarawan Laos. Strobino mengorganisir restorasi monumen dengan dukungan dari kedutaan besar Prancis dan Pemerintah Kota Montbéliard, kota kelahiran Mouhot. Sebuah plakat baru dipasang di salah satu ujung makam pada tahun 1990 untuk memperingati penemuan kembali ini. Lokasi ini sekarang dikenal oleh hotel dan operator tur di Luang Prabang, dan sebuah minivan atau tuk-tuk dapat disewa untuk membawa pengunjung sejauh 10 km dari kota untuk mengunjunginya. Ini melibatkan berjalan menuruni jalur curam di sebelah kiri tikungan tajam di jalan menuju Stasiun Kereta Api Luang Prabang, melewati beberapa restoran kecil yang sekarang beroperasi di sepanjang sungai pada titik ini, dan kemudian menaiki jalur yang telah dibersihkan menuju makam, dengan total sekitar 250 m.

7. Warisan dan Penghargaan
Karya-karya Henri Mouhot memiliki dampak jangka panjang yang signifikan, terutama dalam studi Angkor dan ilmu pengetahuan alam.
7.1. Penilaian Akademis dan Publik
Popularitas Angkor yang dihasilkan oleh tulisan-tulisan Mouhot menyebabkan dukungan luas untuk peran utama Prancis dalam studi dan pelestariannya. Prancis melakukan sebagian besar pekerjaan penelitian di Angkor hingga saat ini. Kontribusinya terhadap studi Angkor dan ilmu pengetahuan alam diakui secara luas.
Sebagai bentuk penghormatan, dua spesies reptil Asia dinamai berdasarkan namanya: Cuora mouhotii, sejenis kura-kura; dan Oligodon mouhoti, sejenis ular. Ini mengabadikan namanya dalam bidang biologi.
8. Karya Tulis
Jurnal perjalanan Mouhot diabadikan dalam karyanya Voyage dans les royaumes de Siam, de Cambodge, de Laos et autres parties centrales de l'IndochinePerjalanan ke Kerajaan Siam, Kamboja, Laos, dan bagian tengah Indochina lainnyaBahasa Prancis, yang diterbitkan pada tahun 1863 dan 1864. Judul bahasa Inggrisnya adalah Travels in the Central Parts of Indo-China, Cambodia and Laos During the Years 1858, 1859, and 1860.
Beberapa publikasi terkait karyanya meliputi:
- Travels in Siam, Cambodia, Laos, and Annam. Henri Mouhot. 974-8434-03-6
- Travels in Siam, Cambodia and Laos, 1858-1860. Henri Mouhot, Michael Smithies. 0-19-588614-3
- Travels in the Central Parts of Indo-China (Siam), Cambodia, and Laos During the Years 1858, 1859, and 1860. Mouhot, Henri. 974-8495-11-6 (dengan ilustrasi hitam/putih)
9. Tokoh Terkait
Beberapa tokoh penting lainnya memiliki kaitan dengan kehidupan, ekspedisi, atau studi Henri Mouhot:
- Sir John Bowring: Penulis buku The Kingdom and People of Siam yang menginspirasi Mouhot.
- Charles Emile Bouillevaux: Misionaris Prancis yang telah mengunjungi Angkor sebelum Mouhot dan menerbitkan catatannya.
- Diogo do Couto: Pedagang Portugis yang mengunjungi Angkor pada tahun 1550.
- Antonio da Magdalena: Biarawan Portugis yang menulis tentang kunjungannya ke Angkor Wat pada tahun 1586.
- Zhou Daguan: Utusan Tiongkok yang menulis The Customs of Cambodia, sumber penting untuk sejarah Angkor.
- Ernest Doudart de Lagrée: Komandan Prancis yang membangun monumen awal di makam Mouhot.
- Paul Neis: Penjelajah Prancis yang menemukan makam Mouhot dalam kondisi rusak.
- Auguste Pavie: Mengatur pembangunan monumen makam yang lebih tahan lama.
- Jean-Michel Strobino: Cendekiawan Prancis yang menemukan kembali makam Mouhot pada tahun 1989.
- Mongkhol Sasorith: Sejarawan Laos yang membantu penemuan kembali makam Mouhot.
- Paul Pelliot: Seorang sinolog dan penjelajah Prancis yang juga berkontribusi pada studi sejarah Asia Tenggara.