1. Gambaran Umum
Senegal, secara resmi Republik Senegal, adalah sebuah negara yang terletak di ujung paling barat benua Afrika, di pesisir Samudra Atlantik. Negara ini memiliki sejarah panjang yang mencakup kerajaan-kerajaan kuno, periode kolonial di bawah Prancis, dan perjuangan menuju kemerdekaan yang dicapai pada tahun 1960. Sejak kemerdekaan, Senegal dikenal sebagai salah satu negara paling stabil di Afrika, dengan tradisi transisi kekuasaan secara damai melalui pemilihan umum, meskipun menghadapi tantangan seperti konflik separatis di wilayah Casamance dan isu-isu hak asasi manusia. Perekonomian Senegal bergantung pada sektor pertanian, perikanan, pertambangan, dan pariwisata, dengan upaya terus-menerus untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Masyarakat Senegal kaya akan keragaman etnis dan budaya, dengan Islam sebagai agama mayoritas dan bahasa Prancis sebagai bahasa resmi berdampingan dengan berbagai bahasa nasional. Budaya "Teranga" atau keramahan menjadi ciri khas penting dalam interaksi sosial.
2. Etimologi
Nama negara Senegal diambil dari Sungai Senegal yang menjadi batas timur dan utara negara ini. Terdapat beberapa teori mengenai asal-usul nama sungai tersebut. Salah satu teori menyatakan bahwa nama "Senegal" berasal dari transliterasi bahasa Portugis dari nama suku Zenaga (juga dikenal sebagai Sanhaja). Teori lain menyebutkan bahwa nama ini merupakan gabungan dari dewa tertinggi dalam agama Serer (Rog Sene) dan kata o gal yang berarti "badan air" dalam bahasa Serer. Penulis dan pendeta Prancis, David Boilat, mengemukakan teori bahwa nama tersebut berasal dari frasa bahasa Wolof "sunuu gaal", yang berarti "kano kita". Teori terakhir ini juga didukung oleh beberapa sumber lain yang menyatakan bahwa "Senegal" berasal dari bahasa Wolof "Sunuu Gaal".
3. Sejarah
Sejarah Senegal mencakup periode panjang dari masa prasejarah, kemunculan kerajaan-kerajaan kuno, kolonisasi oleh bangsa Eropa, hingga perjuangan kemerdekaan dan perkembangan negara modern. Peristiwa-peristiwa ini membentuk lanskap politik, sosial, dan budaya Senegal saat ini, dengan fokus khusus pada dampak terhadap masyarakat, hak asasi manusia, dan upaya pembangunan demokrasi.
3.1. Era awal dan pra-kolonial
Temuan arkeologis di seluruh wilayah Senegal menunjukkan bahwa wilayah ini telah dihuni sejak zaman prasejarah dan secara berkelanjutan ditempati oleh berbagai kelompok etnis. Beberapa kerajaan mulai terbentuk sekitar abad ketujuh Masehi. Kerajaan Takrur, yang berdiri pada abad keenam (sumber lain menyebutkan abad kesembilan), adalah salah satunya, bersama dengan Namandiru dan kemudian Kekaisaran Jolof pada abad ke-13 dan ke-14. Wilayah timur Senegal pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Ghana.
Agama Islam masuk ke wilayah ini melalui kontak antara suku Toucouleur dan Soninke dengan Dinasti Almoravid dari Maghreb. Dinasti Almoravid kemudian menyebarkan Islam dengan bantuan sekutu Almoravid dan Toucouleur. Penyebaran Islam ini menghadapi perlawanan dari kelompok-kelompok etnis yang menganut agama tradisional, terutama suku Serer.
Pada abad ke-13 dan ke-14, wilayah ini berada di bawah pengaruh kekaisaran-kekaisaran dari timur. Kekaisaran Jolof di Senegal juga didirikan pada masa ini. Di wilayah Senegambia, antara tahun 1300 dan 1900, hampir sepertiga populasi diperbudak, biasanya sebagai akibat dari penangkapan dalam perang. Pada abad ke-14, Kekaisaran Jolof menjadi lebih kuat, menyatukan Cayor dan kerajaan-kerajaan Baol, Siné, Saloum, Waalo, Futa Tooro, dan Bambouk, yang mencakup sebagian besar wilayah Afrika Barat saat ini. Kekaisaran ini lebih merupakan konfederasi sukarela dari berbagai negara daripada dibangun melalui penaklukan militer. Kekaisaran ini didirikan oleh Ndiadiane Ndiaye, yang berdarah campuran Serer dan Toucouleur, yang berhasil membentuk koalisi dengan banyak etnis. Namun, kekaisaran ini runtuh sekitar tahun 1549 setelah kekalahan dan kematian Lele Fouli Fak oleh Amari Ngone Sobel Fall.
3.2. Era kolonial


Pada pertengahan abad ke-15, bangsa Portugis mendarat di pesisir Senegal, diikuti oleh para pedagang yang mewakili negara-negara Eropa lainnya, termasuk Prancis. Berbagai kekuatan Eropa-Portugal, Belanda, dan Britania Raya-bersaing untuk perdagangan di wilayah ini sejak abad ke-15 dan seterusnya. Pada tahun 1659, Prancis mendirikan pos perdagangan di Saint-Louis di muara Sungai Senegal. Pada tahun 1677, Prancis berhasil menguasai Pulau Gorée, yang terletak di dekat Dakar modern. Pulau ini menjadi titik penting dalam perdagangan budak Atlantik, digunakan sebagai pangkalan untuk membeli budak dari para kepala suku yang berperang di daratan. Banyak penduduk Senegambia diperbudak dan dibawa paksa ke benua Amerika dan pulau-pulau sekitarnya.
Misionaris Eropa memperkenalkan agama Kristen ke Senegal dan wilayah Casamance pada abad ke-19. Baru pada tahun 1850-an Prancis mulai berekspansi ke daratan Senegal, setelah mereka menghapuskan perbudakan dan mulai mempromosikan doktrin abolisionisme. Mereka menaklukkan kerajaan-kerajaan pribumi seperti Waalo, Cayor, Baol, dan Jolof. Kolonis Prancis di bawah Gubernur Louis Faidherbe secara progresif menyerbu dan mengambil alih semua kerajaan, kecuali Kerajaan Serer Sine dan Saloum. Yoro Dyao ditempatkan sebagai kepala wilayah Wâlo (Ouâlo) oleh Louis Faidherbe dan menjabat dari tahun 1861 hingga 1914.
Perlawanan Senegal terhadap ekspansi Prancis dipimpin sebagian oleh Lat-Dior, Damel (raja) Cayor, dan Maad a Sinig Kumba Ndoffene Famak Joof, Maad a Sinig (Raja Sine). Perlawanan ini memuncak dalam Pertempuran Logandème yang terkenal, di mana Raja Serer dari Sine berperang melawan Kekaisaran kolonial Prancis. Pertempuran ini merupakan pembalasan Prancis atas kekalahan memalukan mereka di Pertempuran Djilor dan menjadi pertempuran pertama di tanah Senegambia di mana Prancis menggunakan meriam. Meskipun ada perlawanan, Lat-Dior terbunuh dalam pertempuran melawan Prancis pada 26 Oktober 1886, yang semakin memuluskan jalan bagi kolonisasi Prancis. Setelah itu, Prancis melanjutkan penaklukan wilayah Casamance mulai tahun 1890 dan pada tahun 1895 mendirikan Afrika Barat Prancis, dengan Dakar sebagai pusatnya.
Di bawah pemerintahan kolonial Prancis, sistem ekonomi berbasis tanaman komersial seperti kacang tanah dikembangkan, seringkali melalui kerja sama dengan tokoh-tokoh agama lokal seperti dari tarekat Mouride. Penduduk perkotaan yang ter-Prancis-kan, disebut "warga negara" (les citoyens), diberikan hak politik terbatas di Prancis, sementara penduduk pedesaan, disebut "subjek" (les sujets), diperintah di bawah "hukum pribumi" (indigénat). Orang Senegal juga direkrut sebagai "Tirailleurs Sénégalais" (prajurit Senegal) untuk berperang demi kepentingan Prancis dalam berbagai konflik, termasuk perang kolonial di Afrika Barat, Perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Indochina Pertama, dan Krisis Suez.
Selama Perang Dunia II, setelah jatuhnya Prancis ke tangan Jerman pada tahun 1940, Senegal awalnya dikuasai oleh rezim Prancis Vichy yang pro-Jerman. Pada tanggal 23-25 September 1940, terjadi Pertempuran Dakar, sebuah upaya yang gagal dari Sekutu untuk merebut pelabuhan strategis Dakar dan menggulingkan pemerintahan Vichy. Pada tanggal 25 November 1958, Senegal menjadi republik otonom di dalam Komunitas Prancis.
3.3. Kemerdekaan
Pada bulan Januari 1959, Senegal dan Sudan Prancis (sekarang Mali) bergabung membentuk Federasi Mali. Federasi ini memperoleh kemerdekaan penuh dari Prancis pada tanggal 20 Juni 1960, sebagai hasil dari perjanjian transfer kekuasaan yang ditandatangani dengan Prancis pada tanggal 4 April 1960. Namun, karena kesulitan politik internal, federasi ini bubar pada tanggal 20 Agustus 1960, ketika Senegal dan Sudan Prancis (yang kemudian berganti nama menjadi Republik Mali) masing-masing memproklamasikan kemerdekaannya.
Léopold Sédar Senghor, seorang penyair, penulis, dan tokoh gerakan Négritude, terpilih sebagai presiden pertama Senegal pada bulan Agustus 1960. Senghor menganut sosialisme Afrika yang moderat dan mempertahankan hubungan dekat dengan Prancis, namun juga mengkritik aspek-aspek tertentu dari kolonialisme dan dampaknya. Sebagai seorang pendukung Pan-Afrikanisme, ia berusaha membangun identitas nasional Senegal sambil tetap menghargai warisan budaya Afrika. Pemerintahannya, meskipun relatif stabil dibandingkan banyak negara Afrika lainnya pada masa itu, juga menghadapi tantangan. Setelah bubarnya Federasi Mali, Senghor dan Perdana Menteri Mamadou Dia memerintah bersama di bawah sistem parlementer. Pada bulan Desember 1962, persaingan politik mereka memuncak dalam upaya kudeta oleh Dia. Upaya kudeta ini berhasil digagalkan tanpa pertumpahan darah, dan Dia ditangkap serta dipenjarakan. Senegal kemudian mengadopsi konstitusi baru yang mengkonsolidasikan kekuasaan presiden.
Senghor lebih toleran terhadap oposisi dibandingkan sebagian besar pemimpin Afrika lainnya pada tahun 1960-an. Meskipun demikian, aktivitas politik sempat dibatasi. Partai Senghor, Uni Progresif Senegal (sekarang Partai Sosialis Senegal), adalah satu-satunya partai yang diizinkan secara hukum dari tahun 1965 hingga 1975. Pada tahun terakhir itu, Senghor mengizinkan pembentukan dua partai oposisi yang mulai beroperasi pada tahun 1976-sebuah partai Marxis (Partai Kemerdekaan Afrika) dan sebuah partai liberal (Partai Demokratik Senegal). Selama tahun 1960-an dan awal 1970-an, perbatasan Senegal terus-menerus dilanggar oleh militer Portugis dari Guinea Portugis. Sebagai tanggapan, Senegal mengajukan petisi kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1963, 1965, 1969 (sebagai tanggapan terhadap penembakan oleh artileri Portugis), 1971, dan akhirnya pada tahun 1972.
3.4. 1980-an hingga sekarang


Pada tahun 1980, Presiden Senghor memutuskan untuk pensiun dari politik. Tahun berikutnya, pada tahun 1981, ia menyerahkan kekuasaan kepada penggantinya yang telah ia pilih, Abdou Diouf. Mantan perdana menteri Mamadou Dia, yang merupakan saingan Senghor, mencalonkan diri dalam pemilihan umum tahun 1983 melawan Diouf, tetapi kalah. Senghor pindah ke Prancis, tempat ia meninggal pada usia 95 tahun.
Pada tahun 1980-an, Boubacar Lam menemukan sejarah lisan Senegal yang awalnya disusun oleh bangsawan Toucouleur, Yoro Dyâo, tidak lama setelah Perang Dunia I. Sejarah lisan ini mendokumentasikan migrasi ke Afrika Barat dari Lembah Nil; kelompok-kelompok etnis, dari Sungai Senegal hingga Delta Niger, mempertahankan tradisi asal-usul dari timur.
Senegal bergabung dengan Gambia untuk membentuk Konfederasi Senegambia secara nominal pada tanggal 1 Februari 1982. Namun, persatuan ini dibubarkan pada tahun 1989. Meskipun ada pembicaraan damai, kelompok separatis selatan (Gerakan Pasukan Demokratik Casamance atau MFDC) di wilayah Casamance telah bentrok secara sporadis dengan pasukan pemerintah sejak tahun 1982 dalam Konflik Casamance. Pada awal abad ke-21, kekerasan telah mereda dan Presiden Macky Sall mengadakan pembicaraan dengan pemberontak di Roma pada bulan Desember 2012.
Abdou Diouf menjabat sebagai presiden antara tahun 1981 dan 2000. Ia mendorong partisipasi politik yang lebih luas, mengurangi keterlibatan pemerintah dalam ekonomi, dan memperluas keterlibatan diplomatik Senegal, terutama dengan negara-negara berkembang lainnya. Politik dalam negeri terkadang meluap menjadi kekerasan jalanan, ketegangan perbatasan, dan gerakan separatis yang keras di wilayah selatan Casamance. Meskipun demikian, komitmen Senegal terhadap demokrasi dan hak asasi manusia menguat. Abdou Diouf menjabat empat periode sebagai presiden. Selama Perang Teluk, lebih dari 500 tentara Senegal berpartisipasi dalam Pertempuran Khafji dan kampanye Pembebasan Kuwait di bawah komando koalisi pimpinan AS.
Dalam pemilihan presiden tahun 1999 (putaran kedua tahun 2000), pemimpin oposisi Abdoulaye Wade mengalahkan Diouf dalam pemilihan yang dianggap bebas dan adil oleh para pengamat internasional. Senegal mengalami transisi kekuasaan secara damai untuk kedua kalinya, dan yang pertama dari satu partai politik ke partai politik lainnya. Pada tanggal 30 Desember 2004, Presiden Wade mengumumkan bahwa ia akan menandatangani perjanjian damai dengan kelompok separatis di wilayah Casamance. Namun, hal ini belum sepenuhnya terlaksana. Ada putaran pembicaraan pada tahun 2005, tetapi hasilnya belum menghasilkan resolusi.
Pada bulan Maret 2012, presiden petahana Abdoulaye Wade kalah dalam pemilihan presiden dan Macky Sall terpilih sebagai Presiden baru Senegal. Presiden Macky Sall terpilih kembali dalam pemilihan tahun 2019. Masa jabatan presiden dikurangi dari tujuh tahun menjadi lima tahun.
Sejak 3 Maret 2021, Senegal diguncang oleh serangkaian protes massal sebagai tanggapan atas penangkapan Ousmane Sonko atas tuduhan pemerkosaan dan penanganan yang salah terhadap pandemi COVID-19. Pada Juni 2023, respons terhadap protes menjadi semakin keras, dengan Amnesty International mencatat 23 kematian, sebagian besar disebabkan oleh peluru yang ditembakkan oleh polisi atau kolaborator polisi bersenjata. Peristiwa ini menyoroti tantangan terhadap hak-hak sipil dan kebebasan berekspresi di negara tersebut.
Pada bulan Maret 2024, kandidat oposisi Bassirou Diomaye Faye memenangkan pemilihan presiden Senegal mengalahkan kandidat dari koalisi yang berkuasa, menjadi presiden termuda dalam sejarah Senegal. Kemenangannya menandai kelanjutan tradisi transisi kekuasaan demokratis di Senegal. Pada November 2024, Faye mengumumkan bahwa Prancis akan menarik pasukannya dari Senegal dan menutup pangkalan militernya pada akhir tahun 2025, sebuah langkah yang menandakan pergeseran dalam hubungan Senegal dengan mantan kekuatan kolonialnya dan penegasan kedaulatan nasional yang lebih besar.
4. Politik dan Pemerintahan
Senegal adalah sebuah republik dengan sistem presidensial. Sistem politik Senegal didasarkan pada pemisahan kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta mengadopsi demokrasi multipartai. Negara ini dikenal sebagai salah satu negara paling stabil di benua Afrika, dengan sejarah transisi kekuasaan yang relatif damai melalui pemilihan umum. Namun, negara ini juga menghadapi tantangan terkait konsolidasi demokrasi, hak asasi manusia, dan konflik internal seperti di Casamance.
4.1. Struktur pemerintahan

Senegal adalah sebuah republik dengan sistem presidensial; presiden dipilih setiap lima tahun sejak 2016, sebelumnya tujuh tahun dari kemerdekaan hingga 2001, lima tahun dari 2001 hingga 2008, dan tujuh tahun lagi dari 2008 hingga 2016, oleh pemilih dewasa. Presiden pertama, Léopold Sédar Senghor, adalah seorang penyair dan penulis, dan merupakan orang Afrika pertama yang terpilih menjadi anggota Académie Française. Presiden kedua Senegal, Abdou Diouf, kemudian menjabat sebagai sekretaris jenderal Organisation internationale de la Francophonie. Presiden ketiga adalah Abdoulaye Wade, seorang pengacara. Presiden keempat adalah Macky Sall, terpilih pada Maret 2012 dan terpilih kembali pada Februari 2019. Pada 25 Maret 2024, Bassirou Diomaye Faye menjadi presiden kelima yang terpilih secara demokratis.
Senegal memiliki lebih dari 80 partai politik. Parlemen unikameral terdiri dari Majelis Nasional, yang memiliki 150 kursi (sebuah Senat pernah ada dari tahun 1999 hingga 2001 dan 2007 hingga 2012). Yudikatif yang independen juga ada di Senegal. Pengadilan tertinggi negara yang menangani masalah bisnis adalah dewan konstitusi dan pengadilan keadilan, yang anggotanya ditunjuk oleh presiden.
4.2. Budaya dan tren politik
Saat ini, Senegal memiliki budaya politik kuasi-demokratis, salah satu transisi demokrasi pasca-kolonial yang lebih sukses di Afrika. Administrator lokal ditunjuk dan bertanggung jawab kepada presiden. Marabout, pemimpin agama dari berbagai persaudaraan Muslim, juga memiliki pengaruh politik yang kuat di negara ini terutama selama masa kepresidenan Wade. Pada tahun 2009, Freedom House menurunkan status Senegal dari "Bebas" menjadi "Sebagian Bebas", berdasarkan peningkatan sentralisasi kekuasaan di eksekutif. Pada tahun 2014, Senegal telah memulihkan status Bebasnya.
Pada tahun 2008, Senegal menempati posisi ke-12 dalam Indeks Ibrahim tentang Tata Kelola Afrika. Indeks Ibrahim adalah ukuran komprehensif tata kelola Afrika (terbatas pada Afrika Sub-Sahara hingga 2008), berdasarkan sejumlah variabel berbeda yang mencerminkan keberhasilan pemerintah dalam memberikan barang-barang politik penting kepada warganya. Ketika negara-negara Afrika Utara ditambahkan ke indeks pada tahun 2009, posisi Senegal tahun 2008 secara retroaktif diturunkan ke posisi ke-15 (dengan Tunisia, Mesir, dan Maroko menempati posisi di atas Senegal). Hingga tahun 2012, peringkat Indeks Ibrahim Senegal telah turun satu poin lagi menjadi peringkat ke-16 dari 52 negara Afrika.
Pemilihan presiden 2012 kontroversial karena pencalonan Presiden Wade, karena oposisi berpendapat bahwa ia seharusnya tidak dianggap memenuhi syarat untuk mencalonkan diri lagi. Beberapa gerakan oposisi pemuda, termasuk M23 dan Y'en a Marre, muncul pada Juni 2011. Pada akhirnya, Macky Sall dari Aliansi untuk Republik menang, dan Wade mengakui kekalahannya kepada Sall. Transisi yang damai dan demokratis ini dipuji oleh banyak pengamat asing, seperti UE, sebagai pertunjukan "kematangan".
Pada 19 September 2012, anggota parlemen memilih untuk menghapuskan Senat demi menghemat sekitar $15 juta.
Pada Agustus 2017, partai yang berkuasa memenangkan kemenangan telak dalam pemilihan parlemen. Koalisi yang berkuasa pimpinan Presiden Macky Sall merebut 125 kursi di Majelis Nasional yang beranggotakan 165 kursi. Pada tahun 2019, Presiden Macky Sall dengan mudah memenangkan pemilihan ulang pada putaran pertama. Pada tanggal 2 April 2024, penggantinya, Bassirou Diomaye Faye, dilantik. Partisipasi masyarakat sipil dalam proses politik cukup aktif, dengan berbagai organisasi non-pemerintah dan gerakan sosial yang menyuarakan isu-isu hak asasi manusia, tata kelola yang baik, dan keadilan sosial. Meskipun demikian, tantangan politik tetap ada, termasuk tuduhan pembatasan kebebasan berekspresi dan berkumpul, serta ketegangan terkait isu-isu sosial-ekonomi.
4.3. Pembagian administratif
Senegal dibagi menjadi 14 region (dalam bahasa Prancis: régions). Setiap region dikelola oleh sebuah Conseil Régional (Dewan Regional) yang dipilih berdasarkan bobot populasi di tingkat Arrondissement. Negara ini selanjutnya dibagi lagi menjadi 45 Départements (Departemen), 113 Arrondissements (Arondisemen, yang tidak memiliki fungsi administratif), dan Collectivités Locales (Pemerintah Daerah), yang memilih pejabat administratif. Ibu kota Dakar adalah salah satu region dan merupakan pusat pemerintahan serta ekonomi negara.
Berikut adalah daftar 14 region di Senegal, yang juga merupakan nama ibu kota masing-masing region:
- Dakar
- Diourbel
- Fatick
- Kaffrine
- Kaolack
- Kédougou
- Kolda
- Louga
- Matam
- Saint-Louis
- Sédhiou
- Tambacounda
- Thiès
- Ziguinchor
4.4. Hubungan luar negeri
Senegal memiliki profil tinggi di banyak organisasi internasional dan merupakan anggota Dewan Keamanan PBB pada tahun 1988-1989 dan 2015-2016. Senegal terpilih menjadi anggota Komisi Hak Asasi Manusia PBB pada tahun 1997. Bersahabat dengan Barat, terutama Amerika Serikat, Senegal telah dengan gigih mengadvokasi lebih banyak bantuan dari negara-negara maju ke Dunia Ketiga. Menteri Luar Negeri Senegal saat ini adalah Aïssata Tall Sall, yang menjabat sejak November 2020.
Secara historis, Senegal memiliki hubungan dekat dengan Prancis, mantan penjajahnya, tetapi hal ini telah menyebabkan ketegangan yang cukup besar dengan rakyat dan menjadi salah satu alasan mengapa mantan Presiden Macky Sall kehilangan dukungan. Rakyat Senegal sering mengeluh bahwa Sall secara konsisten memberikan kontrak prioritas kepada perusahaan-perusahaan Prancis untuk mengeksploitasi sumber daya alam Senegal daripada memberikan kontrak kepada pihak yang menawarkan kesepakatan terbaik bagi Senegal. Mereka juga percaya bahwa Prancis mendorong Macky Sall untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga yang tidak konstitusional. Setelah berbulan-bulan memperdebatkan apakah akan mencalonkan diri untuk ketiga kalinya, Sall akhirnya tidak melakukannya. Pada November 2024, Presiden Bassirou Diomaye Faye mengumumkan bahwa Prancis akan menarik pasukannya dari Senegal dan menutup pangkalan militernya pada akhir tahun 2025, menandakan pergeseran signifikan dalam hubungan bilateral.
Senegal menikmati hubungan yang sebagian besar ramah dengan negara-negara tetangganya. Meskipun ada kemajuan yang jelas dalam isu-isu lain dengan Mauritania (keamanan perbatasan, pengelolaan sumber daya, integrasi ekonomi, dll.), diperkirakan 35.000 pengungsi Mauritania (dari sekitar 40.000 yang diusir dari negara asal mereka pada tahun 1989) tetap berada di Senegal. Isu pengungsi dan hak asasi manusia lintas batas menjadi perhatian dalam hubungan regional. Hubungan Maroko-Senegal juga berjalan baik, terbukti dengan undangan Raja Maroko pada upacara pelantikan Presiden Bassirou Diomaye Faye pada tahun 2024.
Senegal terintegrasi dengan baik dengan badan-badan utama komunitas internasional, termasuk Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS), Uni Afrika (AU), dan Komunitas Negara-Negara Sahel-Sahara. Senegal adalah negara paling damai ke-84 di dunia, menurut Indeks Perdamaian Global 2024. Negara ini juga telah menjadi salah satu penandatangan perjanjian untuk mengadakan konvensi penyusunan konstitusi dunia. Akibatnya, pada tahun 1968, untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, sebuah Majelis Konstituante Dunia bersidang untuk menyusun dan mengadopsi Konstitusi untuk Federasi Bumi. Léopold Sédar Senghor, yang saat itu menjabat sebagai Presiden Senegal, menandatangani perjanjian untuk mengadakan Majelis Konstituante Dunia tersebut.
4.5. Militer

Angkatan Bersenjata Senegal terdiri dari sekitar 17.000 personel di angkatan darat, angkatan udara, angkatan laut, dan gendarmerie. Militer Senegal menerima sebagian besar pelatihan, peralatan, dan dukungannya dari Prancis dan Amerika Serikat, dan pada tingkat yang lebih rendah dari Jerman.
Non-intervensi militer dalam urusan politik telah berkontribusi pada stabilitas Senegal sejak kemerdekaan. Senegal telah berpartisipasi dalam banyak misi penjaga perdamaian internasional dan regional. Baru-baru ini, pada tahun 2000, Senegal mengirim satu batalion ke Republik Demokratik Kongo untuk berpartisipasi dalam MONUC, misi penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan setuju untuk mengerahkan satu batalion yang dilatih AS ke Sierra Leone untuk UNAMSIL, misi penjaga perdamaian PBB lainnya. Partisipasi ini seringkali dipandang positif, namun dampak sosial dan politik dari keterlibatan militer dalam operasi internasional memerlukan analisis berkelanjutan.
Pada tahun 2015, Senegal berpartisipasi dalam intervensi militer pimpinan Arab Saudi di Yaman melawan kelompok Syiah Houthi. Keterlibatan ini menimbulkan pertanyaan mengenai kebijakan luar negeri Senegal dan dampaknya terhadap stabilitas regional serta citra negara sebagai aktor netral dalam konflik internasional.
4.6. Hukum dan hak asasi manusia
Senegal adalah negara sekuler, sebagaimana didefinisikan dalam Konstitusinya. Sistem hukumnya merupakan campuran dari hukum sipil Prancis dan hukum adat.
Untuk memerangi korupsi, pemerintah telah membentuk Kantor Nasional Anti-Korupsi (OFNAC) dan Komisi Restitusi dan Pemulihan Aset yang Diperoleh Secara Ilegal. Menurut Portal Anti-Korupsi Bisnis, Presiden Sall membentuk OFNAC untuk menggantikan Komisi Nasional Pemberantasan Non-Transparansi, Korupsi, dan Penyuapan (CNLCC). Dikatakan bahwa OFNAC merupakan alat yang lebih efektif untuk memerangi korupsi daripada CNLCC yang didirikan di bawah mantan Presiden Wade. Misi OFNAC adalah untuk memerangi korupsi, penggelapan dana publik, dan penipuan. OFNAC memiliki kekuatan untuk melakukan penyelidikan atas inisiatif sendiri. OFNAC terdiri dari dua belas anggota yang ditunjuk melalui dekrit. Meskipun ada upaya ini, korupsi tetap menjadi tantangan signifikan yang berdampak pada pembangunan dan kepercayaan publik.
Isu hak asasi manusia utama di Senegal mencakup kebebasan berekspresi dan pers, hak-hak perempuan, hak-hak anak, dan perlakuan terhadap kelompok minoritas. Homoseksualitas adalah ilegal di Senegal, dan individu LGBT menghadapi diskriminasi sosial dan hukum yang signifikan. Menurut survei tahun 2013 oleh Pew Research Center, 96% warga Senegal percaya bahwa homoseksualitas tidak boleh diterima oleh masyarakat. Anggota komunitas LGBTQ di Senegal melaporkan perasaan tidak aman yang kuat. Situasi ini menjadi perhatian bagi organisasi hak asasi manusia internasional dan lokal, yang menyerukan dekriminalisasi dan perlindungan yang lebih baik bagi kelompok minoritas seksual dan gender.
Kesetaraan gender juga menjadi isu penting. Meskipun ada kemajuan dalam partisipasi perempuan di beberapa sektor, diskriminasi dan kekerasan berbasis gender masih terjadi. Upaya untuk memperkuat hak-hak perempuan terus dilakukan oleh organisasi masyarakat sipil dan beberapa lembaga pemerintah, namun tantangan budaya dan struktural tetap ada. Hak-hak minoritas etnis dan agama secara umum dihormati, tetapi ada kebutuhan untuk memastikan perlindungan yang setara bagi semua kelompok. Perdebatan sosial terkait isu-isu ini terus berlangsung, mencerminkan dinamika perubahan sosial dan upaya menuju masyarakat yang lebih inklusif dan adil.
4.7. Konflik Casamance

Konflik Casamance adalah konflik tingkat rendah yang telah berlangsung selama beberapa dekade antara Pemerintah Senegal dan Gerakan Pasukan Demokratik Casamance (MFDC), yang mencari kemerdekaan untuk wilayah Casamance di bagian selatan Senegal. Wilayah Casamance, yang secara geografis terpisah dari bagian utara Senegal oleh negara Gambia, memiliki sejarah, budaya, dan komposisi etnis yang berbeda, terutama didominasi oleh suku Jola.
Latar belakang gerakan separatis ini berakar pada keluhan historis tentang marginalisasi ekonomi dan politik, serta perbedaan budaya. Konflik dimulai pada tahun 1982 dengan demonstrasi kekerasan yang diikuti oleh pemberontakan bersenjata. Selama bertahun-tahun, konflik ini ditandai oleh periode pertempuran sporadis, gencatan senjata, dan negosiasi damai yang gagal. Kekerasan telah menyebabkan ribuan kematian, pengungsian internal, dan krisis kemanusiaan yang signifikan, terutama bagi masyarakat sipil yang terdampak langsung. Ranjau darat yang ditanam oleh kedua belah pihak juga telah menyebabkan banyak korban sipil dan menghambat aktivitas pertanian.
Berbagai upaya negosiasi damai telah dilakukan, seringkali melibatkan mediator regional dan internasional. Pada tahun 2004, sebuah perjanjian damai ditandatangani, tetapi faksi-faksi tertentu dalam MFDC menolaknya, dan kekerasan berlanjut meskipun dalam skala yang lebih rendah. Pada Desember 2012, Presiden Macky Sall mengadakan pembicaraan dengan pemberontak di Roma. Meskipun ada kemajuan dalam beberapa tahun terakhir menuju dialog dan pengurangan kekerasan, solusi politik yang komprehensif dan berkelanjutan masih sulit dicapai. Situasi saat ini relatif lebih tenang dibandingkan puncak konflik, tetapi ketegangan dan insiden sporadis masih terjadi. Dampak kemanusiaan tetap menjadi perhatian utama, dengan kebutuhan akan rehabilitasi, pembangunan kembali, dan dukungan bagi para korban konflik, termasuk pengungsi dan mereka yang kehilangan mata pencaharian. Upaya untuk mengatasi akar penyebab konflik, termasuk pembangunan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat lokal di Casamance, dianggap krusial untuk perdamaian jangka panjang.
5. Geografi
Senegal terletak di bagian barat benua Afrika, dengan garis pantai yang menghadap Samudra Atlantik. Lokasi geografisnya yang strategis menjadikannya titik penting dalam sejarah perdagangan dan interaksi budaya antara Afrika, Eropa, dan Amerika.
5.1. Topografi dan lokasi

Senegal terletak di antara garis lintang 12° dan 17° LU, dan garis bujur 11° dan 18° BB. Negara ini berbatasan dengan Samudra Atlantik di sebelah barat, Mauritania di utara dan timur laut, Mali di timur dan tenggara, serta Guinea dan Guinea-Bissau di selatan. Secara internal, Senegal hampir sepenuhnya mengelilingi Gambia, kecuali garis pantai pendek Gambia di Atlantik. Wilayah selatan Senegal, yang dikenal sebagai Casamance, dipisahkan dari bagian utara negara oleh Gambia.
Bentang alam Senegal sebagian besar terdiri dari dataran pasir bergulir di wilayah Sahel barat yang naik menjadi perbukitan di tenggara. Di sinilah ditemukan titik tertinggi Senegal, sebuah punggungan tanpa nama yang terletak 2,7 km di sebelah tenggara Nepen Diakha dengan ketinggian 648 m. Perbatasan utara dibentuk oleh Sungai Senegal; sungai-sungai penting lainnya termasuk Sungai Gambia dan Sungai Casamance. Ibu kota Dakar terletak di semenanjung Cap-Vert, yang merupakan titik paling barat benua Afrika. Kepulauan Tanjung Verde terletak sekitar 560 km di lepas pantai Senegal, tetapi Cap-Vert ("Tanjung Hijau") sendiri adalah sebuah tanjung maritim, terletak di kaki "Les Mammelles", sebuah tebing setinggi 105 m di salah satu ujung semenanjung Cap-Vert tempat ibu kota Senegal, Dakar, berada, dan sekitar 1 km di selatan "Pointe des Almadies", titik paling barat di Afrika.
5.2. Iklim

Senegal memiliki iklim tropis dengan suhu yang menyenangkan sepanjang tahun, serta musim kemarau dan musim hujan yang jelas. Musim kemarau, dari Desember hingga April, didominasi oleh angin Harmattan yang panas dan kering dari timur laut. Musim hujan, dari Juni hingga Oktober, disebabkan oleh angin musim barat daya.
Curah hujan tahunan di Dakar sekitar 600 mm, terjadi antara Juni dan Oktober. Selama periode ini, suhu maksimum rata-rata adalah 30 °C dan minimum 24.2 °C. Dari Desember hingga Februari, suhu maksimum rata-rata adalah 25.7 °C dan minimum 18 °C.
Suhu di pedalaman lebih tinggi daripada di sepanjang pantai. Misalnya, suhu harian rata-rata di Kaolack dan Tambacounda pada bulan Mei masing-masing adalah 30 °C dan 32.7 °C, dibandingkan dengan Dakar yang 23.2 °C. Curah hujan meningkat secara signifikan lebih jauh ke selatan, melebihi 1.50 K mm per tahun di beberapa daerah. Di Tambacounda, di pedalaman jauh, terutama di perbatasan dengan Mali di mana gurun dimulai, suhu bisa mencapai setinggi 54 °C. Bagian paling utara negara ini adalah gurun Lompoul yang memiliki iklim hampir gurun panas, bagian tengah memiliki iklim semi-kering panas, dan bagian paling selatan memiliki iklim basah dan kering tropis. Senegal pada umumnya adalah negara yang cerah dan kering. Perubahan iklim telah menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas kekeringan, serta kenaikan permukaan laut yang mengancam wilayah pesisir.
5.3. Margasatwa dan ekosistem

Senegal memiliki empat ekoregion darat: mosaik hutan-sabana Guinea, sabana akasia Sahel, sabana Sudan Barat, dan hutan bakau Guinea. Negara ini memiliki skor rata-rata Indeks Integritas Lanskap Hutan tahun 2019 sebesar 7,11/10, menempatkannya di peringkat ke-56 secara global dari 172 negara.
Margasatwa Senegal kaya dan beragam, mencerminkan berbagai zona ekologinya. Di utara yang lebih kering, fauna khas Sahel seperti kijang dan berbagai jenis burung dapat ditemukan. Sabana di bagian tengah negara adalah rumah bagi singa, jerapah, kuda nil, dan berbagai jenis antelop, meskipun populasinya telah menurun akibat perburuan dan hilangnya habitat. Wilayah Casamance yang lebih basah di selatan memiliki keanekaragaman hayati yang lebih tinggi, termasuk monyet, buaya, dan beragam spesies burung tropis. Hutan bakau di sepanjang pantai dan muara sungai merupakan ekosistem penting bagi ikan, krustasea, dan burung air.
Senegal memiliki beberapa kawasan lindung, termasuk taman nasional dan cagar alam, yang bertujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Taman Nasional Niokolo-Koba, sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO, adalah salah satu yang terbesar dan paling terkenal, melindungi berbagai macam mamalia besar dan habitat sabana. Taman Nasional Burung Djoudj, juga Situs Warisan Dunia UNESCO, adalah tempat perlindungan penting bagi burung migran.
Upaya konservasi keanekaragaman hayati menghadapi berbagai tantangan, termasuk perburuan liar, deforestasi, ekspansi pertanian, dan dampak perubahan iklim. Pemerintah Senegal, bekerja sama dengan organisasi internasional dan lokal, telah meluncurkan berbagai program untuk mengatasi masalah ini, seperti patroli anti-perburuan liar, proyek reboisasi, dan promosi praktik pertanian berkelanjutan. Namun, isu lingkungan seperti polusi, pengelolaan limbah, dan penangkapan ikan berlebihan juga menjadi perhatian serius yang memerlukan tindakan lebih lanjut untuk memastikan keberlanjutan sumber daya alam dan kesejahteraan masyarakat yang bergantung padanya.
6. Ekonomi
Perekonomian Senegal ditandai oleh ketergantungan pada sektor primer seperti pertanian dan perikanan, serta sektor jasa yang berkembang, terutama pariwisata dan telekomunikasi. Negara ini telah melakukan reformasi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan, tetapi masih menghadapi tantangan signifikan terkait kemiskinan, pengangguran, dan ketidaksetaraan.
6.1. Gambaran umum ekonomi
Senegal diklasifikasikan sebagai negara miskin berutang besar, dengan peringkat yang relatif rendah pada Indeks Pembangunan Manusia (ke-169 dari 193 pada tahun 2021/2022). Sebagian besar populasi tinggal di pesisir dan bekerja di pertanian atau industri makanan lainnya; industri utama lainnya termasuk pertambangan, pariwisata, dan jasa. Produk Domestik Bruto (PDB) Senegal telah menunjukkan pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh investasi di bidang infrastruktur dan sektor jasa. Namun, pertumbuhan ini belum sepenuhnya merata dan belum secara signifikan mengurangi tingkat kemiskinan yang tinggi, terutama di daerah pedesaan.
Tantangan ekonomi internal meliputi ketergantungan pada curah hujan untuk pertanian, infrastruktur yang belum memadai di beberapa daerah, dan tingkat pengangguran yang tinggi, terutama di kalangan pemuda. Tantangan eksternal termasuk fluktuasi harga komoditas global dan dampak perubahan iklim. Kebijakan ekonomi pemerintah berfokus pada diversifikasi ekonomi, peningkatan investasi swasta, dan pembangunan infrastruktur. Namun, aspek pemerataan pendapatan dan kesejahteraan sosial masih menjadi perhatian utama, dengan seruan untuk kebijakan yang lebih inklusif dan program jaring pengaman sosial yang lebih kuat untuk melindungi kelompok rentan. Utang publik juga menjadi perhatian, meskipun ada beberapa upaya restrukturisasi dan keringanan utang.
6.2. Industri utama
Sektor industri utama di Senegal meliputi pengolahan makanan, pertambangan (terutama fosfat dan emas), produksi semen, bahan kimia, tekstil, dan pariwisata. Industri pengolahan makanan berfokus pada produk pertanian dan perikanan lokal, seperti pengolahan kacang tanah, ikan, dan buah-buahan. Pertambangan fosfat telah lama menjadi kontributor penting bagi ekspor Senegal, dan baru-baru ini, penemuan cadangan minyak dan gas lepas pantai telah menarik investasi dan diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian di masa depan, meskipun ada kekhawatiran tentang pengelolaan sumber daya alam yang transparan dan adil.
Industri semen berkembang pesat seiring dengan pertumbuhan sektor konstruksi. Industri kimia menghasilkan produk seperti pupuk dan deterjen. Sektor tekstil, meskipun menghadapi persaingan dari impor, tetap menjadi sumber lapangan kerja. Pariwisata adalah sumber devisa yang penting, menarik pengunjung ke pantai-pantainya, situs budaya, dan taman nasional. Namun, sektor ini rentan terhadap guncangan eksternal seperti pandemi global dan masalah keamanan regional. Pengembangan industri yang berkelanjutan dan menciptakan lapangan kerja berkualitas tetap menjadi prioritas bagi pemerintah, dengan fokus pada peningkatan nilai tambah produk lokal dan daya saing di pasar global.
6.3. Pertanian
Pertanian memainkan peran penting dalam perekonomian Senegal, mempekerjakan sebagian besar tenaga kerja, terutama di daerah pedesaan. Tanaman utama yang diproduksi meliputi kacang tanah, milet, sorgum, jagung, kapas, dan beras. Kacang tanah secara historis merupakan tanaman ekspor utama, meskipun produksinya telah menurun dalam beberapa dekade terakhir karena berbagai faktor, termasuk fluktuasi harga pasar dunia dan masalah lingkungan. Milet dan sorgum adalah tanaman pangan pokok bagi sebagian besar penduduk pedesaan.
Kebijakan pertanian pemerintah bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan, mengurangi ketergantungan pada impor, dan meningkatkan pendapatan petani. Ini termasuk program untuk meningkatkan akses ke bibit unggul, pupuk, dan teknologi pertanian modern, serta perbaikan infrastruktur irigasi. Namun, sektor pertanian masih menghadapi banyak tantangan, termasuk ketergantungan pada curah hujan yang tidak menentu (terutama di wilayah Sahel), degradasi lahan, kurangnya akses ke kredit dan pasar, serta dampak perubahan iklim. Ketahanan pangan dan kesejahteraan petani tetap menjadi isu krusial, dengan kebutuhan akan investasi berkelanjutan dalam praktik pertanian yang tahan iklim dan sistem pangan yang lebih tangguh.
6.4. Perikanan

Sektor perikanan merupakan salah satu pilar ekonomi Senegal, mengingat garis pantainya yang panjang di Samudra Atlantik yang kaya akan sumber daya ikan. Jenis tangkapan utama meliputi berbagai spesies ikan pelagis dan demersal, serta krustasea dan moluska. Perikanan menyediakan lapangan kerja bagi ribuan orang, baik dalam penangkapan maupun pengolahan dan perdagangan ikan. Produk perikanan juga merupakan sumber devisa ekspor yang penting.
Namun, sektor ini menghadapi tantangan serius akibat penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU fishing) oleh kapal-kapal asing, yang mengancam keberlanjutan stok ikan dan mata pencaharian nelayan lokal. Diperkirakan negara ini kehilangan ratusan ribu ton ikan setiap tahun akibat praktik ilegal ini. Pemerintah Senegal telah berupaya untuk mengendalikan penangkapan ikan ilegal, yang dilakukan oleh kapal pukat, beberapa di antaranya terdaftar di Rusia, Mauritania, Belize, dan Ukraina. Pada Januari 2014, kapal pukat Rusia, Oleg Naydenov, ditangkap oleh pihak berwenang Senegal di dekat perbatasan laut dengan Guinea-Bissau. Perubahan iklim dan polusi laut juga berdampak negatif pada ekosistem pesisir dan sumber daya perikanan. Kebijakan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, penegakan hukum yang lebih kuat terhadap penangkapan ikan ilegal, dan dukungan bagi komunitas nelayan skala kecil sangat penting untuk memastikan kelangsungan sektor ini dan kesejahteraan masyarakat yang bergantung padanya.
6.5. Energi
Sumber daya energi utama Senegal secara tradisional bergantung pada bahan bakar fosil impor, terutama untuk pembangkit listrik. Hal ini membuat negara rentan terhadap fluktuasi harga minyak dunia dan berdampak pada biaya energi bagi konsumen dan industri. Produksi dan pasokan listrik seringkali tidak stabil, terutama di luar kota-kota besar, yang menghambat pembangunan ekonomi dan sosial.
Dalam beberapa tahun terakhir, Senegal telah berupaya untuk mendiversifikasi bauran energinya dan mengembangkan sumber energi terbarukan. Potensi energi surya cukup besar mengingat iklim negara yang cerah, dan beberapa proyek pembangkit listrik tenaga surya skala besar telah dikembangkan. Energi angin juga memiliki potensi di beberapa wilayah pesisir. Penemuan cadangan minyak dan gas alam lepas pantai baru-baru ini diharapkan dapat mengubah lanskap energi negara, berpotensi mengurangi ketergantungan pada impor dan bahkan menjadikan Senegal sebagai pengekspor energi.
Kebijakan energi pemerintah bertujuan untuk meningkatkan akses listrik bagi seluruh penduduk, meningkatkan efisiensi energi, dan mempromosikan penggunaan energi terbarukan. Namun, tantangan tetap ada, termasuk kebutuhan akan investasi besar dalam infrastruktur energi, kerangka peraturan yang mendukung, dan pengelolaan sumber daya minyak dan gas yang transparan dan berkelanjutan untuk memastikan manfaatnya dirasakan oleh seluruh masyarakat dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan atau memperburuk ketidaksetaraan.
6.6. Transportasi
Infrastruktur transportasi utama di Senegal meliputi jaringan jalan raya, jalur kereta api, pelabuhan, dan bandar udara. Jalan raya adalah moda transportasi utama untuk penumpang dan barang di dalam negeri. Meskipun ada upaya untuk memperbaiki dan memperluas jaringan jalan, banyak jalan di daerah pedesaan masih dalam kondisi buruk. Tiga rute mobil trans-Afrika melewati Senegal: Jalan Raya Kairo-Dakar, Jalan Raya Dakar-Ndjamena, dan Jalan Raya Dakar-Lagos.
Jalur kereta api utama menghubungkan Dakar dengan kota-kota di pedalaman dan negara tetangga Mali, memainkan peran penting dalam perdagangan regional, meskipun memerlukan modernisasi. Pelabuhan Dakar adalah salah satu pelabuhan terbesar dan tersibuk di Afrika Barat, berfungsi sebagai pusat transit penting untuk perdagangan internasional. Bandar Udara Internasional Blaise Diagne, yang dibuka pada tahun 2017 di dekat Dakar, adalah bandara utama negara dan hub penting untuk penerbangan di kawasan tersebut.
Sistem logistik terus dikembangkan untuk mendukung perdagangan dan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah telah berinvestasi dalam proyek-proyek infrastruktur transportasi besar, termasuk pembangunan jalan tol dan modernisasi pelabuhan. Pengembangan infrastruktur transportasi yang efisien dan terintegrasi dianggap krusial untuk mendorong pembangunan nasional, memfasilitasi perdagangan, meningkatkan konektivitas antar wilayah, dan mengurangi biaya transportasi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing ekonomi Senegal dan meningkatkan kualitas hidup penduduk.
7. Demografi
Demografi Senegal mencerminkan keragaman etnis, bahasa, dan agama, dengan populasi yang relatif muda dan terus bertumbuh. Distribusi penduduk tidak merata, dengan konsentrasi yang lebih tinggi di wilayah pesisir dan perkotaan.
7.1. Komposisi penduduk
Senegal memiliki populasi sekitar 18 juta jiwa (perkiraan 2023), dengan sekitar 42 persen di antaranya tinggal di daerah pedesaan. Kepadatan penduduk di daerah-daerah ini bervariasi dari sekitar 77 jiwa per km2 di wilayah barat-tengah hingga 2 jiwa per km2 di bagian timur yang gersang. Tingkat pertumbuhan penduduk relatif tinggi, didorong oleh angka kelahiran yang tinggi dan penurunan angka kematian. Struktur usia penduduk didominasi oleh kelompok usia muda, yang memberikan potensi bonus demografi tetapi juga menjadi tantangan dalam penyediaan lapangan kerja, pendidikan, dan layanan kesehatan.
Distribusi penduduk menunjukkan konsentrasi yang signifikan di wilayah perkotaan, terutama di ibu kota Dakar dan sekitarnya. Urbanisasi yang cepat telah menyebabkan tekanan pada infrastruktur dan layanan di kota-kota besar. Karakteristik demografis lainnya termasuk tingkat fertilitas yang menurun secara bertahap namun masih tinggi, dan harapan hidup yang terus meningkat.
7.2. Kelompok etnis
Senegal memiliki beragam kelompok etnis, dan seperti kebanyakan negara Afrika Barat, beberapa bahasa digunakan secara luas. Menurut perkiraan "CIA World Factbook: Senegal" (2019), kelompok etnis utama adalah Wolof (39,7%); Fula (kemungkinan termasuk Toucouleur yang berbahasa Halpulaar) (27,5%); kelompok Serer (kemungkinan termasuk orang-orang Cangin Serer) (16%); Mandinka (4,9%); Jola (4,2%); Soninke (2,4%); kelompok lain 5,4% (termasuk orang Eropa dan keturunan Lebanon), dan kelompok etnis kecil lainnya seperti Bassari dan Moor (Naarkajors).
Setiap kelompok etnis memiliki tradisi budaya, bahasa, dan praktik sosial yang khas. Hubungan antar etnis umumnya harmonis, dan perkawinan antar etnis sering terjadi. Meskipun Wolof adalah kelompok etnis terbesar dan bahasa mereka berfungsi sebagai lingua franca, identitas etnis tetap menjadi aspek penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Senegal. Pemerintah secara resmi mempromosikan persatuan nasional dan kesetaraan di antara semua kelompok etnis.
Terdapat juga puluhan ribu pengungsi Mauritania di Senegal, terutama di bagian utara negara itu. Menurut World Refugee Survey 2008, yang diterbitkan oleh Komite Pengungsi dan Imigran AS, Senegal memiliki populasi pengungsi dan pencari suaka sekitar 23.800 pada tahun 2007. Mayoritas populasi ini (20.200) berasal dari Mauritania. Para pengungsi tinggal di N'dioum, Dodel, dan permukiman kecil di sepanjang lembah Sungai Senegal.
7.3. Bahasa

Bahasa Prancis adalah bahasa resmi Senegal, digunakan dalam administrasi pemerintahan, pendidikan formal, dan media. Namun, bahasa Prancis hanya dipahami oleh sebagian kecil populasi, terutama mereka yang telah mengenyam pendidikan formal. Diperkirakan sekitar 26% populasi berbicara bahasa Prancis pada tahun 2022.
Bahasa Wolof adalah bahasa yang paling banyak digunakan, berfungsi sebagai lingua franca di sebagian besar wilayah negara, terutama di Dakar. Sekitar 80% populasi berbicara bahasa Wolof sebagai bahasa pertama atau kedua. Selain Wolof, terdapat lebih dari 30 bahasa lain yang digunakan di Senegal. Beberapa di antaranya memiliki status hukum sebagai "bahasa nasional", termasuk Balanta-Ganja, bahasa Arab, Jola-Fonyi, bahasa Mandinka, Mandjak, Mankanya, Noon (Serer-Noon), Pulaar (bahasa suku Fula dan Toucouleur), Serer, dan Soninke.
Bahasa Inggris diajarkan sebagai bahasa asing di sekolah menengah dan banyak program pascasarjana. Bahasa Kreol Portugis, yang secara lokal dikenal sebagai Portugis, adalah bahasa minoritas yang menonjol di Ziguinchor, ibu kota regional Casamance. Lingkungan multibahasa ini merupakan ciri khas masyarakat Senegal. Meskipun bahasa Prancis adalah satu-satunya bahasa resmi, ada gerakan nasionalis linguistik Senegal yang mendukung integrasi Wolof, bahasa vernakular umum negara itu, ke dalam konstitusi nasional. Wilayah-wilayah Senegal seperti Dakar, Diourbel, Fatick, Kaffrine, Kaolack, Kedougou, Kolda, Louga, Matam, Saint-Louis, Sedhiou, Tambacounda, Thies, dan Ziguinchor adalah anggota Asosiasi Internasional Wilayah Frankofon.
Berbagai bahasa imigran juga digunakan, seperti Bambara (70.000), Mossi (37.000), Kreol Tanjung Verde (34.000), Krio (6.100), Vietnam (2.500), dan Portugis (1.700), sebagian besar di Dakar.
7.4. Agama


Senegal adalah negara sekuler. Menurut "CIA World Factbook: Senegal", Islam adalah agama dominan di negara ini, dianut oleh 97,2% populasi negara; komunitas Kristen, sebesar 2,7% dari populasi, sebagian besar terdiri dari Katolik Roma tetapi ada juga beragam denominasi Injili. Kurang dari satu persen menganut kepercayaan animisme, terutama di wilayah tenggara negara itu. Beberapa orang Serer mengikuti agama Serer. Menurut Berkley Center, "sekitar 95 persen populasi adalah Muslim dan lima persen lainnya terutama Kristen atau animis." Marloes Janson, dari SOAS, University of London, dan para sarjana lainnya, berpendapat bahwa, di Senegal, Gambia, dan banyak negara Afrika di mana Islam dominan, komunitas Muslim cenderung melakukan sinkretisme Islam dengan agama tradisional Afrika, yang mengarah pada "Islam Afrika" yang khas.
Menurut studi demografi Pew tahun 2012, 55% Muslim di Senegal adalah Sunni dari mazhab Maliki dengan pengaruh Sufi, sementara 27% adalah Muslim non-denominasi. Komunitas Islam di Senegal umumnya terorganisir di sekitar salah satu dari beberapa tarekat Sufi Islam yang disebut tariqa, dipimpin oleh seorang khalif (xaliifa dalam bahasa Wolof, dari bahasa Arab khalīfa), yang biasanya merupakan keturunan langsung dari pendiri kelompok tersebut; studi tersebut menemukan bahwa 92% Muslim Senegal termasuk dalam tarekat Sufi. Dua tariqa Sufi terbesar dan paling menonjol di Senegal adalah Tijaniyya, yang sub-kelompok Senegal terbesarnya berbasis di kota Tivaouane dan Kaolack dan memiliki pengikut luas di Afrika Barat di luar Senegal, dan Murīdiyya (Murid), yang berbasis di kota Touba dan memiliki basis pengikut yang sebagian besar terbatas di Senegal.
Suku Halpulaar (penutur Pulaar), yang terdiri dari suku Fula, kelompok yang tersebar luas di sepanjang Sahel dari Chad hingga Senegal, dan suku Toucouleur, mewakili 23,8 persen populasi. Secara historis, mereka adalah yang pertama menjadi Muslim. Banyak Toucouleur, atau Halpulaar yang menetap di Lembah Sungai Senegal di utara, masuk Islam sekitar satu milenium yang lalu dan kemudian berkontribusi pada penyebaran Islam di seluruh Senegal. Keberhasilan dicapai di antara suku Wolof, tetapi ditolak oleh suku Serer.
Sebagian besar komunitas di selatan Lembah Sungai Senegal, bagaimanapun, tidak sepenuhnya diislamkan. Suku Serer menonjol sebagai salah satu kelompok ini, yang menghabiskan lebih dari seribu tahun menolak Islamisasi. Meskipun banyak orang Serer adalah Kristen atau Muslim, konversi mereka ke Islam khususnya sangat baru dan terjadi atas kehendak bebas daripada paksaan, setelah konversi paksa gagal dicoba berabad-abad sebelumnya.
Penyebaran sekolah Al-Quran formal (disebut daara dalam bahasa Wolof) selama periode kolonial meningkat pesat melalui upaya Tijâniyya. Dalam komunitas Murid, yang lebih menekankan etos kerja daripada studi Al-Quran sastra, istilah daara sering berlaku untuk kelompok kerja yang mengabdikan diri untuk bekerja untuk seorang pemimpin agama. Kelompok Islam lainnya termasuk tarekat Qadiriyya yang jauh lebih tua dan tarekat Layene Senegal, yang menonjol di antara suku Lebu pesisir. Saat ini, sebagian besar anak-anak Senegal belajar di daara selama beberapa tahun, menghafal sebanyak mungkin Al-Qur'an. Beberapa dari mereka melanjutkan studi agama mereka di dewan (majlis) atau di semakin banyak sekolah Arab swasta dan sekolah Franco-Arab yang didanai publik.
Komunitas Katolik kecil terutama ditemukan di pesisir Serer, Jola, Mankanya dan populasi Balant, dan di Senegal timur di antara suku Bassari dan Coniagui. Gereja-gereja Protestan terutama dihadiri oleh para imigran tetapi selama paruh kedua abad ke-20 gereja-gereja Protestan yang dipimpin oleh para pemimpin Senegal dari berbagai kelompok etnis telah berkembang. Di Dakar, ritus Katolik dan Protestan dipraktikkan oleh populasi imigran Lebanon, Tanjung Verde, Eropa, dan Amerika, dan di antara orang Afrika tertentu dari negara lain serta oleh orang Senegal sendiri. Meskipun Islam adalah agama mayoritas Senegal, presiden pertama Senegal, Léopold Sédar Senghor, adalah seorang Katolik Serer.
Agama Serer mencakup kepercayaan pada dewa tertinggi yang disebut Roog (Koox di antara bahasa-bahasa Cangin), kosmogoni Serer, kosmologi dan upacara ramalan seperti upacara tahunan Xooy (atau Khoy) yang dipimpin oleh Saltigue Serer (imam besar dan imam wanita). Festival Muslim Senegambia (baik Senegal maupun Gambia) seperti Tobaski, Gamo, Koriteh, Weri Kor, dll., semuanya adalah kata pinjaman dari agama Serer. Itu adalah festival Serer kuno yang berakar pada agama Serer, bukan Islam.
Boukout adalah salah satu upacara keagamaan suku Jola. Ada sejumlah kecil anggota suku Bani Israel di pedalaman Senegal yang mengklaim keturunan Yahudi, meskipun hal ini masih diperdebatkan. Cabang Mahayana dari Buddhisme di Senegal dianut oleh sebagian kecil komunitas ekspatriat Vietnam. Agama Bahá'í di Senegal didirikan setelah 'Abdu'l-Bahá, putra pendiri agama tersebut, menyebut Afrika sebagai tempat yang harus lebih banyak dikunjungi oleh penganut Bahá'í. Penganut Bahá'í pertama yang menginjakkan kaki di wilayah Afrika Barat Prancis yang kemudian menjadi Senegal tiba pada tahun 1953. Majelis Spiritual Lokal Bahá'í pertama Senegal terpilih pada tahun 1966 di Dakar. Pada tahun 1975, komunitas Bahá'í memilih Majelis Spiritual Nasional Senegal yang pertama. Perkiraan terbaru, oleh Association of Religion Data Archives dalam laporan tahun 2005 merinci populasi penganut Bahá'í Senegal sebanyak 22.000.
7.5. Kota-kota besar
Ibu kota Dakar sejauh ini merupakan kota terbesar di Senegal, dengan lebih dari dua juta penduduk. Kota terpadat kedua adalah Touba, sebuah communaute rurale (komunitas pedesaan) de jure, dengan lebih dari setengah juta orang. Kota-kota besar lainnya termasuk Thiès, Kaolack, M'bour, Rufisque, Ziguinchor, dan Diourbel. Kota-kota ini berfungsi sebagai pusat administrasi, ekonomi, dan budaya di masing-masing region, dengan berbagai fasilitas pendidikan, kesehatan, dan komersial. Pertumbuhan populasi yang cepat di perkotaan telah menyebabkan tantangan terkait perumahan, infrastruktur, dan layanan publik.
Berikut adalah daftar beberapa kota besar di Senegal berdasarkan sensus 2013:
- Dakar: 2.646.503 jiwa (Region Dakar)
- Touba: 753.315 jiwa (Region Diourbel)
- Pikine: 317.763 jiwa (Region Dakar)
- Kaolack: 233.708 jiwa (Region Kaolack)
- M'bour: 232.777 jiwa (Region Thiès)
- Rufisque: 221.066 jiwa (Region Dakar)
- Ziguinchor: 205.294 jiwa (Region Ziguinchor)
- Diourbel: 133.705 jiwa (Region Diourbel)
- Tambacounda: 107.293 jiwa (Region Tambacounda)
- Louga: 104.349 jiwa (Region Louga)
7.6. Perempuan
Status hukum perempuan di Senegal dijamin oleh konstitusi dan undang-undang yang mendukung kesetaraan gender. Senegal telah meratifikasi Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) dan protokol tambahannya, serta Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak-Hak Rakyat. Namun, dalam praktiknya, perempuan Senegal masih menghadapi berbagai tantangan terkait diskriminasi dan ketidaksetaraan.
Secara sosial, peran perempuan seringkali masih dipengaruhi oleh norma-norma budaya dan agama tradisional. Meskipun demikian, perempuan memainkan peran penting dalam keluarga dan komunitas. Dalam beberapa tahun terakhir, partisipasi perempuan dalam pendidikan dan kegiatan ekonomi telah meningkat. Semakin banyak anak perempuan yang bersekolah dan melanjutkan ke pendidikan tinggi. Perempuan juga semakin aktif dalam sektor informal dan formal ekonomi, termasuk sebagai pengusaha.
Upaya untuk meningkatkan hak-hak perempuan terus dilakukan oleh pemerintah dan organisasi masyarakat sipil. Ini termasuk kampanye untuk memerangi kekerasan berbasis gender, pernikahan anak, dan mutilasi alat kelamin perempuan (FGM). Meskipun FGM telah dilarang secara hukum, praktik ini masih terjadi di beberapa komunitas. Tantangan lain termasuk akses terbatas perempuan terhadap kepemilikan tanah, kredit, dan partisipasi dalam pengambilan keputusan politik. Meskipun ada kuota gender dalam parlemen, representasi perempuan di tingkat pengambilan keputusan lainnya masih rendah. Pemberdayaan perempuan dan pencapaian kesetaraan gender penuh tetap menjadi agenda penting bagi pembangunan sosial dan demokrasi di Senegal.
7.7. Kesehatan
Harapan hidup saat lahir diperkirakan 66,8 tahun pada tahun 2016 (64,7 tahun untuk laki-laki, 68,7 tahun untuk perempuan). Belanja publik untuk kesehatan sebesar 2,4 persen dari PDB pada tahun 2004, sedangkan belanja swasta sebesar 3,5 persen. Belanja kesehatan sebesar US$72 (PPP) per kapita pada tahun 2004. Tingkat kesuburan berkisar antara 5 hingga 5,3 antara tahun 2005 dan 2013, dengan 4,1 di daerah perkotaan dan 6,3 di daerah pedesaan, sebagaimana ditunjukkan oleh survei resmi (6,4 pada tahun 1986 dan 5,7 pada tahun 1997). Terdapat enam dokter per 100.000 orang pada awal dekade 2000-an. Angka kematian bayi di Senegal adalah 157 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1950, tetapi sejak itu telah menurun lima kali lipat menjadi 32 per 1.000 pada tahun 2018. Dalam lima tahun terakhir, angka kematian bayi akibat malaria telah menurun. Menurut laporan UNICEF tahun 2013, 26% perempuan di Senegal telah menjalani mutilasi alat kelamin perempuan.
Masalah kesehatan masyarakat utama di Senegal termasuk malaria, penyakit yang ditularkan melalui air, malnutrisi, dan HIV/AIDS. Meskipun prevalensi HIV/AIDS relatif rendah dibandingkan negara-negara Afrika lainnya, upaya pencegahan dan pengobatan terus dilakukan. Sistem layanan kesehatan terdiri dari fasilitas publik dan swasta, tetapi akses dan kualitas layanan seringkali terbatas, terutama di daerah pedesaan. Pemerintah telah meluncurkan berbagai kebijakan dan program kesehatan untuk meningkatkan akses ke layanan kesehatan dasar, kesehatan ibu dan anak, dan pengendalian penyakit menular. Pada Juni 2021, Badan Kesehatan Universal Senegal meluncurkan sunucmu.com (SunuCMU), sebuah situs web yang diharapkan dapat menyederhanakan layanan kesehatan di negara tersebut, dengan tujuan mencapai cakupan 75 persen dalam dua tahun. Pandemi COVID-19 juga memberikan tekanan tambahan pada sistem kesehatan Senegal.
7.8. Pendidikan

Pasal 21 dan 22 Konstitusi yang diadopsi pada Januari 2001 menjamin akses pendidikan untuk semua anak. Pendidikan bersifat wajib dan gratis hingga usia 16 tahun. Kementerian Tenaga Kerja telah mengindikasikan bahwa sistem sekolah umum tidak mampu mengatasi jumlah anak yang harus mendaftar setiap tahun. Bahasa Portugis diajarkan di sekolah-sekolah tingkat menengah atas, mengingat komunitas besar Tanjung Verde, dan juga dari Guinea Bissau. Terdapat komunitas penutur bahasa Kreol Portugis dan Portugis standar yang cukup besar di Zinguichor dan Dakar.
Buta huruf masih tinggi, terutama di kalangan perempuan. Tingkat partisipasi bersih sekolah dasar adalah 69 persen pada tahun 2005. Belanja publik untuk pendidikan adalah 5,4 persen dari PDB tahun 2002-2005. Sistem pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Institusi pendidikan tinggi utama termasuk Universitas Cheikh Anta Diop di Dakar, Universitas Gaston Berger di Saint-Louis, dan Universitas Ziguinchor. Selain sekolah formal, terdapat juga sekolah-sekolah agama (daara) yang mengajarkan Al-Quran dan ajaran Islam, yang memainkan peran penting dalam pendidikan di Senegal.
Tantangan utama dalam sektor pendidikan meliputi kurangnya infrastruktur dan sumber daya, kualitas pengajaran yang bervariasi, dan tingkat putus sekolah yang tinggi, terutama di daerah pedesaan dan di antara anak perempuan. Pemerintah telah meluncurkan berbagai reformasi dan kebijakan untuk meningkatkan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan, termasuk program untuk meningkatkan tingkat melek huruf, melatih guru, dan mengembangkan pendidikan kejuruan. Senegal menduduki peringkat ke-92 dalam Indeks Inovasi Global pada tahun 2024.
7.9. Keamanan
Kondisi keamanan publik di Senegal secara umum dianggap relatif stabil dibandingkan banyak negara lain di kawasan Afrika Barat. Namun, seperti negara lain, Senegal menghadapi berbagai tantangan keamanan. Kejahatan jalanan seperti pencopetan dan perampokan dapat terjadi, terutama di daerah perkotaan dan tempat-tempat wisata. Kejahatan yang lebih serius, meskipun kurang umum, juga ada.
Pemerintah Senegal telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga keamanan dan ketertiban, termasuk meningkatkan patroli polisi dan gendarmerie, serta memperkuat sistem peradilan pidana. Namun, sumber daya yang terbatas dan tantangan seperti korupsi dapat menghambat efektivitas upaya ini.
Konflik yang telah berlangsung lama di wilayah Casamance selatan, meskipun intensitasnya telah menurun, masih menjadi perhatian keamanan. Keberadaan ranjau darat di beberapa daerah di Casamance juga menjadi risiko bagi penduduk lokal dan pelancong. Selain itu, Senegal, seperti negara-negara lain di Sahel, menghadapi ancaman terorisme dari kelompok-kelompok ekstremis yang beroperasi di kawasan tersebut, meskipun Senegal sendiri belum mengalami serangan teroris skala besar. Pemerintah bekerja sama dengan mitra regional dan internasional untuk mengatasi ancaman ini.
Bagi pelancong, disarankan untuk mengambil tindakan pencegahan standar seperti menghindari daerah-daerah terpencil pada malam hari, menjaga barang-barang berharga, dan mengikuti perkembangan situasi keamanan melalui sumber-sumber resmi. Secara keseluruhan, dengan kewaspadaan yang tepat, Senegal umumnya aman untuk dikunjungi.
8. Budaya
Budaya Senegal adalah perpaduan yang kaya antara tradisi Afrika Barat kuno dan pengaruh Islam serta Prancis. Ini tercermin dalam seni, musik, sastra, kuliner, dan praktik sosial sehari-hari.
8.1. Tradisi dan seni

Senegal terkenal dengan tradisi penceritaan lisan Afrika Barat, yang dilakukan oleh para griot. Para griot telah menjaga sejarah Afrika Barat tetap hidup selama ribuan tahun melalui kata-kata dan musik. Profesi griot diturunkan dari generasi ke generasi dan membutuhkan pelatihan serta magang selama bertahun-tahun dalam bidang silsilah, sejarah, dan musik. Para griot menyuarakan generasi masyarakat Afrika Barat.
Monumen Renaisans Afrika, yang dibangun pada tahun 2010 di Dakar, adalah patung tertinggi di Afrika dan menjadi simbol ambisi serta identitas pan-Afrika Senegal. Dakar juga menjadi tuan rumah bagi Biennale Dakar (Dak'Art), sebuah pameran seni kontemporer Afrika yang penting dan menarik seniman serta pengunjung dari seluruh dunia. Arsitektur tradisional, seperti rumah-rumah case dengan atap jerami, masih dapat ditemukan di daerah pedesaan, berdampingan dengan bangunan modern di perkotaan.
Senegal memiliki beberapa Situs Warisan Dunia UNESCO, termasuk:
- Pulau Gorée: Pusat perdagangan budak bersejarah.
- Taman Nasional Niokolo-Koba: Kawasan lindung dengan keanekaragaman hayati yang kaya.
- Taman Nasional Burung Djoudj: Tempat perlindungan penting bagi burung migran.
- Pulau Saint-Louis: Kota kolonial bersejarah dengan arsitektur khas.
- Lingkaran Batu Senegambia (bersama Gambia): Situs megalit kuno.
- Delta Saloum: Kawasan delta dengan ekosistem unik dan situs arkeologi.
- Negeri Bassari: Lanskap budaya Bassari, Fula, dan Bedik.
8.2. Kuliner

Masakan Senegal sangat beragam dan lezat, menggunakan bahan-bahan segar lokal. Karena Senegal berbatasan dengan Samudra Atlantik, ikan sangat penting. Ayam, domba, kacang polong, telur, dan daging sapi juga digunakan dalam masakan Senegal, tetapi bukan daging babi, karena sebagian besar penduduk negara ini adalah Muslim. Kacang tanah, tanaman utama Senegal, serta kuskus, nasi putih, ubi jalar, lentil, kacang tunggak, dan berbagai sayuran, juga dimasukkan ke dalam banyak resep. Daging dan sayuran biasanya direbus atau direndam dalam bumbu dan rempah-rempah, lalu dituangkan di atas nasi atau kuskus, atau dimakan dengan roti.
Hidangan nasional yang paling terkenal adalah Thieboudienne (atau ceebu jën), yaitu nasi dengan ikan dan sayuran yang dimasak dengan saus tomat. Hidangan populer lainnya termasuk Yassa (ayam atau ikan yang dimarinasi dengan lemon, bawang, dan mustard, lalu dipanggang atau direbus), mafé (rebusan daging dengan saus kacang), dan soupou kandja (rebusan dengan okra dan minyak kelapa sawit).
Minuman tradisional yang populer termasuk jus bissap (dari bunga rosela), jus jahe, buoy (diucapkan 'bui', yaitu buah dari pohon baobab, juga dikenal sebagai "buah roti monyet"), mangga, atau buah-buahan lain atau pohon liar (yang paling terkenal adalah sirsak, yang disebut corossol dalam bahasa Prancis). Makanan penutup sangat kaya dan manis, menggabungkan bahan-bahan asli dengan kemewahan dan gaya khas dari pengaruh Prancis pada metode kuliner Senegal. Makanan penutup sering disajikan dengan buah segar dan secara tradisional diikuti oleh kopi atau teh.
8.3. Musik

Musik Senegal dikenal luas di seluruh Afrika karena akar musiknya, berkat popularitas Mbalax, yang berasal dari tradisi perkusi Serer, terutama Njuup. Musik ini telah dipopulerkan oleh Youssou N'Dour, Omar Pene, dan lainnya. Permainan drum Sabar sangat populer. Sabar sebagian besar digunakan dalam perayaan khusus seperti pernikahan. Alat musik lain, tama (talking drum), digunakan di lebih banyak kelompok etnis. Musisi Senegal terkenal lainnya yang dikenal secara internasional adalah Ismael Lô, Cheikh Lô, Orchestra Baobab, Baaba Maal, Akon (lahir di AS), Thione Seck, Viviane, Fallou Dieng, Titi, Seckou Keita, dan Pape Diouf. Alat musik tradisional seperti Kora (sejenis harpa-lute), balafon (xilofon), dan djembe (drum tangan) juga memainkan peran penting dalam musik Senegal. Musik populer modern di Senegal sering kali memadukan elemen-elemen tradisional ini dengan genre global seperti jazz, reggae, dan hip-hop.
8.4. Sinema
Sinema Senegal memiliki sejarah yang kaya dan dianggap sebagai salah satu yang paling penting di Afrika. Pelopornya adalah sutradara dan penulis Ousmane Sembène, yang sering disebut sebagai "Bapak Sinema Afrika". Karya-karyanya, seperti "La Noire de..." (Black Girl, 1966) dan "Moolaadé" (2004), seringkali mengangkat isu-isu sosial, politik, dan budaya yang relevan dengan Senegal dan Afrika pasca-kolonial, dengan fokus pada kritik terhadap kolonialisme, ketidaksetaraan, dan penindasan.
Sutradara penting lainnya termasuk Djibril Diop Mambéty, yang dikenal karena gaya puitis dan surealisnya dalam film seperti "Touki Bouki" (1973) dan "Hyènes" (1992). Film-film Senegal telah mendapatkan pengakuan internasional di berbagai festival film dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan sinema Afrika. Meskipun industri film Senegal menghadapi tantangan terkait pendanaan dan distribusi, para pembuat film terus menghasilkan karya-karya yang berani dan inovatif, mencerminkan dinamika masyarakat Senegal dan isu-isu global.
8.5. Media
Media massa di Senegal relatif beragam dan aktif. Surat kabar harian dan mingguan, baik dalam bahasa Prancis maupun Wolof, memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi dan membentuk opini publik. Beberapa surat kabar utama termasuk Le Soleil (milik pemerintah), Sud Quotidien, Wal Fadjri, dan L'Observateur.
Penyiaran radio dan televisi juga sangat populer. Radio adalah media yang paling mudah diakses, terutama di daerah pedesaan, dengan banyak stasiun radio publik, swasta, dan komunitas. Radiodiffusion Télévision Sénégalaise (RTS) adalah penyiar publik nasional. Selain itu, terdapat beberapa stasiun televisi swasta.
Penggunaan internet dan media sosial telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan generasi muda dan di daerah perkotaan. Ini telah membuka ruang baru untuk ekspresi, partisipasi warga, dan penyebaran informasi alternatif.
Lingkungan pers di Senegal umumnya dianggap bebas dibandingkan banyak negara Afrika lainnya. Konstitusi menjamin kebebasan berekspresi dan pers. Namun, ada laporan tentang tekanan politik terhadap jurnalis, kasus pencemaran nama baik, dan tantangan terkait keberlanjutan ekonomi media independen. Tingkat kebebasan berekspresi menjadi indikator penting bagi kesehatan demokrasi di Senegal, dan terus menjadi subjek pengawasan oleh organisasi hak asasi manusia dan media.
8.6. Budaya keramahan (Teranga)
Salah satu aspek budaya Senegal yang paling menonjol dan dihargai adalah Teranga. Kata dari bahasa Wolof ini sering diterjemahkan sebagai "keramahan", tetapi maknanya jauh lebih dalam, mencakup rasa hormat, kemurahan hati, solidaritas, dan penerimaan terhadap tamu dan orang asing. Teranga adalah nilai inti dalam masyarakat Senegal dan diekspresikan dalam interaksi sehari-hari.
Orang Senegal dikenal sangat ramah dan menyambut tamu dengan tangan terbuka. Menawarkan makanan dan minuman kepada tamu adalah hal yang umum, bahkan jika tuan rumah sendiri memiliki keterbatasan sumber daya. Berbagi adalah aspek penting dari Teranga. Budaya ini juga tercermin dalam cara orang Senegal berinteraksi satu sama lain, dengan penekanan pada komunitas dan saling mendukung. Teranga dianggap sebagai bagian integral dari identitas nasional Senegal, dan tim sepak bola nasional mereka dikenal sebagai Les Lions de la Téranga (Singa-Singa Teranga), yang menyoroti pentingnya nilai ini dalam kesadaran kolektif.
8.7. Olahraga
Orang Senegal memainkan banyak cabang olahraga. Gulat tradisional (Laamb) dan sepak bola adalah olahraga paling populer di negara ini. Senegal akan menjadi tuan rumah Olimpiade Remaja Musim Panas 2026 di Dakar, menjadikan Senegal negara Afrika pertama yang menjadi tuan rumah acara Olimpiade.

Gulat Senegal (Laamb) adalah olahraga paling populer di negara ini dan telah menjadi obsesi nasional. Secara tradisional, gulat ini menjadi sarana bagi banyak pemuda untuk keluar dari kemiskinan dan merupakan satu-satunya olahraga yang diakui berkembang secara independen dari budaya Barat. Pertandingan Laamb seringkali diiringi musik, tarian, dan ritual tradisional, menarik banyak penonton.

Sepak bola juga sangat populer. Tim nasional putra, yang dikenal sebagai "Singa Teranga", meraih kesuksesan signifikan, termasuk menjuarai Piala Afrika 2021 dan mencapai perempat final Piala Dunia FIFA 2002, di mana mereka mengalahkan juara bertahan Prancis di pertandingan pembuka.
Pemain seperti Sadio Mané, Kalidou Koulibaly, dan Édouard Mendy telah mencapai ketenaran internasional.

Bola basket juga populer, dengan tim nasional putra dan putri yang kompetitif di tingkat Afrika. Tim putra tampil lebih baik daripada negara Afrika lainnya di Piala Dunia Bola Basket FIBA 2014, di mana mereka mencapai babak playoff untuk pertama kalinya. Tim putri telah memenangkan 19 medali di 20 Kejuaraan Afrika FIBA untuk Wanita, lebih dari dua kali lipat jumlah medali pesaing mana pun. Ketika negara itu menjadi tuan rumah AfroBasket Wanita FIBA 2019, 15.000 penggemar memadati Dakar Arena, yang tercatat sebagai rekor kehadiran untuk bola basket di Afrika. Senegal adalah salah satu pelopor bola basket di benua itu karena mendirikan salah satu liga kompetitif pertama di Afrika. Pada tahun 2016, NBA mengumumkan peluncuran Akademi Elit di Afrika, dan lebih tepatnya di Senegal.
Secara historis, Senegal menjadi tuan rumah Reli Dakar (sebelumnya Reli Paris-Dakar) dari tahun 1979 hingga 2007. Reli ini adalah balap ketahanan off-road yang mengikuti rute dari Paris, Prancis, ke Dakar, Senegal. Para pesaing menggunakan kendaraan off-road untuk melintasi geografi yang sulit. Balapan terakhir diadakan pada tahun 2007, sebelum reli 2008 dibatalkan sehari sebelum acara karena masalah keamanan di Mauritania. Ocean X-Prix dari kejuaraan off-road listrik Extreme E juga diselenggarakan di Senegal. Kegiatan olahraga lainnya termasuk atletik dan berbagai olahraga air di sepanjang pesisir.