1. Gambaran Umum
Philipp Franz Balthasar von Siebold (Philipp Franz Balthasar von SieboldBahasa Jerman, 17 Februari 1796 - 18 Oktober 1866) adalah seorang dokter, botanis, dan penjelajah berkebangsaan Jerman yang dikenal atas studinya mengenai flora dan fauna Jepang, serta perannya dalam memperkenalkan kedokteran Barat di Jepang. Ia juga merupakan ayah dari Kusumoto Ine, wanita Jepang pertama yang menempuh pendidikan kedokteran Barat. Siebold memiliki nama panggilan "Shiboruto-san" di Jepang dan namanya tercantum dalam buku teks pelajaran sekolah setempat. Sejumlah spesies tanaman, hewan, dan tempat dinamai untuk mengenangnya, menegaskan warisannya yang abadi dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan budaya.

2. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Philipp Franz Balthasar von Siebold dilahirkan di Würzburg, sebuah kota yang kala itu bagian dari Keuskupan Pangeran Würzburg (kemudian menjadi bagian dari Bayern), dari sebuah keluarga yang telah lama berkecimpung di dunia kedokteran dan akademisi. Kakeknya adalah Karl Caspar von Siebold, yang dikenal sebagai salah satu peletak dasar operasi modern di Jerman. Ayahnya adalah Johann Georg Christoph von Siebold, seorang profesor obstetri dan ginekologi di Universitas Würzburg, yang meninggal dunia ketika Philipp baru berusia 1 tahun 1 bulan. Setelah kematian ayahnya, ia dibesarkan oleh paman dari pihak ibunya di Heidingsfeld, yang kini menjadi bagian dari Würzburg. Meskipun ibunya, Maria Apollonia Josefa, melahirkan dua putra dan satu putri lainnya, hanya Philipp yang mencapai usia dewasa.
Pada November 1815, Siebold memulai studi kedokteran di Universitas Würzburg. Selama masa kuliahnya, ia menjadi anggota dan bahkan ketua dari Corps Moenania Würzburg, sebuah organisasi mahasiswa. Di kampus, ia diasuh oleh beberapa profesor terkemuka, termasuk Franz Xaver Heller (1775-1840), penulis Flora WirceburgensisBahasa Latin, dan Christian Gottfried Daniel Nees von Esenbeck, seorang ahli botani. Namun, pengaruh terbesar datang dari Ignaz Döllinger (1770-1841), profesor anatomi dan fisiologi yang menganggap kedokteran sebagai ilmu alam. Siebold tinggal di kediaman Döllinger, memberinya kesempatan untuk berinteraksi secara teratur dengan ilmuwan-ilmuwan lain. Melalui bacaan buku-buku Alexander von Humboldt, seorang naturalis dan penjelajah terkenal, ia menumbuhkan hasrat untuk melakukan perjalanan ke negeri-negeri jauh.
Siebold dikenal memiliki kebanggaan dan harga diri yang tinggi sebagai keturunan keluarga bangsawan terkemuka. Ia bahkan terlibat dalam 33 kali duel selama masa kuliahnya, yang menyisakan bekas luka di wajahnya. Pada tahun 1816, keluarga Siebold secara resmi terdaftar dalam kalangan bangsawan Kerajaan Bayern. Setelah memperoleh gelar Doktor Kedokteran pada tahun 1820, ia awalnya berpraktik di Heidingsfeld. Namun, ambisinya yang besar membuatnya tidak puas menjadi sekadar dokter kota. Pada tahun 1822, ia diangkat sebagai anggota beberapa akademi dan masyarakat ilmiah, termasuk Akademi Leopoldino-Carolina dan Masyarakat Ilmu Alam Senckenberg, serta diminta untuk mengumpulkan spesimen tipe untuk museum baru di Frankfurt.
3. Penugasan ke Asia Timur dan Kunjungan Pertama ke Jepang
Terinspirasi oleh keinginannya untuk menjelajahi dunia, Siebold menerima undangan ke Belanda dari seorang kenalan keluarganya. Ia kemudian melamar posisi sebagai dokter militer, sebuah jabatan yang akan memungkinkannya untuk melakukan perjalanan ke koloni Belanda.
3.1. Kegiatan di Hindia Belanda
Pada 19 Juni 1822, Siebold secara resmi bergabung dengan dinas militer Belanda sebagai mayor bedah di Rumah Sakit Angkatan Darat Hindia Belanda. Ia kemudian ditugaskan sementara di Harderwijk sebelum berlayar dari Rotterdam pada 23 September 1822 menuju Batavia (kini Jakarta) di Hindia Belanda dengan menumpangi kapal fregat Adriana. Selama lima bulan perjalanan yang melewati Tanjung Harapan, Siebold memanfaatkan waktu untuk mempraktikkan kemampuan berbahasa Belanda-nya dan dengan cepat menguasai bahasa Melayu. Selain tugasnya sebagai dokter kapal, ia juga mulai mengumpulkan berbagai fauna laut yang ditemuinya di sepanjang pelayaran.
q=Jakarta, Indonesia|position=right
Siebold tiba di Batavia pada 18 Februari 1823, dan ditempatkan sebagai perwira medis tentara pada unit artileri di Weltevreden. Tak lama setelah itu, ia jatuh sakit dan dirawat selama beberapa minggu di kediaman Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Baron Godert van der Capellen. Dengan kecerdasan dan pengetahuannya yang luas, Siebold berhasil membuat Gubernur Jenderal serta direktur kebun botani di Buitenzorg (kini Kebun Raya Bogor), Caspar Georg Carl Reinwardt, sangat terkesan. Mereka melihat potensi Siebold sebagai penerus yang layak bagi Engelbert Kaempfer dan Carl Peter Thunberg, dua dokter dan ahli botani sebelumnya yang pernah bertugas di Dejima, pos perdagangan Belanda di Jepang. Tak lama kemudian, Siebold terpilih sebagai anggota Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Perhimpunan Seni dan Ilmu Pengetahuan Batavia).
3.2. Penugasan dan Peran di Dejima
Pada 28 Juni 1823, hanya beberapa bulan setelah tiba di Hindia Belanda, Siebold menerima penugasan baru sebagai dokter dan ilmuwan residen di Dejima, sebuah pulau buatan dan pos perdagangan di Nagasaki, Jepang. Ia tiba di sana pada 11 Agustus 1823. Selama perjalanan yang penuh tantangan menuju Jepang, kapalnya nyaris tenggelam akibat topan di Laut China Timur.
Jepang saat itu sedang menerapkan kebijakan isolasi diri (Sakoku), dan Keshogunan Tokugawa hanya mengizinkan sejumlah kecil personel Belanda untuk tinggal di Dejima. Oleh karena itu, posisi dokter dan ilmuwan harus digabungkan. Dejima sendiri telah dikuasai oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) sejak abad ke-17. Namun, setelah VOC bangkrut pada tahun 1798, pos perdagangan tersebut dioperasikan oleh negara Belanda untuk kepentingan politik, dengan keuntungan signifikan bagi pihak Jepang. Tradisi Eropa untuk mengirim dokter dengan latar belakang pendidikan botani ke Jepang telah berlangsung lama, dimulai oleh Engelbert Kaempfer (1651-1716), seorang dokter dan botanis Jerman yang bertugas di Jepang dari 1690 hingga 1692. Penerus Kaempfer yang terkenal adalah Carl Peter Thunberg (1743-1828), seorang ahli botani dan dokter Swedia yang tiba di Jepang pada tahun 1775. Menariknya, ketiga "sarjana Dejima" ini-Kaempfer, Thunberg, dan Siebold-semuanya bukan warga negara Belanda. Untuk mengatasi aksennya yang tidak lazim bagi penutur Belanda, Siebold bahkan mengaku sebagai "orang Belanda dataran tinggi," sebuah pernyataan yang diterima oleh otoritas Jepang yang tidak menyadari bahwa sebagian besar wilayah Belanda adalah dataran rendah.
4. Kegiatan Utama di Jepang (Masa Tinggal Pertama)
Selama masa tinggal pertamanya di Jepang, Siebold melakukan serangkaian kegiatan medis dan ilmiah yang signifikan, yang meninggalkan dampak mendalam pada perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya di Jepang.
4.1. Pengenalan dan Pendidikan Kedokteran Barat
Siebold mengundang para ilmuwan Jepang ke Dejima untuk memperkenalkan keajaiban ilmu pengetahuan Barat, dan sebagai imbalannya, ia belajar banyak tentang budaya dan adat istiadat Jepang dari mereka. Setelah berhasil mengobati seorang perwira lokal yang berpengaruh, Siebold memperoleh izin langka untuk meninggalkan pos perdagangan Dejima yang sempit dan merawat pasien-pasien Jepang di wilayah sekitar Nagasaki. Ia diakui sebagai pelopor dalam memperkenalkan vaksinasi dan anatomi patologis untuk pertama kalinya di Jepang.
Pada tahun 1824, Siebold mendirikan sekolah kedokteran di Nagasaki yang ia beri nama Narutaki-juku. Sekolah ini dengan cepat berkembang menjadi pusat pertemuan bagi sekitar 50 "murid" atau Rangaku-sha (ilmuwan yang mempelajari pengetahuan Barat). Mereka sering membantunya dalam studi botani dan naturalistik. Di antara murid-murid terkemuka yang belajar dan bekerja bersamanya adalah Takano Chōei, Itō Genboku, Koseki San'ei, dan Itō Keisuke. Bahasa Belanda menjadi lingua franca (bahasa umum yang digunakan) untuk kontak-kontak akademis dan ilmiah selama satu generasi, hingga periode Restorasi Meiji.
Siebold menolak bayaran dalam bentuk uang dari pasien-pasiennya. Sebagai gantinya, penduduk setempat yang ia obati membalas budi dengan berbagai benda dan artefak yang kemudian menjadi signifikan secara historis. Benda-benda sehari-hari ini, termasuk peralatan rumah tangga, ukiyo-e, keramik, dan alat pertukangan, menjadi dasar bagi koleksi etnografinya yang besar.

4.2. Studi Flora, Fauna, dan Etnografi Jepang
Minat utama Siebold di Jepang terfokus pada studi fauna dan flora lokal. Ia mengumpulkan sebanyak mungkin material yang bisa ia peroleh. Di halaman belakang rumahnya di Dejima, ia membangun sebuah kebun botani kecil-mengingat keterbatasan ruang di pulau buatan itu-di mana ia berhasil menanam lebih dari 1.000 spesies tumbuhan asli Jepang. Di dalam rumah kaca yang dirancang khusus, ia membudidayakan tumbuhan-tumbuhan Jepang tersebut agar dapat bertahan dalam iklim Belanda.
Siebold juga merekrut seniman-seniman Jepang lokal, seperti Kawahara Keiga, untuk menggambar dan melukis ilustrasi botani dari tumbuhan-tumbuhan yang ia kumpulkan. Selain itu, Keiga juga melukis gambaran kehidupan sehari-hari di Jepang, yang melengkapi koleksi etnografi Siebold. Ia bahkan mempekerjakan para pemburu Jepang untuk melacak hewan-hewan langka dan mengumpulkan spesimen. Banyak spesimen dikumpulkan dengan bantuan kolaborator Jepang-nya, termasuk Keisuke Ito (1803-1901), Mizutani Sugeroku (1779-1833), Ōkochi Zonshin (1796-1882), dan Katsuragawa Hoken (1797-1844), seorang dokter untuk shōgun. Selain itu, asistennya yang kemudian menjadi penerusnya, Heinrich Bürger (1806-1858), terbukti sangat diperlukan dalam melanjutkan pekerjaan Siebold di Jepang.
Siebold adalah orang pertama yang memperkenalkan tanaman taman yang kini dikenal luas di Eropa, seperti Hosta dan Hydrangea otaksa (dinamai dari nama panggilannya untuk Kusumoto Taki, Otakusa). Tanpa sepengetahuan pihak Jepang, ia juga berhasil menyelundupkan biji teh (Camellia sinensis) yang dapat berkecambah ke Kebun Raya Buitenzorg di Batavia. Melalui tindakan tunggal ini, ia memulai budidaya teh di Jawa, yang saat itu merupakan koloni Belanda. Hingga saat itu, Jepang sangat ketat dalam menjaga perdagangan tanaman teh. Hebatnya, pada tahun 1833, Jawa sudah memiliki lebih dari setengah juta pohon teh.
Siebold juga memperkenalkan Japanese knotweed (Reynoutria japonica), yang kemudian menjadi gulma invasif yang sangat merusak di Eropa dan Amerika Utara. Semua tanaman ini berasal dari satu tanaman betina yang dikumpulkan oleh Siebold.
Selama masa tinggalnya di Dejima, Siebold mengirimkan tiga kali pengiriman spesimen herbarium ke Leiden, Gent, Brussels, dan Antwerpen. Pengiriman ke Leiden mencakup spesimen pertama salamander raksasa Jepang (Andrias japonicus) yang dikirim ke Eropa. Pada tahun 1825, pemerintah Hindia Belanda menyediakan dua asisten untuknya: apoteker dan ahli mineralogi Heinrich Bürger, dan pelukis Carl Hubert de Villeneuve. Kedua asisten ini sangat membantu upaya Siebold dalam mendokumentasikan pengalaman eksotis di Jepang Timur, mulai dari etnografi hingga botani dan hortikultura. De Villeneuve juga mengajarkan teknik melukis Barat kepada Kawahara Keiga.
Meskipun sukses dalam pekerjaannya, Siebold diketahui memiliki hubungan yang kurang baik dengan atasannya. Ia terus-menerus terlibat konflik dengan pimpinan Belanda yang menganggapnya arogan. Ketegangan ini menyebabkan penarikannya kembali ke Batavia pada Juli 1827. Namun, kapal Cornelis Houtman, yang dikirim untuk membawanya kembali ke Batavia, terdampar akibat topan di Teluk Nagasaki pada 18 September 1828. Badai yang sama juga merusak parah Dejima dan menghancurkan kebun botani Siebold. Setelah diperbaiki, Cornelis Houtman kembali terapung dan berangkat ke Batavia pada Januari 1829 dengan 89 peti koleksi botani Siebold yang berhasil diselamatkan, namun Siebold sendiri tetap tinggal di Dejima.


4.3. Keluarga Jepang
Selama masa tinggalnya di Jepang, Siebold menjalin hubungan dengan Kusumoto Taki (楠本滝), seorang wanita Jepang yang ia temui di Nagasaki. Hubungan ini diatur karena pada masa itu penduduk setempat dilarang secara resmi menikah dengan orang asing. Siebold memanggilnya "Otakusa" (kemungkinan berasal dari O-Taki-san) dan bahkan menamai sebuah spesies Hydrangea untuk menghormatinya. Pada tahun 1827, Taki melahirkan putri mereka, Kusumoto (O-)Ine. Dengan dukungan ayahnya, Ine akhirnya menjadi wanita Jepang pertama yang diketahui menerima pelatihan dokter Barat dan kemudian menjadi seorang dokter yang sangat dihormati serta dokter istana bagi Permaisuri Jepang pada tahun 1882, hingga ia meninggal dunia pada tahun 1903.


Kusumoto Ine adalah putri sulung Siebold dari hubungannya dengan Kusumoto Taki. Dengan dukungan ayahnya, Ine akhirnya menjadi wanita Jepang pertama yang diketahui menerima pelatihan dokter Barat dan kemudian menjadi seorang dokter yang sangat dihormati serta dokter istana bagi Permaisuri Jepang pada tahun 1882, hingga ia meninggal dunia pada tahun 1903.

4.4. Perjalanan Edo dan Pengumpulan Informasi
Pada tahun 1826, Siebold melakukan perjalanan ke Edo (kini Tokyo) untuk mengikuti perjalanan wajib "Edo Sampu" yang dilakukan oleh kepala pos perdagangan Belanda. Selama perjalanan panjang ini, ia sibuk mengumpulkan banyak tumbuhan dan hewan, serta melakukan penyelidikan cuaca dan kondisi geografis. Di Edo, ia berkesempatan berinteraksi dengan sejumlah sarjana Jepang terkemuka, termasuk Mogami Tokunai, seorang penjelajah yang pernah melakukan ekspedisi ke wilayah timur Jepang (termasuk Emishi dan Sakhalin), dan Takahashi Kageyasu, seorang astronom istana.
Tokunai memberinya peta wilayah utara Jepang. Sebagai imbalan, Siebold menghadiahi Kageyasu peta dunia terbaru karya Adam Johann von Krusenstern. Sebagai balasannya, Kageyasu memberinya peta Jepang yang sangat terperinci yang dibuat oleh Ino Tadataka. Akuisisi peta-peta ini merupakan tindakan yang dilarang keras oleh pemerintah Jepang pada masa itu, karena mereka khawatir informasi tersebut dapat digunakan oleh kekuatan asing.
4.5. Insiden Siebold dan Pengusiran
Ketika pihak Jepang secara tidak sengaja menemukan bahwa Siebold memiliki peta-peta terlarang dari wilayah utara Jepang, ia segera dituduh melakukan pengkhianatan tingkat tinggi dan menjadi mata-mata untuk Rusia. Insiden ini, yang dikenal sebagai Insiden Siebold, memicu penyelidikan yang berujung pada penangkapan dan pemenjaraan beberapa kolaborator Jepang-nya, termasuk Takahashi Kageyasu, yang kemudian meninggal di penjara.
Siebold sendiri ditempatkan di bawah tahanan rumah dan akhirnya diusir dari Jepang pada 22 Oktober 1829, setelah bertugas selama enam tahun. Ia dilarang keras untuk kembali ke Jepang. Meskipun demikian, ia merasa puas karena kolaborator Jepang-nya akan melanjutkan pekerjaannya. Siebold kembali ke Batavia dengan menumpangi kapal fregat Java, membawa serta koleksinya yang sangat besar, terdiri dari ribuan spesimen hewan dan tumbuhan, buku-buku, dan peta-peta. Ia tiba di Batavia pada 28 Januari 1830. Sejumlah lebih dari 2.000 spesies tumbuhan dari koleksinya ditempatkan di Kebun Raya Buitenzorg (Kebun Raya Bogor). Siebold kemudian berlayar pulang ke Belanda dari Batavia pada 5 Maret 1830 dan tiba di Belanda pada 7 Juli 1830, mengakhiri periode delapan tahunnya di Jepang dan Batavia.
5. Kembali ke Eropa dan Penerbitan Karya-Karya Utama
Setelah diusir dari Jepang, Philipp Franz von Siebold kembali ke Eropa dan mendedikasikan dirinya untuk menyusun dan menerbitkan karya-karya akademis utamanya yang didasarkan pada koleksi dan penelitiannya yang ekstensif.
5.1. Penetapan di Eropa dan Kegiatan Akademis
Siebold tiba di Belanda pada tahun 1830, bertepatan dengan pecahnya gejolak politik di Brussels yang segera mengarah pada Revolusi Belgia dan kemerdekaan Belgia. Dengan tergesa-gesa, ia berhasil menyelamatkan koleksi etnografinya di Antwerpen dan spesimen herbariumnya di Brussels, lalu membawanya ke Leiden, dibantu oleh Johann Baptist Fischer. Namun, koleksi tumbuhan hidupnya yang dikirim ke Universitas Gent tertinggal. Perluasan koleksi tumbuhan langka dan eksotis ini kemudian turut mengangkat nama Gent di dunia hortikultura. Sebagai ungkapan terima kasih, Universitas Gent pada tahun 1841 bahkan mengembalikan spesimen dari koleksi aslinya kepada Siebold.
Siebold kemudian menetap di Leiden, membawa serta sebagian besar koleksinya. "Koleksi Philipp Franz von Siebold" ini, yang berisi banyak spesimen tipe, merupakan koleksi botani paling awal dari Jepang. Hingga kini, koleksi tersebut, yang meliputi sekitar 12.000 spesimen (dengan 2.300 spesies yang berhasil ia deskripsikan), masih menjadi subjek penelitian berkelanjutan, sebuah bukti dari kedalaman pekerjaannya. Seluruh koleksi tersebut dibeli oleh pemerintah Belanda dengan harga yang pantas. Pada 20 April 1831, Raja Willem I dari Belanda memberikan Siebold tunjangan tahunan yang besar. Kemudian, pada tahun 1842, Raja Willem II dari Belanda bahkan mengangkat Siebold menjadi bangsawan dengan gelar bangsawan setara dengan esquire, dan menunjuknya sebagai "Penasihat Raja untuk Urusan Jepang".
"Koleksi Siebold" dibuka untuk umum pada tahun 1831. Pada tahun 1837, ia mendirikan sebuah museum di rumahnya sendiri di Rapenburg no. 19 di Leiden. Museum kecil pribadi ini pada akhirnya akan berkembang menjadi Museum Nasional Etnologi di Leiden. Penerus Siebold di Jepang, Heinrich Bürger, mengirimkan tiga pengiriman spesimen herbarium tambahan yang dikumpulkan di Jepang. Koleksi flora ini menjadi dasar bagi koleksi Jepang di National Herbarium of the Netherlands di Leiden, sementara spesimen zoologi yang dikumpulkan Siebold disimpan oleh Rijksmuseum van Natuurlijke Historie (Museum Nasional Sejarah Alam) di Leiden, yang kemudian menjadi Naturalis Biodiversity Center pada tahun 2010. Kedua institusi ini kini mengelola seluruh koleksi sejarah alam yang dibawa Siebold kembali ke Leiden.
Pada 10 Juli 1845, Siebold menikah dengan Helene von Gagern (1820-1877), seorang wanita bangsawan Jerman. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai tiga putra dan dua putri.

5.2. Karya Tulis Utama
Selama masa tinggalnya di Leiden, Siebold menulis NipponBahasa Latin, sebuah karya etnografi dan geografi Jepang yang kaya ilustrasi. Bagian pertama dari karya ini diterbitkan pada tahun 1832, dan seluruhnya mencakup tujuh volume. Archiv zur Beschreibung NipponsBahasa Latin (Arsip Deskripsi Jepang) juga berisi laporan perjalanannya ke Istana Shogun di Edo. Enam bagian berikutnya diterbitkan secara anumerta pada tahun 1882, dan putra-putranya menerbitkan cetakan ulang yang telah diedit dan lebih murah pada tahun 1887.

Karya Bibliotheca JaponicaBahasa Latin terbit antara tahun 1833 dan 1841. Karya ini ditulis bersama Joseph Hoffmann, seorang profesor bahasa Tionghoa dan Jepang, dan Kuo Cheng-Chang, seorang Jawa keturunan Tionghoa yang ikut dalam perjalanan Siebold dari Batavia. Bibliotheca Japonica berisi survei sastra Jepang serta kamus bahasa Tionghoa, Jepang, dan Korea. Tulisan Siebold mengenai agama dan kebiasaan Jepang secara signifikan membentuk konsepsi awal Eropa modern tentang Buddhisme dan Shinto; ia bahkan mengemukakan bahwa Buddhisme Jepang adalah salah satu bentuk monoteisme.
Para ahli zoologi, yaitu Coenraad Jacob Temminck (1777-1858), Hermann Schlegel (1804-1884), dan Wilhem de Haan (1801-1855), secara ilmiah mendeskripsikan dan mendokumentasikan koleksi hewan Jepang milik Siebold. Hasilnya dirangkum dalam Fauna JaponicaBahasa Latin, sebuah seri monograf yang diterbitkan antara tahun 1833 dan 1850. Karya ini sebagian besar didasarkan pada koleksi Siebold, menjadikan fauna Jepang sebagai fauna non-Eropa yang paling baik dideskripsikan - sebuah "pencapaian luar biasa". Bagian signifikan dari Fauna Japonica juga didasarkan pada koleksi penerus Siebold di Dejima, Heinrich Bürger.
Siebold menulis Flora Japonica (1834 book)Flora JaponicaBahasa Latin berkolaborasi dengan ahli botani Jerman Joseph Gerhard Zuccarini (1797-1848). Karya ini pertama kali muncul pada tahun 1835, tetapi tidak selesai hingga setelah kematiannya, diselesaikan pada tahun 1870 oleh F.A.W. Miquel (1811-1871), direktur Rijksherbarium di Leiden. Karya ini memperluas ketenaran ilmiah Siebold dari Jepang hingga ke Eropa. Dari Hortus Botanicus Leiden - kebun botani Leiden - banyak tanaman koleksi Siebold tersebar ke seluruh Eropa dan dari sana ke negara-negara lain. Hosta, Hortensia, Azalea, serta butterbur Jepang, coltsfoot, dan Japanese larch mulai menghiasi taman-taman di seluruh dunia.

6. Kunjungan Kembali ke Jepang dan Tahun-Tahun Terakhir
Setelah diusir dari Jepang, Siebold terus mencari cara untuk kembali dan melanjutkan pekerjaannya.
6.1. Kunjungan Kembali ke Jepang dan Peran Penasihat
Setelah kembali ke Eropa, Siebold berupaya memanfaatkan pengetahuannya tentang Jepang. Ketika tinggal di Boppard dari tahun 1852, ia mulai berkorespondensi dengan diplomat Rusia seperti Baron von Budberg-Bönninghausen, duta besar Rusia untuk Prusia. Korespondensi ini berujung pada undangan ke Saint Petersburg untuk memberikan saran kepada pemerintah Rusia tentang cara membuka hubungan perdagangan dengan Jepang. Meskipun masih dipekerjakan oleh pemerintah Belanda, ia tidak memberitahukan perjalanan ini kepada Belanda sampai setelah ia kembali.
Matthew C. Perry, Komodor Angkatan Laut Amerika, berkonsultasi dengan Siebold sebelum pelayarannya ke Jepang pada tahun 1854. Siebold secara khusus menasihati Townsend Harris tentang cara penyebaran Kekristenan di Jepang, berdasarkan pengalamannya, ia menuduh bahwa orang Jepang "membenci" Kekristenan.
Pada tahun 1858, pemerintah Jepang mencabut larangan masuk bagi Siebold. Ia kembali ke Jepang pada 4 Agustus 1859 sebagai penasihat untuk Perusahaan Perdagangan Belanda (Nederlandsche Handel-Maatschappij) di Nagasaki, bersama putra sulungnya, Alexander, yang saat itu berusia 12 tahun. Namun, setelah dua tahun, hubungannya dengan Perusahaan Perdagangan terputus karena nasihat Siebold dianggap tidak berharga. Selama di Nagasaki, ia memiliki seorang anak lagi dengan salah satu pelayan wanitanya.
6.2. Periode Kedua Kegiatan di Jepang dan Kembali ke Eropa
Pada tahun 1861, Siebold mengatur penunjukannya sebagai penasihat untuk pemerintah Jepang dan pergi ke Edo dalam kapasitas tersebut. Di sana, ia mencoba menempatkan dirinya sebagai perantara antara perwakilan asing dan pemerintah Jepang. Selain itu, ia tetap melanjutkan pengumpulan spesimen botani dan zoologi. Namun, karena ia telah secara khusus diperingatkan oleh otoritas Belanda sebelum pergi ke Jepang untuk tidak mencampuri urusan politik, Konsul Jenderal Belanda di Jepang, J.K. de Wit, diperintahkan untuk meminta pencopotan Siebold. Siebold pun diperintahkan untuk kembali ke Batavia dan dari sana ia kembali ke Eropa, tiba di Bonn, Jerman pada 10 Januari 1863.
6.3. Tahun-Tahun Terakhir dan Kematian
Setelah kepulangannya ke Eropa, Siebold meminta pemerintah Belanda untuk mempekerjakannya sebagai Konsul Jenderal di Jepang. Namun, pemerintah Belanda memutuskan semua hubungan dengan Siebold karena utangnya yang sangat besar akibat pinjaman yang diberikan kepadanya, kecuali pembayaran pensiunnya.
Siebold terus mencoba untuk mengatur perjalanan lain ke Jepang. Setelah ia tidak berhasil mendapatkan pekerjaan dengan pemerintah Rusia, ia pergi ke Paris pada tahun 1865 untuk mencoba menarik minat pemerintah Prancis agar mendanai ekspedisi lain ke Jepang, namun gagal. Ia meninggal dunia di München pada 18 Oktober 1866, pada usia 70 tahun, setelah menderita flu yang parah dan komplikasi septicemia. Makamnya, yang berbentuk pagoda Buddha, terletak di Alter Münchner SüdfriedhofBahasa Jerman (Makam Selatan Lama München).
7. Warisan dan Dampak
Warisan akademis dan budaya Philipp Franz von Siebold sangat luas, meninggalkan dampak signifikan pada bidang ilmu pengetahuan, pertukaran budaya, dan studi Jepang untuk generasi mendatang.
7.1. Warisan Akademis
Siebold dihormati dalam dunia botani dan hortikultura dengan penamaan beberapa tanaman taman yang berharga yang ia pelajari. Contohnya meliputi:
- Acer sieboldianum atau Maple Siebold: varietas maple asli Jepang.
- Calanthe sieboldii atau Calanthe Siebold: anggrek tanah evergreen asli Jepang, Kepulauan Ryukyu, dan Taiwan.
- Clematis florida var. sieboldiana: sebuah varietas Clematis yang banyak dicari.
- Corylus sieboldiana (Asian beaked hazel): spesies hazel yang ditemukan di Asia Timur Laut dan Jepang.
- Dryopteris sieboldii: pakis dengan daun leathery.
- Hosta sieboldii: tanaman Hosta yang populer dengan berbagai kultivar.
- Magnolia sieboldii: magnolia "Oyama" kecil yang kurang dihargai.
- Malus sieboldii: apel kepiting Toringo yang harum (awalnya dinamai Sorbus toringo oleh Siebold), dengan kuncup merah muda yang memudar menjadi putih.
- Primula sieboldii: primula hutan Jepang Sakurasou (櫻草SakurasouBahasa Tionghoa).
- Prunus sieboldii: ceri berbunga.
- Sedum sieboldii: sukulen yang daunnya membentuk pusaran seperti mawar.
- Tsuga sieboldii: hemlock Jepang.
- Viburnum sieboldii: semak gugur besar dengan bunga putih krem di musim semi dan buah beri merah yang matang menjadi hitam di musim gugur.
- Hylotelephium sieboldii (Misibaya).
- Berberis sieboldii (Hebinoborazu).
- Cirsium sieboldii (Kiseru-azami).
- Asiasarum sieboldii (Usuba-saishin).
- Castanopsis sieboldii (Suda-jii).
- Stachys sieboldii (Chorogi).
- Populus tremula var. sieboldii (Yamanarashi).
Hewan yang dinamai untuk menghormati Siebold meliputi:
- Enhydris sieboldii atau ular air licin Siebold.
- Nordotis gigantea, sejenis abalon yang dikenal sebagai abalon Siebold dan sangat dihargai untuk sushi.
- Genus capung besar, Sieboldius.
- Conus sieboldii (Reeve, 1848), sejenis siput kerucut (Imo-gai).
- Pharaonella sieboldii (Deshayes, 1855), sejenis kerang bivalvia yang berkerabat dekat dengan Sakura-gai.
- Pheretima sieboldi (Horst, 1883), sejenis cacing tanah besar (cacing tanah Siebold).
- Anotogaster sieboldii (Sélys, 1854), capung terbesar di Jepang (Oniyanma).
- Nipponocypris sieboldii (Temminck et Schlegel, 1846), ikan air tawar dari keluarga suku ikan mas (Numa-mutsu).
- Pristipomoides sieboldii (Bleeker, 1857), ikan air asin dari keluarga Lutjanidae (Hime-dai).
- Treron sieboldii (Temminck, 1835), sejenis burung dara hutan (Aobato).
- Zacco sieboldii, sejenis ikan.
Siebold juga merupakan salah satu bapak pendiri Japanologi (studi Jepang). Koleksinya yang luas, terutama yang berisi spesimen tipe, telah menjadi subjek penelitian berkelanjutan hingga saat ini, termasuk upaya digitalisasi yang sedang berlangsung di Naturalis Biodiversity Center. Kontribusinya melalui Flora Japonica dan Fauna Japonica tidak hanya mendeskripsikan ribuan spesies Jepang kepada dunia Barat, tetapi juga menempatkan fauna Jepang sebagai salah satu fauna non-Eropa yang paling baik didokumentasikan pada masanya.

7.2. Dampak Budaya dan Penilaian

Meskipun kurang dikenal di Belanda dan Jerman, Siebold sangat terkenal di Jepang, di mana ia dijuluki "Shiboruto-san" - sebuah penghormatan yang mencerminkan upaya pengucapannya dalam bahasa Belanda, yang sering terdengar dengan aksen Jerman. Namanya bahkan disebutkan dalam buku teks pelajaran sekolah Jepang. Penghormatan ini menunjukkan pengakuan mendalam Jepang terhadap kontribusinya dalam membawa ilmu pengetahuan Barat dan mempromosikan pertukaran budaya.
Siebold diakui karena perannya dalam mempromosikan pemahaman antara Jepang dan Barat, serta penyebaran kedokteran Barat di Jepang. Di Leiden, Hortus Botanicus telah mendirikan "Taman Peringatan Von Siebold" (Von Siebold Gedenktuin), sebuah taman bergaya Jepang yang ditanami dengan spesies-spesies yang dikirim oleh Siebold. Taman ini berada di bawah pohon Zelkova serrata berusia 150 tahun yang berasal dari masa hidup Siebold. Taman ini sering dikunjungi oleh wisatawan Jepang sebagai bentuk penghormatan kepadanya.

7.3. Fasilitas Peringatan dan Pelestarian Koleksi
Sejumlah museum dan institusi didedikasikan untuk menghormati pencapaian Siebold dan melestarikan koleksi luasnya.

- Japan Museum SieboldHuis di Leiden, Belanda: Museum ini menampilkan koleksi-koleksi Siebold di rumah pertamanya yang telah direnovasi di Leiden.
- Naturalis Biodiversity Center di Leiden, Belanda: Museum Sejarah Alam Nasional ini menyimpan spesimen zoologi dan botani yang dikumpulkan Siebold selama masa tinggal pertamanya di Jepang (1823-1829). Koleksi ini meliputi 200 mamalia, 900 burung, 750 ikan, 170 reptil, lebih dari 5.000 invertebrata, 2.000 spesies tumbuhan berbeda, dan 12.000 spesimen herbarium.
- Museum Nasional Etnologi (Belanda) di Leiden, Belanda: Museum ini menyimpan koleksi etnografi besar yang dikumpulkan Siebold selama masa tinggal pertamanya di Jepang.
- State Museum of Ethnology di Munich, Jerman: Museum ini menyimpan koleksi Philipp Franz von Siebold dari perjalanan keduanya ke Jepang (1859-1862). Di museum ini juga terdapat surat Siebold kepada Raja Ludwig I dari Bayern yang mendesak raja untuk mendirikan museum etnologi di Munich.
- Siebold-Museum di Würzburg, Jerman: Museum ini berfokus pada kehidupan dan karya Siebold.
- Siebold-Museum di Burg Brandenstein, Schlüchtern, Jerman.
- Museum Peringatan Siebold di Nagasaki, Jepang: Museum ini terletak di properti yang berdekatan dengan bekas kediaman Siebold di lingkungan Narutaki dan merupakan museum pertama di Jepang yang didedikasikan untuk non-Jepang. Patung "Siebold Muda" karya Tominaga Naoki (1979) juga dipajang di museum ini.
Koleksi Siebold menjadi dasar bagi museum-museum etnografi di Munich dan Leiden. Alexander von Siebold, salah satu putranya dari istri Eropanya, menyumbangkan banyak material yang tersisa setelah kematian Siebold di Würzburg kepada British Museum di London. Selain itu, Akademi Ilmiah Kerajaan Saint Petersburg membeli 600 plat berwarna dari Flora Japonica. Putra lainnya, Heinrich von Siebold (atau Henry von Siebold) (1852-1908), melanjutkan sebagian penelitian ayahnya dan diakui, bersama Edward S. Morse, sebagai salah satu pendiri upaya arkeologi modern di Jepang.
7.4. Keluarga dan Keturunan
Philipp Franz von Siebold memiliki anak dari dua pernikahannya.
Dari hubungannya dengan Kusumoto Taki di Jepang, ia memiliki seorang putri:
- Kusumoto Ine (31 Mei 1827 - 26 Agustus 1903): Putri sulungnya ini menjadi wanita Jepang pertama yang berpendidikan dokter Barat dan kemudian menjadi dokter istana bagi Permaisuri Jepang. Keturunan Ine meliputi keluarga Kusumoto, 堀内HoriuchiBahasa Jepang, dan Inoue.
Dari pernikahannya dengan Helene von Gagern (1820-1877) pada 10 Juli 1845, ia memiliki tiga putra dan dua putri:
- Alexander von Siebold (16 Agustus 1846 - 23 Januari 1911): Putra sulung dari pernikahannya dengan Helene. Ia menemani ayahnya dalam kunjungan kedua ke Jepang pada tahun 1859. Alexander bertugas sebagai penerjemah di Kedutaan Besar Inggris dan menemani Tokugawa Akitake ke Pameran Dunia Paris pada tahun 1867. Ia memiliki hubungan dekat dengan tokoh-tokoh Restorasi Meiji seperti Mutsu Munemitsu dan Inoue Kaoru, bahkan menjadi sekretaris khusus Menteri Luar Negeri Inoue. Ia menulis buku Siebold's Last Journey to Japan.
- Helene (1848 - 1927): Menikah dengan Baron Maximilian von Ulm zu Erbach.
- Mathilde (1850 - 1906): Menikah dengan Gustav von Brandenstein. Cucu Mathilde, Alexander, menikah dengan Helene, putri tunggal Ferdinand von Zeppelin yang terkenal dengan zeppelin-nya. Keturunan mereka menggunakan nama keluarga Brandenstein-Zeppelin.
- Heinrich von Siebold (21 Juli 1852 - 11 Agustus 1908): Dikenal sebagai "Siebold Kecil." Ia tiba di Jepang pada tahun 1869 (usia 17 tahun) mengikuti kakaknya. Selama di Jepang, Heinrich menikah dengan Iwamoto Hana dan memiliki satu putra dan satu putri. Selain sebagai penerjemah dan diplomat di Kedutaan Besar Austria-Hungaria, ia melakukan penelitian arkeologi dan menerbitkan Kokogaku Setsuryaku, menjadi orang pertama yang menggunakan istilah "arkeologi" di Jepang. Heinrich, bersama Edward S. Morse, diakui sebagai salah satu pendiri upaya arkeologi modern di Jepang.
- Maximilian von Siebold (1854 - 1887): Bertugas sebagai bintara di Hindia Belanda.
Saat ini, keturunan langsung Siebold masih ada di Jepang (melalui garis Kusumoto Ine dan Heinrich) dan di Jerman (melalui garis Mathilde). Pada upacara peringatan 200 tahun kedatangan Siebold di Nagasaki pada tahun 2023, perwakilan dari keturunannya diundang, termasuk Sekiguchi Tadasuke (keturunan Heinrich, dari Asosiasi Siebold Jepang), Konstantin Brandenstein-Zeppelin (keturunan Mathilde, ketua Asosiasi Siebold Jerman), dan Kusumoto Sadao (keturunan Ine, seorang dokter gigi).
Beberapa keturunan tidak langsung yang terkenal meliputi:
- Karl Theodor Ernst von Siebold (1804 - 1885): Sepupu Philipp, seorang zoologis terkenal.
- Agathe von Siebold (1835 - 1909): Keponakan Philipp, dikenal karena pernah bertunangan dengan komposer Johannes Brahms.
8. Siebold dalam Budaya Populer
Philipp Franz von Siebold dan kisahnya telah menginspirasi berbagai karya dalam budaya populer, terutama di Jepang, yang mencerminkan dampak mendalamnya pada imajinasi kolektif.
- Novel:**
- L'Empereur aveugle (Kaisar Buta) oleh Alphonse Daudet: Sebuah cerita pendek yang menggambarkan persahabatan antara Daudet muda dan Siebold tua, dimuat dalam kumpulan cerpen Contes du lundi.
- Fohn Shihoruto no Musume (Putri von Siebold) oleh Yoshimura Akira: Sebuah novel yang mengisahkan kehidupan putri Siebold, Kusumoto Ine, dengan sentuhan fiksi.
- Choei Tobo (Pelarian Choei) oleh Yoshimura Akira.
- Manga:**
- Fuunjitachi (Orang-Orang Bergolak) oleh Minamoto Taro.
- Super Doctor K oleh Mafune Kazuo.
- Masuda Kosuke Gekijo Gag Manga Biyori (Teater Komedi Masuda Kosuke: Hari-Hari Manga Lelucon), dalam Volume 11, bab 197.
- Kagero Inazuma Mizu no Tsuki (Nagasaki Bojo) oleh Ame Arare.
- Drama Televisi:**
- Katsura Chizuru Shinsatsu Niroku (Catatan Pemeriksaan Kesehatan Chizuru Katsura): Drama periode produksi NHK pada tahun 2010, diperankan oleh Eric Bossick sebagai Siebold.
- Panggung:**
- Siebold Oyako-den ~ Aoi Me no Samurai ~ (Legenda Ayah dan Anak Siebold ~ Samurai Bermata Biru ~): Pertunjukan panggung yang dipentaskan di Tsukiji Hongan-ji Buddhist Hall pada tahun 2020, 2021, dan 2022.
9. Nama-Nama yang Mengenang Siebold
Sebagai penghormatan atas kontribusi dan warisan Philipp Franz von Siebold, namanya diabadikan dalam berbagai nama tempat, institusi, dan bahkan transportasi.
- Institusi Pendidikan:**
- Nagasaki Prefectural University Siebold Campus (sebelumnya Siebold University of Nagasaki): Kampus universitas di Nagasaki yang dinamai untuk menghormatinya.
- Transportasi:**
- "Seebolt": Nama kereta api ekspres terbatas yang dioperasikan oleh JR Kyushu antara Stasiun Sasebo dan Stasiun Nagasaki.
- Tempat dan Fasilitas Umum:**
- Siebold Street: Sebuah jalan di Nagasaki yang menghubungkan bekas kediaman Siebold dengan area perbelanjaan Shin-Daiku-machi.
- Siebold-no-Yu: Pemandian umum di Ureshino, Prefektur Saga.
- Keuangan:**
- Juhachi Bank Siebold Branch: Sebuah cabang bank virtual yang digunakan untuk layanan rekonsiliasi setoran.
- Penghargaan:**
- Philipp Franz von Siebold Prize: Sebuah penghargaan yang diberikan untuk mengakui pencapaian ilmiah.
- Lain-lain:**
- Siebold Typhoon: Sebutan untuk topan yang pernah merusak Dejima dan kapal yang seharusnya membawanya pulang.
Siebold Street di Nagasaki. Prangko Jerman Barat yang menampilkan Philipp Franz von Siebold.