1. Overview
Isabelle de Charrière, seorang tokoh terkemuka dari Abad Pencerahan, dikenal karena kontribusinya yang beragam dalam sastra, musik, dan pemikiran sosial-politik. Lahir dari keluarga bangsawan Belanda, ia menerima pendidikan yang luar biasa untuk masanya, menguasai berbagai bahasa dan mata pelajaran. Setelah menikah dengan Charles-Emmanuel de Charrière, ia pindah ke Swiss, di mana sebagian besar karya produktifnya dihasilkan. Korespondensinya yang luas dengan para intelektual terkemuka, termasuk James Boswell dan Benjamin Constant, membentuk jaringannya dan memengaruhi pemikirannya. Karya-karyanya mencakup novel, pamflet, drama, dan komposisi musik, seringkali mengeksplorasi tema-tema seperti keraguan agama, peran bangsawan, dan pendidikan perempuan. Ia secara kritis terlibat dengan peristiwa-peristiwa kontemporer, terutama Revolusi Prancis, dan pandangannya yang bernuansa tentang aristokrasi dan hak-hak perempuan menyoroti perspektif progresifnya. Meskipun ia mewarisi kekayaan yang terkait dengan praktik kolonial, ia juga menunjukkan keprihatinan tentang kekejaman di koloni dan mengurangi investasinya di sana. Warisannya diakui melalui studi akademis, penamaan asteroid, dan penghargaan sastra, yang menegaskan posisinya sebagai penulis penting yang karyanya menawarkan wawasan unik tentang gejolak sosial dan intelektual di akhir abad ke-18.
2. Early Life
Isabelle de Charrière lahir dalam lingkungan bangsawan yang memberinya akses ke pendidikan dan pengalaman yang jauh melampaui kebiasaan bagi wanita di zamannya, membentuk fondasi intelektual dan pandangan progresifnya.
2.1. Birth and Family Background
Isabelle van Tuyll van Serooskerken lahir di Kastil Zuylen di Zuilen dekat Utrecht, Belanda, pada 20 Oktober 1740. Ia adalah anak tertua dari tujuh bersaudara dari pasangan Diederik Jacob van Tuyll van Serooskerken (1707-1776) dan Jacoba Helena de Vicq (1724-1768). Orang tuanya digambarkan oleh penulis Skotlandia James Boswell, yang saat itu seorang mahasiswa hukum di Utrecht dan salah satu pelamarnya, sebagai "salah satu bangsawan tertua di Tujuh Provinsi" dan "seorang wanita Amsterdam, dengan banyak uang." Selama musim dingin, keluarga mereka tinggal di rumah mereka di kota Utrecht.


2.2. Education and Linguistic Abilities
Berkat pandangan liberal orang tuanya, Isabelle menikmati pendidikan yang jauh lebih luas daripada yang biasa diterima oleh anak perempuan pada masa itu. Ia diizinkan mempelajari mata pelajaran seperti matematika, fisika, dan berbagai bahasa, termasuk Latin, Italia, Jerman, dan Inggris. Ia dikenal sebagai seorang siswa yang berbakat. Pada tahun 1750, Isabelle dikirim ke Jenewa dan melakukan perjalanan melalui Swiss dan Prancis bersama pengasuhnya yang berbahasa Prancis, Jeanne-Louise Prevost, yang juga menjadi gurunya dari tahun 1746 hingga 1753. Setelah berbicara hanya dalam bahasa Prancis selama setahun, ia harus mempelajari kembali bahasa Belanda sekembalinya ke rumah di Belanda. Namun, bahasa Prancis tetap menjadi bahasa pilihannya sepanjang sisa hidupnya, yang menjelaskan mengapa karyanya tidak begitu dikenal di negara kelahirannya seperti yang seharusnya. Sepanjang hidupnya, ia selalu tertarik pada musik, dan pada tahun 1790, ia mulai belajar dengan komposer Niccolò Zingarelli.
Pada usia 14 tahun, ia jatuh cinta pada seorang bangsawan Katolik Roma Polandia, Peter Dönhoff, namun cintanya tak berbalas. Karena kecewa, ia meninggalkan Utrecht selama 18 bulan. Seiring bertambahnya usia, berbagai pelamar muncul, tetapi ia menolak mereka karena mereka tidak menepati janji untuk mengunjunginya, atau karena mereka menarik diri setelah menyadari kecerdasannya yang superior. Ia memandang pernikahan sebagai cara untuk mendapatkan kebebasan, tetapi ia juga ingin menikah karena cinta. Pada 7 November 1766, Isabelle melakukan perjalanan dengan perahu dari Hellevoetsluis ke Harwich, ditemani oleh saudaranya Ditie, pelayan wanitanya Doortje, dan pelayan laki-lakinya Vitel, setelah diundang secara khusus oleh Anne Pollexfen Drake dan suaminya, Letnan Jenderal George Eliott, untuk datang ke rumah mereka di Curzon Street, Mayfair, London.
3. Marriage and Personal Life
Pernikahan Isabelle de Charrière menandai babak baru dalam hidupnya, membawanya ke Swiss dan memengaruhi lingkungan pribadinya, sekaligus menyoroti kompleksitas keuangan yang terkait dengan warisan kolonial.
3.1. Marriage and Household
Pada tahun 1771, Isabelle menikah dengan Charles-Emmanuel de Charrière de Penthaz (1735-1808), dan sejak itu ia dikenal sebagai Isabelle de Charrière. Charles-Emmanuel, yang lahir di Colombier (dekat Neuchâtel), Swiss, adalah mantan guru privat saudaranya Willem René di luar negeri dari tahun 1763 hingga 1766. Pasangan ini kemudian menetap di Le Pontet di Colombier, sebuah properti yang dibeli oleh kakek suaminya, Béat Louis de Muralt. Mereka tinggal bersama ayah mertuanya, François (1697-1780), dan kedua saudara iparnya yang belum menikah, Louise (1731-1810) dan Henriette (1740-1814).


Pada masa itu, Kanton Neuchâtel diperintah oleh Frederick Agung sebagai pangeran Neuchâtel dalam uni personal dengan Prusia. Neuchâtel menikmati kebebasan beragama, yang menarik banyak pengungsi termasuk Jean-Jacques Rousseau, Béat Louis de Muralt, dan David Wemyss, Lord Elcho. Pasangan ini juga menghabiskan banyak waktu di Jenewa dan Paris.
q=Colombier, Neuchâtel|position=right
Isabelle de Charrière menjadi kaya pada tahun 1778 setelah sebagian mewarisi kekayaan orang tuanya. Kekayaan ini termasuk hampir 40% investasi di perusahaan-perusahaan kolonial seperti Perusahaan Hindia Barat Belanda (WIC), Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC), Perusahaan Hindia Timur Britania, dan South Sea Company, yang bergantung pada perbudakan yang menguntungkan di perkebunan di luar negeri. Menurut pendapat Caroline Drieënhuizen dan Marjet Douze dalam publikasi mereka tahun 2021, de Charrière menyebutkan perbudakan tanpa kritik dalam surat-suratnya dan novelnya Trois Femmes (Tiga Wanita, 1795-1798). Namun, pandangan yang berlawanan dikemukakan oleh editor korespondensinya, Suzan van Dijk, yang merinci bahwa de Charrière menulis tentang apa yang ia sebut "kengerian" (horreurs) di koloni dalam sebuah surat (nomor 1894, tahun 1798), menunjukkan bahwa ia tidak acuh terhadap ekses perbudakan. Dalam waktu lima tahun setelah menerima warisannya, de Charrière menjual 70% dari investasinya di sektor kolonial.
4. Correspondence and Intellectual Exchange
Isabelle de Charrière dikenal karena korespondensinya yang luas, yang tidak hanya menjadi sarana ekspresi pribadinya tetapi juga platform penting untuk pertukaran intelektual dengan beberapa tokoh paling berpengaruh di zamannya.
4.1. Key Correspondents
Isabelle de Charrière menjaga korespondensi yang ekstensif dengan banyak orang, termasuk para intelektual seperti David-Louis Constant d'Hermenches, James Boswell, Benjamin Constant, dan penerjemah Jermannya, Ludwig Ferdinand Huber.
Pada tahun 1760, Isabelle bertemu David-Louis Constant d'Hermenches (1722-1785), seorang perwira Swiss yang sudah menikah dan dikenal di masyarakat sebagai seorang Don Juan. Setelah banyak keraguan, kebutuhan Isabelle akan ekspresi diri mengalahkan keraguannya, dan setelah pertemuan kedua dua tahun kemudian, ia memulai korespondensi intim dan rahasia dengannya selama sekitar 15 tahun. Constant d'Hermenches menjadi salah satu koresponden terpentingnya.
Penulis Skotlandia James Boswell sering bertemu dengannya di Utrecht dan di Kastil Zuylen pada tahun 1763-1764, saat ia belajar hukum di Universitas Utrecht. Boswell memanggilnya Zélide, seperti dalam potret dirinya. Ia menjadi koresponden tetap Isabelle selama beberapa tahun setelah meninggalkan Belanda untuk melakukan Grand Tour. Ia menulis kepadanya bahwa ia tidak mencintainya. Isabelle menjawab: "Kita setuju, karena aku tidak punya bakat untuk subordinasi." Pada tahun 1766, Boswell mengirim lamaran bersyarat kepada ayah Isabelle setelah bertemu dengan saudaranya di Paris, tetapi kedua ayah tersebut tidak menyetujui pernikahan itu.
Pada tahun 1786, Madame de Charrière bertemu keponakan Constant d'Hermenches, penulis Benjamin Constant, di Paris. Benjamin Constant mengunjunginya di Colombier beberapa kali. Di sana, mereka menulis novel epistolari bersama, dan pertukaran surat dimulai yang akan berlangsung hingga akhir hidup Isabelle. Ia juga memiliki korespondensi yang menarik dengan teman-teman mudanya, Henriette L'Hardy dan Isabelle Morel. Putri tiri Huber yang masih muda, Therese Forster, tinggal bersamanya dari tahun 1801 hingga kematian Isabelle de Charrière.
5. Literary Works
Isabelle de Charrière menghasilkan beragam karya sastra yang mencakup novel, pamflet, drama, dan puisi, yang sebagian besar ditulis setelah ia menetap di Colombier. Karya-karyanya seringkali mengeksplorasi tema-tema seperti keraguan agama, peran kaum bangsawan, dan pendidikan perempuan.
5.1. Novels and Tales
Periode paling produktif Isabelle de Charrière dimulai setelah ia tinggal di Colombier selama beberapa tahun. Novel pertamanya, Le Noble, diterbitkan pada tahun 1763. Karya ini merupakan satire terhadap kaum bangsawan. Meskipun diterbitkan secara anonim, identitasnya segera terungkap, dan orang tuanya menarik karya tersebut dari penjualan. Namun, "kisah moral" ini tetap menyebar ke Eropa, karena penyair dan negarawan Jerman Johann Wolfgang von Goethe mengulas terjemahan Jermannya, Die Vorzüge des alten Adels, pada 3 November 1772.

Sebuah kutipan dari fabel Pendidikan tentang dua anjing oleh Jean de La Fontaine membuka novel ini:
: - On ne suit pas toujours ses Aïeux, ni son Père (La Fontaine)
: Il y avait dans une des provinces de France un château très ancien, habité par un vieux rejeton d'une famille encore plus ancienne. Le baron d'Arnonville était très sensible au mérite de cette ancienneté, et il avait raison, car il n'avait pas banyak d'autres mérites. Mais son château se serait mieux trouvé d'être un peu plus moderne: une des tours comblait déjà une partie du fossé; on ne voyait dans le reste qu'un peu d'eau bourbeuse, et les grenouilles y avaient pris la place des poissons. Sa table était frugale, mais tout autour de la salle à manger régnaient les bois des cerfs tués par ses aïeux.
: Il se rappelait, les jours gras, qu'il avait droit de chasse, les jours maigres, qu'il avait droit de pêche, et content de ces droits, il laissait sans envie manger des faisans et des carpes aux ignobles financiers. Il dépensait son modique revenu à pousser un procès pour le droit de pendre sur ses terres; et il ne lui serait jamais venu dans l'esprit qu'on pût faire un meilleur usage de son bien, ni laisser à ses enfants quelque chose de mieux que la haute et basse justice. L'argent de ses menus plaisirs, il le mettait à faire renouveler les écussons qui bordaient tous les planchers, et à faire repeindre ses ancêtres.
: - Kita tidak selalu mengikuti nenek moyang kita, bahkan tidak menyerupai ayah kita. La Fontaine
: Di sebuah provinsi Prancis terdapat sebuah kastil kuno, dihuni oleh keturunan tua dari keluarga yang bahkan lebih tua. Baron d'Arnonville sangat menghargai kebangsawanan ini, dan memang demikian, karena ia tidak memiliki banyak keunggulan lain. Namun kastilnya akan lebih baik jika sedikit lebih modern: puing-puing salah satu menara telah mengisi sebagian parit. Selebihnya, hanya terlihat sedikit air berlumpur, di mana katak telah menggantikan ikan. Meja makannya sederhana, tetapi tanduk rusa yang ditembak oleh nenek moyangnya menghiasi seluruh ruang makan.
: Pada hari-hari makan daging, ia teringat haknya untuk berburu; pada hari-hari memancing, haknya untuk memancing. Puas dengan hak-hak ini, ia membiarkan para pemungut pajak rendah memakan burung pegar dan ikan mas tanpa iri. Ia menghabiskan penghasilannya yang sederhana untuk mengajukan gugatan atas hak menggantung orang di tanah miliknya, dan tidak pernah terpikir olehnya bahwa ia bisa memanfaatkan propertinya dengan lebih baik atau meninggalkan sesuatu yang lebih baik kepada anak-anaknya daripada keadilan tinggi dan rendah. Uang untuk kesenangan kecilnya ia gunakan untuk merenovasi lambang di sepanjang alas tiang dan melukis ulang potret nenek moyangnya.
Kemudian ia menulis potret dirinya untuk teman-temannya: Portrait de Mll de Z., sous le nom de Zélide, fait par elle-même. 1762. Pada tahun 1784, ia menerbitkan dua karya fiksi, Lettres neuchâteloises dan Lettres de Mistriss Henley publiées par son amie. Keduanya adalah novel epistolari, bentuk yang terus ia sukai. Isabelle terinspirasi untuk menulis novel setelah membaca novel Belanda Sara Burgerhart (1782), menyadari bahwa novel dapat "memberikan realitas yang sangat besar pada karakter fiksi dengan menggambarkan tempat dan kebiasaan yang dikenal baik." Ini mendorongnya untuk menulis Lettres neuchâteloises yang berlatar kota tempat tinggalnya. Meskipun Lettres de Mistriss Henley berlatar Inggris, isinya tidak banyak mencerminkan kekhasan Inggris. Terinspirasi oleh kesuksesan awal ini, ia menulis Lettres écrites de Lausanne (1785) dan sekuelnya, Caliste (1787), yang berlatar kota Lausanne yang tidak jauh dari Neuchâtel, dan karya-karya ini dianggap sebagai mahakaryanya. Karya novel lainnya termasuk Bien-né. Nouvelles et anecdotes. Apologie de la flatterie (1788), Trois Femmes (1795-1798), Honorine d'Userche : nouvelle de l'Abbé de La Tour (1795), Sainte Anne (1799), dan Sir Walter Finch et son fils William (1806), yang diterbitkan secara anumerta.
5.2. Pamphlets and Commentaries
Pada tahun 1788, Isabelle de Charrière menerbitkan pamflet pertamanya tentang situasi politik di Belanda, Prancis, dan Swiss. Sebagai pengagum filsuf Jean-Jacques Rousseau, ia membantu dalam penerbitan anumerta karyanya, Confessions, pada tahun 1789. Ia juga menulis pamfletnya sendiri tentang Rousseau pada waktu itu.
Revolusi Prancis menyebabkan sejumlah bangsawan mengungsi ke Neuchâtel, dan Madame de Charrière berteman dengan beberapa dari mereka. Namun, ia juga menerbitkan karya-karya yang mengkritik sikap para pengungsi aristokrat, yang sebagian besar ia anggap tidak belajar apa pun dari Revolusi. Karya-karyanya seperti L'Emigré (1793) dan Lettres trouvées dans des portefeuilles d'émigrés (1793) dianggap sebagai sumber berharga mengenai kehidupan para emigran Prancis. Ia terus menulis berbagai esai tentang politik dan pendidikan perempuan.
5.3. Plays and Poetry
Isabelle de Charrière juga berkontribusi pada literatur drama dan puisi. Karya dramanya yang paling terkenal adalah L'émigré, sebuah komedi tiga babak yang diterbitkan pada tahun 1793. Satu-satunya karya panggungnya yang dipentaskan selama hidupnya adalah De Deugd is den Adel waerdig (Vertu vaut bien noblesse), sebuah adaptasi Belanda dari novelnya yang kontroversial Le Noble, yang dipentaskan di teater Fransche Comedie di Den Haag pada 2 Maret 1769. Baik libretto maupun musiknya dianggap hilang. Ia juga mengirimkan libretto Les Phéniciennes kepada Mozart di Wina, berharap ia akan mengarang musiknya, tetapi tidak ada balasan yang diketahui.
6. Musical Activities
Isabelle de Charrière memiliki minat yang mendalam pada musik, tidak hanya sebagai penikmat tetapi juga sebagai komposer. Ia mulai belajar musik dengan komposer Niccolò Zingarelli pada tahun 1790.
Karya-karya musiknya dikumpulkan dalam volume 10 dari Œuvres complètes-nya. Komposisi-komposisi ini meliputi:
- Six minuets pour deux violons, alto et basse (yaitu, kuartet gesek), didedikasikan untuk Monsieur le Baron de Tuyll de Serooskerken Seigneur de Zuylen (Den Haag dan Amsterdam: B. Hummel et fils, 1786).
- 9 Sonates voor klavecimbel.
- 10 Airs et Romances (Paris: chez M. Bonjour, 1788-1789), di mana ia menulis lirik puisi dan musiknya.
Sebagian besar musiknya dipentaskan dalam lingkaran pribadi salon-nya di Le Pontet. Seperti yang disebutkan sebelumnya, ia mengirimkan libretto Les Phéniciennes kepada Mozart di Salzburg (saat itu Mozart tinggal di Wina), berharap ia akan mengarang musiknya, tetapi tidak ada balasan yang diketahui.
7. Views on Contemporary Society and Politics
Isabelle de Charrière secara aktif terlibat dalam perdebatan intelektual dan politik di zamannya, mencerminkan pandangan yang bernuansa dan seringkali kritis terhadap struktur sosial dan peristiwa besar seperti Revolusi Prancis.
7.1. Engagement with Enlightenment Ideals
Isabelle de Charrière memiliki minat yang tajam pada masyarakat dan politik di zamannya. Ia adalah pengagum filsuf Jean-Jacques Rousseau, dan keterlibatannya dengan pemikiran Pencerahan tercermin dalam karyanya. Ia tidak hanya membantu dalam penerbitan anumerta Confessions karya Rousseau pada tahun 1789, tetapi juga menulis pamfletnya sendiri tentang Rousseau pada waktu yang sama. Pemikirannya seringkali mengeksplorasi tema-tema kebebasan, rasionalitas, dan kritik terhadap otoritas yang tidak adil, sejalan dengan cita-cita Pencerahan.
7.2. Perspectives on the French Revolution and Aristocracy
Pandangan Isabelle de Charrière tentang Revolusi Prancis sangat bernuansa. Meskipun ia berteman dengan beberapa bangsawan yang mengungsi ke Neuchâtel akibat Revolusi, ia juga secara terbuka mengkritik sikap para pengungsi aristokrat tersebut. Ia percaya bahwa sebagian besar dari mereka tidak belajar apa pun dari Revolusi, menunjukkan kurangnya adaptasi atau pemahaman terhadap perubahan sosial yang sedang terjadi. Karya-karyanya seperti L'Emigré (1793), sebuah komedi tiga babak, dan Lettres trouvées dans des portefeuilles d'émigrés (1793) tidak hanya mencerminkan pandangannya yang kritis tetapi juga menjadi sumber berharga mengenai kehidupan para emigran Prancis pada masa itu. Ia mampu mengamati Revolusi dari kejauhan, memberikan perspektif yang berbeda dari mereka yang terjebak dalam kekacauan di Prancis.
7.3. Views on Women's Education and Roles
Isabelle de Charrière menunjukkan pandangan yang progresif mengenai pendidikan perempuan dan peran mereka dalam masyarakat, yang sangat maju untuk zamannya. Tema pendidikan perempuan sering muncul dalam karya-karyanya. Ia tidak hanya menulis tentang pentingnya pendidikan yang lebih luas bagi perempuan, tetapi juga secara aktif memberikan nasihat dan bantuan kepada perempuan muda melalui pertemuan dan korespondensi. Ia percaya bahwa perempuan harus memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan intelektual mereka sepenuhnya, menantang norma-norma sosial yang membatasi peran perempuan hanya pada ranah domestik.
8. Assessment and Influence
Isabelle de Charrière diakui sebagai sosok penting dalam sastra dan pemikiran Abad Pencerahan, dengan warisan yang meluas hingga ke bidang sosial, ekonomi, dan budaya.
8.1. Literary Assessment
Isabelle de Charrière adalah sosok yang unik dalam sejarah sastra Prancis. Lahir di Belanda, ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Swiss dan menulis dalam bahasa Prancis. Keunikan latar belakang ini memungkinkannya untuk tidak terseret langsung dalam gejolak Revolusi Prancis, sehingga ia dapat terus berkarya dan mengisi kekosongan dalam sastra Prancis yang diakibatkan oleh Revolusi. Selain itu, posisinya yang "di luar" memungkinkan ia untuk mengamati Revolusi dari kejauhan dan mengkaji masalah-masalah Revolusi dari sudut pandang yang berbeda. Karena alasan ini, ia dianggap sebagai salah satu penulis terkemuka di akhir abad ke-18, bersama dengan Madame de Staël. Gayanya yang tajam, penggunaan novel epistolari yang mahir, dan kemampuannya untuk menyatukan kritik sosial dengan narasi fiksi menjadikannya suara yang khas dan berpengaruh.
8.2. Social and Economic Impact
Kehidupan dan karya Isabelle de Charrière memiliki implikasi sosial yang luas. Meskipun ia mewarisi kekayaan yang signifikan pada tahun 1778, termasuk investasi di perusahaan-perusahaan kolonial yang bergantung pada perbudakan di perkebunan, ia menunjukkan kesadaran yang berkembang terhadap isu-isu ini. Awalnya, ada perdebatan mengenai apakah ia secara kritis membahas perbudakan dalam karyanya, namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa ia menulis tentang "kengerian" di koloni dan secara proaktif menjual sebagian besar investasinya yang terkait dengan praktik kolonial dalam waktu lima tahun setelah mewarisinya. Ini menunjukkan evolusi dalam pandangannya dan tindakan yang mencerminkan kepedulian sosial. Selain itu, pandangan progresifnya tentang pendidikan perempuan dan perannya dalam masyarakat, serta kritiknya terhadap aristokrasi dan Revolusi Prancis, berkontribusi pada wacana sosial yang lebih luas tentang hak-hak dan keadilan.
8.3. Legacy and Recognition
Warisan Isabelle de Charrière terus diakui dan dirayakan dalam berbagai bentuk.
- Asteroid 9604 Bellevanzuylen dinamai untuk menghormatinya pada tahun 1991 oleh Eric Walter Elst.
- Film Belle van Zuylen - Madame de Charrière disutradarai oleh Digna Sinke pada tahun 1993.
- Kursi Belle van Zuylen Chair di Universitas Utrecht, Belanda, pernah dipegang oleh C.P. Courtney (1995), Monique Moser-Verrey (April 2005), dan Nicole Pellegrin-Postel (Oktober 2005).
- Kuliah tahunan Belle van Zuylen Lecture, yang membahas tema-tema terkait sastra dan masyarakat secara umum, merupakan bagian dari International Literature Festival Utrecht (ILFU), sebelumnya bernama City2Cities. Kuliah ini disampaikan oleh penulis-penulis kontemporer terkemuka seperti Hans Magnus Enzensberger (2006), Jeanette Winterson (2007), Azar Nafisi (2009), Paul Auster (2012), Chimamanda Ngozi Adichie (2020), dan Margaret Atwood (2021). Sejak tahun 2020, penerima kuliah ini juga menerima patung kecil yang disebut Belle van Zuylenring.