1. Kehidupan Awal dan Pendidikan
Chung Il-kwon memiliki latar belakang yang sederhana dan mengalami masa kecil yang sulit, yang membentuk sebagian besar karakter dan ambisinya.
1.1. Latar Belakang Kelahiran dan Keluarga
Chung Il-kwon lahir pada 21 November 1917 di Ussuriysk (sekarang bagian dari Krai Primorsky, Rusia), sebuah wilayah yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Rusia. Ayahnya, Jeong Gi-yeong (丁基永), berasal dari Klan Jeong Yeonggwang dan bekerja sebagai penerjemah untuk Tentara Kekaisaran Rusia. Ibunya adalah Kim Sun-bok (金順福), dari Klan Kim Gimhae. Ia adalah anak ketiga dari pasangan tersebut; kedua kakak laki-lakinya meninggal dunia pada usia muda karena sakit, menjadikannya satu-satunya pewaris laki-laki dalam keluarga (secara de facto sebagai "putra tunggal keempat").
Setelah Revolusi Bolshevik pada tahun 1917, ayahnya kehilangan pekerjaannya dan keluarga tersebut kembali ke kampung halaman orang tua mereka di Kabupaten Kyongwon, Provinsi Hamgyong Utara, Korea (saat itu di bawah pendudukan Jepang, sekarang bagian dari Provinsi Hamgyong Utara, Korea Utara). Kakeknya, Jeong Jwa-jin (丁座鎭), telah bermigrasi ke Manchuria sebelumnya.
1.2. Masa Kecil dan Kemiskinan
Pada tahun 1922, karena dampak Revolusi Rusia yang meluas hingga ke Timur Jauh, ayahnya diberhentikan paksa dari jabatannya sebagai letnan di Tentara Kekaisaran Rusia dan diawasi ketat. Keluarga itu, termasuk Chung Il-kwon dan ibunya, kembali ke Kabupaten Kyongwon. Pada tahun 1924, ia mulai bersekolah di Sekolah Dasar Kyongwon. Namun, pada tahun 1926, ayahnya menghilang dan pada tahun 1928, tanah pertanian keluarga yang telah dibuka oleh kakeknya disita karena ayahnya dianggap sebagai "pembangkang Korea" oleh otoritas Jepang. Keluarga itu kemudian menyeberangi Sungai Tumen dan mengolah lahan kosong dalam kemiskinan ekstrem.
Pada tahun 1930, setelah menyelesaikan enam tahun sekolah dasar, Chung Il-kwon pindah ke Yanbian di Manchuria dan masuk Sekolah Menengah Youngsin di Longjing. Sejak saat itu, ia harus membiayai sekolahnya sendiri dengan bekerja sebagai penjual koran, pengantar susu, dan pengangkut air untuk rumah-rumah orang Jepang. Pada tahun 1934, Sekolah Menengah Youngsin digabungkan dengan Sekolah Menengah Kwangmyong, tempat ia bertemu dengan teman-teman sekelasnya yang kelak menjadi tokoh penting, seperti aktivis demokrasi Moon Ik-hwan, penyair anti-Jepang Yun Dong-ju, dan aktivis sosial Jang Jun-ha.
1.3. Pendidikan dan Pelatihan Militer

Dengan nilai akademik yang sangat baik, Chung Il-kwon direkomendasikan oleh guru bahasa Inggrisnya, Jang Nae-won, dan instruktur pelatihan militernya untuk masuk ke Akademi Militer Fengtian (Pusat Pelatihan Militer Angkatan Darat Pusat) di Mukden, sebuah institusi pelatihan perwira junior Manchukuo. Ia lulus sebagai siswa terbaik dari angkatan ke-5 pada September 1937.
Karena prestasinya yang luar biasa, ia direkomendasikan untuk melanjutkan pendidikan di Akademi Angkatan Darat Kekaisaran Jepang di Tokyo, Jepang, menjadi satu-satunya siswa Korea di angkatannya. Ia mengubah spesialisasi militernya dari infanteri menjadi kavaleri dan menjalani pelatihan kavaleri selama satu tahun di Manchukuo sebelum masuk ke departemen kavaleri di Akademi Angkatan Darat Jepang. Selama periode ini, ia menggunakan nama Jepang Nakajima Ikken (中島一權Bahasa Jepang).
Pada tahun 1940, ia lulus dari Akademi Angkatan Darat Jepang (setara dengan angkatan ke-55 kavaleri) dan kembali ke Manchuria, di mana ia ditugaskan sebagai letnan dua di Tentara Manchukuo. Ia bertugas sebagai perwira polisi militer di Tentara Manchukuo selama Perang Pasifik. Pada tahun 1944, ia masuk ke Sekolah Militer Tinggi Angkatan Darat Manchukuo di Xinjing, sebuah institusi untuk pelatihan perwira tinggi, sebagai satu-satunya siswa Korea di antara 25 orang yang diterima. Ia sedang belajar di sana ketika Perang Dunia II berakhir.
Setelah pembebasan Korea, ia masuk Sekolah Bahasa Inggris Militer yang didirikan oleh Pemerintahan Militer Angkatan Darat Amerika Serikat di Korea pada tahun 1945, lulus pada angkatan pertama pada tahun 1946. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di US Army Command and General Staff College di Amerika Serikat pada tahun 1951. Setelah pensiun dari militer, ia juga mengambil studi ilmu politik dan hubungan internasional di universitas-universitas bergengsi seperti Universitas Oxford di Britania Raya dan Universitas Harvard di Amerika Serikat.
2. Karier Militer
Chung Il-kwon memiliki karier militer yang panjang dan berpengaruh, yang dimulai di bawah pemerintahan kolonial Jepang dan berlanjut hingga pembentukan Republik Korea.
2.1. Dinas di Manchukuo dan Tentara Jepang
Selama masa pendudukan Jepang, Chung Il-kwon menjabat sebagai perwira di Tentara Manchukuo. Setelah lulus dari Akademi Angkatan Darat Jepang, ia diangkat sebagai letnan dua di Tentara Manchukuo dan bertugas sebagai instruktur di unit Jilin. Ia juga bertugas di unit polisi militer dan terlibat dalam pelatihan operasi khusus, termasuk pelatihan peledakan selama tiga bulan bersama pasukan khusus Jepang yang bertujuan untuk menghancurkan Jalur Kereta Api Trans-Siberia jika terjadi konflik dengan Uni Soviet. Pada Maret 1941, ia dipromosikan menjadi letnan satu polisi militer dan bertugas di kantor ajudan senior Markas Besar Angkatan Darat Manchukuo di Xinjing.
Pada tahun 1942, ia mengunjungi almamaternya, Sekolah Menengah Kwangmyong, dan mendorong para siswa untuk bergabung dengan militer Manchukuo, dengan menyatakan bahwa karier militer adalah "jalan yang paling menjanjikan dan bijaksana untuk menjamin masa depan." Setelah dipromosikan menjadi kapten polisi militer, ia menjabat sebagai komandan unit polisi militer di Gando (Yanji). Beberapa sejarawan Korea, seperti Ryu Yeon-san, mengklaim bahwa Chung adalah letnan kolonel di Tentara Jepang dan komandan batalion di polisi militer Gando, serta perwira Korea dengan pangkat tertinggi di militer Manchukuo sebelum pembebasan. Ia juga disebut telah menerima beberapa medali dari Jepang.
Menjelang akhir Perang Dunia II, ia berada di Sekolah Militer Tinggi Angkatan Darat Manchukuo ketika Jepang menyerah. Setelah penyerahan Jepang pada Agustus 1945, ia dengan cepat beradaptasi dengan perubahan zaman. Ia membentuk "Komando Keamanan Warga Korea di Manchuria" dengan dalih melindungi warga Korea, dan mengangkat dirinya sebagai komandan. Kelompok ini kemudian berganti nama menjadi "Markas Besar Pasukan Pembebasan Wilayah Timur Laut" untuk menyesuaikan diri dengan sentimen pasca-pembebasan.
Pada September 1945, ia pergi ke Seoul dan mencoba menghubungi Komite Persiapan Pembangunan Bangsa, namun segera kembali ke Manchuria. Pada pertengahan Oktober, ia bertemu dengan Chiang Ching-kuo (蔣經國), putra Chiang Kai-shek dan letnan jenderal di Tentara Revolusioner Nasional Republik Tiongkok, untuk mendapatkan dukungan senjata dan anggaran. Tak lama setelah itu, ia ditangkap oleh KGB (badan intelijen Soviet). KGB menuntut agar ia membubarkan Komando Keamanan Xinjing, menyerahkan senjata, dan pergi ke Moskwa untuk pelatihan militer selama enam bulan sebelum bertugas dalam pembentukan militer di Korea Utara. Namun, ia gagal dalam ujian masuk dan dituduh sebagai "elemen reaksioner" karena mengkritik Tentara Soviet, yang menyebabkan ia dijatuhi hukuman pengasingan ke Siberia. Pada pertengahan Desember 1945, ia berhasil melarikan diri dari kereta yang menuju Siberia dan tiba di Pyongyang, di mana ia bertemu dengan Baek Seon-yeop, seorang juniornya dari akademi militer. Setelah beberapa hari, ia dan adik Baek Seon-yeop, Baek In-yeop, menyeberang ke Korea Selatan.
2.2. Peran dalam Perang Korea

Setelah kembali ke Korea Selatan, Chung Il-kwon masuk Sekolah Bahasa Inggris Militer yang baru didirikan dan lulus pada 15 Januari 1946 dengan pangkat kapten (nomor militer 5). Ia segera ditugaskan sebagai komandan kompi di Resimen ke-1 Pasukan Pertahanan Nasional Korea Selatan, yang bertanggung jawab atas wilayah Seoul dan Gyeonggi. Pada masa-masa awal pembentukan Pasukan Pertahanan, ia menghadapi tantangan disiplin yang buruk, konflik ideologi antara perwira, korupsi, dan sikap memberontak dari para prajurit.
Pada 1947, ia menjadi kepala sekolah Akademi Militer Korea. Pada Februari 1949, ia dipromosikan menjadi brigadir jenderal dan pada 1 Maret 1949, ia diangkat sebagai komandan Markas Besar Tempur Wilayah Gunung Jiri, di mana ia memimpin operasi penumpasan Partisan Gunung Jiri dari Partai Buruh Korea Selatan.
Ketika Perang Korea pecah pada 25 Juni 1950, Chung Il-kwon sedang menjalani pelatihan militer di Hawaii, Amerika Serikat. Ia segera kembali ke Korea pada 30 Juni dan langsung dipromosikan menjadi mayor jenderal. Ia menggantikan Jenderal Chae Byong-duk sebagai Kepala Staf Angkatan Darat Republik Korea. Sebagai komandan taktis dan kemudian mayor jenderal, Chung Il-kwon mengorganisir pasukan Korea Selatan di Incheon. Tanggung jawab awalnya meliputi pengelompokan kembali pasukan militer Korea Selatan yang terpukul dan mengoordinasikan upaya mereka dengan Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia adalah komandan semua pasukan ROK di Busan dari Juli hingga Agustus, yang akan menempatkannya pada serangan Incheon. Perannya dalam Pertempuran Incheon sangat krusial, melumpuhkan Tentara Korea Utara dan menjadikannya pahlawan perang yang terkenal.
Pada Juni 1951, ia mengundurkan diri dari jabatan Kepala Staf Angkatan Darat karena bertanggung jawab atas Insiden Korps Pertahanan Nasional dan Pembantaian Geochang. Ia kemudian kembali ke Amerika Serikat untuk pelatihan tambahan di US Army Command and General Staff College. Setelah kembali pada Juli 1952, ia diturunkan pangkatnya oleh Presiden Syngman Rhee menjadi komandan divisi dan dikirim ke unit tempur garis depan. Tiga bulan kemudian, ia dipromosikan menjadi wakil komandan Korps IX (Amerika Serikat), memimpin pasukan garis depan PBB dalam berbagai ofensif dan kontra-ofensif. Tiga bulan setelah itu, ia kembali dipromosikan untuk memimpin Korps II ROK, yang dipegangnya hingga akhir perang.
2.3. Karier Angkatan Darat Korea Selatan

Setelah Perang Korea, Chung Il-kwon terus naik pangkat di Angkatan Darat Republik Korea. Pada Februari 1954, ia dipromosikan menjadi jenderal penuh dan kembali menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat untuk kedua kalinya. Pada Juni 1956, ia diangkat sebagai Ketua Komite Staf Gabungan. Namun, karena masalah faksionalisme di dalam militer, ia akhirnya pensiun dari dinas aktif pada tahun 1957.
Selama masa jabatannya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat pada Mei 1954, Chung Il-kwon menunjuk Gong Guk-jin, seorang teman dekatnya, sebagai Komandan Polisi Militer Angkatan Darat, dengan tugas utama untuk memberantas korupsi di militer dan menyelesaikan konflik antar lembaga investigasi. Namun, Gong Guk-jin sering berkonflik dengan Kim Chang-ryong, kepala unit intelijen khusus, yang melampaui batas wewenangnya. Kim Chang-ryong bahkan mencoba untuk memecat Gong Guk-jin dengan tuduhan penyelundupan selongsong peluru ke Jepang. Di bawah tekanan dari Kim Chang-ryong, Chung Il-kwon terpaksa memerintahkan pemecatan komandan polisi militer yang ia tunjuk.

Kim Chang-ryong juga menggagalkan penugasan Gong Guk-jin sebagai kepala staf Korps ke-2 di bawah komandan korps Kang Mun-bong, dan bahkan menangkap asisten Gong Guk-jin, mengabaikan perintah Chung Il-kwon. Marah dengan tindakan Kim Chang-ryong yang melampaui batas, Chung Il-kwon dan Kang Mun-bong secara pribadi menemui Presiden Syngman Rhee di Jinhae pada Oktober 1955 untuk merekomendasikan pemindahan atau pengiriman Kim Chang-ryong untuk belajar di luar negeri. Namun, Syngman Rhee tidak menerima rekomendasi mereka, menegaskan kembali kepercayaannya pada Kim Chang-ryong. Kim Chang-ryong kemudian merespons dengan menyelidiki dugaan korupsi Chung Il-kwon dan Kang Mun-bong, yang menyebabkan Chung Il-kwon dan Kang Mun-bong merencanakan dan menghasut pembunuhan Kim Chang-ryong.
2.4. Pensiun dari Militer
Pada Juni 1956, Chung Il-kwon terpilih sebagai Ketua Kepala Staf Gabungan. Pada tahun yang sama, ia dianugerahi Legiun Kehormatan Prancis dan Legiun Jasa Komandan Utama Amerika Serikat. Pada akhir tahun 1956, ia mengunjungi Vietnam Selatan sebagai utusan khusus Presiden Syngman Rhee dan kembali ke Korea. Ia secara resmi pensiun dari dinas militer pada Mei 1957 sebagai jenderal penuh Angkatan Darat. Setelah pensiun, ia segera diangkat sebagai Duta Besar Korea Selatan untuk Turki.
3. Karier Diplomatik
Setelah pensiun dari militer, Chung Il-kwon memulai karier diplomatiknya, mewakili Korea Selatan di berbagai negara penting.
3.1. Jabatan Duta Besar
Pada Januari 1957, setelah pensiun dari militer, ia diangkat sebagai Duta Besar Korea Selatan untuk Turki. Pada 17 April 1959, pemerintah Korea Selatan menunjuk Chung Il-kwon, yang saat itu menjabat sebagai Duta Besar untuk Turki, sebagai Duta Besar pertama untuk Prancis. Ia menjabat sebagai Duta Besar untuk Prancis dari 16 Juni 1959.

Pada Januari 1960, Chung Il-kwon, bersama dengan atase militer Kolonel Yoon Eung-ryeol, mengunjungi Ethiopia dan mengadakan pembicaraan dengan penjabat menteri luar negeri. Setelah Revolusi 19 April pada tahun 1960, pada 30 Mei, pemerintah sementara Korea Selatan memutuskan untuk menunjuk Chung Il-kwon, Duta Besar untuk Prancis, sebagai Duta Besar untuk Amerika Serikat. Meskipun awalnya pemerintah sementara tidak berencana untuk menunjuk duta besar baru sebelum pemerintahan baru terbentuk, mereka merasa perlu untuk memiliki duta besar penuh untuk menyambut kunjungan Presiden AS Dwight D. Eisenhower yang dijadwalkan pada 22 Juni.
Chung Il-kwon tiba di Amerika Serikat pada 5 Juni 1960. Pada 7 Juni, ia mengunjungi Menteri Luar Negeri AS Christian Herter dan menyerahkan salinan surat kepercayaannya. Pada 8 Juni 1960, pukul 10:30 pagi (9 Juni tengah malam waktu Korea), ia menyerahkan surat kepercayaannya kepada Presiden Eisenhower di Gedung Putih. Ia juga menjabat sebagai duta besar untuk berbagai negara Amerika Latin secara bersamaan. Namun, setelah pemerintahan Jang Myeon (Republik Kedua) terbentuk, ia mengundurkan diri dari jabatannya.
Setelah itu, ia menjadi tokoh oposisi dan pada tahun 1961, ia pergi ke Amerika Serikat untuk belajar di Institut Studi Internasional Universitas Harvard. Selama studinya di Harvard, ketika Kudeta 16 Mei terjadi pada tahun 1961, ia menerima instruksi dari Park Chung Hee untuk berkeliling di kalangan politik dan pemerintahan AS guna mendapatkan dukungan bagi pemerintahan militer. Pada Desember 1961, Chung Il-kwon, yang menjabat sebagai Duta Besar Korea untuk AS dan Brasil, melakukan perjalanan ke Brasil dan Meksiko bersama istrinya dan seorang asisten. Di Meksiko, ia tinggal selama empat hari dan pada 20 Desember, ia mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Manuel Tello mengenai peningkatan hubungan ekonomi dan budaya antara Korea dan Meksiko. Ia kembali ke Washington, D.C. pada 21 Desember.
Selama menjabat sebagai Duta Besar untuk Amerika Serikat, ia juga menjabat sebagai duta besar untuk Brasil, Kolombia, Chili, Argentina, Paraguay, dan Ekuador. Setelah menjabat sebagai duta besar di berbagai negara dan perwakilan Korea di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, ia menyatakan dukungannya terhadap pemerintahan Park Chung Hee dan diangkat sebagai Menteri Luar Negeri ketika Republik Ketiga Korea Selatan diluncurkan pada 12 Desember 1963.
4. Karier Politik
Chung Il-kwon memainkan peran sentral dalam politik Korea Selatan, terutama selama era Park Chung Hee, menjabat sebagai menteri dan perdana menteri, serta memegang posisi penting di legislatif.
4.1. Masuk Politik dan Hubungan dengan Park Chung Hee

Pada tahun 1963, Chung Il-kwon dipanggil oleh Park Chung Hee, yang memintanya untuk membantu pemerintahan baru. Ia segera diangkat sebagai Menteri Luar Negeri pada Desember tahun yang sama. Selama masa ini, ia berusaha menengahi konflik antara pejabat Partai Republik Demokratik yang baru dan Perdana Menteri Choi Du-sun, tetapi gagal.
Hubungan Chung Il-kwon dengan Park Chung Hee sangat erat. Chung adalah salah satu pendukung utama Park setelah Kudeta 16 Mei dan dianggap sebagai sekutu yang sangat dipercaya. Kepercayaan ini menjadi dasar bagi penunjukannya ke posisi-posisi kunci dalam pemerintahan Park.
4.2. Menteri Luar Negeri
Chung Il-kwon menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Korea Selatan dua kali: dari 1963 hingga 1964 (sebagai Menteri Luar Negeri ke-11) dan dari Desember 1966 hingga Juni 1967 (sebagai Menteri Luar Negeri ke-13).
Sebagai Menteri Luar Negeri, ia memainkan peran penting dalam negosiasi Perjanjian Normalisasi Hubungan Korea-Jepang yang kontroversial, yang bertujuan untuk menormalisasi hubungan diplomatik antara kedua negara. Pada Februari 1965, ia mengunjungi Jepang untuk menyelesaikan pembicaraan dengan Perdana Menteri Eisaku Satō, dan pada Juni, ia memimpin penandatanganan perjanjian tersebut. Perjanjian ini menghadapi penolakan keras dari publik Korea Selatan, namun Chung tetap mendorongnya maju.
4.3. Perdana Menteri
Pada 9 Mei 1964, setelah Perdana Menteri Choi Du-sun mengundurkan diri di tengah protes publik terhadap pembicaraan normalisasi Korea-Jepang, Chung Il-kwon diangkat sebagai Perdana Menteri Korea Selatan pada 10 Mei 1964. Ia menjabat selama enam tahun tujuh bulan hingga 20 Desember 1970.
Pada pidato pelantikannya, Chung Il-kwon berjanji untuk menyelesaikan pembicaraan Korea-Jepang secepat mungkin, meningkatkan produksi dan pasokan pangan, menstabilkan harga, dan memastikan administrasi yang transparan dan cepat. Ia berjanji untuk mencapai semua ini dalam waktu enam bulan hingga satu tahun. Selama dua bulan pertama masa jabatannya sebagai Perdana Menteri, ia juga menjabat sebagai Menteri Luar Negeri karena tidak ada yang bersedia mengambil posisi tersebut.
Pemerintahan Chung Il-kwon dikenal sebagai "Kabinet Buldoser" atau "Kabinet Penyerang" karena pendekatannya yang agresif dalam menerapkan kebijakan. Namun, masa jabatannya juga diwarnai oleh insiden kontroversial, seperti Skandal Penyelundupan Sakarin Samsung pada tahun 1966. Selama debat di Majelis Nasional Korea Selatan mengenai skandal ini, anggota parlemen Kim Du-han melemparkan kotoran ke arah Chung Il-kwon dan anggota kabinet lainnya, sebuah insiden yang dikenal sebagai "Insiden Pelemparan Kotoran di Majelis Nasional".
4.4. Aktivitas Majelis Nasional
Setelah mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri, Chung Il-kwon terus aktif dalam politik. Ia menjabat sebagai penasihat tetap ketua Partai Republik Demokratik pada tahun 1970. Dari Juli 1971, ia terpilih sebagai anggota Majelis Nasional Korea Selatan untuk tiga periode berturut-turut (periode ke-8, ke-9, dan ke-10) sebagai perwakilan nasional dari Partai Republik Demokratik.
Pada Mei 1972, ia diangkat oleh Park Chung Hee sebagai penjabat ketua partai. Ia memimpin Partai Republik Demokratik ketika Konstitusi Yushin disahkan pada Oktober 1972. Dari tahun 1973 hingga 1979, ia menjabat sebagai Ketua Majelis Nasional Korea Selatan selama periode ke-9, sebuah periode di mana legislatif sering dianggap sebagai "pelayan" eksekutif di bawah rezim Yushin. Pada tahun 1973, ia juga diangkat sebagai ketua cabang Korea dari Uni Antar-Parlemen (IPU) dan Uni Parlemen Asia (APU).
Pada pemilihan umum Majelis Nasional ke-10 pada Februari 1979, ia terpilih kembali dari daerah pemilihan Sokcho, Inje, Goseong, dan Yangyang di Gangwon-do. Pada tahun 1979, ia diangkat sebagai penasihat tetap ketua Partai Republik Demokratik dan ketua Liga Anggota Parlemen Korea-Jepang. Namun, setelah Insiden 26 Oktober pada tahun 1979, ia menghabiskan masa tuanya di Hawaii.
Setelah Kudeta 17 Mei 1980, ia diselidiki tetapi dibebaskan karena tidak ada tuduhan yang terbukti. Ia pensiun dari politik pada Agustus 1980 setelah rezim militer baru berkuasa, tetapi kemudian diangkat sebagai anggota Dewan Penasihat Negara di bawah Republik Kelima Korea Selatan. Pada tahun 1988, ia menjadi anggota Dewan Penasihat Negara di bawah Republik Keenam Korea Selatan, dan pada tahun 1989, ia menjadi presiden pertama Federasi Kebebasan Korea. Ia terpilih kembali sebagai presiden federasi pada tahun 1990 dan kemudian pindah ke Amerika Serikat.
5. Kehidupan Pribadi
Aspek kehidupan pribadi Chung Il-kwon, termasuk keluarga dan nama-nama yang ia gunakan, memberikan gambaran lebih jauh tentang identitasnya yang kompleks.
5.1. Keluarga dan Pernikahan
Chung Il-kwon menikah dua kali. Istri pertamanya adalah Yoon Gye-won, dengan siapa ia memiliki tiga putri: Jeong Yeong-hye, Jeong Seong-hye, dan Jeong Ji-hye. Menantu laki-lakinya adalah Lee Hun, Lee Dong-hwi, dan Choi Sang-gyu.
Setelah kematian istri pertamanya, ia menikah lagi dengan Park Hye-soo. Dengan Park Hye-soo, ia memiliki seorang putra, Jeong Gi-hun (juga dikenal sebagai Jeong Se-hun), dan seorang putri, Jeong Hui-jin.
5.2. Nama Masa Kecil dan Julukan
Chung Il-kwon dikenal dengan beberapa nama sepanjang hidupnya, mencerminkan berbagai fase dan pengaruh dalam kehidupannya. Nama masa kecilnya (아명) adalah Jeong Il-jin (정일진Bahasa Korea). Ia juga menggunakan nama kehormatan (호) Chungsa (청사Bahasa Korea).
Selama periode pendudukan Jepang, ia mengadopsi nama Jepang Nakajima Ikken (中島一權Bahasa Jepang), yang umum dilakukan oleh orang Korea pada masa itu. Di wilayah Primorsky Krai Soviet pada pertengahan 1930-an, ia juga kadang-kadang dipanggil Ikken Tei (ИккЭн ТЭиIkken TeiBahasa Rusia).
6. Kontroversi dan Kritik
Karier Chung Il-kwon, meskipun cemerlang, tidak luput dari kontroversi dan kritik yang signifikan, terutama terkait dengan dugaan kolaborasi dan skandal pribadi yang berdampak pada reputasi publiknya.
6.1. Tuduhan Kolaborasi dengan Jepang
Salah satu kritik paling serius terhadap Chung Il-kwon adalah tuduhan kolaborasi dengan rezim Jepang selama masa pendudukan Korea. Tuduhan ini berakar pada dinas militernya di Tentara Manchukuo dan Tentara Kekaisaran Jepang.
Pada tahun 2008, Institut Riset Masalah Nasional memasukkan namanya dalam daftar "Calon Kolaborator Pro-Jepang" di kategori militer, yang disusun untuk kamus nama-nama pro-Jepang. Kemudian, pada tahun 2009, Komite Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk Tindakan Pro-Jepang Anti-Nasional secara resmi mencantumkan Chung Il-kwon dalam daftar "Pelaku Tindakan Anti-Nasional Pro-Jepang."
Kritik ini didasarkan pada fakta bahwa ia adalah perwira tinggi di militer Manchukuo dan Jepang, serta perannya dalam merekrut pemuda Korea untuk bergabung dengan militer Manchukuo. Meskipun ia kemudian menjadi pahlawan perang Korea, latar belakang kolaborasinya terus menjadi titik perdebatan dalam evaluasi historisnya dan persepsi publik di Korea Selatan.
6.2. Kasus Pembunuhan Jeong In-suk

Kontroversi terbesar yang menimpa Chung Il-kwon adalah keterlibatannya dalam kasus pembunuhan Jeong In-suk pada tahun 1970. Jeong In-suk adalah seorang wanita penghibur di sebuah restoran mewah yang sering dikunjungi oleh pejabat tinggi pemerintah. Ia dikabarkan memiliki hubungan terlarang dengan beberapa pejabat tinggi, termasuk Chung Il-kwon, dan melahirkan seorang putra.
Pada malam 17 Maret 1970, Jeong In-suk ditemukan tewas dalam insiden yang awalnya disamarkan sebagai kecelakaan lalu lintas di dekat Jeoldusan, Hapjeong-dong, Distrik Mapo, Seoul. Namun, penyelidikan mengungkap adanya catatan dan buku harian di rumah Jeong In-suk yang berisi nama-nama, tanggal, dan lokasi pertemuan dengan puluhan tokoh berpengaruh, termasuk Presiden Park Chung Hee, Perdana Menteri Chung Il-kwon, Kepala Badan Intelijen Pusat Kim Hyung-wook, Kepala Pengawal Presiden Park Jong-kyu, menteri, wakil menteri, jenderal militer, dan ketua lima konglomerat terbesar.
Skandal ini dengan cepat menjadi skandal politik besar yang mengguncang Korea Selatan. Rumor menyebar luas bahwa putra Jeong In-suk, Jeong Seong-il, adalah anak dari salah satu pejabat tinggi tersebut, dengan nama Chung Il-kwon dan Park Chung Hee sering disebut. Ada lagu satir yang populer pada masa itu, mengubah lirik lagu "Seeds of Tears" yang dinyanyikan oleh Na Hoon-a menjadi "Jika kau bertanya siapa ayahku / Aku akan mengatakan Tuan Chung dari Gedung Biru."
Chung Il-kwon sendiri dikabarkan sering mengunjungi rumah Jeong In-suk, dan hubungan mereka menjadi rahasia umum di lingkungan tersebut. Ketika Jeong In-suk hamil, Chung Il-kwon awalnya menyarankan aborsi, tetapi kemudian menyuruhnya untuk melahirkan anak tersebut. Jeong In-suk melahirkan putranya, Seong-il, pada Juni 1968, meskipun ada penolakan dari keluarganya. Setelah melahirkan, ia sering mengatakan, "Tidak ada yang tidak bisa saya lakukan dengan satu kata dari saya," atau "Rumah di Seogyo-dong ini dibelikan oleh ayah anak saya."
Untuk meredam rumor, Chung Il-kwon diduga mengatur agar Jeong In-suk mendapatkan dua paspor ilegal dan mengirimnya ke luar negeri dengan janji tunjangan hidup yang melimpah. Namun, rumor terus menyebar, dan anggota Partai Shinmin mengangkat masalah ini di parlemen dan media. Keluarga Jeong In-suk awalnya berbohong bahwa Seong-il adalah adik tiri Jeong In-suk.
Setelah pembunuhan Jeong In-suk, meskipun Badan Intelijen Pusat Korea Selatan segera melakukan sensor media, skandal tersebut tetap menjadi sorotan publik. Presiden Park Chung Hee dilaporkan marah atas insiden tersebut, terutama karena Jeong In-suk juga memiliki hubungan dengannya. Meskipun Park awalnya menolak saran untuk memecat Chung Il-kwon, ia kemudian menyarankan Chung untuk mengundurkan diri secara sukarela. Chung Il-kwon mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri pada 20 Desember 1970, tak lama setelah kasus ini mereda.
Pada tahun 1991, Jeong Seong-il mengajukan gugatan pengakuan paternitas terhadap Chung Il-kwon. Jeong Seong-il mengklaim bahwa nenek dan pamannya telah memberitahunya bahwa Chung Il-kwon adalah ayahnya. Kakak laki-laki Jeong In-suk, Jeong Jong-wook, yang dipenjara atas pembunuhan adiknya (kemudian dibebaskan pada tahun 1989 dan mengklaim tidak bersalah), juga bersikeras bahwa Jeong Seong-il adalah putra Chung Il-kwon. Ia menyatakan bahwa Chung Il-kwon sering mengunjungi rumah mereka, senang menggendong Seong-il, dan bahkan menamai anak itu sendiri.
Namun, Chung Il-kwon membantah klaim paternitas tersebut. Ia pernah mengatakan kepada seorang jurnalis Korea-Amerika, Moon Myung-ja, bahwa ia hanya pernah tidur dengan Jeong In-suk sekali dan bahwa ia tidak mungkin menjadi ayah anak itu karena ia telah menjalani vasektomi. Namun, klaim vasektomi ini diragukan karena ia kemudian memiliki dua anak lagi dengan istri keduanya yang dinikahinya pada tahun 1977. Pada tahun 1993, Jeong Seong-il kembali mengajukan gugatan pengakuan paternitas, tetapi Chung Il-kwon meninggal dunia sebelum kasus tersebut terselesaikan.
6.3. Kritik Lainnya
Selain kontroversi kolaborasi dan skandal Jeong In-suk, Chung Il-kwon juga menghadapi kritik lain selama kariernya. Ia terlibat dalam konflik faksionalisme militer, terutama dengan Kim Chang-ryong, kepala unit intelijen khusus, yang sering melampaui batas wewenangnya. Chung dan Kang Mun-bong bahkan dituduh merencanakan pembunuhan Kim Chang-ryong.
Dalam politik, ia juga memiliki ketegangan dengan Jang Gi-yeong, wakil perdana menteri yang bertanggung jawab atas kebijakan ekonomi. Jang Gi-yeong memiliki kendali penuh atas kebijakan ekonomi dan sering melaporkan langsung kepada Presiden Park Chung Hee, mengesampingkan Chung Il-kwon. Meskipun Chung Il-kwon dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan tidak suka konflik, ia sering dianggap sebagai "master adaptasi" yang selalu puas dengan menjadi nomor dua, tidak pernah menantang kekuasaan tertinggi tetapi selalu menyesuaikan diri dengan rezim yang berkuasa. Kritik ini menyoroti kurangnya prinsip atau keberaniannya untuk menentang status quo, terutama di bawah rezim otoriter.
7. Kematian
Akhir kehidupan Chung Il-kwon ditandai oleh perjuangan melawan penyakit dan upacara pemakaman yang kontras dengan seorang tokoh demokrasi yang meninggal pada hari yang sama.
7.1. Keadaan Kematian
Pada Maret 1991, Chung Il-kwon menjalani perawatan untuk limfoma (kanker kelenjar getah bening) di Hawaii, Amerika Serikat. Meskipun ia sempat melanjutkan kegiatan politik pada tahun 1992, mendukung Kim Young-sam dalam pemilihan presiden Korea 1992, ia kembali dirawat di rumah sakit di Hawaii pada Januari 1994 karena kondisi kankernya yang memburuk. Chung Il-kwon meninggal dunia di Rumah Sakit Straub di Hawaii pada 17 Januari 1994, pada usia 76 tahun.
7.2. Pemakaman dan Pemakaman
Jenazahnya diterbangkan kembali ke Korea Selatan. Pada pagi hari 22 Januari 1994, upacara pemakaman kenegaraan diadakan di depan Gedung Majelis Nasional Korea Selatan di bawah pimpinan anggota parlemen Lee Man-sup. Setelah itu, jenazahnya diangkut dengan pengawalan polisi dan dimakamkan di Pemakaman Jenderal ke-3 di Pemakaman Nasional Seoul di Dongjak-dong, Distrik Dongjak, Seoul.
Secara kebetulan, Moon Ik-hwan, seorang pastor dan aktivis demokrasi yang juga teman sekolah menengah Chung Il-kwon dari Sekolah Menengah Kwangmyong, meninggal dunia pada hari yang sama (18 Januari 1994). Pemakaman Moon Ik-hwan, seorang tokoh yang sering dipenjara karena aktivitas demokrasinya, diadakan sebagai upacara publik besar-besaran yang dihadiri oleh ratusan ribu orang, mulai dari Universitas Hanshin hingga Daehangno dan Dongdaemun. Sebaliknya, pemakaman Chung Il-kwon adalah upacara kenegaraan yang lebih formal di Pemakaman Nasional, yang dihadiri oleh para politikus. Kontras antara kedua pemakaman ini, dua individu yang lahir di tahun yang sama, bersekolah di sekolah menengah yang sama, tetapi menjalani kehidupan yang sangat berbeda, menjadi berita utama dan meninggalkan kesan mendalam bagi banyak orang.
8. Warisan dan Evaluasi
Warisan Chung Il-kwon dalam sejarah Korea modern adalah kompleks, mencakup kontribusi signifikan di bidang militer dan politik, tetapi juga diwarnai oleh kritik tajam terkait kolaborasi dan skandal.
8.1. Evaluasi Sejarah
Evaluasi historis terhadap Chung Il-kwon sangat bervariasi. Ia diakui sebagai seorang jenderal yang cakap dan diplomat yang efektif, yang memainkan peran penting dalam pembentukan dan stabilisasi Korea Selatan pasca-perang. Perannya dalam Perang Korea, khususnya dalam Pertempuran Incheon, sering kali disorot sebagai salah satu pencapaian terbesarnya. Namun, latar belakangnya sebagai perwira di militer Manchukuo dan Jepang telah menyebabkan ia dicap sebagai kolaborator pro-Jepang oleh beberapa lembaga dan sejarawan Korea, yang sangat memengaruhi penilaian terhadap integritas nasionalnya.
Ia sering digambarkan sebagai "master beradaptasi" yang selalu puas dengan menjadi nomor dua, tidak pernah menantang kekuasaan tertinggi tetapi selalu menyesuaikan diri dengan rezim yang berkuasa. Ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang pragmatis yang ulung dalam menavigasi lanskap politik yang bergejolak, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang prinsip-prinsipnya.
8.2. Kontribusi dan Pencapaian
- Militer: Peran kepemimpinannya selama Perang Korea, termasuk sebagai Kepala Staf Angkatan Darat dan komandan di berbagai unit tempur, sangat krusial dalam mempertahankan Korea Selatan. Ia dihormati atas kemampuan taktis dan strategisnya, terutama dalam mengoordinasikan pasukan Korea Selatan dengan pasukan PBB.
- Diplomasi: Sebagai duta besar di Turki, Prancis, dan Amerika Serikat, ia berkontribusi pada penguatan hubungan luar negeri Korea Selatan yang baru merdeka. Perannya dalam menormalisasi hubungan dengan Jepang adalah pencapaian diplomatik yang penting, meskipun kontroversial.
- Politik: Sebagai Perdana Menteri, ia memimpin kabinet yang berupaya menstabilkan ekonomi dan melaksanakan kebijakan pembangunan. Perannya sebagai Ketua Majelis Nasional juga menunjukkan kemampuannya dalam kepemimpinan legislatif, meskipun dalam konteks rezim otoriter.
8.3. Penilaian Negatif
- Kolaborasi Pro-Jepang: Dinasnya di militer Manchukuo dan Jepang, serta keterlibatannya dalam merekrut pemuda Korea untuk militer Manchukuo, telah menyebabkan ia dicap sebagai "pelaku tindakan anti-nasional pro-Jepang." Ini adalah noda besar dalam warisannya yang terus diperdebatkan.
- Skandal Jeong In-suk: Keterlibatannya dalam skandal Jeong In-suk, termasuk dugaan paternitas anak haram dan upaya penutupan kasus, merusak reputasi publiknya dan menimbulkan pertanyaan etis tentang perilaku pejabat tinggi pada masa itu. Skandal ini menjadi simbol korupsi moral di kalangan elit kekuasaan.
- Kritik Terhadap Karakter Politik: Ia dikritik karena terlalu akomodatif terhadap kekuasaan dan kurangnya keberanian untuk menantang rezim otoriter. Beberapa sejarawan melihatnya sebagai sosok yang lebih fokus pada kelangsungan karier daripada pada prinsip-prinsip demokrasi atau hak asasi manusia.
Secara keseluruhan, Chung Il-kwon adalah figur yang kompleks dalam sejarah Korea Selatan, yang kontribusinya terhadap pembangunan negara tidak dapat disangkal, tetapi juga dibayangi oleh isu-isu kontroversial yang terus memicu perdebatan.
9. Penghargaan dan Tanda Kehormatan
Chung Il-kwon menerima berbagai penghargaan dan tanda kehormatan baik dari Korea Selatan maupun dari negara-negara lain, mengakui kontribusinya di bidang militer, sipil, dan diplomatik.
9.1. Penghargaan Nasional dan Internasional
Berikut adalah daftar beberapa penghargaan dan tanda kehormatan yang diterima oleh Chung Il-kwon:
- Korea Selatan:
- Penghargaan Pribadi Presiden (Juni 1948)
- Orde Jasa Militer Chungmu (Desember 1950)
- Orde Jasa Militer Emas Taegeuk (Oktober 1951)
- Orde Jasa Militer Perak Taegeuk (Maret 1953)
- Orde Jasa Militer Emas Chungmu (tidak ada tanggal spesifik)
- Orde Jasa Diplomatik Heunginjang (tidak ada tanggal spesifik)
- Orde Jasa Diplomatik Gwanghwajang (Agustus 1970)
- Orde Jasa Sipil Cheongjo (tidak ada tanggal spesifik)
- Orde Jasa (Oktober 1969)
- Amerika Serikat:
- Legion of Merit (Perwira) (Oktober 1950)
- Legion of Merit (Komandan) (Oktober 1951)
- Silver Star (13 Mei 1952)
- Distinguished Service Cross (3 November 1953)
- Legion of Merit (Komandan) (Juni 1954)
- Legion of Merit (Panglima Tertinggi) (29 April 1957)
- Prancis:
- Legiun Kehormatan (Juli 1956)
- Malaysia:
- Panglima Agung Kehormatan Orde Pembela Kerajaan (S.M.N.) (1965)
- Ethiopia:
- Orde Bintang Besar (April 1955)
- Orde Roh Kudus (Mei 1968)
- Yunani:
- Orde Salib Tertinggi (Juli 1955)
- Filipina:
- Legion of Honor (Desember 1956)
- Republik Tiongkok (Taiwan):
- Orde Bintang Cemerlang Tingkat Pertama (Oktober 1964)
- Orde Bintang Cemerlang Grand Cordon Khusus (Juni 1974)
- Argentina:
- Orde Salib Agung San Martín (April 1966)
- Jerman:
- Orde Salib Agung Jasa Tingkat Pertama (Maret 1967)
- Thailand:
- Orde Gajah Putih (April 1967)
- Orde Gajah Putih Grand Cordon Khusus Tertinggi (Maret 1978)
- El Salvador:
- Orde Salib Perak Besar (Oktober 1968)
- Tunisia:
- Orde Grand Cordon (Juli 1969)
- Nigeria:
- Orde Salib Agung (Oktober 1969)
- Jepang:
- Orde Matahari Terbit Grand Cordon Tingkat Pertama (Desember 1969)
- Brasil:
- Orde Salib Agung Parlemen (Juni 1974)
- Kolombia:
- Orde Salib Emas Besar Khusus (Juni 1976)
- Meksiko:
- Orde Tingkat Pertama (Oktober 1979)
9.2. Gelar Doktor Kehormatan
Chung Il-kwon juga dianugerahi beberapa gelar doktor kehormatan dari berbagai institusi pendidikan:
- Doktor Kehormatan Hukum dari Universitas Malaya, Malaysia (Oktober 1965)
- Doktor Kehormatan Hukum dari Universitas Chung-Ang, Korea Selatan (Maret 1966)
- Doktor Kehormatan Hukum dari Universitas Nasional Pusan, Korea Selatan (Juni 1966)
- Doktor Kehormatan Hukum dari Universitas Saigon, Vietnam (Februari 1967)
- Doktor Kehormatan Hukum dari Universitas Long Island, Amerika Serikat (Maret 1967)
- Doktor Kehormatan Ilmu Politik dari Universitas Chulalongkorn, Thailand (September 1967)
- Doktor Kehormatan Hukum dari Universitas Nasional Chengchi, Republik Tiongkok (Taiwan) (Februari 1970)
- Doktor Kehormatan Filsafat dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, Republik Tiongkok (Taiwan) (Februari 1971)
- Doktor Kehormatan Ilmu Politik dari Universitas Chulalongkorn, Thailand (1972)
- Doktor Kehormatan Sastra dari Universitas Miami, Oxford, Amerika Serikat (1988)
10. Karya Tulis
Chung Il-kwon juga dikenal sebagai penulis, terutama melalui memoar-memoarnya yang memberikan wawasan tentang pengalamannya selama periode penting dalam sejarah Korea.
10.1. Tulisan dan Memoar
Ia menulis beberapa buku, di antaranya adalah:
- Perang dan Gencatan Senjata (전쟁과 휴전)
- Memoar Chung Il-kwon (정일권 회고록, 丁一權 回顧綠), diterbitkan pada tahun 1991. Memoar ini memberikan catatan pribadinya tentang karier militer, diplomatik, dan politiknya, termasuk pandangannya tentang Perang Korea dan hubungannya dengan tokoh-tokoh kunci seperti Park Chung Hee.
Pada Oktober 1989, sebuah buku berjudul Bom Atom atau Gencatan Senjata: Kebenaran Perang Korea yang Diungkap oleh Mantan Panglima Angkatan Darat, Laut, dan Udara Korea (Jenderal Angkatan Darat) diterbitkan dalam bahasa Jepang.