1. Early Life and Education
Tuanku Syed Putra diputerakan di Arau, Perlis, pada 25 November 1920. Ia adalah putra dari Syed Hassan bin Syed Mahmud Jamalullail (1897 - 18 Oktober 1935), yang pernah menjadi bakal raja atau pewaris takhta Perlis, dan istrinya, Wan Teh binti Wan Endut (1898 - 27 Desember 1952).
Pendidikan awal Tuanku Syed Putra dimulai di Sekolah Melayu Arau. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di Penang Free School antara tahun 1937 dan 1939. Pada usia 18 tahun, ia memulai kariernya dalam dinas administrasi Perlis pada tahun 1938. Pada tahun 1940, ia diangkat sebagai seorang hakim di Kangar dan kemudian dipindahkan ke Kuala Lumpur pada tahun 1941 untuk bertugas sebagai Hakim Kedua di Pengadilan Pidana.
2. Early Career and Perlis Succession Dispute
Awal karier Tuanku Syed Putra di administrasi Perlis segera dihadapkan pada sengketa suksesi takhta yang kompleks di Perlis, yang melibatkan berbagai pihak dan keputusan Dewan Negara.
Raja Perlis keempat, Syed Alwi ibni Syed Safi Jamalullail (lahir 1881; memerintah 1905-1943), tidak memiliki anak. Hal ini menyebabkan beberapa saudara tirinya bersaing untuk peran pewaris takhta. Suksesi takhta Perlis saat itu tidak bersifat otomatis; seorang pewaris takhta harus dikonfirmasi oleh Dewan Negara yang terdiri dari raja dan beberapa anggota lainnya.
Kakek dari pihak ayah Syed Putra, Syed Mahmud (meninggal 1919), adalah putra tertua dari Raja Syed Safi ibni Almarhum Syed Alwi Jamalullail, Raja Perlis ketiga, dan juga merupakan saudara tiri Raja Syed Alwi. Syed Mahmud menjabat sebagai raja muda hingga tahun 1912, ketika ia dihukum dan dipenjara di Alor Setar, Kedah, sampai tahun 1917. Dua tahun kemudian, ia meninggal di Alor Setar.
Pada 6 Desember 1934, putra Syed Mahmud, Syed Hassan (ayah Tuanku Syed Putra), terpilih sebagai bakal raja atau pewaris takhta oleh Dewan Negara melalui pemungutan suara tiga lawan satu. Namun, Syed Hassan meninggal pada 18 Oktober 1935.
Pada 30 April 1938, Dewan Negara, lagi-lagi dengan suara tiga lawan satu, memilih Syed Putra (putra Syed Hassan) sebagai bakal raja. Pilihan ini ditentang oleh Syed Hamzah, adik tiri Raja Syed Alwi dan Wakil Presiden Dewan Negara. Syed Hamzah berpendapat bahwa Syed Putra terlalu jauh dari takhta menurut hukum waris Islam pada saat itu, di mana hak kesulungan belum sepenuhnya berlaku di Perlis. Namun, penguasa kolonial Britania Raya mendukung pilihan Syed Putra.
3. Japanese Occupation
Pendudukan Jepang selama Perang Dunia II secara signifikan memengaruhi kehidupan Tuanku Syed Putra dan situasi politik di Perlis, menyebabkan pengungsian dan perubahan kekuasaan sementara.
Saat pecahnya Perang Pasifik dan invasi Jepang ke Malaya pada tahun 1941, Raja Syed Alwi mundur ke Kuala Kangsar, Perak. Ia kembali ke Perlis pada 28 Desember 1941, tetapi ia sudah sakit parah, dan urusan negara dijalankan oleh Syed Hamzah.
Pada saat itu, Syed Putra sedang bertugas di pengadilan di Kuala Lumpur dan telah dinasihati oleh Sultan Musa Ghiatuddin Riayat Shah dari Selangor untuk tetap di sana. Namun, pada Mei 1942, Syed Hamzah berhasil membujuk Raja Syed Alwi untuk mencabut pengangkatan Syed Putra sebagai bakal raja. Sebagai gantinya, Syed Hamzah sendiri diangkat ke jabatan tersebut. Raja Syed Alwi meninggal di Arau pada 1 Februari 1943. Sehari kemudian, sebelum pemakaman, Syed Hamzah diproklamasikan sebagai Raja Perlis kelima dengan persetujuan Gubernur Militer Jepang di Kedah dan Perlis.
Syed Putra dan keluarganya tinggal di Klang hingga 15 Mei 1942, sebelum ia kembali ke Perlis. Ia tinggal di sebuah gubuk dekat stasiun kereta api Arau dan menerima tunjangan bulanan sebesar 90 MYR dari Raja Syed Alwi, tetapi tunjangan ini berhenti setelah kemangkatan Raja Alwi. Pada 29 Maret 1945, ia berangkat menuju Kelantan, kampung halaman istrinya, Tengku Budriah, di mana ia mencari nafkah dengan menjual kue dan berbagai barang lainnya.
4. Raja of Perlis
Setelah pendudukan Jepang berakhir, proses penobatan Tuanku Syed Putra sebagai Raja Perlis berlangsung, menandai dimulainya masa pemerintahannya yang sangat panjang dan penuh tantangan pasca-perang, menjadikannya raja terlama dalam sejarah Perlis.
Setelah Jepang menyerah tanpa syarat pada tahun 1945, Pemerintahan Militer Britania Raya (Malaya) (BMA) di bawah Lord Mountbatten menolak untuk mengakui Syed Hamzah sebagai Raja Perlis. Pada 18 September 1945, Syed Hamzah turun takhta dan pergi ke pengasingan di Thailand. Ia meninggal di Arau pada 20 Februari 1958.
Pada 4 Desember 1945, Britania Raya secara resmi memproklamasikan Syed Putra sebagai Raja Perlis keenam. Ia kembali ke Perlis dari Kelantan, melalui Padang Besar. Meskipun telah naik takhta, upacara penobatannya baru dilaksanakan pada 12 Maret 1949.
Sebagai Raja Perlis, Tuanku Syed Putra menentang perjanjian Uni Malaya yang diusulkan oleh Britania Raya. Ia berargumen bahwa perjanjian tersebut melanggar Perjanjian Inggris-Perlis tahun 1930 yang memberikan kekuasaan pemerintahan kepada raja dalam dewan. Protesnya bahwa ia menandatangani perjanjian tersebut di bawah paksaan ditolak oleh Britania Raya. Namun, seperti semua penguasa Melayu lainnya, Raja Syed Putra pada akhirnya menolak perjanjian Uni Malaya.
Tuanku Syed Putra menjadi raja yang paling lama memerintah di Perlis, dan pada 4 Desember 1995, ia merayakan Jubli Emas setelah memerintah selama setengah abad di Perlis.
5. Yang di-Pertuan Agong
Tuanku Syed Putra terpilih sebagai Yang di-Pertuan Agong ketiga Malaysia, menjadikannya penguasa termuda yang memegang jabatan tertinggi di negara tersebut, dan memimpin Malaysia melalui masa-masa kritis pembentukan negara.
5.1. Election and Term
Tuanku Syed Putra awalnya terpilih sebagai Wakil Yang di-Pertuan Agong oleh para penguasa Melayu dan menjabat posisi tersebut dari 14 April 1960 hingga wafatnya Sultan Hisamuddin Alam Shah pada 1 September 1960.
Pada 21 September 1960, Raja Syed Putra terpilih sebagai Yang di-Pertuan Agong ketiga Federasi Malaya. Pada usia 39 tahun 301 hari, ia adalah Yang di-Pertuan Agong termuda yang pernah terpilih hingga saat ini. Ia dilantik di Istana Negara, Kuala Lumpur, pada 4 Januari 1961. Masa jabatannya sebagai Yang di-Pertuan Agong berakhir pada 20 September 1965. Kemudian, putranya, Tuanku Syed Sirajuddin, terpilih sebagai Yang di-Pertuan Agong ke-12 dan menjabat dari tahun 2001 hingga 2006 setelah kemangkatan Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah, petahana sebelumnya.
5.2. Key Events during Reign
Masa jabatan Raja Syed Putra sebagai Yang di-Pertuan Agong ditandai oleh beberapa peristiwa penting dalam sejarah Malaysia:
Salah satu peristiwa terpenting adalah pembentukan Malaysia pada 16 September 1963, ketika Federasi Malaya, Sabah (dahulu Borneo Utara Britania), Sarawak, dan Singapura bersatu membentuk Federasi Malaysia.
Masa pemerintahannya juga ditandai dengan Konfrontasi Indonesia-Malaysia antara Malaysia yang baru terbentuk dan tetangganya yang lebih besar, Indonesia. Ia bahkan menawarkan untuk tetap menjabat sebagai Yang di-Pertuan Agong di akhir masa jabatannya untuk mengakhiri konfrontasi, tetapi saran ini ditolak oleh Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman.
Ia sangat terganggu oleh pemisahan Singapura dari Malaysia yang terjadi pada 9 Agustus 1965, hanya tiga minggu sebelum perayaan Merdeka dan sekitar satu bulan sebelum ia lengser dari jabatannya.
Beberapa pencapaian dan pembangunan penting juga terjadi selama masa pemerintahannya, termasuk peresmian Stadium Negara, Kompleks Parlemen Malaysia, Muzium Negara, Bandar Udara Internasional Subang, Masjid Negara, dan dermaga di Selat Klang.
5.3. Royal Regalia and Predecessor's Illness
Sebagai Yang di-Pertuan Agong, Tuanku Syed Putra sangat peduli terhadap perawatan regalia kerajaan. Ia memberikan instruksi khusus mengenai perlakuan yang layak terhadap benda-benda kerajaan, karena ia meyakini bahwa salah satu regalia tersebut secara misterius bertanggung jawab atas penyakit dan kemangkatan Sultan Hisamuddin Alam Shah, pendahulunya.
6. Later Role
Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai Yang di-Pertuan Agong, Raja Syed Putra menjadi Doyen atau sesepuh di antara para penguasa Melayu. Ia sering memberikan nasihat kepada para penguasa yang lebih muda, terutama selama krisis konstitusional yang terjadi dengan Perdana Menteri Mahathir Mohamad pada tahun 1983 dan 1993. Selain perannya sebagai penasihat kerajaan, ia juga dilantik sebagai Rektor Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang, pada tahun 1971 dan juga menjabat sebagai Kolonel Yang di-Pertua Pasukan Renjer Diraja Malaysia.
7. Personal Life
Tuanku Syed Putra menjalani kehidupan pribadi dengan dua pernikahan, yang darinya ia memiliki banyak keturunan, membentuk garis keluarga kerajaan yang berlanjut hingga kini.
Pada tahun 1941, ia menikah dengan Tengku Budriah binti Tengku Ismail (1924-2008) dari Kesultanan Patani di Thailand. Tengku Budriah menjabat sebagai permaisurinya dengan gelar Raja Perempuan Perlis dan kemudian sebagai Raja Permaisuri Agong. Ia adalah ibu dari Raja Perlis saat ini, Tuanku Syed Sirajuddin, serta lima putra dan lima putri lainnya.
Pada tahun 1952, ia menikah dengan Che Puan Mariam (lahir เรียม เพศยนาวินBahasa Thai pada 23 April 1923 - meninggal 1986). Che Puan Mariam adalah seorang Muslim Thailand dari Bangkok dan pernah menjadi Miss Siam pada tahun 1939. Dari pernikahan ini, ia dikaruniai tiga putra dan satu putri.
8. Death and Funeral
Tuanku Syed Putra mangkat di Institut Jantung Negara (Malaysia), Kuala Lumpur, pada 16 April 2000, sekitar pukul 14:20, akibat serangan jantung. Ia telah dirawat di pusat medis tersebut sejak 21 Maret 2000 karena masalah jantung, ginjal, dan diabetes. Kondisinya sempat kritis pada 9 April dan ia ditempatkan di Unit Perawatan Intensif (ICU) dengan bantuan alat pernapasan, meskipun dua hari kemudian keadaannya stabil dan tidak lagi memerlukan alat pendukung hidup.
Pada saat kemangkatannya, Tuanku Syed Putra adalah raja yang paling lama memerintah di dunia, sebuah posisi yang ia warisi dari Franz Joseph II, Pangeran Liechtenstein pada tahun 1989. Ia dimakamkan di Makam Diraja Arau di Arau, Perlis.
Pengumuman kemangkatan beliau disampaikan oleh Menteri Besar Perlis, Datuk Seri Shahidan Kassim, pada pukul 16:07. Pemerintah negeri Perlis mengumumkan hari berikutnya sebagai hari libur umum agar seluruh rakyat dapat menziarahi jenazah beliau. Sebagai tanda berkabung, bendera negeri dan kebangsaan dikibarkan setengah tiang di seluruh negeri, dan semua acara resmi yang dijadwalkan ditangguhkan.
Di Kuala Lumpur, Perdana Menteri Mahathir Mohamad dan istrinya, Siti Hasmah Mohamad Ali, segera menziarahi jenazah Almarhum di Institut Jantung Negara. Turut hadir menziarahi adalah Tengku Mahkota Kelantan, Tengku Muhammad Faris Petra; mantan Menteri Pertahanan, Datuk Abang Abu Bakar Mustapha; dan Ketua Perhubungan UMNO Kelantan, Tengku Razaleigh Hamzah. Tengku Razaleigh mengenang Almarhum sebagai raja yang sangat peduli terhadap rakyat, seorang ayah yang penyayang, dan sosok yang baik hati. Ia menggambarkan Almarhum sebagai pribadi yang rendah hati dan tidak sombong.
Jenazah Almarhum diterbangkan dari Pangkalan Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) Subang, Selangor, dengan pesawat TUDM dan tiba di Bandar Udara Sultan Abdul Halim (LTSAH), Kepala Batas, Alor Setar, sekitar pukul 18:45. Sultan dan Sultanah Kedah, Raja Muda dan Raja Puan Muda Kedah, Shahidan Kassim, Menteri Besar Kedah Datuk Seri Syed Razak Syed Zain, dan Menteri Pembangunan Luar Bandar Datuk Azmi Khalid turut menunggu kedatangan jenazah.
Setelah dikeluarkan dari pesawat, 103 anggota dan dua pegawai dari Batalion Keenam Rejimen Askar Melayu Diraja (RAMD), yang membawa Panji-Panji Diraja, memberikan Kawalan Kehormatan Jenazah Diraja sebelum jenazah dibawa ke Istana Arau, Perlis. Jenazah beliau disemayamkan di Istana Arau untuk memungkinkan rakyat menziarahi setelah shalat Maghrib pada hari itu dan mulai pukul 08:00 keesokan harinya. Para penziarah diharapkan mengenakan pakaian putih dan kain sampin berwarna cerah untuk pria, tanpa perlu melilitkan kain putih pada songkok. Anggota kerabat diraja, pembesar negara, dan perwakilan asing dijadwalkan menziarahi jenazah mulai pukul 12:00.
Jenazah Almarhum dimandikan pada pukul 11:00 keesokan harinya di Masjid Negeri sebelum disemadikan di Makam Diraja Arau setelah shalat Zuhur. Pengumuman pelantikan Raja Perlis yang baru dilakukan sebelum jenazah Tuanku Syed Putra dishalatkan. Beberapa hari sebelumnya, Tuanku Syed Putra telah melantik Syed Sirajuddin sebagai Pemangku Raja Perlis.
9. Contributions and Legacy
Tuanku Syed Putra meninggalkan warisan yang mendalam atas kontribusinya terhadap pembangunan dan keamanan nasional Malaysia. Sebagai Yang di-Pertuan Agong, ia memimpin negara melalui periode-periode krusial, termasuk pembentukan Federasi Malaysia dan Konfrontasi Indonesia-Malaysia. Kepemimpinannya yang stabil pasca-perang juga sangat penting bagi Perlis, di mana ia menjadi raja terlama yang memerintah.
Ia dikenal atas dedikasinya dalam memperkuat pertahanan Malaysia, yang membuatnya dijuluki "Bapak Pertahanan Malaysia" di Jepang. Selain itu, perannya sebagai sesepuh di antara para penguasa Melayu, yang memberikan nasihat penting selama krisis konstitusional, menunjukkan kebijaksanaan dan pengaruhnya dalam menjaga stabilitas politik negara. Pelantikannya sebagai Rektor Universiti Sains Malaysia juga mencerminkan komitmennya terhadap pendidikan dan pengembangan intelektual.
10. Awards and Honours
Tuanku Syed Putra menerima berbagai penghargaan, medali, dan gelar kehormatan baik dari dalam maupun luar negeri sebagai pengakuan atas jasa-jasanya.
Negara/Institusi | Penghargaan |
---|---|
Penghargaan Perlis | |
Perlis | Penerima Perlis Family Order of the Gallant Prince Syed Putra Jamalullail (DK) |
Perlis | Knight Grand Companion (Dato' Sri Setia) dari Most Esteemed Order of the Gallant Prince Syed Putra Jamalullail (SSPJ), dianugerahkan pada 4 Desember 1995. |
Perlis | Knight Grand Commander (Dato' Sri Paduka) dari Most Illustrious Order of the Crown of Perlis (SPMP) (juga dikenal sebagai Bintang Safi) |
Penghargaan Malaysia | |
Malaysia (sebagai Yang di-Pertuan Agong 1960-1965) | Penerima Royal Family Order of Malaysia (DKM) (1966, setelah masa pemerintahan). |
Malaysia (sebagai Yang di-Pertuan Agong 1960-1965) | Grand Master (1960-1965) dari Order of the Crown of the Realm. |
Malaysia (sebagai Yang di-Pertuan Agong 1960-1965) | Grand Commander (SMN) dan Grand Master (1960-1965) dari Order of the Defender of the Realm. |
Malaysia (sebagai Yang di-Pertuan Agong 1960-1965) | Grand Master Pendiri (3-20 September 1965) dari Order of the Royal Family of Malaysia. |
Malaya | Penerima Order of the Crown of the Realm (DMN) (31 Agustus 1958). |
Johor | Kelas Pertama Royal Family Order of Johor (DK I). |
Kedah | Anggota Royal Family Order of Kedah (DK). |
Kelantan | Penerima Royal Family Order of Kelantan (DK). |
Negeri Sembilan | Anggota Royal Family Order of Negeri Sembilan (DKNS). |
Pahang | Anggota Kelas 1 Family Order of the Crown of Indra of Pahang (DK I) (24 Oktober 1980). |
Perak | Penerima Royal Family Order of Perak (DK) (1985). |
Selangor | Kelas Pertama Royal Family Order of Selangor (DK I) (1970). |
Terengganu | Anggota Kelas Pertama Royal Family Order of Terengganu (DK I). |
Sabah | Grand Commander Order of Kinabalu (SPDK) - Datuk Seri Panglima (1971). |
Sarawak | Knight Grand Commander Order of the Star of Hornbill Sarawak (DP) - Datuk Patinggi. |
Penghargaan Luar Negeri | |
Britania | Companion dari Order of St Michael and St George (CMG) (1948). |
Britania Raya | Penerima Medali Penobatan Ratu Elizabeth II (1953). |
Britania Raya | Knight Commander dari Order of St Michael and St George (KCMG) - Sir (1956). |
Brunei | Penerima Royal Family Order of the Crown of Brunei (DKMB) (24 September 1958). |
Brunei | Penerima Darjah Kerabat Laila Utama (DK) - Dato' Laila Utama (24 September 1958). |
Kamboja | Grand Cross dari Royal Order of Cambodia (21 Desember 1962). |
Mesir | Grand Cordon dari Order of the Nile (17 April 1965). |
Jepang | Kerah Order of the Chrysanthemum (15 Juni 1964). |
Yordania | Kerah Order of al-Hussein bin Ali (24 April 1965). |
Pakistan | Kelas 1 dari Nishan-e-Pakistan (28 Desember 1961). |
Filipina | Grand Collar dari Order of Sikatuna (GCS) (10 Februari 1961). |
Arab Saudi | Kerah Order of the Badr Chain (3 April 1965). |
Thailand | Grand Cross dari Order of the Rajamitrabhorn (20 Juni 1962). |
11. International Relations and Visits
Tuanku Syed Putra aktif dalam hubungan internasional dan melakukan beberapa kunjungan luar negeri yang signifikan selama masa pemerintahannya, terutama ke Jepang.
Pada bulan Oktober 1956, Tuanku Syed Putra, bersama istrinya, berkunjung ke Jepang dalam kapasitasnya sebagai Raja Perlis. Selama kunjungan tersebut, mereka bertemu dengan Kaisar Showa.
Beberapa tahun kemudian, pada bulan Juni 1964, ia kembali berkunjung ke Jepang, kali ini sebagai Yang di-Pertuan Agong Malaysia, didampingi oleh istrinya. Dalam kunjungan kenegaraan tersebut, ia kembali bertemu dengan Kaisar Showa dan dianugerahi Kerah Ordo Tertinggi Serunai. Kaisar Showa sendiri menyambut Raja dan Ratu Malaysia di Bandar Udara Haneda, didampingi oleh anggota keluarga kekaisaran. Pada jamuan makan malam kekaisaran, Kaisar mengungkapkan bahwa ia pernah mengunjungi Singapura pada tahun 1921 dalam perjalanan pulang dari Eropa sebagai Putra Mahkota, di mana ia bersentuhan dengan budaya dan pemandangan Malaysia.
Selama kunjungan 10 hari di Jepang, Raja Tuanku Syed Putra mengunjungi berbagai tempat di Tokyo, termasuk Menara Tokyo, Rumah Sakit Palang Merah Jepang, dan fasilitas terkait Olimpiade Tokyo 1964. Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan ke Hiroshima, Hyōgo, dan Kyoto. Ia juga sempat mengunjungi Sekolah Dasar Bancho Chiyoda-ku di Tokyo.
12. Places Named After Him
Sebagai penghormatan atas warisan dan kontribusi Tuanku Syed Putra, berbagai tempat, institusi, dan acara telah dinamai untuk mengenangnya:
- Jalan Syed Putra, sebuah ruas Jalan Raya Federal (Jalan Federal 2) antara Stasiun kereta api Kuala Lumpur lama dan Mid Valley Megamall di Kuala Lumpur.
- Masjid Tuanku Syed Putra di Kangar, Perlis.
- Sekolah Menengah Sains Tuanku Syed Putra di Kangar, Perlis.
- Stadion Tuanku Syed Putra di Kangar, Perlis.
- Kompleks Sukan Tuanku Syed Putra di Kangar, Perlis.
- Dewan Tuanku Syed Putra, MRSM Beseri, Perlis.
- SK Putra, sebuah sekolah dasar di Kangar, Perlis.
- Bangunan Tuanku Syed Putra di George Town, Penang.
- Dewan Tuanku Syed Putra, Universiti Sains Malaysia, George Town, Penang.
- Jambatan Tuanku Syed Putra di Kuala Perlis, Perlis.
- Persiaran Syed Putra di Kuala Lumpur.
- Kem Syed Putra, sebuah kamp militer di Ipoh, Perak.
- Piala Sepak Bola Tuanku Syed Putra (Tuanku Syed Putra Football Cup).
- Kejuaraan Tenis Internasional Junior Tuanku Syed Putra (Tuanku Syed Putra Junior International Tennis Championship).