1. Kehidupan dan Pendidikan
Jan Baptist van Helmont menjalani masa muda dan pendidikan yang dinamis, membentuk pandangan ilmiah dan filosofisnya yang unik.
1.1. Kelahiran dan Keluarga
Jan Baptist van Helmont adalah anak bungsu dari lima bersaudara, lahir pada tanggal 12 Januari 1580 di Brussel, yang saat itu merupakan bagian dari Kadipaten Brabant di Spanyol Belanda Selatan. Ayahandanya bernama Christiaen van Helmont, seorang jaksa penuntut umum dan anggota dewan Brussel, yang menikah dengan Maria (van) Stassaert pada tahun 1567 di Katedral St. Michael dan Gudula. Ia lahir dalam keluarga bangsawan yang cukup berada.
1.2. Pendidikan dan Pembentukan Karier Awal
Pendidikan van Helmont dimulai di Universitas Leuven, di mana ia secara gelisah beralih dari satu disiplin ilmu ke ilmu lainnya tanpa menemukan kepuasan. Ia mempelajari seni, klasik, teologi, dan mistisisme. Akhirnya, ia beralih ke kedokteran. Ia sempat menghentikan studinya selama beberapa tahun untuk melakukan perjalanan ke berbagai negara di Eropa, termasuk Swiss, Italia, Prancis, Jerman, dan Inggris.
Setelah kembali ke tanah airnya, van Helmont memperoleh gelar kedokteran pada tahun 1599 dan kembali mendapatkan gelar doktoralnya pada tahun 1609. Meskipun ia memperoleh kualifikasi sebagai seorang dokter, ia menolak untuk menerima jabatan resmi yang ia anggap sebagai pencarian ketenaran yang sia-sia. Ia sempat berpraktik di Antwerpen selama wabah besar pada tahun 1605, setelah itu ia menulis sebuah buku berjudul De Peste (Tentang Wabah). Pengalaman pribadinya dengan skabies (kudis) juga sangat memengaruhi pandangan medisnya; ia justru memburuk setelah diobati dengan pencahar sesuai metode Galenus, namun sembuh setelah beralih ke pengobatan berdasarkan prinsip Paracelsus. Peristiwa ini membuatnya sangat kecewa dengan kedokteran Galenus yang saat itu menjadi arus utama, sehingga ia memutuskan untuk membuang buku-buku medisnya (meskipun ia kemudian menyesal tidak membakarnya).
1.3. Pernikahan dan Awal Kegiatan Penelitian
Pada tahun 1609, Jan Baptist van Helmont menikah dengan Marguerite van Ranst, seorang wanita dari keluarga bangsawan kaya. Pasangan ini kemudian menetap di Vilvoorde, dekat Brussel, dan memiliki enam atau tujuh anak. Warisan yang diterima dari istrinya memungkinkan van Helmont untuk pensiun dini dari praktik medisnya. Hal ini memberinya kebebasan finansial untuk mendedikasikan seluruh waktunya pada eksperimen kimia dan filsafat, sebuah komitmen yang ia pertahankan hingga akhir hayatnya pada 30 Desember 1644.
2. Kontribusi Ilmiah
Kontribusi ilmiah Jan Baptist van Helmont mencakup berbagai bidang, dari kimia dan fisiologi hingga botani, sering kali menantang paradigma ilmiah yang ada pada zamannya.
2.1. Pendekatan Filosofis dan Metodologis
Van Helmont merupakan seorang pengikut mistisisme dan alkimia, khususnya dipengaruhi oleh Paracelsus. Namun, ia secara tegas menolak kesalahan-kesalahan yang ia temukan pada sebagian besar otoritas kontemporer, termasuk Paracelsus sendiri. Ia merupakan bagian dari gelombang pemikiran baru yang mengedepankan eksperimen sebagai dasar pengetahuan, sejalan dengan para ilmuwan seperti Santorio Santori, William Harvey, Galileo Galilei, dan Francis Bacon.
Meskipun memiliki keyakinan mendalam pada Tuhan dan alkimia, van Helmont skeptis terhadap filsafat alam Yunani Kuno dan dialektika filsafat skolastik abad pertengahan. Baginya, pemahaman tentang ciptaan Tuhan hanya dapat dicapai melalui kekuatan yang diberikan Tuhan kepada manusia, termasuk Kitab Suci. Oleh karena itu, ia sangat menekankan pentingnya akumulasi eksperimen dan pengalaman pribadi sebagai metode untuk mendalami ilmu pengetahuan. Pendekatannya yang mengutamakan observasi kuantitatif dan pengukuran menandai pergeseran penting menuju metode ilmiah modern.
2.2. Penemuan di Bidang Kimia
Van Helmont memberikan kontribusi perintis yang signifikan dalam bidang kimia, terutama dalam pemahaman tentang materi dan unsur.

2.2.1. Pengenalan Konsep 'Gas'
Van Helmont diakui sebagai pendiri kimia pneumatik karena ia adalah orang pertama yang memahami bahwa ada gas yang jenisnya berbeda dari udara atmosfer. Ia juga orang pertama yang menciptakan istilah "gas" ke dalam kosakata sains, yang ia peroleh dari kata Yunani 'chaos' (χᾰος) yang berarti kekacauan. Ia berupaya mengidentifikasi dan mengklasifikasikan berbagai jenis gas, termasuk yang ia sebut "gas sylvestre" (gas hutan), yaitu karbon dioksida, yang ia amati keluar dari arang yang terbakar dan juga dihasilkan oleh must yang fermentasi, serta gas yang terkadang membuat udara di dalam gua tidak dapat dihirup. Ia mengidentifikasi setidaknya empat jenis gas yang berbeda, yang saat ini diyakini sebagai karbon dioksida, karbon monoksida, dinitrogen monoksida, dan metana. Pengenalan konsep "gas" ini memiliki dampak besar pada perkembangan kimia modern.
2.2.2. Konservasi Massa dan Teori Unsur
Sebagai pengamat alam yang cermat, analisis data yang ia kumpulkan dalam eksperimennya menunjukkan bahwa van Helmont memiliki pemahaman awal tentang konservasi massa, yaitu bahwa materi tidak musnah dalam reaksi kimia. Ia merupakan salah satu peneliti awal yang berusaha menentukan bagaimana tumbuhan memperoleh massa.
Van Helmont mengkritik Teori Empat Elemen Aristoteles (tanah, udara, api, air) dan Teori Tiga Prinsip Paracelsus (garam, belerang, raksa). Baginya, air dan udara adalah dua unsur primitif. Ia secara eksplisit menolak api sebagai unsur dan menganggap tanah bukan unsur karena dapat direduksi menjadi air. Ia berpendapat bahwa materi di dunia ini hanya terdiri dari dua unsur: air dan udara. Namun, ia menyatakan bahwa meskipun udara adalah materi fisik berbagai zat, hanya air yang mampu mengalami perubahan kimia untuk menghasilkan segala sesuatu. Ia mendukung pandangannya ini dengan mengamati bagaimana ikan dapat hidup di dalam air dan bagaimana organisme dapat larut dalam asam menjadi air. Ia juga menyatakan bahwa pemikirannya ini sejalan dengan deskripsi penciptaan alam semesta dalam Kitab Kejadian.
Dalam salah satu eksperimennya yang paling terkenal mengenai pembakaran, van Helmont membakar 28 kg (62 lb) arang dan menemukan bahwa hanya 0.5 kg (1 lb) abu yang tersisa. Ia menyimpulkan bahwa sisa massa arang telah berubah menjadi air dan zat-zat lain yang dilepaskan ke udara melalui proses yang ia sebut "fermentasi" khusus. Hal ini mengindikasikan pemahamannya tentang transformasi materi tanpa kehilangan total. Selain itu, van Helmont juga orang pertama yang menggunakan istilah "saturasi" (kejenuhan) dalam konteks reaksi asam-basa.
2.3. Penelitian Fisiologi dan Kedokteran
Van Helmont juga memberikan pandangan dan penemuan penting dalam bidang fisiologi dan kedokteran.
2.3.1. Teori Pencernaan
Van Helmont banyak menulis tentang topik pencernaan. Dalam karyanya Oriatrike or Physick Refined (terjemahan bahasa Inggris dari Ortus medicinae, 1662), van Helmont meninjau kembali gagasan-gagasan sebelumnya mengenai subjek tersebut, seperti gagasan bahwa makanan dicerna melalui panas internal tubuh. Ia mempertanyakan bagaimana hewan berdarah dingin dapat hidup jika ini benar. Ia mengajukan teorinya sendiri bahwa makanan dicerna di dalam tubuh oleh agen kimia atau "ferment" (yang sangat mirip dengan konsep modern tentang enzim) yang ada di dalam lambung. Ia juga menyatakan bahwa makanan diserap di dinding usus. Van Helmont mengusulkan dan menjelaskan enam tahapan pencernaan yang berbeda.
2.3.2. Konsep 'Archeus' dan 'Blas'
Van Helmont memperkenalkan konsep 'archeus' sebagai kekuatan vital dasar kehidupan dan 'blas' (kekuatan gerak). Ia menggambarkan archeus sebagai "aura vitalis seminum, vitae directrix" ("Pekerja utama [Archeus] terdiri dari penyatuan udara vital, sebagai materi, dengan kemiripan seminal, yang merupakan inti spiritual yang lebih dalam, mengandung kesuburan benih; tetapi benih yang terlihat hanyalah sekam dari ini."). Ia percaya bahwa selain archeus, ada agen-agen pengatur lain yang menyerupai archeus yang tidak selalu dibedakan dengan jelas darinya.
Dari sinilah ia menciptakan istilah blas (gerak), yang didefinisikan sebagai "vis motus tam alterivi quam localis" ("gerak ganda, yaitu, lokal, dan alteratif"), yang berarti gerak alami dan gerak yang dapat diubah atau sukarela. Ada beberapa jenis blas, misalnya blas humanum (blas manusia), blas bintang, dan blas meteoron (blas meteor); tentang meteor ia berkata "constare gas materiâ et blas efficiente" ("Meteor terdiri dari Gas materinya, dan Blas penyebab efisiennya, baik Motif, maupun yang mengubah"). Pandangan-pandangan ini menunjukkan pendekatan vitalistiknya terhadap kehidupan dan alam.
2.3.3. Pandangan Medis Lainnya termasuk Terapi Magnet
Van Helmont memiliki pandangan dan praktik medis yang unik. Salah satunya adalah penggunaan magnet dalam terapi. Karyanya yang berjudul De magnetica vulnerum curatione (Tentang penyembuhan luka secara magnetis, 1621) menuai kecurigaan dari Gereja, terutama setelah ia tidak dapat menjelaskan efek dari "krim ajaib" miliknya. Para Yesuit menuduh van Helmont menggunakan "sihir" dan meyakinkan inquisisi untuk menyelidiki tulisannya.
2.4. Eksperimen Pohon Willow

Eksperimen van Helmont terhadap pohon willow dianggap sebagai salah satu studi kuantitatif paling awal tentang nutrisi tanaman dan pertumbuhan, serta menjadi tonggak penting dalam sejarah biologi. Eksperimen ini baru diterbitkan secara anumerta dalam Ortus Medicinae (1648) dan mungkin terinspirasi oleh eksperimen serupa yang dilakukan oleh Santorio Santori, yang diterbitkan dalam Ars de statica medicina (1614).
Van Helmont menanam pohon willow dengan metode yang sangat terkontrol. Ia mengukur jumlah tanah, berat pohon, dan air yang ia tambahkan. Percobaan ini berlangsung selama lima tahun. Setelah periode tersebut, van Helmont menemukan bahwa pohon tersebut telah bertambah berat sekitar 74 kg (164 lb) (sekitar 74 kg), sementara jumlah tanah hampir sama seperti pada awal eksperimen, hanya berkurang 57 g hingga 100 g. Dari hasil ini, ia menyimpulkan bahwa peningkatan berat pohon seluruhnya berasal dari air. Eksperimen ini secara fundamental menantang gagasan yang berlaku saat itu bahwa tumbuhan mendapatkan sebagian besar massanya dari tanah, dan secara implisit menyoroti peran penting air dalam pertumbuhan tanaman. Eksperimen ini menjadi cikal bakal penelitian tentang fotosintesis.
Selain itu, ia memulai eksperimen dengan 80 kg tanah kering dalam tong kayu dan menanam pohon dedalu kecil seberat 2 kg. Pohon dedalu hanya disiram dengan air suling. Setelah lima tahun, pohon dedalu tersebut menjadi 58 kg, sementara tanah hanya berkurang 57 g. Dari sini, ia menyimpulkan bahwa "pohon tumbuh bukan karena tanah tetapi karena air. Pohon menyerap air melalui akarnya yang menembus ke dalam tanah dan bercabang, menyebar ke seluruh area di sekitarnya untuk menyerap air dan garam mineral yang terlarut dalam air, untuk menyediakan sintesis senyawa organik yang terakumulasi di dalam pohon. Bagian yang menyerap langsung adalah rambut akar kecil yang terkonsentrasi di ujung akar." Oleh karena itu, ketika menyiram tanaman, perlu menyiram di sekitar tanaman dan tidak hanya terfokus pada pangkalnya.
2.5. Pandangan tentang Generasi Spontan
Van Helmont juga menganut keyakinan pada abiogenesis, atau generasi spontan, yaitu gagasan bahwa organisme hidup dapat muncul secara spontan dari materi non-hidup dalam kondisi tertentu. Ia menggambarkan "resep" untuk generasi spontan tikus, yang konon dapat muncul dari kain kotor yang dicampur dengan gandum dan dibiarkan selama 21 hari. Selain itu, ia juga percaya bahwa kalajengking dapat muncul secara spontan dari basil yang diletakkan di antara dua batu bata dan dijemur di bawah sinar matahari. Catatan-catatan van Helmont menunjukkan bahwa ia mungkin telah mencoba melakukan eksperimen-eksperimen ini. Ia meyakini bahwa keringat adalah sebuah gaya hidup yang diperlukan dalam proses kehidupan.
3. Pandangan Religius dan Filosofis
Jan Baptist van Helmont adalah seorang Katolik yang taat, tetapi iman yang mendalam dan pandangan mistis-filosofisnya yang unik terkadang membuatnya berbenturan dengan otoritas agama. Ia sering mengalami visi sepanjang hidupnya dan sangat menekankan pentingnya visi tersebut. Pilihannya terhadap profesi kedokteran bahkan dikaitkan dengan percakapannya dengan malaikat Raphael. Beberapa tulisannya juga menggambarkan imajinasi sebagai kekuatan surgawi, dan bahkan mungkin magis.
Meskipun van Helmont skeptis terhadap teori dan praktik mistis tertentu, ia menolak untuk mengabaikan kekuatan magis sebagai penjelasan untuk fenomena alam tertentu. Pandangan ini, yang tercermin dalam makalahnya tahun 1621 tentang prinsip-prinsip simpati, mungkin berkontribusi pada penganiayaan yang menimpanya beberapa tahun kemudian. Filsafat Kristen yang ia kembangkan sangat dipengaruhi oleh buku Astronomia Magna yang ditulis oleh Paracelsus sekitar tahun 1537-1538.
Di luar konsep archeus dan blas, van Helmont juga percaya adanya "jiwa sensitif" yang merupakan wadah atau kulit dari "pikiran abadi". Menurutnya, sebelum Kejatuhan Manusia dari Taman Eden, archeus patuh pada pikiran abadi dan dikendalikan langsung olehnya. Namun, pada saat Kejatuhan, manusia juga menerima jiwa sensitif dan kehilangan keabadian, karena ketika jiwa sensitif itu binasa, pikiran abadi tidak dapat lagi tinggal di dalam tubuh.
4. Penganiayaan dan Akhir Hayat
Pandangan ilmiah dan medis Jan Baptist van Helmont, terutama yang menantang doktrin konvensional, menyebabkan ia dicurigai oleh Gereja Katolik. Pada tahun 1621, di tengah gejolak Perang Tiga Puluh Tahun, ia menimbulkan kecurigaan Gereja melalui tulisannya De magnetica vulnerum curatione (Tentang penyembuhan luka secara magnetis). Dalam karya ini, ia mengkritik gagasan umum pada masa itu tentang "salep senjata" yang menyatakan bahwa luka dapat disembuhkan dengan mengobati senjata yang menyebabkan luka, bukan luka itu sendiri.
Karena van Helmont tidak dapat menjelaskan efek dari "krim ajaib" yang ia sebutkan, seorang rohaniwan Yesuit bernama Jean Roberti, yang memang tidak akur dengannya, menuduh van Helmont menggunakan "sihir" dan berhasil meyakinkan Inquisisi untuk menyelidiki tulisannya. Tuduhan ini didasarkan pada kurangnya bukti ilmiah yang kuat dari pihak Roberti. Akibatnya, van Helmont ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Ia kemudian divonis bersalah dan dikenai tahanan rumah selama beberapa minggu pada tahun 1634. Proses persidangannya tidak pernah mencapai kesimpulan akhir; ia tidak pernah dijatuhi hukuman resmi maupun direhabilitasi sepenuhnya. Selain itu, ia dilarang menerbitkan karyanya secara bebas, sebuah larangan yang berlangsung hingga dua tahun setelah kematiannya.
Jan Baptist van Helmont meninggal dunia pada tanggal 30 Desember 1644.
5. Karya Tulis Utama
Karya-karya tulis Jan Baptist van Helmont mencerminkan luasnya minat dan pemikirannya dalam bidang kimia, fisiologi, dan kedokteran. Meskipun ia menghadapi larangan publikasi selama hidupnya, banyak dari karyanya yang monumental diterbitkan secara anumerta.
Karya-karya utamanya antara lain:
- De magnetica vulnerum curatione (Tentang Pengobatan Luka secara Magnetis, 1621)
- Febrium doctrina inaudita (Doktrin Demam yang Belum Pernah Didengar, 1642)
- Opuscula medica inaudit (Karya-karya Medis yang Belum Pernah Didengar, 1644)
- Ortus medicinae, id est Initia physicae inaudita (Fajar Kedokteran, atau Permulaan Fisika yang Belum Pernah Didengar, 1648)
Mahakaryanya, Ortus medicinae, diterbitkan empat tahun setelah kematiannya, pada tahun 1648, oleh putra sulungnya, Franciscus Mercurius van Helmont. Buku ini disusun berdasarkan materi dari Dageraad ofte Nieuwe Opkomst der Geneeskunst (Fajar, atau Kebangkitan Baru Kedokteran), yang diterbitkan pada tahun 1644 dalam bahasa Belanda asli van Helmont. Ortus medicinae merupakan kompilasi dari seluruh karya dan tulisan kecil van Helmont, yang diedit dan diterbitkan oleh Lodewijk Elzevir di Amsterdam. Ada pula spekulasi bahwa karya ini mungkin mengandung beberapa tulisan dari Franciscus Mercurius sendiri, yang juga merupakan seorang peneliti ulung seperti ayahnya. Karya-karya Franciscus sendiri, seperti Cabbalah Denudata (1677) dan Opuscula philosophica (1690), merupakan campuran teosofi, mistisisme, dan alkimia.
6. Warisan dan Penilaian
Warisan Jan Baptist van Helmont sangat besar dalam sejarah sains, memengaruhi generasi selanjutnya dan membentuk dasar bagi perkembangan disiplin ilmu modern.
6.1. Dampak dalam Sejarah Sains
Jan Baptist van Helmont dikenal sebagai "bapak kimia pneumatik" karena kontribusinya yang revolusioner dalam memahami gas. Ia adalah yang pertama mengidentifikasi bahwa gas adalah zat yang berbeda dari udara atmosfer dan menciptakan istilah "gas" yang kini menjadi fundamental dalam kimia. Penekanannya pada eksperimen kuantitatif dan pengukuran yang cermat, seperti yang terlihat dalam eksperimen pohon willow-nya, menjadi tonggak penting dalam ilmu botani dan fisiologi tumbuhan. Eksperimen ini membantu mengalihkan pemahaman tentang nutrisi tanaman dari tanah ke air, yang kemudian membuka jalan bagi penemuan fotosintesis.
Pemahamannya tentang konservasi massa dalam reaksi kimia, meskipun belum dirumuskan secara formal, telah memberikan dasar penting bagi kimia modern. Teorinya tentang pencernaan yang melibatkan "ferment" (mirip dengan enzim) dan asam lambung juga menjadi gagasan yang sangat maju untuk masanya, mendahului konsep modern tentang biokimia pencernaan. Selain itu, van Helmont juga memperkenalkan konsep "osmosis" dan istilah "saturasi" dalam kimia. Dengan demikian, pendekatan eksperimental dan pengenalan konsep-konsep barunya berkontribusi signifikan terhadap revolusi ilmiah.
6.2. Penghargaan dan Peringatan
Sebagai bentuk penghormatan atas kontribusinya, seorang botanis Belgia bernama Alfred Cogniaux (1841-1916) menamai sebuah genus tanaman berbunga dari Amerika Selatan dengan nama Helmontia (dari famili Cucurbitaceae) pada tahun 1875. Sebuah monumen untuk Jan Baptist van Helmont juga didirikan di Brussel pada tahun 1889.
6.3. Kontroversi Potret
Pada tahun 2003, sejarawan Lisa Jardine mengajukan hipotesis bahwa sebuah potret yang disimpan di koleksi Natural History Museum, London, yang secara tradisional diidentifikasi sebagai John Ray, mungkin sebenarnya adalah potret Robert Hooke. Namun, hipotesis Jardine ini kemudian dibantah oleh William B. Jensen dari Universitas Cincinnati dan peneliti Jerman Andreas Pechtl dari Universitas Johannes Gutenberg Mainz. Mereka berhasil membuktikan bahwa potret tersebut sebenarnya menggambarkan Jan Baptist van Helmont.